13
V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
1. Kegiatan monitoring,
evaluasi dan
pelaporan dilaksanakan
dengan memperhatikan SK Menteri Pertanian RI
tentang SIMONEV serta harus dilakukan pada saat sebelum dimulai kegiatan ex-
ante, saat dilakukan kegiatan on-going dan setelah dilakukan kegiatan ex-post.
2. Monitoring, evaluasi
dan pelaporan
dilakukan secara
berjenjang dan
dilaporkan ke Pusat, mencakup: - Perkembangan pelaksanaan kegiatan
sesuai indikator kinerja; - Perkembangan pelaksanaan kegiatan
realisasi fisik dan keuangan; - Permasalahan yang dihadapai dan
upaya penyelesaian yang dilakukan; - Format pelaporan menggunakan format
yang telah disepakati dan dituangkan dalam Petunjuk Teknis.
VI. PEMBIAYAAN
Kegiatan ini dibiayai dengan dana APBN Tugas Pembantuan Direktorat Jenderal
Perkebunan, Kementerian Pertanian yang dialokasikan pada DIPA Dinas Provinsi yang
membidangi Perkebunan Tahun Anggaran 2013.
14
VII. PENUTUP
Penyusunan Pedoman Teknis Monitoring dan Evaluasi Penerapan Perkebunan Kelapa
Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm OilISPO Tahun Anggaran
2013 dimaksudkan sebagai acuan bagi semua pihak
yang terkait
dalam kegiatan
Monitoring dan Evaluasi Penerapan ISPO. Pedoman Teknis ini akan ditindak lanjuti
dengan penyusunan Petunjuk Teknis Juknis di tingkat Provinsi. Dengan adanya Pedoman
Teknis ini, maka diharapkan kegiatan Monitoring dan Evaluasi Penerapan ISPO
Tahun Anggaran 2013 dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
15
PEDOMAN TEKNIS SOSIALISASI PEDOMAN ISPO PADA PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT POLA PLASMA I.
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
Pembangunan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan yang
sangat signifikan selama 2 dua dekade terakhir. Pada tahun 2011, tanaman kelapa
sawit sudah dikembangkan di 21 provinsi di Indonesia
dengan pola
pengusahaan Perkebunan
Besar Negara
PTPN, Perkebunan
Besar Swasta
PBS, dan
Perkebunan Rakyat
PR. Pada
pola kemitraan, perusahaan perkebunan kelapa
sawit, selain membangun kebun Inti juga membangun kebun Plasma. Ada berbagai
pola pembangunan kebun plasma, antara lain Perkebunan Inti Rakyat PIR-BUN, PIR-
TRANS, PIR-TRANS KKPA, Revitalisasi, dan Kebun
Masyarakat 20
yang wajib
dibangun oleh perusahaan yang mempunyai Izin Perusahaan Perkebunan IUP setelah
tahun 2007.
Dalam melaksanakan
pembangunan perkebunan kelapa sawit, pelaku usaha
belum sepenuhnya
menerapkan sistem
16 pembangunan
yang ramah
lingkungan, seperti penanaman kelapa sawit pada areal
yang terjal dan daerah aliran sungai DAS, pembabatan hutan lindung, penggunaan
agrokimia pupuk dan pestisida, pembukaan lahan dengan pembakaran, dan lain-lain
yang bisa berdampak negatif terhadap manusia dan lingkungan hidup.
Pelaku usaha perkebunan kelapa sawit cenderung hanya mempertimbangkan aspek
ekonomi, sedangkan aspek sosial dan lingkungan belum berjalan seperti yang
diharapkan.
Hal tersebut telah mendapat perhatian dan kritik dari berbagai pihakmasyarakat baik
dalam negeri
maupun internasional
khususnya negara-negara maju seperti Uni Eropa dan LSM. Hal tersebut juga digunakan
oleh pihak-pihak tertentu untuk melakukan kampanye negatif minyak sawit CPO di
pasar internasional.
Untuk mencegah dampak negatif tersebut, maka pelaku usaha perkebunan kelapa sawit
dituntut untuk melakukan
pengelolaan kebun dengan cara yang ramah lingkungan
agar tercapai perkebunan kelapa sawit berkelanjutan yang memenuhi beberapa
persyaratan prinsip dan kriteria yang dituangkan dalam Pedoman Perkebunan
Kelapa
Sawit Berkelanjutan
Indonesia Indonesian Sustainable Palm OilISPO.
17 Direktorat
Jenderal Perkebunan
telah menyusun Pedoman ISPO untuk perusahaan
besar perkebunan kelapa sawit dan sudah ditetapkan
melalui Peraturan
Menteri Pertanian
No. 19PermentanOT.140
32011 tanggal 29 Maret 2011. Peraturan tersebut
wajib dilaksanakan
oleh perusahaan dan paling lambat tanggal 31
Desember 2014,
seluruh perusahaan
perkebunan kelapa sawit sudah menerapkan iSPO.
Perusahaan yang sudah mendapat Kelas I atau Kelas II atau Kelas III berdasarkan hasil
penilaian usaha perkebunan PUP dapat mengajukan permohonan sertifikat ISPO
kepada Lembaga Sertifikasi yang sudah terakreditasi
oleh Komite
Akreditasi Nasional KAN dan mendapat pengakuan
approval dari
Komisi ISPO.
Kepada perusahaan
perkebunan kelapa
sawit pemohon yang berdasarkan hasil penilaian
assessment dapat memenuhi prinsip dan kriteria ISPO diberikan sertifikat ISPO.
Secara teknis kebun kelapa sawit Plasma tidak berbeda dengan kebun Inti karena
dibangun oleh perusahaan mitra PTPN dan PBS. Namun demikian kondisi kebun Plasma
dapat berubah, terutama setelah alih kredit konversi.
Hal tersebut
mengingat pengelolaan kebun oleh petani peserta tidak
sepenuhnya mengikuti teknis pengelolaan
18 kebun yang diterapkan oleh perusahaan
mitra pola mitra usaha mandiri. Mengingat Kebun Plasma juga merupakan
pemasok bahan
baku tandan
buah segarTBS ke pabrik kelapa sawit PKS
pada kebun intimitra, maka kebun Plasma perlu dikelola secara berkelanjutan.
Pedoman ISPO untuk Kebun Plasma telah disusun oleh Ditjen Perkebunan. Pedoman
tersebut sudah
disesuaikan dengan
kemampuan dan keterampilan petani serta pendampingan yang dapat diberikan oleh
perusahaan mitra.
Dalam rangka penerapan ISPO untuk kebun- kebun plasma maka perlu terlebih dahulu
dilakukan Sosialisasi Pedoman ISPO Plasma untuk
memberi pemahaman
kepada stakeholder terkait khususnya petugas dinas
provinsi dan
kabupatenkota yang
membidangi perkebunan,
petugas lembagainstansi
pemerintah terkait,
petugas perusahaan kelapa sawit PTPN dan PBS yang mempunyai kebun Plasma,
petanikelompok tani
peserta Plasma,
asosiasi petani kelapa sawit, dan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM. Sosialisasi akan
dilaksanakan pada tahun anggaran 2013 di daerah.
19
B. Sasaran Nasional