Sejarah Perkembangan Desa Sikeben Kecamatan Sibolangit ( 1965-1998 )
SEJARAH PERKEMBANGAN DESA SIKEBEN KECAMATAN
SIBOLANGIT ( 1965-1998 )
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
NAMA
: ETA LUDIKA KELIAT
NIM
: 070706015
DEPARTEMEN SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
Lembar Persetujuan Ujian Skripsi
SEJARAH PERKEMBANGAN DESA SIKEBEN KECAMATAN
SIBOLANGIT ( 1965-1998 )
Yang Diajukan Oleh :
Nama: ETA LUDIKA KELIAT
Nim: 070706015
Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh:
Pembimbing
Dra. Junita Setiana Ginting, M. Si
tanggal,
NIP. 196709081993032002
Ketua Departemen Sejarah
Drs. Edi Sumarno, M. Hum
tanggal,
NIP. 196409221989031001
DEPARTEMEN SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi
SEJARAH PERKEMBANGAN DESA SIKEBEN KECAMATAN
SIBOLANGIT ( 1965-1998 )
Skripsi Sarjana
DIKERJAKAN
O
L
E
H
ETA LUDIKA KELIAT
070706015
Pembimbing
Dra. Junita Setiana Ginting, M. Si
NIP. 196709081993032002
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk
melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam bidang Ilmu Sejarah
DEPARTEMEN SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(4)
Lembar Persetujuan Ketua Departemen
Disetujui oleh:
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DEPARTEMEN SEJARAH
Ketua Departemen
Drs. Edi Sumarno, M. Hum
NIP. 196409221989031001
(5)
Lembar Pengesahan Skripsi Oleh Dekan dan Panitia Ujian
PENGESAHAN:
Diterima oleh:
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Ilmu Budaya
Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan
Pada
:
Tanggal
: 11 Oktober 2013
Hari
: Jumat
Fakultas Ilmu Budaya USU
Dekan
Dr. H. Syahron Lubis, M.A.
NIP. 195110131976031001
Panitia Ujian
No
Nama
Tanda Tangan
1
Drs. Edi Sumarno, M.Hum.
(
………..
)
2
Dra. Nurhabsyah, M.Si.
(...)
3
Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si
(………..
)
4
Drs. Sentosa Tarigan, M.SP.
(...)
5
Dra. Haswita, M.SP.
(...)
(6)
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat-Nya, penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengerjakan tugas
akhir ini. Skripsi ini dikerjakan sebagai tanggung jawab sejarawan dalam
merekonstruksi masa lalu untuk dijadikan pelajaran masa sekarang dan masa yang
akan datang. Di samping itu skripsi ini juga sebagai salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan perkuliahan penulis di Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya
USU (Sejak tanggal 5 Maret 2011 berubah nama dari Fakultas Sastra menjadi
Fakultas Ilmu Budaya).
Adapun judul dari skripsi ini adalah ”
Sejarah Perkembangan Desa Sikeben
Kecamatan Sibolangit ( 1965-
1998 )”
. Tulisan ini menguraikan perubahan
masyarakat Desa Sikeben mulai dari latar belakang historisnya masyarakat membuat
permukiman baru di pinggiran jalan tahun 1965-an, dinamika yang terjadi selama
periode 1965
–
1998 masyarakat yang pergi meninggalkan desa dan masyarakat
pendatang yang akhirnya bermukim dan tinggal di Desa Sikeben, hingga berdirinya
Biara Santa Clara menyebabkan kunjungan orang-orang ke Desa Sikeben meningkat.
Dalam skripsi ini akan diuraikan faktor-faktor perkembangan masyarakat Desa
Sikeben sehingga memberikan perubahan.
(7)
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dalam
tulisan ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dari pembaca demi perbaikan
tulisan ini. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 10 September 2013
Penulis
(8)
UCAPAN TERIMA KASIH
Cobaan dan rintangan yang penulis alami dalam mengerjakan skripsi ini,
begitu besar. Ketika semangat dan perjungan untuk menyelesaikan skripsi ini terhenti
di persimpangan jalan, karena rasa percaya diri yang dialami penulis sudah mulai
redup. Di saat teman-teman satu angkatan penulis sudah sibuk mengerjakan tugas
akhir dan bahkan sudah menyelesaikannya, semakin membuat penulis mundur.
Sehigga dalam hati penulis bertanya, apakah melalui jalan karya dan pengabdian,
atau penyelesaian studi dari kampus untuk kemudian berkarya dan mengabdi bagi
rakyat. Berkat dukungan banyak pihak, penulis menyadari bahwa sudah saatnya
menyelesaikan skripsi agar lebih maksimal berkarya ketika menjadi alumni. Untuk
itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka:
Terima kasih Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai saya dan memberikan
kekuatan kepada saya.
1.
Pertama kali ucapan terima kasih buat kedua orang tua saya, ayah saya tercinta
Bastian Keliat dan ibu saya tersayang Martha br Sebayang, berkat doa dan
dukungan mereka saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih semoga
Tuhan selalu memberkati kalian, saya sayang ayah dan ibu.
2.
Terima kasih kepada abang saya Ermonius Keliat dan istrinya Nova Ariyanti br
Sebayang beserta keponakan saya Angel Ekinia br Keliat dan Noista Batota
Keliat yang selalu menghibur saya dikala saya putus asa berkat seyuman dan
tawa kalian buat saya bertahan, bibik sayang kalian. Adik saya Emira Fujita br
(9)
Keliat, Tri Bintara Keliat dan Jekel Heru Bastanta Keliat terimakasih ya
adik-adikku atas dukungan kalian kepada saya. Saya doakan kalian agar lebih baik
dari saya dan meraih cita-cita yang kalian harapakan tetap semangat dikala
rintangan yang ada kakak sayang kalian.
3.
Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU.
4.
Bapak Drs. Edi Sumarno M.Hum, dan Ibu Dra. Nurhabsyah M.Si selaku Ketua
dan Sekretaris Departemen Sejarah yang telah memberikan saran kepada
penulis.
5.
Ibu Dra. Peninna Simanjuntak, M.S.
selaku dosen wali penulis.
6.
Bapak Drs. J. Fachruddin Daulay, yang telah membimbing penulis dalam
mengerjakan proposal. Ibu Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si. yang telah
membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Terima kasih buat
kesabaran Ibu telah membimbing saya selama ini.
7.
Terima kasih kepada Bapak dan Ibu dosen di Departemen Sejarah yang telah
mendidik penulis selama menjadi mahasiswa.
8.
Terima kasih juga kepada Bang Amperawira yang telah memberikan pelayanan
administrasi di Departemen Sejarah.
9.
Terimakasih buat sahabat-sahabat saya
Rangers
, Leni yang selalu mendukung
saya,
membuat
saya
mengerti
bahwa dalam mengejar impian butuh
pengorbanan. Imelda selalu mengingatkan saya tentang arti perjungan, tetap
semangat dan pantang menyerah. Santio yang selalu memarahi saya,
mengingatkan saya dan membuat saya mejadi orang yang kuat. Terima kasih
(10)
buat
Rangers
berkat kalian saya bisa bertahan hingga akhir, saya sayang kalian
dan akan selalu merindukan kalian.
10.
Terima kasih kepada pak uda Wandi Trapalta Bangun,SE ,bulang Rante Malem
Keliat dan kila saya Armon Surbakti , yang sudah berada di sisi Tuhan, bibik
saya Ermina Malem br Keliat, mak uda Betheria br Sitepu dan seluruh keluarga
saya dari awal hingga akhir selalu mendukung saya. Terima kasih buat
dukungan dan semangat yang kalian berikan kepada saya.
11.
Terima kasih juga kepada Denny Ariesta Sembiring yang selalu ada buat saya,
menguatkan dan mengajarkan tentang kesabaran dengan bersabar semua akan
menjadi indah pada waktunya.
12.
Terima kasih untuk teman-teman sejarah O7 Nora, April, Usman, Mohan,
Azmi, Bona, David, Hendrik, Aka, Andre, Togi, Krisman, Antonius, Sogi,
Astin
a, Sari, Julianto, Andika, siti, Iwan, Sulis, Heri, Oki, Ade, Judika, Naf’an,
Intan, Olida, Asima, Meisia, Okta. Memiliki sejarah yang panjang bersama
kalian melewati hari selama kita sekelas, suka dan duka bersama.
13.
Terima kasih kepada teman saya Maya, Sari dan teman-teman PERMATA
(Persadaan Man Anak Gerejanta ). Terima kasih buat dukungan dan doa kalian.
Tuhan Yesus memberkati kita semua. Dan juga Hap-hap, Nawan, Elel, Igbal
dan Teguh yang sudah menemani saya di detik-detik penghabisaan kuliah saya.
Terima kasih saya ucapkan buat kalian.
14.
Kepada para informan (Radu Keliat, Janes Tarigan, Pdt. Borong Tarigan,
Ponten Tarigan, Podo Nur, Rakuta Sembiring, Jiwa Ginting, Japet Barus,
(11)
Nanam Sembiring, Hormat Barus, Rumen br Tarigan, Daut Ginting,
Bungamari, Tigan br Tarigan, Paulus Tarigan, Bakti Surbakti, Robinson Keliat,
Drs. H. Naibaho dan Rosmaninta br Tarigan).
15.
Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua, khususnya bagi pihak yang tertarik pada
Sejarah Kehidupan Masyarakat Desa Sikeben.
Medan, Agustus 2013
Penulis
(12)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
UCAPAN TERIMA KASIH...iii
DAFTAR ISI...vi
ABSTRAK...ix
BAB I. Pendahuluan...1
1.1 Latar Belakang Masalah...1
1.2 Rumusan Masalah...9
1.3 Tujuan dan Manfaat...10
1.4 Tinjauan Pustaka...11
1.5 Metode Penelitian...13
BAB II. GAMBARAN UMUM DESA SIKEBEN 1965-1998...15
2.1 Letak Geografis dan Kondisi Alam Desa Sikeben...15
2.2.Desa Sikeben Sebelum tahun 1965...18
2.2.1 Sejarah Desa Sikeben……….…18
2.2.2 Kondisi Masyarakat………..21
2.2.3 Sistem Mata Pencaharian Masyarakat………...25
(13)
BAB III. PERKEMBANGAN MASYARAKAT DESA SIKEBEN (1965
–
1998)………...
...29
3.1 Masyarakat Desa Sikeben Tahun 1965-1998... 29
3.1.1 Kehidupan So
sial Budaya………29
3.1.2 Kehidupan Sosial Ekonomi………..36
BAB IV.
PENYEBAB TERJADINYA PERKEMBANGAN DESA SIKEBEN
TAHUN 1965-
1998………..………...45
4.1 Faktor Internal………...45
4.1.1 Kondisi Alam………..45
4.1.2 Masyarakat……….….46
4.2 Faktor Eksternal………...47
4.2.1 Pemerintah………..47
4.2.2 Lembaga Agama……….…48
4.2.3 Masyarakat Pendatang………49
4.3
Tantangan yang Dihadapi dalam Perkembangan Desa Sikeben…………..50
BAB V.
KESIMPULAN DAN SARAN…………..
...56
5.1 Kesimpulan...56
5.2 Saran...61
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN
(14)
ABSTRAK
Desa Sikeben merupakan desa kecil yang berada di Kecamatan Sibolangit.
Masyarakat Desa Sikeben memiliki rasa solidaritas kuat, diperkaya oleh tradisi dan
budaya yang turun-temurun dari nenek moyangnya. Tradisi dan budaya Karo
berlangsung dalam kehidupan masyarakat, baik dalam upacara adat maupun kegiatan
lainnya. Kehidupan yang mereka jalani sehari-hari awalnya melalui pertanian dan
beternak dan berubah karena pengaruh masyarakat pendatang dan bermukim di Desa
Sikeben.
Kehidupan masyarakat desa Sikeben awalnya serba kekurangan, mulai dari
sarana dan prasarana yang tidak tersedia bagi masyarakat. Perubahan terjadi dari
setiap periode pemimpin di Desa Sekeben. Perubahan dimulai dari hal yang kecil
hingga hal-hal yang lebih berkembang bagi masyarakat. Awalnya masyarakat belum
memiliki fasilitas yang mendukung keberlangsungan hidup di Desa Sikeben tetapi
akhirnya dipenuhi dengan bantuan pemimpin desa dan masyarakat yang mereka sebut
swadaya murni desa.
Topik permasalahan dalam tulisan ini adalah: bagaimana Sejarah Desa
Sikeben, bagaimana kehidupan masyarakat Desa Sikeben sebelum tahun 1965,
bagaimana perkembangannya selama periode 1965-1998 serta faktor penyebab
perkembangan masyarakat Desa Sikeben selama periode 1965-1998.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan sejarah Desa
Sikeben, kehidupan masyarakat dan perkembangannya, serta tantangan dan hambatan
yang dialami masyarakat Desa Sikeben.
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
bahwa,
masyarakat Desa Sikeben
mengalami perubahan yang cukup jelas selama periode 1965-1998. Di mulai dari
perkembangan permukiman dan pertambahan masyarakat yang bermukim di Desa
Sikeben. Masuknya agama memberikan peningkatan terhadap fasilitas yang ada di
Desa Sikeben.
Sikap gotong royong yang dikembangkan masyarakat Desa Sikeben
membantu
mereka
untuk
memenuhi
kebutuhan
yang
mereka
harapkan.
Perkembangan masyarakat memberikan warna baru bagi masyarakat Desa Sikeben
baik bagi penduduk asli maupun pendatang.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Metode tersebut
mencakup tahapan, Heuristik (pengumpulan sumber), kritik sumber (mengkritisi
setiap sumber informasi), interpretasi (penafsiran terhadap sumber) dan Historiografi
(Penulisan).
Penulisan
skripsi
ini
menggunakan
dekskriptif
analisis
untuk
mendapatkan penulisan sejarah yang kritis.
(15)
ABSTRAK
Desa Sikeben merupakan desa kecil yang berada di Kecamatan Sibolangit.
Masyarakat Desa Sikeben memiliki rasa solidaritas kuat, diperkaya oleh tradisi dan
budaya yang turun-temurun dari nenek moyangnya. Tradisi dan budaya Karo
berlangsung dalam kehidupan masyarakat, baik dalam upacara adat maupun kegiatan
lainnya. Kehidupan yang mereka jalani sehari-hari awalnya melalui pertanian dan
beternak dan berubah karena pengaruh masyarakat pendatang dan bermukim di Desa
Sikeben.
Kehidupan masyarakat desa Sikeben awalnya serba kekurangan, mulai dari
sarana dan prasarana yang tidak tersedia bagi masyarakat. Perubahan terjadi dari
setiap periode pemimpin di Desa Sekeben. Perubahan dimulai dari hal yang kecil
hingga hal-hal yang lebih berkembang bagi masyarakat. Awalnya masyarakat belum
memiliki fasilitas yang mendukung keberlangsungan hidup di Desa Sikeben tetapi
akhirnya dipenuhi dengan bantuan pemimpin desa dan masyarakat yang mereka sebut
swadaya murni desa.
Topik permasalahan dalam tulisan ini adalah: bagaimana Sejarah Desa
Sikeben, bagaimana kehidupan masyarakat Desa Sikeben sebelum tahun 1965,
bagaimana perkembangannya selama periode 1965-1998 serta faktor penyebab
perkembangan masyarakat Desa Sikeben selama periode 1965-1998.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan sejarah Desa
Sikeben, kehidupan masyarakat dan perkembangannya, serta tantangan dan hambatan
yang dialami masyarakat Desa Sikeben.
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
bahwa,
masyarakat Desa Sikeben
mengalami perubahan yang cukup jelas selama periode 1965-1998. Di mulai dari
perkembangan permukiman dan pertambahan masyarakat yang bermukim di Desa
Sikeben. Masuknya agama memberikan peningkatan terhadap fasilitas yang ada di
Desa Sikeben.
Sikap gotong royong yang dikembangkan masyarakat Desa Sikeben
membantu
mereka
untuk
memenuhi
kebutuhan
yang
mereka
harapkan.
Perkembangan masyarakat memberikan warna baru bagi masyarakat Desa Sikeben
baik bagi penduduk asli maupun pendatang.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Metode tersebut
mencakup tahapan, Heuristik (pengumpulan sumber), kritik sumber (mengkritisi
setiap sumber informasi), interpretasi (penafsiran terhadap sumber) dan Historiografi
(Penulisan).
Penulisan
skripsi
ini
menggunakan
dekskriptif
analisis
untuk
mendapatkan penulisan sejarah yang kritis.
(16)
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
“Ilmu sejarah merupakan ilmu yang meliputi seluruh aktifitas manusia, dengan memperhatikan proses dan struktur yang tunggal dalam ruang dan waktu. Demikian halnya dengan sejarah itu sendiri, sejarah dipandang sebagai rangkaian peristiwa yang dialami manusia di dunia ini, dengan kejadian-kejadian yang datang silih berganti di masa lalu dan membentuk masa sekarang serta masa yang akan datang.”
1
Keadaan yang kita kenal pada saat ini merupakan hasil dari proses sejarah. Proses yang dengan jelas menunjukkan bagaimana sistem kemasyarakatan dengan struktur ekonomi, sosial dan politik, tumbuh, berubah dan mencapai tingkat perkembangannya sampai saat ini. Perkembangan sering diidentikkan dengan perubahan. Perkembangan di suatu daerah atau wilayah dengan sendirinya memberikan perubahan, bagi daerah tersebut baik itu secara keseluruhan ataupun sebagian. Di dalam sejarah perkembangan desa ataupun kota dipengaruhi oleh masyarakat setempat. Pertambahan atau berkurangnya penduduk memberikan pengaruh yang besar bagi perubahan desa atau kota. Perubahan yang dimaksud bisa dilihat melalui perilaku dari anggota masyarakat sehari-hari secara individual atau kelompok.
(17)
Setiap gejala sejarah yang berhubungan dengan kehidupan sosial suatu
komunitas atau kelompok, disebut sejarah sosial. Adapun manifestasi kehidupan
sosial beraneka ragam, seperti kehidupan keluarga beserta pendidikannya, gaya hidup
yang meliputi pakaian, perumahan, makanan, perawatan kesehatan, segala macam
bentuk rekreasi, seperti permainan, kesenian, olahraga, peralatan, upacara, dan lain
sebagainya. Dengan demikian, ruang lingkup sejarah sosial sangat luas oleh karena
hampir segala aspek hidup mempunyai dimensi sosialnya.
2Dalam memahami suatu proses, penelitian dan penulisan sejarah merupakan
suatu usaha untuk merekontruksi ataupun menulis kembali peristiwa sejarah dan
menyusunnya
menjadi
sebuah
historiografi yang lengkap. Historiografi pada
prinsipnya bukanlah sekedar suatu usaha penyuntingan ulang cerita lama. Untuk
menjadi disiplin ilmu, historiografi berkembang dengan menggunakan metode dan
pendekatan-pendekatan ilmu sosial. Sebab dengan menggunakan pendekatan
ilmu-ilmu sosial ruang lingkup sejarah tidak lagi dibatasi oleh pertanyaan-pertanyaan
tentang proses, tetapi juga mulai memikirkan mengenai struktur. Sejarah yang semula
bersifat cerita yang semata-mata deskriptif dan diakronik mulai menuju ke arah
tulisan yang analitis dan sinkronis.
3
2Sartono Kartodirdjo, Pendek atan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1992, hal. 50.
(18)
Dari sekian banyak tema penulisan sejarah, tema tentang sejarah sosial mempunyai bahan garapan yang sangat luas dan beraneka ragam. Sejarah sosial menjadikan masyarakat dengan segala aktifitasnya sebagai bahan kajian. Pada hakekatnya, untuk mencapai kesempurnaan dalam masyarakat, manusia mempunyai rasa solidaritas yang sangat tinggi. Setiap manusia akan selalu membutuhkan manusia lainnya dalam memenuhi kebutuhannya. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa ada bantuan dari manusia lainnya . Ketika membahas soal desa maka yang selalu ditonjolkan ialah sifat gotong-royong yang kuat di mana orang-orangnya tidak mempunyai pamrih, suasananya harmonis dan suka tolong-menolong.
Dasar terjadinya interaksi sosial adalah kontak sosial dan komunikasi.
Kontak sosial terjadi bila individu merasa ada individu lain di sekitarnya. Individu
secara sadar mengangap orang lain ada disekitar dirinya. Komunikasi terjadi setelah
ada informasi yang disampaikan, bisa bersifat komunikasi satu arah atau dua arah.
Komunikasi yang terjadi dalam masyarakat memberikan dampak bagi masyarakat,
baik hasilnya memberi pengaruh positif ataupun negatife bagi perkembangan
masyarakat.
Kurangnya interaksi suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain akan
menyebabkan lambannya perkembangan masyarakat tersebut. Untuk membuka
keterasingan masyarakat tertentu ada berbagai cara yang dapat dilakukan antara lain
membuka komunikasi dengan masyarakat itu. Pembangunan sarana komunikasi dan
transportasi disuatu daerah sebenarnya berdampak meningkatkan frekwensi interaksi
masyarakat tadi dengan masyakat yang lain. Dengan adanya tambahan interaksi
(19)
Masyarakat desa sebagai suatu kelompok orang-orang yang hidup dan
bekerja sama dalam suatu wilayah, yang terikat dan bersatu adalah orang-orang yang
masih hidup dan mematuhi tradisi dan adat istiadat yang turun-temurun yang dapat
saja mengakibatkan ketidakmajuan desa. Ketidakmajuan desa itu antara lain
disebabkan oleh letak desa yang sangat tertutup/terisolir dari dunia luar untuk
dipengaruhi, terlalu menjunjung kepercayaan tradisional dan adat hingga mereka
menolak usaha-usaha untuk merubahnya, terlalu bersikap masa bodoh atatu terlalu
miskin untuk merubah cara-cara mereka tanpa rangsangan yang lebih banyak,
pertolongan dan pengajaran daripada yang mereka miliki, transportasi yang sangat
minim, serta masih kurangnya komunikasi dan informasi dari luar.
Masyarakat pedesaan dalam konteks umum sering disamakan dengan
masyarakat pertanian, karena dimana saja masyarakat desa hidup dengan pertanian
dan mereka kebanyakan penduduk miskin. Kemiskinan dan ketertinggalan sangat
dominan pada masyarakat desa, dibandingkan dengan masyarakat kota. Sektor
modern yang sangat besar sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi selalu
mendapat kesempatan yang sangat luas, sehingga membawa kecenderungan
melupakan potensi pedesaan. Timbulnya perubahan-perubahan atau variasi-variasi
pendekatan terhadap pembangunan pedesaan, sebagai usaha untuk menyentuh dan
memperbaiki taraf hidup kelompok masyarakat miskin disebabkan oleh kompleksnya
dan sukarnya mengatasi keterbelakangan pedesaan. Kesukaran tersebut tidak hanya
bersumber dari factor-faktor yang sifatnya ekonomis mikro, seperti kekurangan
modal, teknologi yang kurang memadai, sarana dan prasarana yang minim, tetapi
(20)
juga hambatan-hambatan yang bersumber dari dimensi struktur masyarakat pedesaan,
seperti susunan kekuasaan dan pola-pola kelembagaan tradisional.
Desa Sikeben merupakan bagian dari Kecamatan Sibolangit. Awalnya desa
ini dikenal dengan sebutan Sikeben Kuta, karena letaknya terpencil jauh dari pusat
kota menyebabkan masyarakat kekurangan sarana dan prasarana. Desa ini dahulu
merupakan tempat penyimpanan padi atau yang sering di sebut lumbung (dalam
bahasa Karo disebut “keben”). Pertanian padi di desa ini pada saat itu menunjukkan
hasil yang memuaskan. Hal ini dibuktikan dengan didirikannya dua buah lumbung
padi. Tanaman sayur-mayur seperti buncis, mentimun, sayur paret, bayam, dan lain
sebagainya juga dihasilkan dari daerah ini. Kehidupan masyarakat yang ada di Desa
Sikeben ini sederhana karena jauh dari pusat kota.
Keberlangsungan hidup masyarakat desa Sikeben sangat akrab dan rasa
solidaritas di antara sesama masyarakat sangat kuat, diperkaya oleh tradisi dan
budaya yang turun-temurun dari nenek moyangnya. Tradisi dan budaya asli Karo
berlangsung dalam kehidupan masyarakat, baik dalam upacara adat maupun kegiatan
lainnya. Masyarakat menggantungkan hidup pada kekayaan sumber daya alam dan
lahan pertanian.
Gotong-royong adalah bentuk pelaksanaan pekerjaan yang berfungsi mengatasi masalah kepentingan bersama. Desa Sikeben masih kental dengan sifat gotong-royong dalam melakukan kegiatan, baik itu dalam acara suka, duka ataupun kerjasama dalah pekerjaan sehari- hari. Sikap toleransi dan mau bekerjasama serta partisipasi menjadi bagian penting dalam pembangunan desa . Kerjasama adalah suatu tradisi yang dipertahankan dari generasi
(21)
royong sepenuhnya dari masyarakat dimana dana hasil patungan masyarakat dan semua kegiatan dilakukan oleh masyarakat desa Sikeben. Ada juga gotong-royong oleh masyarakat dengan subsidi dari pemerintah. Gotong royong dan kerjasama membuat Desa Sikeben mampu bertahan dan berkembang.
Masa pemerintah kolonial rakyat dihantui rasa takut terhadap penindasan. Jika mereka bertemu dengan bangsa asing maka mereka akan memutar arah agar tidak berpapasan. Masyarakat yang ada di desa Sikeben banyak membuat jalan pintas menuju desa lain untuk menghindari bertemu dengan pemerintah kolonial. Masa kolonial Belanda, akibat letaknya yang cukup terpencil maka kebutuhan dan alat pemenuhan kebutuhan penduduk Desa Sikeben masih cukup sederhana baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi maka pembangunan dan kebutuhan ekonomi juga mengalami peningkatan. Sarana transpotasi menjadi salah satu fasilitas yang banyak dibangun untuk memudahkan akses pengiriman hasil bumi ke pelabuhan . Karena adanya kebutuhan-kebutuhan baru ini, terbentuklah perkumpulan-perkumpulan baru, seperti
perkampungan baru karena desa tidak dapat lagi menampungnya.4 Perkembangan kebutuhan
sarana tranportasi, maka pemerintah colonial membangun jalan untuk memudahkan pengiriman hasil bumi, salah satunya jalan Medan- Brastagi yang membuka akses yang lebih luas bagi desa kecil.
Keberadaan Desa Sikeben yang terisolasi, jauh dari jalan menimbulkan masalah tersendiri. Sulitnya akses keluar-masuk desa, menyebabkan Desa Sikeben mengalami keterbelakangan dan kekurangan informasi. Adat istiadat memberi pengaruh besar dalam menjalankan sistem kemasyarakatan yang berkembang di Desa Sikeben. Agama juga
4Soedjito, Aspek Sosial Budaya Dalam Pembangunan Pedesaan, Yogyakarta: PT. Tiara
(22)
berpengaruh dalam masyarakat. Gereja punya andil dalam membuka pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan, agar masyarakat Desa Sikeben mampu membaca dan menulis.
Adanya keinginan untuk menjadi lebih baik mendorong penduduk untuk menyekolahkan anak- anak sehingga penduduk membangun sarana pendididkan formal tingkat dasar secara swadaya dan berusaha menyekolahkan anak- anak ke kota karena keterbatasan fasilitas pendidikan yang ada di desa. Mereka mengharapkan anak-anak akan lebih maju dari pada orang tuanya. Bahkan mereka sering mengatakan bahwa yang terpenting anak bisa sekolah, pintar dan maju. Dalam upaya memajukan anak, petani di Desa Sikeben ini berusaha untuk meningkatkan hasil usaha taninya. Sumber penghasilan mereka yang terutama berasal dari hasil pertanian, selain usaha lain seperti berdagang dan berternak.
Masyarakat Desa Sikeben yang awalnya bermukim di pelosok akhirnya keluar menuju tempat-tempat yang lebih terjangkau transportasi. Pengaruh dari agama yang masuk ke desa ini memberikan perubahan yang cukup besar. Seperti GBKP membangun sekolah dan juga Partisipasi Pembangunan (PARPEM) bagi desa Sikeben. Gereja Katolik membangun Biara Santa Clara di desa tersebut, hingga orang luar mengenal dan melakukan kunjungan ke desa Sikeben. Perubahan yang ada di desa Sikeben ini menarik perhatian penduduk yang berada lebih dalam lagi lokasinya dari desa ini, seperti Desa Bukum dimana jalan menuju desa ini rusak parah dan sangat sulit melewatinya bila menggunakan kendaraan roda empat. Perpindahan penduduk ke Desa Sikeben memberikan pengaruh yang cukup besar dengan pertambahan penduduk lebih meningkatkan pembangunan yang ada di desa ini.
(23)
Walaupun perkembangan telah terjadi, masih ada beberapa rumah tangga yang dari awal
adanya desa hingga sekarang perumahannya tetap seperti itu.5
Perubahan dan perkembangan yang terjadi di Desa Sikeben menarik perhatian
penulis untuk mengulasnya dalam sejarah sosial. Agar pembabakan waktu dalam
penulisan ini tidak terlalu meluas, maka ditentukan periodisasi. Penelitian diawali
mulai dari tahun 1965 di mana sejak tahun inilah penduduk mulai membuat
permukiman baru di pinggiran jalan. Penelitian diakhiri tahun 1998 yaitu berdirinya
Biara Santa Clara dimana pembangunan dan kunjungan orang-orang ke desa Sikeben
meningkat.
2. Rumusan Masalah
Yang menjadi landasan dalam sebuah penelitian itu sendiri adalah apa yang menjadi akar permasalahnnya. Maka berdasarkan latar belakang di atas, utuk mempermudah penulisan dalam upaya menghasilkan penelitian yang objektif, pembahasannya dirumuskan terhadap masalah-masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana sejarah Desa Sikeben?
2.
Bagaimana kehidupan masyarakat Desa Sikeben sebelum tahun 1965?
3.
Bagaimana perkembangan kehidupan masyarakat Desa Sikeben selama
periode 1965-1998?
4.
Apa saja faktor penyebab terjadinya perkembangan Desa Sikeben selama
periode 1965-1998?
(24)
3. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Setelah mengetahui apa yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan, maka yang menjadi permasalahan selanjutnya adalah apa yang menjadi tujuan penulisan serta manfaat yang didapatkan dari hasil penulisan :
1.
Mengetahui sejarah Desa Sikeben.
2.
Mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat Desa Sikeben sebelum tahun
1965.
3.
Mengetahui bagaimana perkembangan kehidupan masyarakat Desa Sikeben
selama periode 1965-1998.
4.
Mengetahui apa saja faktor penyebab terjadinya perkembangan Desa Sikeben
selama periode 1965-1998.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan adalah sebagai berikut :
1. Menambah referensi dan literature mengenai Perkembangan Desa Sikeben yang
berguna terhadap dunia akademis, terutama dalam studi Ilmu Sejarah guna membuka ruang penulisan sejarah yang berikutnya.
2. Menjadi masukan bagi masyarakat yang ada di Desa Sikeben agar dapat lebih
meningkatkan lagi perkembangan di masa yang akan datang.
3. Menambah wawasan pembaca mengenai perkembangan masyarakat yang ada di
(25)
4. Tinjauan Pustaka
Dalam memahami masalah penelitian ini, diperlukan beberapa refrensi yang dapat dijadikan panduan penulisan nantinya dalam bentuk tinjauan pustaka.
Soedjito dalam bukunya yang berjudul : Aspek Sosial Budaya Dalam Pembangunan
Pedesaan ( 1987 ), menjelaskan tentang bagaimana kehidupan desa pada zaman penjajahan
yang akhirnya meninggalkan bekas-bekas kebudayaan yang ada pada masyarakat pedesaan. Dalam buku ini juga menjelaskan sosial budaya yang ada pada masyarakat pedesaan sehingga memberikan pengaruh yang begitu besar bagi masyarakat pedesaan. Dari buku ini juga dapat dilihat persoalan-persoalan mengenai proses perubahan dalam masyarakat pedesaan serta memiliki kesamaan dengan permasalahan yang akan diteliti oleh penulis.
Buku terbitan Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Seminar Sejarah Lokal:
Dinamika Masyarakat Pedesaan (1983), oleh Muhammad Takari, dkk memberikan
gambaran tentang ciri- ciri masyarakat desa di Indonesia. Menunjukan persamaan dan juga perbedaan gejala yang timbul di beberapa desa berbeda melalui adat istiadat, kerukunan beragama, dan konflik yang terjadi dalam kaitannya terhadap pertumbuhan atau kemunduran suatu desa.
Buku Robert Chambers yang berjudul, Pembangunan Desa “Mulai Dari Belakang”
(1996), menceritakan tentang bagaimana perjalanan sebuah desa yang berawal dari keterbelakangan hingga nantinya berubah menjadi desa yang berkembang. Pembangunan yang terjadi dimulai dari kehidupan desa yang di awal terbentuknya hingga memberikan perbandingan bagi desa yang mulai menunjukan perkembangan. Perubahan yang terjadi di desa dipengaruhi oleh pemuka dan penggerak yang ada di desa tersebut dengan dukungan dan dorongan mereka dapat memberikan perubahan yang positif bagi masyarakat, tanpa
(26)
harus menbedakan akibat dari tujuan yang berbeda-beda. Pembangunan desa yang didukung dari kerja sama yang baik antara penduduk dan pemerintahan desa dapat menghasilkan desa yang maju dan berkembang.
Buku yang berjudul Participatory Rural Appraisal: Memahami Desa secara
Partisipatif (1996) oleh Robert Chambers, mengkaji tentang partisipasi dan tanggapan
masyarakat dalam upaya membangun desa. Dari sini dapat dilakukan pendekatan untuk mengetahui tingkat kerjasama masyarakat dalam menanggapi, menanggulangi dan mengatasi masalah yang berhubungan dengan kepentingan bersama dalam merancang pembangunan desa tersebut.
Koentrjaraningrat dalam buku : Beberapa Pokok Antropologi Sosial (1967),
menjelaskan bagaimana batasan-batasan kajian yang terdapat di kehidupan sosial masyarakat. Dengan buku ini nantinya penulis dapat menjelaskan perjalanan kehidupan penduduk dari jaman hanya masih mengandalkan fasilitas seadanya saja hingga nantinya berkembang mengunakan fasilitas yang lebih memadai. Perjalanan kehidupan penduduk ini menjadi bagian dari penulisaan skripsi untuk desa Sikeben yang dari awal hanya sebuah desa kecil berkembang menjadi sebuah desa yang mulai maju.
(27)
5. Metode Penelitian
Untuk menghasilkan suatu tulisan sejarah maka penulis memerlukan metode atau tekhnik pengumpulan data sampai ke tahap penulisan. Oleh karena itu penulis menggunakan
metode penulisan sejarah yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.6
Tahap pertama heuristik (pengumpulan sumber) yang sesuai dan mendukung objek yang diteliti. Hal ini dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan menggunakan beberapa buku, majalah, artikel, skripsi dan karya tulis yang pernah ditulis sebelumnya dan berkaitan dengan Perkembangan Desa Sikeben. Penelitian lapangan dilakukan dengan menggunakan metode wawancara terhadap informan-informan yang terkait dengan penelitian, seperti wawancara dengan pemimpin dan mantan pemimpin desa, pegawai Kecamatan Sibolangit, juga kepada penduduk setempat yang sudah lama berdomisili di Desa Sikeben.
Tahapan kedua yang dilakukan adalah kritik. Dalam tahapan ini kritik dilakukan terhadap sumber yang telah terkumpul pada kegiatan heuristic kemudian di saring dan diseleksi. Data yang terkumpul tersebut baik merupakan data hasil wawancara maupun data tulisan/pustaka akan disaring dan diseleksi guna mengetahui keauntetikan serta kesahihannya. Kritik sumber ini terbagi dua, yakni kritik ekstren meliputi berbagai sumber yang penulis kumpulkan baik berupa dokumen atau sumber pustaka dimana aspek fisiknya tersebut diuji dengan memperhatikan aspek dominan yang mempengaruhi kondisi dokumen itu sehingga mendapat sumber yang autentik. Selanjutnya kritik intern adalah berupa pengujian atas keaslian isi data yang kita
6Louis Gotshalk, Understanding History ( Mengerti Sejarah ), terjemahan Nugroho
(28)
peroleh, apakah data tersebut dapat dipercaya berdasarkan komposisi dan legalitas data. 7
Tahapan ketiga adalah interpretasi. Data yang diperoleh dianalisis sehingga melahirkan satu analisis yang baru yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah dari objek yang diteliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang serta minimnya data dan fakta yang ada membuat interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta analisis yang tajam agar mendapatkan fakta sejarah yang objektif pada perkembangan Desa Sikeben.
Tahap terakhir adalah historiografi, yaitu penulisan sejarah. Pada tahap ini,
studi ini berusaha untuk memahami sejarah sebagaimana yang dikisahkan, sehingga
mampu disaj
ikan dengan jelas ” Sejarah Perkembangan Desa Sikeben Kecamatan
Sibolangit (1965-
1998)”.
(29)
BAB II
GAMBARAN UMUM DESA SIKEBEN 1965-1998
2.1 Letak Geografis dan Kondisi Alam Desa Sikeben
Desa Sikeben merupakan satu desa kecil yang ada di wilayah Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Desa Sikeben memiliki beberapa sungai kecil yang sudah dijadikan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) oleh penduduk dari bantuan Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) dalam program yang disebut Partisipasi Pembangunan (PARPEM) . Curah hujan di daerah ini cukup tinggi karena berdekatan dengan Desa Bandar Baru, sehingga tanah-tanah yang ada cukup subur digunakan untuk pertanian.
Desa Sikeben berjarak 15Km dari pusat Ibu kota Kecamatan, bentuknya memanjang dan berkelompok dari Timur ke Barat yang berbatasan dengan:
-
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Suka sama
-
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Martelu
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan DATI II Karo
(30)
Desa Sikeben memiliki luas lebih kurang 500 Ha, yang menurut perincian penggunaannya sebagai berikut :
-
Irigasi/sawah
92 Ha
-
Tegalan/ladang 200 Ha
-
Pemukiman
3 Ha
-
Perikanan
13
Ha
-
Jalan Desa
2
Ha
-
Lapangan rekreasi
1 Ha
-
Hutan
87 Ha
-
Rawa-rawa
2
Ha
-
Kuburan
1
Ha
-
Kebun rakyat
98
Ha
-
Rumah ibadah
1Ha
(Sumber : Arsip dari Pemerintah Desa Sikeben 1981)
Desa Sikeben merupakan daerah pegunungan dan berbukit-bukit, dengan ketinggian 850 meter dari permukaan laut. Suhu rata-rata 26º c dan curah hujan 3500mm. Iklimnya sejuk, Bulan Januari sampai dengan akhir Bulan Desember mempunyai musim
(31)
rawan dengan angin puting beliung, Bulan September – Desember adalah musim hujan. Terjadi perubahan iklim di desa ini, menyebabkan pengaruh dari seluruh wilayah yang ada di sekitar Kecamatan Sibolangit. Angin puting beliung yang sering terjadi pada bulan Juni, sejak tahun 1990 pada bulan Mei juga sudah mulai menerpa Desa Sikeben. Musim hujan juga sudah mulai sejak Bulan Juli dan keadaan ini sudah sering terjadi.
Sejak abad ke-20 Belanda mulai membangun sarana transportasi untuk memudahkan pengiriman hasil-hasil perkebunan dan sebagai bentuk pertahanan. Banyak jalan yang dibangun memudahkan akses pengiriman barang dan kegiatan ekonomi semakin mudah dan lancar. Di desa ini infrastruktur jalan mulai dibangun, karena awalnya merupakan daerah hutan yang ditumbuhi tanaman keras, walaupun hanya jalan-jalan setapak bila hujan menjadi becek dan licin. Di bukanya jalan tersebut sebenarnya mempermudah penduduk ke Desa Bandar Baru, tetapi karena masih dikuasai oleh bangsa asing maka sulit melewati jalan yang ada. Penduduk masih tetap menggunakan jalan-jalan pintas.
Daerah ini juga memiliki tumbuhan bambu yang cukup banyak, sehingga Desa Sikeben pernah menjadi desa terjorok akibat bekas sampah-sampah daun bambu tersebut. Masyarakat menggunakan bambu untuk membangun pagar ataupun kandang hewan peliharaan mereka. Masyarakat membuang sampah bambu tersebut ke aliran sungai yang ada hingga menjadi kotor. Akibatnya masyarakat ada yang terkena penyakit dari sampah-sampah bambu yang dibuang tidak pada tempatnya.
Sebelum memasuki desa ini, kita menemukan Lau Petani yang merupakan perbatasan antara Desa Bandar Baru dan Desa Sikeben. Jarak antara Desa Bandar Baru dengan Desa Sikeben sekitar 4km, sehingga untuk mencapai daerah ini tidak sulit. Desa ini juga memiliki wilayah perbukitan. Nama daerah ini dulunya adalah Uruk Perkentangen, yang dijadikan
(32)
lokasi untuk merayakan “ Hari Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga” dalam bahasa karonya “Nangkih Uruk-Uruk“. Masyarakat desa yang beragama Kristen akan berjalan dari pusat perkampungan menuju Uruk Perkentangen yang cukup sulit dan melelahkan menuju daerah tersebut karena jalan yang menanjak dan licin. Setibanya disana mereka akan melaksanakan acara “Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga “. Dari tempat itu juga kita bisa melihat
pemandangan luas daerah Desa Sikeben dan Desa Bandar Baru.8
Sekitar 2 km perjalanan jalan masih dikelilingi pepohonan, hanya beberapa rumah yang ada. Semakin ke dalam baru ditemukan rumah-rumah penduduk yang kebanyakan adalah pendatang. Mereka bermukim di pinggiran jalan. Setelah melewati itu barulah kita memasuki kawasan Sikeben Kuta, yang sepanjang perjalanan kiri-kanan masih ditumbuhi tanaman keras dan itu merupakan kawasaan dengan rumah-rumah yang berdiri rapat membentuk lingkaran. Di tengah desa dibuat tempat berkumpul yang disebut Jambur. Jambur ini kemudian diubah menjadi balai desa sekitar tahun 1990-an.
Kawasan Desa ini ada juga perbukitannya, dimana terdapat beberapa pemukiman dan sekolah di atas bukit tersebut. Jalan menuju ke sekolah berada di atas jalan menuju Sikeben Kuta. Jalan yang naik mendaki dan menurun dan memasuki kawasan lebih dalam lagi. Jika tidak di telusuri maka kita tidak mengetahui di dalam kawasan itu ada sebuah SD. Selain curah hujan tinggi dan angin kencang di daerah ini, karena berada di kawasan perbukitan maka pernah mengalami angin puting beliung. Sekolah SMP yang merupakan swadaya penduduk hancur. Bangunannya yang sederhana sehingga mudah rusak akibat angin puting beliung. Desa ini juga sejuk dan masih banyak daerah-daerah yang belum digunakan karena masyarakat lebih banyak bermukim di pinggiran dekat jalan.
(33)
Di Desa Sikeben ini terdapat dua gereja yaitu GBKP dan Katolik. Dua gereja ini sangat besar peranannya bagi perkembangan Desa Sikeben, baik itu dari segi pembangunan desa atau perkembangan masyarakatnya. Hal ini dapat kita lihat dari pembangunan-pembangunan yang dibuat masyarakat. GBKP berperan dalam pembangunan-pembangunan sekolah, penyediaan air bersih, PLTA dan juga kilang padi Mambre (yang artinya : orang tua laki-laki). Gereja katolik membangun Santa Klara, memperbaiki jalan dari simpang Sikeben hingga tempat Biara Santa Klara menggunakan bata blok. Desa ini juga memiliki mesjid, yang pembangunannya juga hasil kerja sama seluruh penduduk desa. Hal ini menunjukkan gotong royong dan solidaritas masyarakat.
2.2 Desa Sikeben Sebelum tahun 1965 2.2.1 Sejarah Desa Sikeben
Menurut cerita orang tua yang menetap di desa ini, pada waktu rakyat menggarap tanah salah seorang rakyat mencoba menanam padi ditempurung dan ternyata hasilnya memuaskan. Kemudian dicoba lagi menanam padi di sawah dan hasilnya memuaskan juga. Oleh karena hasil padinya tahun demi tahun melimpah ruah maka mereka mendirikan dua buah lumbung padi. Desa Sikeben terdiri dari kata
Si dan Keben. Keben dalam bahasa Karo artinya lumbung padi. Sikeben berarti Silumbung padi atau secara harafiah berarti gudang padi/beras. Desa Sikeben didirikan sekitar abad ke-19, oleh Marga Karo-Karo Sinuhaji yang berasal dari Desa Aji Empat di Tanah Karo.
Keadaan desa ini biasa saja bila dilihat dari bentuk tempat tinggal masyarakatnya yang membentuk lingkaran berada jauh di pedalaman. Pengaruh gereja GBKP sangat besar
(34)
terhadap desa ini, karena melalui gereja inilah masyarakat mendapat sarana pendidikan, air bersih dan juga lampu dengan menggunakan tenaga air yang ada di Desa Sikeben. Lambat laun dengan berjalannya waktu perkembangan yang ada di desa ini semakin membaik karena pengaruh-pengaruh dari penduduk pendatang dan juga agama yang lain. Agama Katolik yang membangun Biara Santa Clara Sikeben. Adanya biara tersebut memberikan sumbangan memperbaiki jalan dari Simpang Bukum yang masih kawasan Desa Bandar Baru sampai ke Desa Sikeben. Pembangunan mesjid juga ada di desa ini, pembangunan yang dilakukan masyarakat desa secara bersama-sama atau gotong royong. Selain itu Desa Sikeben pernah mendapatkan juara air terbersih seKecamatan Sibolangit. Atas permintaan masyarakat maka mulai dibuat sertifikat atas tanah-tanah yang ditempati penduduk.
Adapun urutan kepemimpinan di Desa Sikeben ;
1. Gempang Sinuhaji Penghulu
2. Naro Sinuhaji Penghulu
3. Nidung Sembiring Penghulu (1955-1960)
4. Tolong Sembiring Miliala Penghulu (1960-1965)
5. Nungkat Barus Kepala Kampung (1965-1970)
6. Jaktat Sembiring Kepala Desa (1970-1980)
7. Ponten Tarigan Kepala Desa (1980-1998)
(Sumber : Arsip Pemeritahan Desa Sikeben ) 2.2.2 Kondisi Masyarakat
(35)
sebaliknya, tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya.9
Masyarakat bukan sekedar jumlah penduduk saja melainkan sebagai suatu sistem yang dibentuk dari hubungan antar perubahan budaya dan akumulasi budaya, sehingga menampilkan suatu realita tertentu yang mempunyai ciri-ciri tersendiri. Jadi masyarakat merupakan sekumpulan orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
Desa Sikeben merupakan desa kecil di wilayah Kecamatan Sibolangit yang telah berdiri sejak jaman penjajahan Belanda. Seperti desa-desa kecil umumnya, karena letaknya yang terpencil, Desa Sikeben sulit berkembang. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain menyebabkan masyarakat tidak mengetahui perkembangan yang sedang terjadi di luar wilayahnya. Hal ini menyebabkan pola pemikiran dan kehidupan masyarakat Desa Sikeben menjadi konservatif. Pada masa itu masyarakat Desa Sikeben belum mengenal pendidikan karena kehidupan masyarakat yang terasing dan letaknya terpencil. Adat istiadat menjadi pedoman terpenting dalam kehidupan. Segala persoalan yang timbul di desa ditanggapi dan diselesaikan dengan Hukum Adat Karo karena seluruh penduduk Desa Sikeben adalah Suku Karo.
Kegiatan yang dilakukan masyarakat sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara bercocok tanam ke sawah dan juga berburu ke hutan. Tingkat pengetahuan yang rendah membuat masyarakat hanya memenuhi kebutuhan hidupnya secara sederhana untuk bertahan hidup dengan cara yang tidak banyak berubah dari generasi ke generasi. Masyarakat menanam padi dan saat menunggu tanaman itu dipanen masyarakat berburu ke hutan atau menangkap ikan di sungai. Mereka membuka lahan baru dengan cara menebang pohon yang ada di hutan dan menanami sayur-sayuran yang dapat mereka kosumsi. Sulitnya akses keluar-
9 Darsono Wisadirana, Sosiologi Pedesaan (Kajian Kultural dan Struk tural Masyarakat
(36)
masuk desa menyebabkan penduduk hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan pokok sendiri. Hasil panen yang sulit dijual membentuk sistem barter antara penduduk atau membagi hasil panennya secara gratis ke tetangga.
Sikap masyarakat Desa Sikeben masih sangat tradisional. Sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau membuat masyarakat sulit menerima kemajuan dan perubahan teknologi. Masyarakat tetap mempertahankan diri pada pola kehidupan atau kebudayaan yang telah turun temurun. Masyarakat desa Sikeben cenderung menutup diri dari pengaruh asing karena melihat tindakan yang dilakukan bangsa asing terhadap mereka. Sebelum tahun 1965 kehidupan masyarakat Sikeben sangat sederhana. Mereka melakukan kegiatan sehari-hari dengan cara bergotong-royong.
Di Desa Sikeben gotong-royong dilakukan oleh segenap lapisan masyarakat
secara berkelanjutan dalam menjaga kebersihan dan dalam melaksanakan
pembangunan desa. Gotong-royong dilakukan oleh masyarakat secara menyeluruh,
baik dalam kegiatan sosial maupun kebutuhan lainnya dalam kehidupan sehari-hari
untuk kepentingan bersama. Kegotong-royongan masyarakat Desa Sikeben di bidang
pembangunan desa cukup tinggi. Semua dilaksanakan atas kesadaran dan penuh rasa
tanggung-jawab yang memang dipengaruhi oleh adat dan rasa kekeluargaan yang
muncul akibat lokasi yang terisolasi.
Kegiatan gotong-royong yang dilakukan masyarakat desa Sikeben bukan
hanya dalam pembangunan desa saja. Budaya Karo yang ada di desa ini juga sangat
mendukung hal yang menunjukkan kerjasama, misalnya dalam acara pernikahan,
kematian atau memasuki rumah baru. Masyarakat secara bersama melaksanakan
(37)
seluruh kegiatan yang ada mulai dari urusan adat hingga menyediakan makanan yang
disediakan dalam acara tersebut. Biasanya masyarakat akan memberikan bantuan atau
dikatakan dalam bahasa karo “adangen”. Misalnya satu keluarga memberi bantuan
tomat 2kg, keluarga yang lain buncis 5kg dan lain sebagainya hingga terpenuhi
apa-apa saja yang dibutuhkan dalam acara tersebut.
Kerjasama yang dibangun masyarakat desa sangat membantu, selain
meringankan upaya penyelesaian masalah yang ada juga menciptakan hubungan yang
baik dalam masyarakat. Sikap gotong-royong yang sudah ada dari dulu di dalam
masyarakat memberi dukungan yang besar untuk tetap menjaga hubungan yang baik
dalam sosialisasi penduduk desa. Gotong-royong ini semakin dikembangkan
masyarakat untuk meningkatkan keakrapan dalam hubungan masyarakat yang dijalin
selama mereka bersama-sama di Desa Sikeben.
Kehidupan sosial budaya Desa Sikeben sebelum tahun 1965 masih kental
dengan adat istiadat yang diajarkan nenek moyang mereka, belum dipengaruhi oleh
perkembangan. Kegiatan sehari-hari yang dilakukan masyarakat desa masih tetap
sama dengan kegiatan gotong-royong yang mendarah daging di kehidupan pedesaan.
Ada sedikit kebiasaan yang menjadi tradisi bahwa baik pemuda maupun pemudi
biasanya menghabiskan waktu mereka di lumbung untuk menumbuk padi dalam
lesung. Di Desa Sikeben peran orang tua yang laki-laki sangat besar, di mana mereka
kerap melakukan musyawarah bersama untuk kerukunan kampung. Jadi setiap orang
dewasa terlibat aktif sebagai pembela terhadap keamanan kampung apabila
sewaktu-waktu ada gangguan dari luar.
(38)
2.2.3 Siste m Mata Pencaharian Masyarakat
Masyarakat desa pada umumnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, memiliki mata pencaharian sebagai petani, walaupun ada sebagian di bidang peternakan. Sistem mata pencaharian masyarakat bercocok tanam dan bersawah. Mereka mengandalkan potensi alam lingkungan. Ketersediaan sumber pangan dirasa mampu mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Tantangan untuk memasuki hutan belantara adalah kesulitan yang sering menjadi penghambat sekaligus memotivasi penduduk membuat alternatif baru untuk mencukupi pangan. Alasan tersebut kemudian menjadi faktor dibukanya hutan dengan menumbang pohon-pohon kayu sehingga bersih untuk dijadikan lahan pertanian.
Kehidupan masyarakat seadanya sebelum mendapatkan sentuhan pengaruh luar. Mereka terpusat pada aktivitas pemenuhan kebutuhan hidup saja ditandai dengan peralatan yang mereka gunakan dalam urusan dapur rumah tangga. Kegiatan sehari-hari masyarakat salah satunya adalah menyediakan air bersih untuk kebutuhan memasak dan minuman. Masyarakat mengambil air dari sungai-sungai, dan membawanya mengunakan kendi. Wanita membawa air itu dengan cara menjunjung mengunakan kain atau mereka sebut dengan kata “lanam”. Peralatan masak yang digunakan masyarakat juga masih sederhana, menggunakan tungku api. Peralatan masak lainnya masih terbuat dari tanah liat seperti wajan, panci menanak nasi dalam bahasa karo “kudin” dan juga sendok nasi dari bambu dalam bahasa karo “ukat”.
Tumbuhan bambu tidak hanya terdapat di hutan dan jurang saja, yang tumbuh secara liar. Sebagian ada juga yang sengaja ditanam oleh penduduk dengan berbagai keperluan seperti untuk perlindungan kampung, perkakas dapur, peralatan pertanian dan sebagainya. Hasil-hasil ladang hingga tahun 1965-an sebelum mengenal komoditi pertanian
(39)
yang sifatnya ekonomis umumnya adalah komoditi untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Padi misalnya, bagi masyarakat di luar daerah merupakan komoditi yang bernilai ekonomis dan bisa dipasarkan. Berbeda dengan tradisi masyarakat Desa Sikeben, padi yang telah dipanen akan tertimbun pada lumbung-lumbung maupun dalam rumah. Menyimpan padi di lumbung sudah menjadi tradisi bagi masyarakat yang ada di Desa Sikeben.
2.3 Komposisi Penduduk
Penduduk Desa Sikeben Kuta mayoritas suku karo, yang merupakan penduduk asli desa tersebut. Mereka adalah “manteki kuta” dalam istilah bahasa karo yang artinya pertama kali menemukan desa tersebut dan bermukim disana tata pemerintahan waktu itu diatur dan dipegang oleh penghulu dibantu oleh seorang anak beru. Pengulu yang dikenal pada waktu itu ( Jaman Belanda ) ialah Bapak Gempang Sinuhaji yang disegani dan dihormati rakyat. Merga tanah Sikeben Kuta ini adalah Marga Sinuhaji, dan yang menjadi Kalimbubunya Merga Sembiring dan Anak Berunya Merga Tarigan. Banyak juga penduduk asli desa keluar dari Desa Sikeben Kuta menuju desa-desa yang lain seperti Desa Bandar Baru, Berastagi dan Kabanjahe, sehingga yang bermukim sekarang kebanyakan adalah penduduk pendatang. Jumlah penduduk ada sekitar 495 jiwa dan 87 KK. Pemerintahan yang ada di desa ini di awali dengan Kepala Dusun, dan yang menjadi Kepala Dusun yang pertama adalah Gempang Sinuhaji.
(40)
Tabel. 1
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
243
252
(Sumber : Arsip Desa Sikeben tahun 1981)
Tabel.2
Jumlah penduduk menurut agama / kepercayaan
Islam
8 org.
Protestan
419 org.
Katholik
68 org.
(Sumber: Arsip Desa Sikeben tahun 1981)
Pertambahan penduduk yang terjadi membuat desa mengalami perubahan mulai dari kebersihan, kesejahteraan penduduk yang mulai meningkat dengan rumah-rumah yang mulai dibangun dengan semi permanen dan juga pendidikan yang semakin baik.
(41)
Tabel.3
Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan
Tidak pernah sekolah
63 org.
Tamat SD/sederajat
328 org.
Tamat SMP/setingkat
54 org.
Tamat SLTA/sederajat
47 org.
Tamat perguruan tinggi
3 org.
(Sumber: Arsip Desa Sikeben tahun 1981)
Tabel.4
Jumlah penduduk menurut mata pencaharian
Pegawai Negeri
17 org.
Petani
83 org.
Tukang
18 org.
Pedagang
3 org.
(42)
BAB III
PERKEMBANGAN MASYARAKAT DESA SIKEBEN (1965 – 1998)
3.1
Masyarakat Desa Sikeben Tahun 1965-1998
3.1.1 Kehidupan Sosial BudayaKehidupan sosial budaya masyarakat Desa Sikeben tahun 1965-1998 mulai memasuki perubahan yang berkembang. Masyarakat sudah dipengaruhi budaya asing, masyarakat jadi mengenal budaya lain selain kebudayaan yang mereka dapat dari nenek monyangnya. Walaupun seperti itu kebudayaan dan adat istiadat tetap masih dipegang teguh masyarakat Desa Sikeben. Sikap peduli sesama masih mereka gunakan. Kegiatan menanam dan memanen padi masih dilakukan masyarakat secara gotong royong. Kegiatan acara suka dan duka masyarakat juga masih tetap ikut andil didalamnya.
Pemerintahan desa memiliki peranan signifikan dalam pengelolaan proses sosial di dalam masyarakat. Tugas utama yang harus diemban pemerintahan desa adalah bagaimana menciptakan kehidupan demokrasi, memberikan pelayanan sosial yang baik sehingga dapat membawa warganya pada kehidupan yang sejahtera, rasa tenteram dan berkeadilan. Pemerintahan masyarakat desa dipimpin oleh seorang kepala desa yang dibantu oleh sekretaris desa dan beberapa orang pembantu desa yang terdiri dari urusan pemerintahan urusan ekonomi dan pembangunan, urusan kesejahtraan rakyat, urusan keuangan dan urusan umum.
(43)
Memasuki tahun 1965 masyarakat Desa Sikeben mulai berkembang dimana pada masa ini yang menjadi pimpinan yang disebut kepala kampung ialah Nungkat Barus. Kehidupan masyarakat mulai berkembang dari perkembangan pemukiman yang ada. Masyarakat mulai keluar dari tempat tinggalnya di pedalamaan menuju pinggiran jalan. Keluarnya masyarakat ke pinggiran jalan menarik perhatian penduduk desa tetangga untuk ikut serta pindah ke pinggiran jalan tersebut. Alasan masyarakat pindah dan bermukim di pinggiran jalan untuk mendapatkan lahan dan suasana yang baru. Masyarakat juga mendapatkan sarana yang lebih memadai yang memudahkan akses menjual dan membeli kebutuhan.
Pada masa kepemimpinan kepala kampung Nungkat Barus perkembangan
yang terjadi masih lambat. Selain sulitnya akses terhadap alat transportasi akibat jalan
yang belum memadai. Saat itu listrik juga belum masuk ke daerah tersebut. Dalam
proses pengembangan pemukiman penduduk, tingkat perekonomian masyarakat Desa
Sikeben masa ini dikatagorikan masyarakat sederhana karena kondisi perumahan
yang masih terbuat dari bambu dan daun rumbia sehingga mudah rusak akibat curah
hujan yang tingi yang turun terus- menerus dan juga akibat angin puting beliung. Lalu
diadakan musyawarah dan usaha penggalangan dana bersama untuk memperbaiki
dan membangun kembali rumah- rumah yang mengalami kerusakan karena tidak ada
bantuan dari pemerintah untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Kepala kampung
Nungkat Barus memfokuskan pembangunan pemukiman penduduk dengan cara
bergotong-royong karena keterbatasan dana untuk membayar pekerja bangunan dan
letak desa yang terpencil sehingga sulit untuk meminta bantuan tenaga dari desa lain.
(44)
Masyarakat bekerjasama membangun pemukiman mereka. Satu kelompok
berusaha menyelesaikan satu rumah dan begitu juga dengan kelompok yang lain
sehingga pembangunan kembali rumah penduduk cepat selesai. Hal ini dilakukan
dengan sesegera mungkin karena sedang musim hujan, untuk mencegah munculnya
berbagai penyakit dan memastikan setiap rumah tangga memiliki tempat berteduh
dari hujan. Kaum perempuan bertugas menyediakan minuman dan makanan bagi
mereka semua. Setelah pemukiman penduduk selesai dibangun, mereka membangun
jalan yang akan digunakan penduduk keluar atau masuk ke desa. Masyarakat
bersama-sama mengangkat batu-batu untuk menutup tanah-tanah yang digenangi air
agar tidak terlalu becek dan dapat dilalui saat hujan turun. Untuk mengantisipasi
keperluan penduduk keluar dari desa pada saat musim penghujan. Karena
sebelumnya seringkali terjadi longsor yang menyebabkan jalan tertimbun sehingga
penduduk tak bisa keluar dari desa saat musim penghujan.
Semasa Orde Baru, persoalan kemiskinan pedesaan hanya direduksi sebagai
persoalan ekonomi semata. Sedangkan yang seringkali terjadi adalah penduduk
kesulitan memasarkan hasil buminya dan sulit membeli kebutuhan sehari- harinya,
akibat kurang memadainya sarana transportasi ke desa- desa yang terpencil letaknya.
Padahal sebagai sebuah proses, kemiskinan mencerminkan kegagalan suatu sistem
masyarakat dalam mengalokasikan sumber daya dan dana secara adil kepada seluruh
angota masyarakat.
10Selama Orde baru berlangsung perkembangan ekonomi
(45)
Indonesia meningkat, namun belum menyentuh desa kecil yang terpencil seperti Desa
Sikeben.
Kondisi sosial ekonomi dimulai dari keadaan yang terbelakang hingga
mengalami perubahan berkat dorongan dan kreatifitas baru pada masyarakat itu yang
dibawa oleh gereja. Sistem tanam padi ladang yang dilakukan secara turun- temurun
mulai diubah menjadi sisitem tanam padi sawah. Untuk itu dibutuhkan kerjasama
baik dalam dana maupun pengerjaan sistem baru tersebut. Gotong royong swadaya
murni yang dilakukan masyarakat masih berlangsung hingga masa pemerintahan
Nungkat Barus. Dana dikumpulkan guna pembangunan Desa Sikeben yang dimulai
dengan pembangunan kebutuhan irigasi di desa ini.
Tahun 1968 pembangunan irigasi sepanjang 5 Km dilaksanakan penduduk
bersama-sama melalui bantuan dari gereja GBKP dan swadaya murni masyarakat.
Pembuatan irigasi ini sangat membantu penduduk Desa Sikeben dalam mengolah
pertanian sawah mereka.
Memasuki tahun 1970 gotong royong yang ada di Desa Sikeben mengalami perkembangan. Gotong-royong di Desa Sikeben mempunyai arti khusus yang jarang terdapat pada desa-desa lainnya. Gotong-royong dilakukan pria maupun wanita sepanjang hari. Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan dana yang nantinya menjadi uang kas bersama masyarakat Desa Sikeben. Khusus bagi kaum wanita setiap menanak nasi menyumbangkan sejumput beras dan memasukkan ke dalam satu tempat yang telah disediakan. Setiap minggu dalam satu kalinya bisa menghasilkan 1kg beras. Di Desa Sikeben ada 100 kepala keluarga, sehingga dalam satu bulan 400kg beras terkumpul dan kemudian beras tersebut dijual dan dananya menjadi dana kas bersama. Uang ini akan digunakan untuk pembangunan yang ada
(46)
di Desa Sikeben. Inilah yang disebut swadaya murni dari masyarakat. Sistem kekerabatan yang ada di Desa Sikeben ini berjalan sesuai dengan kebudayaan yang ada, karena penduduknya mayoritas suku Karo.
Kegiatan lain yang terdapat di Desa Sikeben adalah Kerja Tahun yang
dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus setiap tahunnya. Kerja tahun adalah kegiatan
perayaan yang diadakan sebagai syukuran untuk meminta berkat dari Yang Maha
Kuasa saat masa tanam. Tetapi waktu pelaksanaan kerja tahun berbeda-beda di
masing-masing daerah yang termasuk dalam daerah kebudayaan Karo. Beberapa
daerah hanya melaksanakan ritual kerja tahun pada tahapan tertentu dalam kegiatan
pertanian. Ada yang merayakan di masa awal penanaman (merdang merdem), masa
pertumbuhan (nimpa bunga benih), masa menjelang panen (mahpah) ataupun pada
masa panen (ngerires).
11Kerja Tahun di Desa Sikeben dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus memiliki
alasan tertentu. Awalnya masyarakat merayakan Kerja Tahun saat panen padi,
sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang mereka dapat. Musim panen padi
yang terjadi tidak tetap tanggalnya, sehingga masyarakat sepakat untuk membuat satu
jadwal yang tepat untuk memperingati perayaan. Hasil kesepakatan masyarakat desa
dan perantau menetapkan tanggal perayaan Kerja Tahun pada tanggal 17 Agustus.
Tanggal 17 Agustus setiap tahunnya diperingati sebagai hari kemerdekaan dan
sebagai pesta Kerja Tahun bagi masyarakat Desa Sikeben.
(47)
Kegiatan Kerja Tahun yang diadakan di desa Sikeben ini sangat meriah dan
dilaksanakan selama dua hari. Pada hari pertama, pagi-pagi masyarakat
bersama-sama memasak makanan yang akan dimakan untuk acara malam dan esok harinya.
Kegiatan memasak yang di lakukan masyarakat secara bersama sesuai dengan
kebutuhan. Mulai dari memasak lauk dan sayur yang akan di makan pada saat
perayaan. Di hari pertama ini biasanya masyarakat akan “ngerires” (yang artinya
memasak lemang), lemang ini merupakan makanan khas yang ada pada saat acara
kerja tahun di Desa Sikeben. Selain dari lemang
masyarakat juga memasak “cimpa”
(makanan terbuat dari tepung yang isinya gula merah dan kelapa di bungkus
menggunakan daun pisang atau daun singkut). Terdapat juga berbagai penganan khas
lainnya untuk menyambut tamu yang datang saat perayaan. Dalam kerja tahun
biasanya teman dan sanak saudara dari luar daerah juga berdatangan untuk
berkunjung dan mengikuti kemeriahan kegiatan kerja tahun.
Selama kegiatan memasak berjalan, muda-mudi yang ada di Desa Sikeben
menyiapkan acara “gendang” (musik untuk acara pesta
) untuk acara malam hari.
Mereka akan mempersiapkan tari-tarian dan juga lagu-lagu yang akan di bawa pada
saat acara malam. Semua sudah dipersiapkan jauh-jauh hari oleh muda-mudi
sehingga pada saat malam harinya hasilnya baik. Malam harinya setelah selesai
makan malam, masyarakat bersama-sama berkumpul di balai desa untuk menikmati
acara yang ada.
Keesokkan harinya merupakan acara puncak. Masyarakat mendatangi
rumah-rumah penduduk untuk bersilaturahmi. Selama dua hari masyarakat menikmati setiap
(48)
acara yang ada karena selama setahun di hari itulah mereka dapat bertemu dengan
keluarga yang berada di Desa Sikeben ataupun yang di luar wilayah Kecamatan
Sibolangit. Masyarakat menikmati acara-acara yang disuguhkan dalam kegiatan kerja
tahun ini, bersama-sama selama dua hari membuat hati masyarakat bahagia.
Kerja tahun menjadi semacam perwujudan prinsip kebersamaan, silaturahmi
dan rasa syukur dalam masyarakat Karo. Setelah satu tahun disibukkan oleh kegiatan
bertani atau berladang yang juga dilaksanakan secara gotong royong, maka hasil dari
aktivitas pertanian itu juga harus disyukuri dan dinikmati secara gotong royong pula.
Pada masa kerja tahun, seluruh masyarakat desa saling berbagi kegembiraan.
Masyarakat yang sudah pindah dan bermukim di daerah lain juga berdatangan ke
Desa Sikeben. Arti lain dari kerja tahun ini adalah agar masyarakat tidak melupakan
tanah kelahirannya dan bertemu dengan saudara-saudara yang masih bermukim di
Desa Sikeben.
Kegiatan sosial budaya yang ada di Desa Sikeben semakin meningkat. Hal ini
dipengaruhi masyarakat pendatang dan penduduk yang pergi meninggalkan Desa
Sikeben untuk kehidupan yang lebih baik. Masuk dan perginya masyarakat
menunjukan perubahan yang jelas bagi perkembangan kehidupan masyarakat Desa
Sikeben.
Mulai
dari perkembangan masyarakat, pemukiman penduduk dan
pemerintahan di desa semua di pengaruhi oleh masyarakat.
(49)
3.1.2. Kehidupan Sosial Ekonomi
Penduduk Desa Sikeben pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Sebagian ada juga yang bekerja sebagai pegawai negeri, pedagang dan tukang, namun tetap melakukan usaha di sektor pertanian. Mereka memahami cuaca dengan sistem kalender yang diajarkan secara turun temurun, sehingga dapat merencanakan waktu penanaman terbaik untuk komoditinya. Serangan hama dan penyakit terhadap tanaman, mereka hadapi dengan cara alami yang terdapat di lingkungan sekitarnya.
Pada umumnya penduduk desa Sikeben bercocok tanam pada permulaan musim hujan yaitu pada Bulan September dan panen pada Bulan Januari. Pengolahan tanah masih dilakukan dengan tenaga manusia, sebagian ada juga yang menggunakan tenaga hewan. Penduduk desa Sikeben hidup dengan mata pencaharian bertani yang menanam jenis tanaman muda dan keras. Tanaman muda yaitu, padi, jagung, sayur, tomat, buncis, cabe dan lain sebagainya. Tanaman keras yaitu, cengkeh, kopi, kayu manis, dan coklat.
Masyarakat juga bergerak di bidang peternakan yang dianggap sebagai mata pencahariaan yang sangat digemari oleh penduduk desa setempat. Ternak dianggap memiliki dua fungsi yaitu memberi hasil juga dapat membantu penduduk mengolah tanah. Kotoran ternak digunakan sebagai pupuk untuk kesuburan tanah dan juga perkembangan tumbuhan. Tanah yang subur dapat mempercepat pertumbuhan tanaman dan membuat hasil panen menjadi baik.
(50)
Tabel.5
Jenis Ternak yang dipelihara Masyarakat
Ternak
Jumlah
Kerbau
25 ekor
Sapi
27 ekor
Kuda
2 ekor
Kambing
75 ekor
Itik
50 ekor
Ayam
70 ekor
Babi
88 ekor
(Sumber: Arsip Desa Sikeben tahun 1981)
Berdasarkan kondisi alam desa Sikeben dapat dikatakan bahwa dalam bidang peternakan dapat dikembangkan dengan melepaskan ternak secara bebas, karena telahtersedianya lapangan. Hal ini disebabkan masih luasnya kawasan yang belum digunakan masyarakat dan wilayahnya yang terpencil sehingga tidak kuatir terhadap pencurian ternak. Peternakan yang ada di Desa Sikeben cukup memberikan penambahan pendapatan bagi perekonomi penduduk.
(51)
Penduduk Sikeben menjual hasil panen ke Desa Bandar Baru dan juga Pekan Sibolangit, karena pasar hanya ada di Pekan Sibolangit. Mereka berjalan kaki dan memikul hasil panen yang akan mereka jual. Mereka selalu menggunakan jalan pintas agar lebih cepat sampai di tempat tujuan. Jalan yang cukup jauh membuat masyarakat mencari jalan pintas supaya cepat tiba d Pekan sibolangit dan mengurangi jarak tempuh mereka dalam berjalan kaki.
Desa Sikeben merupakan desa dengan tingkat ekonomi di bawah rata-rata pada saat itu. Hal tersebut dapat kita lihat dari pemukiman mereka yang masih sederhana dan tingkat pendidikan yang rendah. Untuk meningkatkan mutu kehidupan mereka, masyarakat mulai mengupayakan peningkatan pendidikan kepada anak-anak mereka. Mereka menyekolahkan anak mereka keluar dari desa supaya anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi lagi.
Kehidupan sosial ekonomi masyarakat di tahun 1965-1998 mulai berubah ke hal-hal yang lebih maju lagi. Di mulai dari mata pencaharian yang dulunya hanya bertani ke sawah dan mengelola hasil hutan, sekarang masyarakat mulai membuka lahan baru dan menanam tanaman lainnya yang bisa digunakan sendiri atau dijual. Kehidupan sosial ekonomi yang semakin meningkat memberikan perubahan yang cukup besar bagi masyarakat Desa Sikeben akibat dari tuntutan kebutuhan masyarakat.
Mata pencaharian penduduk ada juga dari peternakan, ataupun bekerja sebagai guru di sekolah SD yang ada sejak tahun 1970. SD yang dibangun di Desa Sikeben adalah hasil swadaya masyarakat yang menyadari pentingnya kemampuan membaca dan menulis. Awalnya anak- anak bersekolah di SD yang ada di luar wilayah Desa Sikeben, yaitu SD yang berada di Desa Bandar Baru namun karena jarak yang terlalu jauh dan jalan yang seringkali
(52)
menjadi becek saat hujan menyebabkan anak- anak sulit pergi ke sekolah yang jauh dari rumah. Sebagian penduduk juga ada yang berprofesi sebagai penjual ataupun bekerja sebagai tukang bangunan setelah mendapat pengaruh dari luar mengenai pengetahuan berdagang dan bertukang sehingga menjadi petani bukan lagi satu- satunya alternative pekerjaan. Masyarakat sudah mengetahui pentingnya pendidikan dan perkembangan teknologi, sehingga mendorong mereka untuk lebih maju dan berkembang.
Berakhirnya masa kepemimpinan Nungkat Barus 1970 digantikan oleh
Jaktat Sembiring. Masa kepemimpinan Jaktat sebagai kepala kampung mulai terlihat
perubahan yang lebih menonjol . Hal ini terlihat dari pembangunan jalan yang
awalnya masih tanah bebatuan, yang bila hujan turun sangat licin. Pengerasan jalan
yang dilakukan pada masa Jaktat dimulai dengan mengajak masyarakat bergotong
–
royong menimbun tanah dengan bebatuan dan pasir kerjasama mempermudah
masyarakat untuk lebih cepat menggunakan jalan yang mereka bangun sendiri.
Perubahan yang dialami masyarakat pada tahun ini dimulai dari sistem
pertaniaan yang sudah mulai meningkat. Saat itu mulai dikembangkan cara bertani
yang lebih baik, bagaimana cara merawatnya dan cara meningkatkan jumlah hasil
panen. Masyarakat diajak bekerjasama untuk meningkatkan jumlah hasil pertanian
dengan bantuan pemerintah desa memberikan penyuluhan. Masyarakat bersama-sama
mempelajari apa-apa saja yang digunakan meningkatkan mutu dan kualitas dalam
pertanian. Sehingga nantinya masyarakat mendapatkan hasil yang cukup memuaskan
dan dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka.
(53)
Tahun 1974 pembangunan sebuah tempat penumbukan padi (lesung)
dengan ukuran 3x4 meter dengan biaya murni dari masyarakat. Masa ini juga mulai
masuk agama Katholik dan Islam. Perkembangan perekonomian penduduk mulai
mengalami peningkatan walaupun belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Di
tahun ini juga masyarakat sudah ada yang memiliki kuda, yang digunakan untuk alat
transportasi. Sebelum ada kuda masyarakat melakukan perjalanan dengan memikul
barang yang ingin di jual ke Desa Bandar Baru dan Sibolangit. Saat itu fasilitas
kesehatan belum ada sehingga bila ada penduduk yang sakit seringkali hanya
menggunakan obat- obatan tradisional. Bila ada penduduk yang sakit berat dan harus
di rawat oleh dokter maka si sakit harus dibawa ke Desa Bandar Baru yang jaraknya
cukup jauh dan akan sulit dilakukan jika keadaan gawat terjadi di malam hari karena
sulitnya kendaraan dan jalan yang gelap.
Perubahan yang semakin meningkat di bidang sosial ekonomi juga merubah taraf hidup masyarakat yang ada di Desa Sikeben. Masyarakat mulai memikirkan peningkatan mutu kualitas hidup dalam perkembangan masyarakat yang ada. Masyarakat mulai memikirkan meningkatkan pendidikan anak untuk meningkatkan taraf hidup yang ada. Masyarakat mulai menyekolahkan anak mereka keluar desa.
Memasuki tahun 1980 Ponten Tarigan diangkat menjadi Kepala Desa. Pada periode ini pengaruh pembangunan oleh pemerintah ke Desa Sikeben mulai dilakukan. Tahun 1978 pembangunan gereja Roma Katholik (RK) dengan ukuran 6x10 meter. Sekolah Dasar yang ada masih tetap sekolah yang berdiri dengan swadaya masyarakat. Fasilitas yang ada sangat tidak memadai baik dari segi tenaga pengajar maupun sarana dan prasarana seperti gedung dan buku. Tahun 1980 SD di Desa Sikeben mengalami perbaikan gedung dan buku dengan
(54)
bantuan dari GBKP. Di tahun ini juga dilakukan pembangunan SMP dengan swadaya masyarakat. Bangunannya masih sederhana dan tenaga pengajar juga masih kurang. Hal ini sebagai upaya penduduk desa.
Awalnya penduduk desa memenuhi kebutuhan air bersih dengan mengambil dari sungai. Daerah Sibolangit memiliki banyak sumber mata air. Untuk memudahkan memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap air bersih maka fasilitas air minum dibangun oleh masyarakat desa dengan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) sepanjang 4,8Km. Penduduk tidak perlu berjalan jauh mengambil air atau MCK. Sejak tahun ini beberapa bantuan dari pemerintah diberikan ke Desa Sikeben. Setelah dinyatakan sebagai desa terjorok maka Desa Sikeben melakukan banyak perbaikan terutama dalam hal kebersihan desa. Hal ini dilakukan secara perorangan maupun kelompok dengan bergotong royong. Sampah rumah tangga tidak lagi dibuang ke sungai. Pada tahun 1981, Desa Sikeben mengikuti lomba air bersih dan mendapat juara pertama.
Perubahan dan kemajuan yang dicapai Desa Sikeben tersebut mengakibatkan terjadi perubahan pola pikir dalam masyarakat. Masyarakat mulai menghargai nilai tanah dan memohon kepada pemerintah untuk membuat sertifikat atas tanah mereka dengan kesadaran hak milik pribadi. Di tahun ini juga pembangunan Gereja Protestan berukuran 18x10 meter dilakukan. Tahun 1986 angin puting beliung merusak Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang merupakan swadaya masyarakat. Setelah kejadian itu Pemerintah Daerah memberikan bantuan untuk membangun gedung sekolah tersebut menjadi permanen.
Perkembangan penduduk dan meningkatnya kebutuhan akan listrik maka masyarakat berusaha agar Desa Sikeben memiliki akses terhadap listrik. Keadaan topografi jalan menuju Desa Sikeben yang berupa hutan, jurang dan bukit membuat pembangunan tiang listrik dari
(55)
Bandar Baru menjadi sulit. Tahun 1985 bantuan dari gereja GBKP oleh Pdt. Em. Borong mengadakan pembangunan PLTA bagi masyarakat Desa Sikeben. Masyarakat bersama-sama membangun PLTA melalui bantuan dari gereja GBKP melalui program kerja gereja yang bernama PARPEM (Partisipasi Pembangunan). Pada tahun 1985 juga masyarakat Desa Sikeben mendirikan gilingan padi tetapi melalui bantuan gereja dalam program kerja yang bernama MAMBRE (yang artinya orang tua laki-laki). Tahun 1986 pembangunan puskesmas dilakukan dan mendapatkan bantuan dari pemerintah sehingga penduduk tidak lagi bergantung pada pengobatan tradisional.
Setelah masuknya Agama katolik ke Desa Sikeben dan semakin banyak penduduk yang menganut baik di Desa Sikeben maupun dari desa lainnya maka, tahun 1992 dilakukan pembangunan gereja Santa Clara oleh Pastor Corado berkebangsaan Italia. Kepala biaranya yaitu Suster Run. Pada saat itu banyak pengunjung yang datang untuk berdoa, berziarah atau sekedar berwisata melihat pemandangan. Masa itu masyarakat boleh masuk ke kawasaan ini dengan bebas, sampai pembangunan gereja Santa Clara selesai pada tahun 1994. Meningkatnya jumlah pengunjung ke desa ini mendorong pengurus Santa Clara memperbaiki jalan dari Lau Petani hingga ke Biara Santa Clara mengunakan batu bata blok. Santa Clara
juga melakukan perbaikan dengan memperluas daerahnya dan menambahkan bangunan-bangunan yang baru dan memagari semua wilayah gereja Santa Clara. Sejak saat itu pengunjung tidak bisa lagi masuk dengan bebas ke daerah itu tanpa seijin suster atau penjaga Biara Santa Clara.
(56)
BAB IV
PENYEBAB TERJADINYA PERKEMBANGAN DESA SIKEBEN TAHUN 1965-1998
4.1
Faktor Internal
4.1.1
Kondisi Alam
Faktor internal merupakan pengaruh perubahan yang dialami masyarakat di
Desa Sikeben dari dalam. Kondisi alam adalah salah satu faktor yang membuat
perubahan di desa bentuk daerah yang strategis, alam yang baik dan memfungsikan
semua sesuai kebutuhan masyarakat.
Kondisi alam di Desa Sikeben cukup baik difungsikan sebagai lahan
pertanian karna tanah yang subur dan juga letaknya yang strategis. Curah hujan di
desa ini juga cukup tinggi sehingga cocok untuk tanaman sawah dan juga tanaman
hijau lainnya sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat disektor pertanian.
Perkembangan Desa Sikeben dipengaruhi dengan kondisi alamnya, sungai-sungai
yang ada dipergunakan untuk PLTA. Dibangunnya PLTA membantu desa dalam
pemenuhan sumber aliran listrik. Masyarakat menggunakan penerangan lampu dan
mulai menggunakan alat-alat elektronik. Sumber mata air juga banyak terdapat di
Desa Sikeben maka fasilitas air minum dibangun oleh masyarakat sepanjang 4,8 Km
dan juga fasilitas MCK.
(57)
Letak pemukiman masyarakat yang sudah dikebangkan di pinggiran jalan
memudahkan masyarakat menggunakan alat transportasi. Kondisi alam di Desa
Sikeben ini memberikan perubahan yang cukup besar bagi masyarakat pedesaan.
Mulai dari letak pemukiman, pendapatan masyarakat, dan juga perubahan kebutuhan
yang dihadapi masyarakat.
4.1.2
Masyarakat
Masyarakat juga merupakan salah satu faktor dari dalam yang
mempengaruhi perkembangan di desa Sikeben. Masyarakat yang sudah mengerti
tentang pendidikan mulai merubah pola pikir mereka untuk menjadi lebih maju lagi.
Mereka sadar begitu pentingnya pendidikan untuk meningkatan taraf hidup dan juga
perkembangan kemajuan di Desa Sikeben. Pendidikan membuat masyarakat menjadi
terbuka dan mulai bersama-sama meningkatkan perkembangan yang ada di Desa
Sikeben demi kemajuan bersama.
Perkembangan yang ada di Desa Sikeben sangat dipengaruhi dari pola pikir
masyarakat, dengan berkembangnya pola pikir masyarakat mudah untuk melakukan
hal-hal baru yang berguna nantinya bagi masyarakat. Mulai dari didirikannya
sekolah, masuknya kebudayaan lain dan kebutuhan hidup yang semakin meningkat.
Masyarakat adalah hal utama didalam perkembangan Desa, dengan pola pikir yang
mulai maju membuat perubahan cepat berkembang. Keterbukaan masyarakat juga
dapat membantu perkembangan semakin cepat dirasakan oleh masyarakat Desa
Sikeben.
(1)
LAMPIRAN VI
Jalan menuju Biara Santa Klara
(2)
LAMPIRAN VII
Gereja Katolik Desa Sikeben
Mesjit Desa Sikeben
(3)
LAMPIRAN VIII
Gilingan Padi MAMBRE Desa Sikeben
PLTA Desa Sikeben
(4)
LAMPIRAN IX
Puskesmas Desa Sikeben
Jalan Desa Sikeben
(5)
LAMPIRAN X
Jalan menuju Raja Nini Uruk Perkentangan Desa Sikeben
Desa Sikeben di lihat dari Raja Nini Uruk Perkentangan
(6)