kegiatan ekonomi dilakukan oleh seseorang pasti kegiatan itu diikuti oleh norma hukum yang menjadi rambu pelaksananya. Hukum yang mengikuti kegiatan ekonomi ini merupakan seperangkat norma yang mengatur hubungan kegiatan ekonomi dan ini selalu
dipengaruhi oleh sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara. Untuk Indonesia dasar kegiatan hukum ekonomi itu terletak pada pasal 33 UUD 1945 dan beberapa peraturan deviratif lainnya.
Hukum dan ekonomi ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan dan saling melengkapi. Di negara-negara maju seperti
Singapore sebelum produk-produk ekonomi diterjunkan ke pasar bebas, terlebih dahulu dibuat aturan hukum untuk melindungi penggunanan produk-produk ekonomi tersebut oleh masyarakat. Misalnya dalam bidang produk Hand Phone, masyarakat dilarang
keras mempergunakan Hand Phone di tempat-tempat umum yang memerlukan ketenangan seperti di perpustakaan, di rumah sakit
dan juga dilarang mempergunakan Hand Phone dikala menyetir motir. Apabila hal tersebut dilakukan maka dihukum dengan hukuman berat. Di Indonesia, hal ini belum dilakukan, banyak produk-produk ekonomi telah diluncurkan, hukum belum dibuat
menyertai produk ekonomi tersebut. Orang-orang bebas mempergunakan Hand Phone semaunya, di sembarang tempat dan situasi.
Demikian juga dengan produk-produk ekonomi lain, seperti komputer dan penggunaan alat-alat elektronik dalam bidang ekonomi, sebahagian besar produk-produk itu belum ada hukum yang mengaturnya untuk menuju kepada ketertiban dan kedamaian.
Era globalisasi yang melanda dunia saat ini telah membuat pergaulan masyarakat dunia semakin terbuka, batas-batas negara dalam
pengertian ekonomi dan hukum semakin erat. Kedua hal ini selalu berjalan secara bersamaan. Oleh karena itu, segala hal yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi yang telah dibahas dalam GATT, WTO dan lembaga-lembaga ekonomi Internasional
lainnya harus menjadi pertimbangan serius dalam membangun hukum ekonomi Indonesia. Hal ini penting karena prinsip
management accros berbeda saat ini tidak bisa dibendung lagi dan bergerak terus ke arah satu pemahaman bagaimana meratakan ekonomi dunia. Negara-negara yang mengasingkan diri dari pergaulan ekonomi dunia, tidak meratifikasi hukum ekonomi
Internasional menjadi hukum ekonomi nasional, maka negara tersebut akan ketinggalan zaman.
III. TENTANG HUKUM EKONOMI.
Para ahli ekonomi dan hukum masih berbeda pendapat tentang hukum ekonomi. Apakah hukum ekonomi itu masuk dalam ranah study ekonomi ? Apakah hukum ekonomi itu masuk dalam ranah study hukum ? Apakah hukum ekonomi itu harus dipelajari secara
komprehensif ? Di samping hukum ekonomi itu berangkat dari dua ranah study yang berbeda, hukum ekonomi juga masih diperdebatkan tentang ruang lingkupnya, sehingga timbul ketidak serasian mengenai istilah hukum ekonomi itu sendiri. Juga masih
diperdebatkan tentang cakupan substansi dan berbagai hal yang ada dalam hukum ekonomi, yang masih tarik menarik antara ilmu hukum dan ilmu ekonomi. Yang selalu dipersoalkan apakah hukum ekonomi itu merupakan study tentang hukum tentang ekonomi,
hukum dan ekonomi, hukum ekonomi pembangunan, hukum ekonomi dan sebagainya. Istilah hukum ekonomi economic law, wirthaftrecht, droit economique sudah dikenal di Negara Inggris sejak tahun 1760-an.
Kemudian hukum ekonomi berkembang di negara-negara Eropa lainnya, terutama negara yang mengalihkan kegiatan ekonomi dari
pertanian ke industri. Di Perancis hukum ekonomi dikembangkan sejak tahun 1830 sampai 1850 dengan melakukan unifikasi dan kodifikasi hukum dagang Perancis ke dalam Code Civil dan Code du Commerce serta mengkodifikasikan hukum pidana ke dalam
Code Penal. Demikian juga yang berlaku di negara Belanda yang mengambil alih Code Napoleon dan paham-paham yang
didasarinya ke dalam Burgerlijk Wetboek BW dan Wetboek van Koophandel tahun 1838. Ketika Belanda menjajah Indonesia, kitab hukum BW dan Wvk diberlakukan di Indonesia sejak tahun 1848 dan kedua kitab hukum ini sumbernya sama dengan kitab
hukum yang diberlakukan di Belanda dan Perancis.
Meskipun hukum ekonomi sudah dikenal dalam BW dan WvK yang diberlakukan oleh Belanda di Indonesia, tetapi pada waktu itu para ahli hukum belum memberi tempat yang wajar dalam kajian hukum di Indonesia. Hukum ekonomi merupakan bidang hukum
yang masih relatif baru, masih belum dikenal dalam tata hukum Indonesia. Pada tahun 1978 para ahli hukum telah mengkonstatir
laporan Simposium Pembinaan Hukum Ekonomi Nasional yang diselenggarakan oleh BPHN Departemen Kehakiman RI dengan suatu kesimpulan bahwa mengenai pengertian dan ruang lingkup hukum ekonomi Indonesia masih terdapat perbedaan kecuali
penggunaan istilah hukum ekonomi sebagai wadah pengelompokkan cabang ilmu hukum yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
ekonomi. Sejak itulah pembahasan mengenai hukum ekonomi mulai dikaji secara ilmiah dikalangan perguruan tinggi. Sri Redjeki Hartono[6] memberi batasan hukum ekonomi adalah rangkaian perangkat peraturan yang mengatur kegiatan ekonomi
yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi. Dari definisi ini ada dua unsur yang saling berkaitan yaitu pertama : perangkat peraturan
adalah serangkaian peraturan dari Undang-undang sampai peraturan pelaksananya yang secara substansial mengatur seluruh atau sebagian kegiatan ekonomi pada umumnya, kedua : kegiatan ekonomi yang paling utama adalah kegiatan produksi dan distribusi.
Kegiatan ini pada dasarnya berada dalam dua ranah bidang hukum utama yakni ranah hukum privat dan ranah hukum publik.
Dengan demikian, hukum ekonomi mengandung pengertian yang operasional karena mempunyai dua metode pendekatan sekaligus yaitu pendekatan makro yang memanfaatkan ilmu lain untuk dijadikan pisau analisa masalah hukum dan untuk kajian perlindungan
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager
] plugin from www.ProfProjects.com | Page 317 |
publik dan konsumen. Sedangkan pendekatan mikro adalah untuk mengkaji hubungan hukum para pihak sesuai target dalam mencapai sasaran bisnis.
Sunaryati Hartono[7] menjelaskan bahwa hukum ekonomi Indonesia adalah keseluruhan kaedah-kaedah dan putusan-putusan hukum yang secara khusus mengatur kegiatan dan kehidupan ekonomi di Indonesia. Dalam hal ini, karena ekonomi Indonesia sudah
merupakan suatu verwaltungswirtskaft, maka tidak dapat dan tidak perlu diadakan perbedaan, apakah kaedah-kaedah itu merupakan
kaedah-kaedah hukum perdata atau kaedah hukum publik. Lebih lanjut Sunaryati Hartono[8] mengatakan bahwa hukum ekonomi itu bersifat lintas sektoral dan interdisipliner karena ia tidak hanya bersifat hukum perdata, tetapi juga berkaitan erat dengan hukum
Administrasi Negara, Hukum Antar Wewenang, Hukum Pidana dan juga tidak dapat mengabaikan Hukum Publik Internasional dan
Hukum Perdata Internasional. Hukum Ekonomi Indonesia juga memerlukan landasan pemikiran dari bidang-bidang non hukum, seperti Filsafat, sosiologi, administrasi pembangunan dan dari ilmu ekonomi itu sendiri, serta ilmu wilayah, ilmu lingkungan bahkan
kalau perlu dari futurologi. Disebut hukum ekonomi bersifat transnasional, karena hukum ekonomi tidak lagi dapat ditinjau dan
dibentuk secara intern nasional saja, tetapi memerlukan pendekatan transnasional dengan melihat segala peristiwa yang terjadi baik skala nasional maupun internasional.
Menurut Erly Ernawati[9] kaedah-kaedah hukum ekonomi secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua katagori besar yaitu
kaedah hukum yang bersifat administratif dan kaedah hukum yang bersifat substantif atau materiel. Kaedah hukum ekonomi yang bersifat administratif berupa ketentuan-ketentuan hukum administrasi negara mengenai aspek-aspek prosedural dari aktivitas dan
transaksi ekonomi. Kaedah hukum yang bersifat administrasi ini dibuat oleh pihak eksekutif dan mempunyai kekuatan memaksa
yang levelnya berada di bawah undang-undang. Kaedah hukum ekonomi yang bersifat administratif dapat ditemukan dalam beberapa peraturan pemerintah seperti PP No. 13 Tahun 1987 tentang izin Usaha Industri. Sedangkan kaedah hukum ekonomi yang
bersifat materiel adalah segala ketentuan hukum yang dibuat oleh pihak legislatif, eksekutif dan legislatif, baik dibuat secara
bersama-sama atau sendiri-sendiri mengenai aspek materiel dari aktivitas dan transaksi ekonomi. Kaedah hukum ekonomi yang bersifat materil ini ada yang bersifat memaksa dan adapula yang bersifat mengatur. Contohnya : UUD, Ketetapan MPR, UU dan
Putusan Hakim.
Memperhatikan uraian di atas, dapat diketahui bahwa hukum ekonomi Indonesia jangkauannya luas sekali. Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran atas tugas BPHN 1975-1976 telah mengklasifikasi hukum ekonomi Indonesia menjadi dua kelompok
besar yaitu[10] :
Hukum Ekonomi Pembangunan. Pembahasan dalam kelompok ini menyangkut pengaturan dan pemikiran hukum mengenai cara-cara peningkatan dan
pengembangan kehidupan ekonomi Indonesia peningkatan produksi secara nasional dan berencana yang meliputi antara lain : Tanah, Bentuk-bentuk usaha, Penanaman modal asing, Kridit dan bantuan luar negeri, Perkriditan dalam negeri perbankan, Paten,
merk dan tranfer of know how, Asuransi, Import-eksport, Pertambangan, Perburuhan, Perumahan, Pengangkutan dan Perjanjian Internasional
Hukum Ekonomi Sosial Pembahasan dalam kelompok ini adalah segala hal yang menyangkut pengaturan dan pemikiran hukum mengenai cara-cara
pembagian hasil pembagian ekonomi nasional secara adil dan merata, sesuai dengan martabat kemanusiaan HAM manusia Indonesia yang meliputi antara lain : Obat-obatan, Kesehatan dan keluarga berencana, Perumahan, Bencana alam, Transmigrasi,
Pertanian, Bentuk-bentuk perusahaan rakyat, Bantuan dan pendidikan bagi pengusaha kecil, Perburuhan, Pendidikan, Penderita cacat, Orang-orang miskin dan Orangtua dan pensiunan.
Sementara itu, dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara GBHN tahun 1993 hukum ekonomi nasional dibagi kepada 18 sektor,
sehingga hukum ekonomi nasional dikatagorikan atas hukum ekonomi seperti tersebut dibawah ini[11] :
Hukum ekonomi industri Hukum ekonomi pertanian
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager
] plugin from www.ProfProjects.com | Page 417 |
Hukum ekonomi tenaga kerja Hukum ekonomi perdagangan
Hukum ekonomi transportasi Hukum ekonomi pertambangan
Hukum ekonomi kehutanan
Hukum ekonomi usaha nasional Hukum ekonomi parawisata
Hukum ekonomi pos dan telekomunikasi
Hukum ekonomi koperasi Hukum ekonomi pembangunan daerah
Hukum ekonomi kelautan
Hukum ekonomi kedirgantaraan Hukum ekonomi keuangan
Hukum ekonomi transmigrasi
Hukum ekonomi energi Hukum ekonomi lingkungan hidup.
Mengingat luasnya cakupan yang menjadi kajian hukum ekonomi nasional Indonesia, Rachmadi Usman[12] menjelaskan bahwa secara garis besar perundang-undangan yang berkaitan dengan kegiatan dan kehidupan perekonomian dapat dikelompokkan atas
pertama : perundang-undangan perekonomian yang menyangkut keuangan, perbankan dan moneter, kedua : perundang-undangan
perekonomian yang menyangkut produksi dan perindustrian, ketiga : perundang-undangan yang menyangkut distribusi, konsumsi dan perdagangan. Ketiga hal inilah yang membentuk sistem hukum ekonomi nasional Indonesia, yang didahului dengan peletakan
cita hukum dan asas hukum ekonomi nasional. Atas dasar cita hukum dan asas hukum ekonomi nasional ini lahirlah perbagai aturan
hukum ekonomi nasional yang termuat dalam sejumlah kaedah-kaedah hukum ekonomi nasional. Secara perbandingan, Sumantoro[13] menjelaskan ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan pengkajian Hukum Ekonomi
yaitu :
Eksistensi Hukum Ekonomi dalam perkembangan sekarang lebih mudah dipahami di negara dengan sistem hukum Anglo Saxon. Di negara ini sistem hukumnya berdasarkan pada Hukum Kebiasan Common Law. Dengan sistem ini penyesuaian hukum dengan
perkembangan kebiasaan lebih mudah diselenggarakan, dan munculnya Hukum Ekonomi tidak menjadi persoalan, melainkan secara evolusi tumbuh bersama perkembangan kebiasaan itu. Pengkotakan hukum dalam bidang-bidang secara ketat yang dilakukan dalam
sistem Hukum Kontinental seperti ke dalam Hukum Dagang dan Hukum Perdata, tidak dialami secara kaku dalam sistem Hukum
Anglo Saxon. Karena itu eksistensi Hukum Ekonomi di negara dengan sistem Hukum Anglo Saxon tidak menjadi soal, seperti di negara dengan sistem Hukum Kontinental.
- Di negara dengan sistem Hukum Kontinental, eksistensi hukum yang baru harus dapat meyakinkan baik secara mikro maupun makro, dapat menunjukkan justifikasi eksistensinya serta hubunganya dengan perangkat hukum lainnya. Di sini
pertimbangan hukum yang telah ada dan pembagian kerjaruang lingkup pengaturan dari masing-masing bidang hukum dengan bidang Hukum Ekonomi perlu dibakukan ;
Atas dasar itu banyak kalangan yang masih belum secara yakin meyebutkan eksistensi Hukum Ekonomi dan dengan secara hati-hati dan menghindarkan tabrakan dengan ruang lingkup bidang hukum yang lain. Penyebutan Hukum Ekonomi Pembangunan,
Hukum Ekonomi Sosial, Hukum Ekonomi Internasional, Hukum Ekonomi dan Pembangunan, dan sebagainya merupakan
manifestasi dari kekurang yakinan tersebut. Di luar negeri juga dialami hal yang sama sehingga kita temui istilah seperti : Economic Law, Social Economish Recht dan sebagainya. Uraian mengenai perihal ini telah dibahas dalam laporan Tim Tahun 19801981.
- Negara Belanda, yang sistem hukumnya mejadi pola sistem hukum Indonesia, ternyata telah mengalami proses pengembangan Hukum Ekonomi yang tidak sederhana, sehingga apa yang dialami di Indonesia sekarang ini memang wajar
dan dapat dipahami. Namun orientasi penyerasian interaksi pembangunan hukum dan pembangunan ekonomi, mendorong kegiatan pengkajian untuk memproses eksistensi Hukum secara lebih cepat dan baku.
Lebih lanjut Sumantoro[14] menjelaskan bahwa untuk sebagian dari bidang ekonomi, lebih-lebih yang menyangkut kepentingan
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager
] plugin from www.ProfProjects.com | Page 517 |
orang banyak, diperlukan Hukum Publik yang menyangkut Hukum Ekonomi. Bidang-bidang yang perlu pembinaan ialah :
- Tenaga kerja dan perlindungan tenaga kerja. Termasuk didalamnya transmigrasi, sesuai dengan Undang-undang No. 3 Tahun 1972 Pasal 2 dan sesuai dengan Pasal 16 termasuk dalam Hukum Publik.
- Produksi dan perlindungan terhadap bahaya-bahaya yang timbul selama produksi yang dapat membahayakan perseorangan atau masyarakat sekelilingnya, termasuk perlindungan terhadap lingkungan hidup. Lebih-lebih produksi bahan yang
menyangkut hajat hidup orang banyak, misalnya hasil-hasil minyak dan gas bumi, atom, seperti terlihat dalam
Undang-undang Pertamina dan yang menyangkut tenaga atom. - Perlindungan konsumen terhadap bahaya-bahaya yang mungkin timbul karena kesalahan produksi, penipuan dan bahan
yang dapat membahayakan orang banyak. - Distribusi dan pemasaran bahan-bahan yang vital, seperti minyak bakar dan beras, yang masing-masing diatur secara
langsung oleh negara lewat aparat-aparatnya.
Atas dasar itu Hukum Ekonomi mempunyai peranan dalam pengaturan bidang ekonomi modern yang tidak tercakup dalam peraturan perundangan yang ada, dan dapat memantapkan pengaturan yang berkaitan dengan bidang ekonomi yang terdapat pada
cabang hukum yang lain. Meskipun demikian substansi Hukum Ekonomi harus sejalan dengan UUD 1945 dan Pancasila, meliputi
aspek-aspek hukum yang mempunyai kaitan dengan kegiatan ekonomi. Dalam arti sempit, mencakup kegiatan ekonomi yang mempunyai sifat pembangunan perkembangan ekonomi. Berdasarkan pendekatan tersebut maka Hukum Ekonomi mempunyai
orientasi pembangunan sehingga pengkajian hukum ini sering ditegaskan sebagai mengkaji Hukum Ekonomi Pembangunan.
Pendekatan ini juga searah dengan fungsi hukum sebagai agent for modernization dan sebagai tool of social engineering. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dapat diketahui bahwa kajian hukum ekonomi merupakan satu kajian yang cukup menarik
karena selalu berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan manusia, baik tingkat regional maupun nasional dalam suatu
negara. Lajunya perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi telah mendorong lahirnya kaedah-kaedah hukum untuk mengatur jalannya kegiatan ekonomi baik nasional maupun Internasional. Kegiatan ekonomi yang berkembang begitu pesat memerlukan
rambu-rambu hukum untuk mengatur para pelaku ekonomi agar tidak saling merugikan dalam menjalankan bisnisnya, persaingan yang harus dilakukan adalah persaingan yang sehat dengan aturan yang berlaku.
IV. ARAH PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL