KEDUDUKAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DPRD KEDUDUKAN KEUANGAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI PELAKSANAAN APBD

h. daftar penyertaan modal investasi daerah; i. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah; j. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lain-lain; k. daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini; l. daftar dana cadangan daerah; dan m. daftar pinjaman daerah. Pasal 89 1 Penyampaian Rancangan Peraturan Bupati untuk memperoleh pengesahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat 3 paling lambat 15 lima belas hari kerja terhitung sejak DPRD tidak mengambil keputusan bersama dengan Bupati terhadap rancangan Peraturan Daerah tentang APBD. 2 Apabila dalam batas waktu 30 tiga puluh hari kerja Gubernur tidak mengesahkan Rancangan Peraturan Bupati tentang APBD sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Bupati menetapkan Rancangan Peraturan Bupati dimaksud menjadi Peraturan Bupati. Bagian Kedua Penetapan Peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD Pasal 90 1 Apabila Gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan rancangan Peraturan Bupati tentang penjabaran APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Bupati menetapkan rancangan dimaksud menjadi Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati paling lama 7 tujuh hari kerja sejak hasil evaluasi diterima. 2 Dalam hal Gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan rancangan Peraturan Bupati tentang penjabaran APBD tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Bupati bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7 tujuh hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi. 3 Hasil penyempurnaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 ditetapkan dengan keputusan Pimpinan DPRD dan menjadi dasar penetapan Peraturan Daerah. 4 Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan Bupati tentang penjabaran APBD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan paling lambat 31 Desember tahun anggaran sebelumnya. 5 Dalam hal Bupati berhalangan tetap, maka pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku penjabatpelaksana tugas Bupati yang menetapkan Peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan Bupati tentang penjabaran APBD. 6 Bupati menyampaikan Peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan Bupati tentang penjabaran APBD kepada Gubernur paling lambat 7 tujuh hari kerja setelah ditetapkan.

BAB VI KEDUDUKAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DPRD

Pasal 91 1 Pimpinan dan Anggota DPRD adalah mereka yang diresmikan keanggotaannya sebagai Ketua, Para 2 Hak-hak keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD yang diberikan dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya selaku Pimpinan dan Anggota DPRD diatur dengan Peraturan Daerah dengan berpedoman pada ketentuan Peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VII KEDUDUKAN KEUANGAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI

Pasal 92 1 Bupati dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pejabat negara diberikan hak-hak keuangan dalam bentuk gaji dan tunjangan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 2 Bupati diberikan biaya penunjang operasional untuk menunjang kegiatan operasional dalam rangka koordinasi, penanggulangan kerawanan sosial, perlindungan masyarakat, dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa yang disesuaikan dengan kondisi keuangan daerah dengan tetap memperhatikan prinsip efisiensi, efektivitas, kehematan dan kepatutan dan akuntabel. 3 Hak-hak Keuangan Bupati dan Wakil Bupati diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah dengan berpedoman pada ketentuan Peraturan perundang-undangan.

BAB VIII PELAKSANAAN APBD

Bagian Pertama Asas Umum Pelaksanaan APBD Pasal 93 1 Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dikelola dalam APBD. 2 Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut danatau menerima pendapatan daerah, wajib melaksanakan sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan perundang-undangan. 3 Penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh Peraturan perundang-undangan. 4 Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi untuk setiap pengeluaran belanja. 5 Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja jika untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD. 6 Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat 5 dapat dilakukan jika dalam keadaan darurat setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Pimpinan DPRD. 7 Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat 6 selanjutnya diusulkan dalam rancangan Perubahan APBD danatau disampaikan dalam laporan realisasi anggaran. 8 Kriteria keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat 6 disesuaikan dengan Peraturan perundang- undangan. 9 Setiap SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran belanja daerah untuk tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD. 10 Pengeluaran anggaran belanja daerah sebagaimana dimaksud ayat 9 menggunakan prinsip hemat, tidak mewah, efektif, efisien dan sesuai dengan ketentuan Peraturan perundang-undangan. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD Paragraf 1 Penyiapan Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD Pasal 94 1 PPKD paling lama 3 tiga hari kerja setelah Peraturan Daerah tentang APBD ditetapkan, memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar menyusun rancangan DPA-SKPD. 2 Rancangan DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1, merinci sasaran yang hendak dicapai program, kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap SKPD serta pendapatan yang diperkirakan. 3 Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling lama 6 enam hari kerja setelah pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1. Pasal 95 1 Pada SKPKD disusun DPA-SKPD dan DPA-PPKD. 2 DPA-SKPD memuat programkegiatan yang dilaksanakan oleh PPKD selaku SKPD. 3 DPA-SKPD digunakan untuk menampung: a. Pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan pendapatan hibah; b. Belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga; c. Penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah. Pasal 96 1 TAPD melakukan Verifikasi rancangan DPA-SKPD bersama-sama dengan kepala SKPD paling lama 15 lima belas hari kerja sejak ditetapkannya Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD. 2 Berdasarkan hasil Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1, PPKD mengesahkan rancangan DPA- SKPD dengan persetujuan Sekretaris Daerah selaku Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah. 3 DPA-SKPD yang telah disahkan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 disampaikan kepada SKPD, satuan kerja Inspektorat Daerah, dan Badan Pemeriksa Keuangan paling lama 7 tujuh hari kerja sejak tanggal disahkan. 4 DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat 2 digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh kepala SKPD selaku pengguna anggaran pengguna barang. Paragraf 2 Anggaran Kas Pasal 97 1 Kepala SKPD berdasarkan rancangan DPA-SKPD menyusun rancangan anggaran Kas SKPD. 2 Rancangan anggaran Kas SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disampaikan kepada PPKD selaku BUD bersamaan dengan rancangan DPA-SKPD 3 Pembahasan rancangan anggaran kas SKPD dilaksanakan bersamaan dengan pembahasan DPA-SKPD. Pasal 98 1 PPKD selaku BUD menyusun anggaran kas pemerintah daerah guna mengatur ketersediaan yang cukup untuk mendanai pengeluaran-pengeluaran sesuai dengan rencana penarikan dana yang tercantum dalam DPA-SKPD yang telah disahkan. dari penerimaan dan perkiraan arus kas keluar yang digunakan untuk mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode. 3 Mekanisme pengelolaan anggaran kas pemerintah daerah ditetapkan dalam Peraturan Bupati. Bagian Ketiga Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah Paragraf 1 Asas Umum Pasal 99 1 Semua penerimaan daerah dilaksanakan melalui rekening kas umum daerah dan tidak dapat dipergunakan langsung untuk pengeluaran. 2 Setiap pendapatan harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah. Paragraf 2 Pendapatan Daerah Pasal 100 1 Setiap SKPD yang memungut pendapatan daerah wajib mengintensifkan pemungutan pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya. 2 Bendahara penerimaan wajib menyetor seluruh penerimaannya ke rekening Kas umum daerah selambat- lambatnya dalam waktu 1 satu hari kerja. 3 SKPD dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah. Pasal 101 Komisi, rabat, potongan atau pendapatan lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi danatau pengadaan barang dan jasa termasuk pendapatan bunga, jasa giro atau pendapatan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada bank serta pendapatan dari hasil pemanfaatan barang daerah atas kegiatan lainnya merupakan pendapatan daerah. Pasal 102 1 Pengembalian atas kelebihan pendapatan dilakukan dengan membebankan pada rekening pendapatan yang bersangkutan untuk pengembalian pendapatan yang terjadi dalam tahun yang sama. 2 Untuk pengembalian kelebihan pendapatan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya dibebankan pada rekening belanja tidak terduga. 3 Pengembalian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. Pasal 103 Semua pendapatan dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah dilaksanakan melalui rekening kas umum daerah dan dicatat sebagai pendapatan daerah. Bagian Keempat Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah 1 Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. 2 Bukti sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud. 3 Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak dapat dilakukan sebelum rancangan Peraturan Daerah tentang APBD ditetapkan dan ditempatkan dalam lembaran daerah. 4 Pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat 3 tidak termasuk untuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib serta belanja darurat. Pasal 105 1 Pemberian bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat 1 dilaksanakan atas persetujuan Bupati yang diatur berdasarkan Peraturan Bupati. 2 Untuk pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, penerima bantuan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana bantuan kepada Bupati. Pasal 106 1 Dasar pengeluaran anggaran belanja tidak terduga yang dianggarkan dalam APBD untuk mendanai penanggulangan bencana alam, bencana sosial, yang tidak diperkirakan sebelumnya dan bersifat tanggap darurat termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup ditetapkan dengan keputusan Bupati. 2 Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberitahukan kepada DPRD paling lambat 1 satu bulan terhitung sejak keputusan dimaksud ditetapkan. Pasal 107 1 Bendahara pengeluaran sebagai wajib pungut pajak penghasilan PPh dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara pada bank yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagai bank persepsi atau pos giro dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2 Bendahara pengeluaran sebagai wajib pungut pajak daerah, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas umum daerah pada bank yang ditetapkan oleh Bupati sebagai bank persepsi atau pos giro dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Bagian Kelima Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah Paragraf 1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran SiLPA Tahun Sebelumnya Pasal 108 Sisa lebih perhitungan anggaran SiLPA tahun sebelumnya merupakan penerimaan pembiayaan yang digunakan untuk: a. menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil daripada realisasi belanja; b. mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung; c. kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan. Pasal 109 1 Pelaksanaan kegiatan lanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 huruf b didasarkan pada DPA- SKPD yang telah disahkan kembali oleh PPKD menjadi DPA Lanjutan SKPD DPAL-SKPD tahun anggaran berikutnya. 2 Untuk mengesahkan kembali DPA-SKPD menjadi DPAL-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Kepala SKPD menyampaikan laporan akhir realisasi pelaksanaan kegiatan fisik dan non-fisik maupun 3 Jumlah anggaran dalam DPAL-SKPD setelah terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap: a. sisa DPA-SKPD yang belum diterbitkan SPD danatau belum diterbitkan SP2D atas kegiatan yang bersangkutan; b. sisa SPD yang belum diterbitkan SPP, SPM atau SP2D; atau c. SP2D yang belum diuangkan. 4 DPAL-SKPD yang telah disahkan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dijadikan dasar pelaksanaan penyelesaian pekerjaan dan penyelesaian pembayaran. 5 Pekerjaan yang dapat dilanjutkan dalam bentuk DPAL memenuhi kriteria: a. pekerjaan yang telah ada ikatan perjanjian kontrak pada tahun anggaran berkenaan; dan b. keterlambatan penyelesaian pekerjaan diakibatkan bukan karena kelalaian pengguna anggaranbarang atau rekanan, namun karena akibat dari force major. Paragraf 2 Dana Cadangan Pasal 110 1 Dana cadangan dibukukan dalam rekening tersendiri atas nama dana cadangan pemerintah daerah yang dikelola oleh BUD. 2 Dana cadangan tidak dapat digunakan untuk membiayai program dan kegiatan lain diluar yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang pembentukan dana cadangan. 3 Program dan kegiatan yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilaksanakan apabila dana cadangan telah mencukupi untuk melaksanakan program dan kegiatan. 4 Untuk pelaksanaan program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dana cadangan dimaksud terlebih dahulu dipindahbukukan ke rekening kas umum daerah. 5 Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud pada ayat 4 paling tinggi sejumlah pagu dana cadangan yang akan digunakan untuk mendanai pelaksanaan kegiatan dalam tahun anggaran berkenaan sesuai dengan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang pembentukan dana cadangan. 6 Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud pada ayat 4 dilakukan dengan surat perintah pemindahbukuan oleh Kuasa BUD atas persetujuan PPKD selaku BUD. Pasal 111 1 Dalam hal dana cadangan yang ditempatkan pada rekening dana cadangan belum digunakan sesuai dengan peruntukannya, dana tersebut dapat ditempatkan dalam portofolio yang memberikan hasil tetap dengan risiko rendah. 2 Penerimaan hasil bungadeviden rekening dana cadangan dan penempatan dalam portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menambah jumlah dana cadangan. 3 Portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a. deposito; b. sertifikat bank Indonesia SBI; d. surat perbendaharaan negara SPN; e. surat utang negara SUN; dan f. surat berharga lainnya yang dijamin pemerintah. 4 Penatausahaan pelaksanaan program dan kegiatan yang dibiayai dari dana cadangan diperlakukan sama dengan penatausahaan pelaksanaan program kegiatan lainnya. Investasi Pasal 112 1 Investasi awal dan penambahan investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 dicatat pada penyertaan modal investasi daerah dalam pengeluaran pembiayaan. 2 Pengurangan, penjualan, danatau pengalihan investasi dicatat pada penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan divestasi modal dalam penerimaan pembiayaan. Paragraf 4 Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah Pasal 113 1 Penerimaan pinjaman daerah dan obligasi daerah dilakukan melalui rekening kas umum daerah. 2 Pemerintah daerah tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain. 3 Pendapatan daerah danatau barang tidak boleh dijadikan jaminan pinjaman daerah. 4 Kegiatan yang dibiayai dari obligasi daerah beserta barang milik daerah yang melekat dalam kegiatan tersebut dapat dijadikan jaminan obligasi daerah. Pasal 114 Kepala SKPKD melakukan penatausahaan atas pinjaman daerah dan obligasi daerah. Pasal 115 1 Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman kepada Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri setiap akhir semester tahun anggaran berjalan. 2 Posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri atas: a. jumlah penerimaan pinjaman; b. pembayaran pinjaman pokok dan bunga; dan c. sisa pinjaman. Pasal 116 1 Pemerintah daerah wajib membayar bunga dan pokok utang danatau obligasi daerah yang telah jatuh tempo. 2 Apabila anggaran yang tersedia dalam APBDperubahan APBD tidak mencukupi untuk pembayaran bunga dan pokok utang danatau obligasi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Bupati dapat melakukan pelampauan pembayaran mendahului perubahan atau setelah perubahan APBD. 3 Pelampauan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilaporkan kepada DPRD dalam pembahasan awal perubahan APBD atau dalam laporan realisasi anggaran. Pasal 117 1 Kepala SKPKD melaksanakan pembayaran bunga dan cicilan pokok utang danatau obligasi daerah yang jatuh tempo. 2 Pembayaran bunga pinjaman danatau obligasi daerah dicatat pada belanja bunga dalam belanja daerah. 3 Pembayaran denda pinjaman danatau obligasi daerah dicatat pada belanja bunga dalam belanja daerah. 4 Pembayaran pokok pinjaman danatau obligasi daerah dicatat pada cicilan pokok utang yang jatuh tempo Pasal 118 1 Pengelolaan obligasi daerah ditetapkan dengan Peraturan Bupati. 2 Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sekurang-kurangnya mengatur mengenai: a. penetapan strategi dan kebijakan pengelolaan obligasi daerah termasuk kebijakan pengendalian resiko; b. perencanaan dan penetapan struktur portofolio pinjaman daerah; c. penerbitan obligasi daerah; d. penjualan obligasi daerah melalui lelang danatau tanpa lelang; e. pembelian kembali obligasi daerah sebelum jatuh tempo; f. pelunasan; dan g. aktivitas lain dalam rangka pengembangan pasar perdana ke pasar sekunder obligasi daerah. Paragraf 5 Piutang Daerah Pasal 119 1 Setiap pejabat yang diberi kuasa untuk mengelola pendapatan, belanja dan kekayaan daerah wajib mengusahakan agar setiap piutang daerah diselesaikan seluruhnya dengan tepat waktu. 2 PPK-SKPD melakukan penatausahaan atas penerimaan piutang atau tagihan daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD. 3 Piutang atau tagihan daerah yang tidak dapat diselesaikan seluruhnya pada saat jatuh tempo, diselesaikan menurut Peraturan perundang-undangan. Pasal 120 1 Piutang daerah jenis tertentu mempunyai prioritas untuk didahulukan penyelesaiannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. 2 Jenis piutang daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 antara lain piutang pajak daerah, piutang retribusi daerah, dan piutang daerah lainnya yang diatur tersendiri dalam Peraturan perundang-undangan. Pasal 121 1 Penyelesaian piutang daerah yang terjadi sebagai akibat hubungan keperdataan dapat dilakukan melalui perdamaian, kecuali mengenai piutang daerah yang cara penyelesaiannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. 2 Penyelesaian piutang daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan dengan cara penghapusan piutang daerah. 3 Penghapusan piutang daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat dihapuskan secara mutlak atau bersyarat dari pembukuan, kecuali mengenai piutang daerah yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam Peraturan perundang-undangan. 4 Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat 3, sepanjang menyangkut piutang daerah, ditetapkan oleh: a. Bupati untuk jumlah sampai dengan Rp. 5.000.000.000,00 lima milyar rupiah; b. Bupati dengan persetujuan DPRD untuk jumlah lebih dari Rp. 5.000.000.000,00 lima milyar rupiah. 5 Tata cara penghapusan piutang daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 4 sesuai dengan ketentuan Peraturan perundang-undangan. Pasal 122 2 Untuk melaksanakan penagihan piutang daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1, kepala SKPKD menyiapkan bukti dan administrasi penagihan. Pasal 123 1 Kepala SKPKD setiap bulan melaporkan realisasi penerimaan piutang kepada Bupati. 2 Bukti-bukti pendukung penyetoran atas penerimaan piutang SKPKD dari pihak ketiga harus dipisahkan dengan bukti-bukti penerimaan kas atas pendapatan yang ditetapkan pada tahun anggaran berjalan. BAB IX PERUBAHAN APBD Bagian Pertama Dasar Perubahan APBD Pasal 124 1 Perubahan APBD dapat dilakukan apabila terjadi: a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA; b. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja; c. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan; d. keadaan darurat; dan e. keadaan luar biasa. 2 Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 satu kali dalam 1 satu tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa. Bagian Kedua Kebijakan Umum serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan APBD Pasal 125 1 Perubahan APBD disebabkan perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124 ayat 1 huruf a dapat berupa terjadinya pelampauan atau tidak tercapainya indikator-indikator ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal yang ditetapkan dalam KUA. 2 Bupati memformulasikan hal-hal yang mengakibatkan terjadinya perubahan APBD sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 kedalam rancangan kebijakan umum perubahan APBD serta PPAS perubahan APBD. 3 Dalam rancangan kebijakan umum perubahan APBD serta PPAS perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disajikan secara lengkap penjelasan: a. perbedaan asumsi dengan KUA yang ditetapkan sebelumnya; b. program dan kegiatan yang dapat diusulkan untuk ditampung dalam perubahan APBD dengan mempertimbangkan sisa waktu pelaksanaan APBD tahun anggaran berjalan. c. capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus dikurangi dalam perubahan APBD apabila asumsi KUA tidak tercapai. d. capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus ditingkatkan dalam perubahan APBD apabila melampaui asumsi KUA. 4 Rancangan kebijakan umum perubahan APBD serta PPAS perubahan APBD sebagaimana dimaksud 5 Rancangan kebijakan umum perubahan APBD serta PPAS perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat 4, setelah dibahas selanjutnya disepakati menjadi kebijakan umum perubahan APBD serta PPA perubahan APBD paling lambat minggu kedua bulan Agustus tahun anggaran berjalan. 6 Dalam hal persetujuan DPRD terhadap rancangan Peraturan Daerah tentang perubahan APBD diperkirakan pada akhir bulan September tahun anggaran berjalan, supaya dihindari adanya penganggaran kegiatan pembangunan fisik didalam rancangan Peraturan Daerah tentang perubahan APBD. Pasal 126 Kebijakan umum perubahan APBD serta PPAS perubahan APBD yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125 ayat 5, masing-masing dituangkan ke dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara Bupati dengan pimpinan DPRD dalam waktu bersamaan. Pasal 127 1 Berdasarkan nota kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126, TAPD menyiapkan rancangan surat edaran Bupati perihal pedoman penyusunan RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru danatau kriteria DPA-SKPD yang dapat diubah untuk dianggarkan dalam perubahan APBD sebagai acuan kepala SKPD. 2 Rancangan surat edaran Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mencakup : a. PPAS perubahan APBD yang dialokasikan untuk program baru danatau kriteria DPA-SKPD yang dapat diubah pada setiap SKPD. b. batas waktu penyampaian RKA-SKPD danatau DPA-SKPD yang telah diubah kepada PPKD; c. dokumen sebagai lampiran meliputi kebijakan umum perubahan APBD, PPAS perubahan APBD, standar analisa belanja dan standar harga. 3 Pedoman penyusunan RKA-SKPD danatau kriteria DPA-SKPD yang dapat diubah sebagaimana dimaksud pada ayat 1, diterbitkan oleh Bupati paling lambat minggu ketiga bulan Agustus tahun anggaran berjalan. Pasal 128 Tata cara penyusunan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 ayat 1 lebih lanjut diatur dalam Peraturan Bupati. Pasal 129 1 Perubahan DPA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 ayat 1 dapat berupa peningkatan atau pengurangan capaian target kinerja program dan kegiatan dari yang telah ditetapkan semula. 2 Peningkatan atau pengurangan capaian target kinerja program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diformulasikan dalam format dokumen pelaksanaan perubahan anggaran SKPD DPPA-SKPD. 3 Dalam format DPPA-SKPD dijelaskan capaian target kinerja, kelompok, jenis, obyek, dan rincian obyek pendapatan, belanja serta pembiayaan baik sebelum dilakukan perubahan maupun setelah perubahan. Bagian Ketiga Pergeseran Anggaran Pasal 130 1 Pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja sebagaimana dimaksud 2 Pergeseran antar rincian obyek belanja dalam obyek belanja berkenaan dapat dilakukan atas persetujuan PPKD. 3 Pergeseran antar obyek belanja dalam jenis belanja berkenaan dilakukan atas persetujuan Sekretaris Daerah selaku Koordinator Pengelola Keuangan Daerah. 4 Pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja dilaksanakan setelah Peraturan Daerah tentang perubahan APBD ditetapkan. 5 Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3 dilaksanakan dengan cara mengubah Peraturan Bupati tentang penjabaran APBD sebagai dasar pelaksanaan. 6 Anggaran yang mengalami perubahan baik berupa penambahan danatau pengurangan akibat pergeseran sebagaimana dimaksud pada ayat 1, harus dijelaskan dalam kolom keterangan Peraturan Bupati tentang penjabaran perubahan APBD. 7 Tata cara pergeseran sebagaimana dimaksud ayat 2 dan ayat 3 lebih lanjut diatur dalam Peraturan Bupati. Bagian Keempat Penggunaan Saldo Anggaran Lebih Tahun Sebelumnya Dalam Perubahan APBD Pasal 131 1 Saldo anggaran lebih tahun sebelumnya merupakan sisa lebih perhitungan anggaran SiLPA tahun sebelumnya. 2 Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun anggaran berjalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124 ayat 1 huruf c dapat berupa: a. membayar bunga dan pokok utang danatau obligasi daerah melampaui anggaran yang tersedia mendahului perubahan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat 2; b. melunasi seluruh kewajiban pokok utang dan bunga; c. mendanai kenaikan gaji dan tunjangan PNS akibat adanya kebijakan pemerintah; d. mendanai kegiatan lanjutan sesuai dengan ketentuan Pasal 108 huruf b; e. mendanai program dan kegiatan baru dengan kriteria harus diselesaikan sampai dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan; dan f. mendanai kegiatan-kegiatan yang capaian target kinerjanya ditingkatkan dari yang telah ditetapkan semula dalam DPA-SKPD tahun anggaran berjalan yang dapat diselesaikan sampai dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan. 3 Penggunaan saldo anggaran tahun sebelumnya untuk pendanaan pengeluaran-pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf a, huruf b, huruf c dan huruf f diformulasikan terlebih dahulu dalam DPPA-SKPD. 4 Penggunaan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya untuk mendanai pengeluaran-pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf d diformulasikan terlebih dahulu dalam DPAL-SKPD. 5 Penggunaan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya untuk mendanai pengeluaran-pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf e diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD. Bagian Kelima Pendanaan Keadaan Darurat Pasal 132 1 Keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124 ayat 1 huruf d sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut: a. bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah daerah dan tidak dapat diprediksikan sebelumnya; keadaan darurat. 2 Dalam keadaan darurat, pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD. 3 Pendanaan keadaan darurat, yang belum tersedia anggarannya sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat menggunakan belanja tidak terduga. 4 Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi dapat dilakukan dengan cara: a. menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan; danatau b. memanfaatkan uang kas yang tersedia. 5 Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat 2 termasuk belanja untuk keperluan mendesak. 6 Kriteria belanja untuk keperluan mendesak sebagaimana dimaksud pada ayat 5 mencakup: a. program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang anggarannya belum tersedia dalam tahun anggaran berjalan; b. keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat. 7 Penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan sebagaimana dimaksud pada ayat 4 huruf a diformulasikan terlebih dahulu dalam DPPA-SKPD. 8 Pendanaan keadaan darurat untuk kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat 6 diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD. 9 Dalam hal keadaan darurat terjadi setelah ditetapkannya perubahan APBD, pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya disampaikan dalam laporan realisasi anggaran. 10 Dasar pegeluaran untuk kegiatan-kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat 8 diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD untuk dijadikan dasar pengesahan DPA-SKPD oleh PPKD setelah memperoleh persetujuan sekretaris daerah. 11 Pelaksanaan pengeluaran untuk mendanai kegiatan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 5 terlebih dahulu ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Bagian Keenam Pendanaan Keadaan Luar Biasa Pasal 133 1 Keadaan luar biasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124 ayat 1 huruf e adalah keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan danatau pengeluaran dalam APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50 lima puluh persen. 2 Persentase 50 lima puluh persen sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah merupakan selisih gap kenaikan atau penurunan antara pendapatan dan belanja dalam APBD. Pasal 134 1 Dalam hal keadaan luar biasa yang menyebabkan estimasi penerimaan dalam APBD mengalami peningkatan lebih dari 50 lima puluh persen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 ayat 1, maka dapat dilakukan penambahan kegiatan baru danatau penjadwalan ulangpeningkatan capaian target kinerja program dan kegiatan dalam tahun anggaran berjalan. 2 Penambahan kegiatan baru sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD. 3 penjadwalan ulangpeningkatan capaian target kinerja program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diformulasikan terlebih dahulu dalam DPPA-SKPD. dasar penyusunan rancangan Peraturan Daerah tentang perubahan APBD. Pasal 135 1 Dalam hal keadaan luar biasa yang menyebabkan estimasi penerimaan dalam APBD mengalami penurunan lebih dari 50 lima puluh persen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 ayat 1, maka dapat dilakukan penjadwalan ulangpengurangan capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan. 2 Penjadwalan ulangpengurangan capaian target sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diformulasikan kedalam DPPA-SKPD. 3 DPPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat 2 digunakan sebagai dasar penyusunan rancangan Peraturan Daerah tentang perubahan APBD. Bagian Ketujuh Penyiapan Ranperda Perubahan APBD Pasal 136 1 RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan DPPA-SKPD yang akan dianggarkan dalam perubahan APBD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada PPKD untuk dibahas lebih lanjut oleh TAPD. 2 Pembahasan oleh TAPD dilakukan untuk menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dan DPPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dengan kebijakan umum perubahan APBD serta PPA perubahan APBD, prakiraan maju yang direncanakan atau yang telah disetujui dan dokumen perencanaan lainnya, serta capaian kinerja, indikator kinerja, standar analisis belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal. 3 Dalam hal hasil pembahasan RKA-SKPD dan DPPA-SKPD yang memuat program dan kegiatan yang akan dianggarkan dalam perubahan APBD terdapat ketidaksesuaian dengan hal-hal sebagaimana dimaksud pada ayat 2, SKPD melakukan penyempurnaan. Pasal 137 1 RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan DPPA-SKPD yang akan dianggarkan dalam perubahan APBD yang telah disempurnakan oleh SKPD, disampaikan kepada PPKD untuk dibahas lebih lanjut oleh TAPD. 2 RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan DPPA-SKPD yang akan dianggarkan dalam perubahan APBD yang telah dibahas TAPD dijadikan bahan penyusunan rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD dan rancangan Peraturan Bupati tentang Penjabaran Perubahan APBD oleh PPKD. Bagian Kedelapan Penetapan Perubahan APBD Paragraf 1 Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD dan Rancangan Peraturan Bupati tentang Penjabaran Perubahan APBD Pasal 138 Pasal 139 1 Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 138 terdiri dari rancangan Peraturan Daerah tentang perubahan APBD beserta lampirannya. 2 Lampiran rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri dari : a. ringkasan perubahan APBD; b. ringkasan perubahan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi; c. rincian perubahan APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, pendapatan, belanja dan pembiayaan; d. rekapitulasi perubahan belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program dan kegiatan; e. rekapitulasi perubahan belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan pemerintahan daerah an fungsi dalam rangka pengelolaan keuangan Negara; f. daftar perubahan jumlah pegawai per golongan dan per jabatan; g. daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini; dan h. daftar pinjaman daerah. Pasal 140 1 Rancangan Peraturan Bupati tentang penjabaran perubahan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 138 terdiri dari rancangan Peraturan Bupati tentang penjabaran perubahan APBD beserta lampirannya. 2 Lampiran rancangan Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri dari: a. ringkasan penjabaran perubahan anggaran pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah; dan b. penjabaran perubahan APBD menurut organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek, rincian obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan. Pasal 141 1 Rancangan Peraturan Daerah tentang perubahan APBD yang telah disusun oleh PPKD disampaikan kepada Bupati. 2 Rancangan Peraturan Daerah tentang perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sebelum disampaikan kepada DPRD disosialisasikan kepada masyarakat. 3 Sosialisasi rancangan Peraturan Daerah tentang perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat 2 bersifat memberikan informasi mengenai hak dan kewajiban pemerintah daerah serta masyarakat dalam pelaksanaan perubahan APBD tahun anggaran yang direncanakan. Paragraf 2 Penyampaian, Pembahasan dan Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD Pasal 142 1 Bupati menyampaikan rancangan Peraturan Daerah tentang P.APBD beserta lampirannya kepada DPRD paling lambat pada minggu kedua bulan September tahun anggaran berjalan untuk mendapatkan persetujuan bersama. ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku penjabatpelaksana tugas Bupati danatau selaku pimpinan sementara DPRD yang menandatangani persetujuan bersama. 3 Pengambilan keputusan bersama DPRD dan Bupati terhadap rancangan Peraturan Daerah tentang P.APBD dilakukan paling lambat 3 tiga bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir. 4 Penyampaian rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disertai dengan nota keuangan Perubahan APBD. 5 Atas dasar persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat 2, Bupati menyiapkan rancangan Peraturan Bupati tentang penjabaran P.APBD. Pasal 143 Rancangan Peraturan Bupati tentang Penjabaran P.APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 142 ayat 5 dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari: a. ringkasan penjabaran anggaran pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah; b. penjabaran P.APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek, rincian obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan. Pasal 144 1 Pembahasan rancangan Peraturan Daerah tentang P.APBD oleh DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 142 ayat 1 disesuaikan dengan tata tertib DPRD. 2 Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah ditekankan pada kesesuaian rancangan P.APBD dengan KUA dan PPAS. 3 Dalam pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang P.APBD, DPRD dapat meminta RKA-SKPD berkenaan dengan programkegiatan tertentu. 4 Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dituangkan dalam dokumen persetujuan bersama antara Bupati dan DPRD. 5 Persetujuan bersama antara Bupati dan DPRD terhadap rancangan Peraturan Daerah tentang P.APBD ditandatangani oleh Bupati dan Pimpinan DPRD paling lama 3 tiga bulan sebelum tahun anggaran berakhir. 6 Dalam hal Bupati danatau Pimpinan DPRD berhalangan tetap, maka pejabat yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang selaku penjabatpelaksana tugas Bupati danatau selaku Pimpinan Sementara DPRD yang menandatangani persetujuan bersama. 7 Atas dasar persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat 4, Bupati menyiapkan rancangan Peraturan Bupati tentang Penjabaran P.APBD. 8 Hasil pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang P.APBD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Bupati, beserta dengan Rancangan Peraturan Bupati tentang penjabaran P.APBD disampaikan kepada Gubernur paling lama 3 tiga hari kerja sejak persetujuan bersama untuk dievaluasi. Bagian Kedua Penetapan Peraturan Daerah tentang P.APBD dan Peraturan Bupati tentang Penjabaran P.APBD Pasal 145 1 Apabila Gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan Peraturan Daerah tentang P.APBD dan rancangan Peraturan Bupati tentang penjabaran P.APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Bupati menetapkan rancangan dimaksud menjadi Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati paling lama 7 tujuh hari kerja sejak hasil evaluasi diterima. rancangan Peraturan Bupati tentang penjabaran P.APBD tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Bupati bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7 tujuh hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi. 3 Hasil penyempurnaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 ditetapkan dengan keputusan Pimpinan DPRD dan menjadi dasar penetapan Peraturan Daerah. 4 Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang P.APBD dan Peraturan Bupati tentang penjabaran P.APBD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan paling lambat 3 tiga bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir. 5 Dalam hal Bupati berhalangan tetap, maka pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku penjabatpelaksana tugas Bupati yang menetapkan Peraturan Daerah tentang P.APBD dan Peraturan Bupati tentang penjabaran P.APBD. 6 Bupati menyampaikan Peraturan Daerah tentang P.APBD dan Peraturan Bupati tentang penjabaran P.APBD kepada Gubernur paling lambat 7 tujuh hari kerja setelah ditetapkan. Paragraf 3 Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD Pasal 146 1 PPKD memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar menyusun dan menyampaikan rancangan DPA-SKPD paling lambat 3 tiga hari kerja setelah Peraturan Daerah tentang perubahan APBD ditetapkan. 2 DPA-SKPD yang mengalami perubahan dalam tahun berjalan seluruhnya harus disalin kembali kedalam Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah DPPA-SKPD. 3 Dalam DPPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat 2 terhadap rincian obyek pendapatan, belanja atau pembiayaan yang mengalami penambahan atau pengurangan atau pergeseran harus disertai dengan penjelasan latar belakang perbedaan jumlah anggaran sebelum dilakukan perubahan dan setelah dilakukan perubahan. 4 DPPA-SKPD dapat dilaksanakan setelah dibahas TAPD, dan disahkan oleh PPKD berdasarkan persetujuan Sekretaris Daerah selaku Koordinator Pengelola Keuangan Daerah. BAB X PENGELOLAAN KAS Bagian Pertama Pengelolaan Penerimaan dan Pengeluaran Kas Pasal 147 1 Untuk mengelola kas daerah, bendahara umum daerah membuka rekening kas umum daerah pada bank yang sehat. 2 Penunjukan bank sebagai penempatan rekening kas umum daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan dengan keputusan Bupati dan diberitahukan kepada DPRD. Bagian Kedua Pengelolaan Kas Non anggaran Pasal 148 Pasal 149 Mekanisme dan tata cara pengelolaan penerimaan dan pengeluaran kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147 dan pengelolaan kas non anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 148 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XI PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH