orang banyak, diperlukan Hukum Publik yang menyangkut Hukum Ekonomi. Bidang-bidang yang perlu pembinaan ialah :
- Tenaga kerja dan perlindungan tenaga kerja. Termasuk didalamnya transmigrasi, sesuai dengan Undang-undang No. 3 Tahun 1972 Pasal 2 dan sesuai dengan Pasal 16 termasuk dalam Hukum Publik.
- Produksi dan perlindungan terhadap bahaya-bahaya yang timbul selama produksi yang dapat membahayakan perseorangan atau masyarakat sekelilingnya, termasuk perlindungan terhadap lingkungan hidup. Lebih-lebih produksi bahan yang
menyangkut hajat hidup orang banyak, misalnya hasil-hasil minyak dan gas bumi, atom, seperti terlihat dalam
Undang-undang Pertamina dan yang menyangkut tenaga atom. - Perlindungan konsumen terhadap bahaya-bahaya yang mungkin timbul karena kesalahan produksi, penipuan dan bahan
yang dapat membahayakan orang banyak. - Distribusi dan pemasaran bahan-bahan yang vital, seperti minyak bakar dan beras, yang masing-masing diatur secara
langsung oleh negara lewat aparat-aparatnya.
Atas dasar itu Hukum Ekonomi mempunyai peranan dalam pengaturan bidang ekonomi modern yang tidak tercakup dalam peraturan perundangan yang ada, dan dapat memantapkan pengaturan yang berkaitan dengan bidang ekonomi yang terdapat pada
cabang hukum yang lain. Meskipun demikian substansi Hukum Ekonomi harus sejalan dengan UUD 1945 dan Pancasila, meliputi
aspek-aspek hukum yang mempunyai kaitan dengan kegiatan ekonomi. Dalam arti sempit, mencakup kegiatan ekonomi yang mempunyai sifat pembangunan perkembangan ekonomi. Berdasarkan pendekatan tersebut maka Hukum Ekonomi mempunyai
orientasi pembangunan sehingga pengkajian hukum ini sering ditegaskan sebagai mengkaji Hukum Ekonomi Pembangunan.
Pendekatan ini juga searah dengan fungsi hukum sebagai agent for modernization dan sebagai tool of social engineering. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dapat diketahui bahwa kajian hukum ekonomi merupakan satu kajian yang cukup menarik
karena selalu berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan manusia, baik tingkat regional maupun nasional dalam suatu
negara. Lajunya perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi telah mendorong lahirnya kaedah-kaedah hukum untuk mengatur jalannya kegiatan ekonomi baik nasional maupun Internasional. Kegiatan ekonomi yang berkembang begitu pesat memerlukan
rambu-rambu hukum untuk mengatur para pelaku ekonomi agar tidak saling merugikan dalam menjalankan bisnisnya, persaingan yang harus dilakukan adalah persaingan yang sehat dengan aturan yang berlaku.
IV. ARAH PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL
Pembangunan ekonomi pada zaman jajahan Belanda diarahkan segala potensi untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari Hindia Belanda, terutama barang mentah untuk dipergunakan sebagai barang baku bahan industri di Belanda.
Dengan bantuan Pasal 163 dan 131 Indische Staatsregeling yang dinyatakan berlaku bagi orang-orang Timur Asing, Belanda lebih mudah mendapatkan bahan-bahan mentah yang diperlukannya untuk industri di negerinya dengan menjadikan orang-orang Timur
Asing itu sebagai pedagang perantara, yakni perantara antara golongan Bumi Putera sebagai penghasil barang-barang mentah di satu
pihak dengan pedagang besar Eropa The big five di lain pihak. Dengan semboyan membiarkan masyarakat Bumi Putra dalam suasana hukum adatnya sendiri, terciptalah suatu keadaan di mana bangsa Indonesia tetap sebagai kaum tani miskin sepanjang
hidupnya.
Arah Belanda untuk mendapat untung yang besar, maka dikeluarkalah peraturan Agrarische Wetgeving tahun 1870 dan dengan peraturan ini usaha cultuurstelsel yang diberlakukan kepada penduduk bumi putra dapat berjalan dengan baik. Sementara itu,
orang-orang Timur Asing yang dari semula memang pandai berdagang, diikut sertakan dalam kegiatan ekonomi dan perdagangan.
Sementara orang Indonesia dijadikan subyek sebagai petani yang menghasilkan barang mentah, yang untuk selanjutnya dijual kepada orang-orang Eropa melalui orang Timur Asing yang dijadikan broker perantara. Dilihat dari politik hukum ekonomi
Belanda, peraturan yang diberlakukan di Hindia Belanda sangat berhasil mengukuhkan struktur ekonomi yang dualistis di Indonesia.
Berdasarkan politik hukum Hindia Belanda yang demikian lahirlah perbagai peraturan yang mengatur kegiatan dan perekonomian golongan penduduk Hindia Belanda yang merupakan suatu verwaltung swirtshaft. Pada saat ini hukum digunakan sebagai sarana
untuk mereka masyarakat sehinga pemerintah Belanda dapat menarik keuntungan yang besar dalam pendayagunaan kekayaan alam
di Indonesia. Golongan Eropa diberikan kebebasan menguasai perekonomian Hindia Belanda dengan hukumnya sendiri. Walaupun demikian, dalam hal-hal tertentu golongan Timur Asing dan Bumi Putra juga ditundukkan kepada hukum harta kekayaan golongan
Eropa.
Setelah proklamasi kemerdekaan, kondisi hukum ekonomi mulai ditata kembali dengan cara mengubah ciri hukum ekonomi dari kaedah hukum yang membatasi hukum perdata Droit economique menjadi Droit de IEconomic yakni menjadikan kaedah hukum
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager
] plugin from www.ProfProjects.com | Page 617 |
yang berserakan dalam hukum perdata, hukum dagang, hukum Tata Negara, hukum Internasional, hukum Perdata Internasional, hukum pajak, hukum Internasional dan hukum Administrasi Negara dalam kaedah hukum ekonomi. Dengan demikian, kaedah
hukum ekonomi bertambah jumlahnya dan mempunyai ciri sendiri yang berbeda dengan kaedah hukum yang lain. Secara kualitatif, hukum ekonomi pada awal kemerdekaan Republik Indonesia mengalami perubahan dalam perkembangannya. Proses ini berjalan
terus sehingga menjadi disiplin ilmu tersendiri, meskipun masih ada saling tarik menarik antara ilmu hukum dan ilmu ekonomi ;
Pada masa orde lama belum banyak perkembangan dalam bidang pembangunan ekonomi, pada waktu itu peranan pemerintah lebih menonjol dalam bidang pembangunan politik daripada pembangunan ekonomi. Pada masa orde baru hukum ekonomi mengalami
perkembangan yang sangat cepat, seiring dengan restrukturisasi atau pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah.
Restrukturisasi ekonomi ini telah memberikan pengaruh secara langsung terhadap dinamika dan pergeseran terhadap hukum ekonomi di Indonesia. Pengaruh restrukrisasi perekonomian terhadap hukum ekonomi Indonesia juga memberi identitas tersendiri
terhadap hukum yang berlaku dan berkembang saat ini. Dengan dilancarkannya Repelita I, II dan III dapat diketahui bahwa arah dan
struktur pembangunan ekonomi Indonesia sudah merupakan suatu Verwaltungswirtskaft, meskipun belum mencapai dan melalui fase-fase Geldwirtschaft dan Kreditwirtschaft seperti negara-negara maju di Eropa.
Apabila dilihat dari perkembangan pembangunan nasional yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Orde Baru melalui tahapan
Pelita dan konsep dasar pembangunan yang terkandung dalam Garis-garis Besar Haluan Negara GBHN, maka dapat diketahui bahwa bangsa Indonesia sedang menjalani suatu proses modernisasi nasional di segala bidang, terutama segala hal yang menyangkut
pembangunan ekonomi nasional. Hal ini sudah banyak didiskusikan oleh para cendiakiawan dari berbagai disiplin ilmu, yang
menyimpulkan bahwa pembangunan ekonomi suatu hal yang penting dilaksanakan sebab hal itu sangat berkaitan erat dengan usaha untuk mencapai kemakmuran dan kesejateraan. Apabila dilihat dari segi ketahanan nasional, kemantapan dalam bidang ekonomi
akan berdampak positif kepada bidang-bidang kehidupan lain dan tantangan yang terjadi akan mudah dihadapi untuk
menyelesaikannya. Ketika pembentukan Kabinet Pembangunan III, pemerintah bertekad meneruskan usaha pembangunan nasional dalam suatu sistem
yang berencana. Sebagai konsekuensi daripada langkah pelaksanaan ini, dapat dicatat bahwa terdapat kontiniutas yang mantap
dalam rencana pembangunan nasional disemua sektor sebaaimana terlihat dalam Ketetapan MPR No. IV Tahun 1978 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara. Untuk itu eksistensi dan substansi hukum di Indonesia harus sejalan dengan dasar UUD 1945 dan
Pancasila dan selanjutnya harus berfungsi dalam pembangunan nasional. Oleh karena itu pengembangan hukum Indonesia tidak saja diarahkan pada pembaharuan norma-normanya saja, melainkan juga sistemnya, sehingga tidak hanya diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan hukum masa sekarang tetapi juga pada perkembangan hukum ekonomi di masa yang akan datang, baik skala nasional maupun Internasional. Dengan demikian, hukum nasional Indonesia akan mampu menanggapi permasalahan yang dihadapi tata
ekonomi Internasional baru, perkembangan MNC dan penanaman modal Asing dan kegiatan lainnya.
Pada waktu pemerintah orde baru berakhir pada tahun 1997, kondisi ekonomi nasional berada dalam keadaan krisis. Menurut Bahaudin Darus[15] penyebab ambruknya ekonomi nasional ialah hutang swasta yang mencapai jumlah US 120 miliar ditambah
dengan hutang pemerintah, sehingga jumlahnya mendekati US 175 miliar kontan pada tanggal 4 Mei 1998. Bank Indonesia
diperkirakan menderita kerugian Rp.83,5 trilion setelah menalangi enam Bank Take Over BTO yang masuk dalam Badan Penyehatan Perbankan Nasional BPPN. Kerugian ini disebabkan oleh beragam hal, diantaranya demikian besarnya hutang atau
kewajiban bank bermasalah, sementara nilai aset bank itu di jual tuntas, namun belum cukup untuk mengembalikan dana talangan
yang telah dikucurkan oleh Bank Indonesia sebesar Rp.109.579 per 12 Mei 1998. Kecilnya asset yang dimiliki itu tidak sesuai dengan yang dilaporkan yang menyatakan bahwa total asset bank yang bangkrut itu mencapai trilion rupiah tetapi ketika dicek
ulang, ternyata tidak benar.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dalam era reformasi ini arah pembangunan ekonomi diarahkan sesuai dengan GBHN tahun 1999-2004 yang intinya mempercepat pemulihan ekonomi dan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Tujuan pembangunan tersebut
dicapai dengan labih memperdayakan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional terutama usaha mikro, kecil, menengah
dan koperasi melalui pengembangan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan serta berbasis sumber daya alam serta sumber daya manusia yang produktif dan mandiri. Adapun sasaran utama adalah pertumbuhan
ekonomi yang semakin meningkat, turunnya jumlah pengangguran dan menurunnya jumlah penduduk yang miskin. Sasaran lain
semakin kukuhnya ketahanan ekonomi nasional yang ditunjukkan oleh meningkatnya daya saing dan effesiensi perekonomian yang kuat berdasarkan keunggulan konpetitif serta meningkatnya dan lebih meratanya ketersediaan sarana dan prasarana pembangunan.
Agar tujuan dan sasaran pembangunan sebagaimana tersebut di atas dapat berjalan dengan baik, maka akan dilaksanakan berbagai
program pembangunan nasional di bidang ekonomi yang secara terpadu dikelompokkan ke dalam tujuh kelompok program percepatan pemulihan ekonomi dan penciptaan landasan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Prioritas jangka pendek kurun
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager
] plugin from www.ProfProjects.com | Page 717 |
waktu 1-2 tahun diberikan pada program-program untuk mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran yang meningkat pesat selama krisis. Prioritas pembangunan ekonomi jangka menengah adalah program-progam untuk meletakkan landasan pembangunan
ekonomi berkelanjutan. Ketujuh kelompok program adalah pertama : menanggulangi kemiskinan dan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, kedua :
mengembangkan usaha skala mikro, kecil, menengah dan koperasi sebagai tulang punggung sistem ekonomi kerakyatan dan
memperluas partisipasi masyarakat dalam pembangunan, ketiga : menciptakan stabilitas ekonomi dan keuangan agar tercipta iklim yang kondusif bagi peningkatan investasi dan ekspor yang sangat penting bagi percepatan pemulihan ekonomi dan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan, keempat : memacu peningkatan daya saing utama untuk meningkatkan ekspor non migas, termasuk
parawisata dan memperkuat ketahanan ekonomi nasional, kelima : meningkatkan investasi berdasarkan ekuitas dari pada berdasarkan pinjaman, keenam : menyediakan sarana dan prasarana penunjang pembangunan ekonomi transportasi, pos,
telekomunikasi, informatika, listrik, energi dan pertambangan serta pengairan dan irigasi, ketujuh : memanfaatkan kekayaan sumber
daya alam nasional dengan tetap memperhatikan prinsip keberlanjutan sustainability dan kelestarian lingkungan[16]. Propenas 2000-2004 telah menentukan bahwa pembangunan ekonomi Indonesia yang akan datang harus berbeda dari wujud
perekonomian Indonesia pada masa yang lalu. Wujud perekonomian Indonesia yang akan dibangun harus lebih adil dan merata,
mencerminkan peningkatan peran daerah dan memperdayakan seluruh rakyat, berdaya saing dengan basis effesiensi serta menjamin keberlanjutan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Arah kebijakan pembangunan dalam bidang ekonomi
sebagaimana tersebut dalam propenas 2000-2004 dalam bidang ekonomi antara lain dengan cara mengembangkan sistem ekonomi
kerakyatan yang bertumbu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan yang sehat dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi, nilai-nilai keadilan, kepentingan sosial, kualitas hidup pembangunan berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan sehingga terjamin kesempatan yang sama dalam usaha dan bekerja, perlindungan hak-hak konsumen, serta perlakuan
yang adil bagi seluruh rakyat Indonesia. Krisis ekonomi tahun 19971998 telah memberikan pelajaran yang sangat mahal dan berharga bagi bangsa Indonesia. Krisis telah
memaksa Indonesia untuk melakukan perubahan yang perlu dalam rangka koreksi kelemahan dan kesalahan masa lalu. Masalah
ekonomi, politik, sosial dan hukum mengalami transformasi dan reformasi menuju kepada suatu sistem baru yang diharapkan akan lebih berkeadilan, andal dan berkelanjutan. Meskipun demikian, transformasi dan reformasi yang telah menghasilkan berbagai
perubahan tersebut masih belum mencapai hasil yang memuaskan. Bahkan berbagai langkah transformasi dan reformasi awal telah menghasilkan berbagai implikasi rumit yang harus dan terus menuntut pemecahan masalah yang lebih sistimatis dan konsisten.
Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009 menyebutkan bahwa permasalahan dan tantangan pembangunan yang dihadapi dalam 5 lima ke depan akan menentukan agenda,
sasaran serta program pembangunan yang juga harus bersifat lintas kaitan dan lintas kordinasi yaitu pertama : masih rendahnya
pertumbuhan ekonomi mengakibatkan rendah dan menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat dan munculnya berbagai masalah sosial yang mendasar, kedua : kualitas sumber daya manusia yang masih rendah, pembangunan pendidikan belum sepenuhnya memenuhi
hak-hak dasar warganegara, ketiga : kualitas manusia berpengaruhi juga oleh kemampuan dalam mengelola sumber daya alam dan
lingkungan hidup, keempat : kesenjangan pembangunan antar daerah masih lebar, seperti antara Jawa dan luar Jawa, antara Kawasan Barat Indonesia KBI dengan Kawasan Timur Indonesia KTI, serta antara kota dan desa, kelima : perbaikan kesejahteraan rakyat
sangat ditentukan oleh dukungan infrastruktur dalam pembangunan, keenam : belum tuntasnya penanganan secara menyeluruh
terhadap aksi separatisme di Aceh dan Papua bagi terjaminnya NKRI, ketujuh : masih tingginya kejahatan konvensional dan trannasional. Meskipun terkendali, variasi kejahatan cenderung meningkat sehinga meresahkan masyarakat, kedelapan : TNI
dihadapkan pada kurangnya kemampuan jumlah dan personil serta permasalahan alutsita yang jauh dari mencukupi dibanding
dengan wilayah yang sangat luas, kesembilan : masih banyaknya peraturan perundang-undangan yang belum mencerminkan keadilan, kesetaraan dan penghormatan serta perlindungan terahadap HAM, masih tumpang tindih peraturan di tingkat pusat dan
daerah yang menghambat iklim usaha, kesepuluh : rendahnya kualitas pelayanan umum dan kesebelas : belum menguatnya
pelembagaan politik lembaga penyelenggara negara dan lembaga kemasyarakatan, masih rendahnya nilai-nilai demokrasi. Berdasarkan permasalahan, tantangan dan keterbatasan yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia, maka ditetapkan Visi
Pembangunan Nasional Tahun 2004-2009 yaitu pertama : terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang aman,
bersatu, rukun dan damai, kedua : terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak asasi manusia serta ketiga : terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak
serta memberikan fondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional tersebut,
maka ditetapkan 3 tiga misi pembangunan nasional tahun 2004-2009 yaitu pertama : mewujudkan Indonesia yang aman dan damai, kedua : mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis, ketiga : mewujudkan Indonesia yang sejahtera.
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager
] plugin from www.ProfProjects.com | Page 817 |
Program pembangunan nasional sebagaimana tersebut di atas tidak akan berhasil jika tidak didukung oleh hukum kuat. Sasaran yang akan ditempuh dalam pembangunan hukum adalah terciptanya sistem hukum nasional yang adil, konsekuen, dan tidak diskriminatif
dan terjaminya konsistensi seluruh peraturan perundang-undangan pada tingkat pusat dan daerah, serta tidak bertentangan dengan peraturan dan peraturan perudangan yang lebih tinggi, dan kelembagaan peradilan dan penegak hukum yang berwibawa, bersih,
profesional dalam upaya memulihkan kembali kepercayaan hukum masyarakat secara keseluruhan. Adapun arah kebijakan yang
akan ditempuh dengan tiga cara yaitu pertama : menata kembali substansi hukum melalui peninjauan dan menata kembali peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan asas umum dan hirarki perundang-undangan, kedua : melakukan pembenahan struktur
hukum melalui penguatan kelembagaan dengan meningkatkan profesionalisme hakim dan staf peradilan serta kualitas sistem
peradilan yang terbuka dan transparan, ketiga : meningkatkan budaya hukum.
V. PERANAN HUKUM DALAM PEMBANGUNAN