Pengaruh Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN
KONFLIK KOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA
(Penelitian Quasi Eksperimen di MTs Negeri 12 Jakarta)

Skripsi
Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata-1
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :

AZIZAH
109017000004

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

ABSTRAK


AZIZAH (109017000004), “Pengaruh Strategi Pembelajaran Konflik
Kognitif Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa”.
Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, September 2014.
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri 12 Jakarta tahun ajaran 2013/2014,
penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh strategi
konflik kognitif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
Indikator kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diukur dalam
penelitian ini yaitu: (1) mengidentifikasi kecukupan data yang diperlukan, (2)
menerapkan strategi yang tepat untuk menyelesaikan masalah, (3) menyelesaikan
masalah yang muncul dalam matematika dan dalam konteks lain selain
matematika, dan (4) menjelaskan dan memeriksa hasil kebenaran sesuai
permasalahan asal. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
quasi eksperimen dengan rancangan penelitian the posttest only control group
design. Sampel penelitian ini berjumlah 78 siswa yang terdiri dari 38 siswa pada
kelas eksperimen dan 40 siswa pada kelas kontrol yang diperoleh dengan teknik
cluster random sampling.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan strategi konflik kognitif

lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan dengan menggunakan strategi
ekspositori. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil posttest kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan
strategi konflik kognitif sebesar 64,37 dan nilai rata-rata hasil posttest
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan dengan
menggunakan strategi ekspositori sebesar 54,5. Berdasarkan hipotesis dengan
menggunkan uji-t diperoleh hasil ℎ
2,50 dan
pada taraf signifikansi
= 5% = 0,05 sebesar 1,99, maka
>
. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan dengan strategi
konflik kognitif lebih tinggi secara signifikan dari pada kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa yang diajarkan dengan strategi ekspositori.
Kata Kunci: Strategi Konflik Kognitif, Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika

i


ABSTRACT
AZIZAH (109017000004), “The Influence Cognitive Conflicts Strategy to
Problem Solving Ability of Students Mathematics”. The thesis of Mathematics
Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences, Syarif
Hidayatullah State Islamic University Jakarta, September 2014.
This research was conducted in MTsN 12 jakarta on academic year
2013/2014. The purpose of this research is to analyze the influence cognitive
conflicts strategy to problem solving ability of students mathematics. The
indicator problem solving ability of students mathematics that was measured in
this research was (1) identified sufficiency information which is needed, (2)
applied exactly strategy to solve a problem, (3) solve a problem in mathematics
and the other context except mathematics, and (4) explain and check the true
result based on the origion problem . The method that was used in this research
was Quasi Experiment designed by the posttest only control group design. The
sample of this research was 78 students consisting of 38 students on experimental
class and 40 students on control class that was obtained by cluster random
sampling technique.
The result of this research showed that problem solving ability of students
mathematics that was taught by using cognitive conflicts strategy is higher than
the students that were taught by using expository strategy. It can be seen from the

average score of the posttest result problem solving ability of students
mathematics that was taught by using cognitive conflicts strategy was 64,37 and
the average score of the posttest result problem solving ability of students
mathematics that was taught by using expository strategy was 54,5. Based on
hypothesis test by using t-test obtained
2,50 and
on significance level
= 5% = 0,05 is 1,99, so
>
. This showed that problem solving
ability of students mathematics that was taught by using cognitive conflicts
strategy significantly higher than problem solving ability of students mathematics
that was taught by using expository strategy.
Key Word: Cognitive Conflicts Strategy, Problem Solving Ability of Mathematics

ii

KATA PENGANTAR
‫ﺑﺳﻢاﷲاﻟرﺤﻣﻦاﻟرﺤﯾﻢ‬
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah swt. Yang

senantiasa mencurahkan rahmat, hidayat, dan kasih sayang-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Shalawat dan salam
senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta kerabat, keluarga,
sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak
sedikit kesulitan yang dialami. Namun, berkat do’a, kerja keras, kesungguhan
hati, perjuangan, dan semangat dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini,
semua itu dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1.

Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Bapak Dr. Kadir, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematuka
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.


Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Matematuka Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

4.

Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd, selaku Dosen Penasihat Akademik yang telah
memberikan arahan dan motivasi dalam perkuliahan selama ini.

5.

Ibu Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan waktu, bimbingan, arahan, motivasi, dan semangat dalam
membimbing penulis selama ini.

6.

Ibu Dra. Afidah Mas’ud, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan waktu, bimbingan, arahan, motivasi, dan semangat dalam

membimbing penulis selama ini.

7.

Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada

iii

penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan
Ibu berikan mendapatkan rahmat dan keberkahan dari Allah SWT.
8.

Pimpinan dan Staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literatur
yang dibutuhkan.

9.


Staff Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Staff Jurusan Pendidikan
Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi kemudahan
dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat.

10. Ibu Zulnengsih, M.Pd selaku guru matematika yang telah memberikan izin
kepda penulis dalam memberikan KBM kepada siswanya dan memberikan
maukan serta informasi yang bermanfaat bagi penulis.
11. Terkhusus dan teristimewa untuk orangtuaku tercinta, Bapak Slamet (alm)
dan Ibu Dr. Hj. Makiyah, M.Pd. yang tak henti-hentinya mendo’akan,
memberikan dukungan moril dan materiil, meluangkan waktu, memberikan
nasihat serta melimpahkan kasih sayang yang tak terhingga kepada penulis.
Kedua nenekku tercinta Hj. Rohmah dan Hj. Soleha yang senantiasa
mendo’akan, memberikan nasihat dan perhatian. Paman dan bibiku tercinta
Halimah, Nurlela, Rosmiyati, Rodoni, Zakiyah, Siti Nuryani, Latifah, Yusro,
Atiqah, Buhori, Fauziah, Dan Haryati, yang telah memberikan do’a,
semangat, bantuan, dan dukungannya, serta seluruh keluarga yang menjadi
kekuatan bagi penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih citacita. Dan tak lupa saya ucapkan terima kasih untuk supir saya yaitu pak mul,
yang sudah selalu antar jemput saya dari sekolah-rumah-kampus-rumah
dengan penuh sabar.
12. Sahabat-sahabatku tercinta khususnya Mita, Dewi, Irma, Atik, dan Udoh

yang telah setia membagi kebersamaan dalam suka dan duka, terima kasih
atas ketersediaannya dalam memberikan dukungan, do’a, nasihat, kasih
sayang, cinta, perhatian, serta dengan setia dalam mendampingi penulis pada
saat bimbingan dan penyusunan skripsi, sidang skripsi, hingga penulis selesai
dalam tugas skripsinya.

iv

13. Sahabat-sahabatku tercinta yang lainnya yaitu Elok, Nabilah, Dila, Ria, Aini,
Selly, Deasy, Upi, Wiwi, Rininta, Alin, Nila, Nadiah, Nurul, Tian, Yuyun,
Mem, Ima, Tiwi, Fadil, Naufal, kak Barik, kak Sulaiman, Agus, Izul, Andri,
Mubin, Nurmin, Karyadi, Feri, Ali, keluarga Halaqoh dan keluarga ODOJ
G723 yang telah setia membagi kebersamaan dalam suka dan duka, terima
kasih atas ketersediaannya dalam memberikan dukungan, do’a, nasihat, kasih
sayang, cinta serta perhatian kepada penulis.
14. Teman-teman seperjuangan di bangku kuliah jurusan pendidikan matematika
angkatan 2009 terutama PMTK 2009 A yaitu: Awy, Kiki, Intan, Sarah, Selvi,
Syifa, Fitri, Firda, Ambar, Ila, Linda, Esti, Sakinah, Nurul, Citra, Pupu, Irna,
Mairanti, Ario, Hanief, Cahyadi, dan Alfian. Serta teman-teman PMTK 2009
B dan PMTK 2009 C, yaitu: Ninda, Bunga, Sisi, Anis, Desy, Thoy, Meri,

Ummu, Erdy, Ilham, Muchtar, dan lainnya, terima kasih atas kebersamaan
selama di bangku perkuliahan, terima kasih untuk do’a, dukungan, semangat,
nasihat, serta perhatian kalian yang telah diberikan kepada penulis.
Ucapan terima kasih juga ditunjukkan kepada semua pihak yang namanya
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Mudah-mudahan semua do’a, bantuan,
dukungan , semangat, masukan, arahan dan bimbingan yang telah diberikan
kepada penulis menjadi berkah dan rahmat dari Allah SWT. Aamiin aamiin ya
robal’alamin.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran, demi kesempurnaan
penulisan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Jakarta,

Penulis
Azizah

v


Januari 2015

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK........................................................................................................i
ABSTRACT .....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ....................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian........................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian......................................................................... 8
BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
1. Kemampuan Pemecahan Masalah ............................................. 9
a. Pengertian Matematika ........................................................ 9
b. Pengertian Masalah Matematika ..........................................12
c. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika ........................................................................13
2. Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif ....................................18
a. Pengertian Strategi Pembelajaran ........................................18
b. Pengertian Strategi Konflik Kognitif ...................................19
3. Strategi Pembelajaran Ekspositori .............................................24
B. Penelitian Yang Relevan................................................................25
C. Kerangka Berpikir .........................................................................26

vi

D. Perumusan Hipotesis .....................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................31
B. Metode dan Desain Penelitian........................................................31
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel.....................................32
D. Instrumen Penelitian ......................................................................32
1. Validitas ..................................................................................34
2. Reliabilitas ..............................................................................36
3. Daya Pembeda .........................................................................37
4. Taraf Kesukaran ......................................................................39
E. Teknik Analisis Data .....................................................................40
1. Uji Normalitas .........................................................................41
2. Uji Homogenitas......................................................................42
3. Pengujian Hipotesis .................................................................43
F. Hipotesis Statistik ..........................................................................45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ...............................................................................46
1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
pada Kelas Eksperimen ............................................................46
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
pada Kelas Kontrol ..................................................................48
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis ................................................53
1. Uji Normalitas .........................................................................53
a. Uji Normalitas pada Kelas Eksperimen ..............................53
b. Uji Normalitas pada Kelas Kontrol ....................................54
2. Uji Homogenitas......................................................................54
C. Pengujian Hipotesis .......................................................................55
D. Pembahasan...................................................................................57
1. Proses Pembelajaran di Kelas ..................................................57

vii

2. Hasil Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa ...................................................................68
E. Keterbatasan penelitian..................................................................79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................80
B. Saran .............................................................................................81
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................82
LAMPIRAN .....................................................................................................86

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1

Desain Penelitian ............................................................................31

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa............................................................................33
Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Validitas Uji Coba Instrumen ..............................35
Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Reliabilitas .............................................................37
Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda ....................................................................38
Tabel 3.6 Rekapitulasi Daya Pembeda Uji Coba Instrumen .............................39
Tabel 3.7 Kriteria Indeks Kesukaran................................................................39
Tabel 3.8 Rekapitulasi Taraf Kesukaran Uji Coba Instrumen...........................40
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Data Posttest pada Kelas Eksperimen .....47
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Data Posttest pada Kelas Kontrol............48
Tabel 4.3 Perbandingan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kotrol ..............................50
Tabel 4.4 Persentase Rata-Rata Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .........51
Tabel 4.5

Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .....54

Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data ........................................55
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji-t ................................................56

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Diagram Kerangka Berpikir ........................................................29

Gambar 4.1

Grafik Ogive Komulatif Hasil Posttest Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa pada Kelas Eksperimen ....................48

Gambar 4.2

Grafik Ogive Komulatif Hasil Posttest Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Kelas Kontrol........49

Gambar 4.3

Grafik Persentase Indikator Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa pada Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol .......................................................................52

Gambar 4.4

Kurva Uji Hipotesis Statistik .......................................................56

Gambar 4.5

Siswa Bekerjasama dalam Permasalahan Membuat
Jaring-jaring ................................................................................59

Gambar 4.6

Hasil Pekerjaan Siswa Kelas Eksperimen pada
Tahap Pendahuluan .....................................................................60

Gambar 4.7

Hasil Pekerjaan Siswa Kelas Eksperimen pada LKS 4 .................62

Gambar 4.8

Contoh Variasi Jawaban Siswa Kelas Eksperimen pada LKS 2 ...64

Gambar 4.9

Contoh Variasi Jawaban Siswa Kelas Eksperimen pada LKS 3 ...65

Gambar 4.10 Tahapan Mempresentasikan Hasil Diskusi Siswa
di depan Kelas .............................................................................67
Gambar 4.11 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Soal Nomor 5b
pada Indikator PMM1 .................................................................70
Gambar 4.12 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Soal Nomor 5b
pada Indikator PMM1 .................................................................70
Gambar 4.13 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Soal Nomor 2
pada Indikator PMM2 .................................................................71
Gambar 4.14 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Soal Nomor 2
pada Indikator PMM2 .................................................................72
Gambar 4.15 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Soal Nomor 5a
pada Indikator PMM2 .................................................................73

x

Gambar 4.16 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Soal Nomor 5a
pada Indikator PMM2 .................................................................73
Gambar 4.17 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Soal Nomor 1
pada Indikator PMM3 .................................................................75
Gambar 4.18 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Soal Nomor 1
pada Indikator PMM3 .................................................................75
Gambar 4.19 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Soal Nomor 4
pada Indikator PMM3 .................................................................76
Gambar 4.20 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Soal Nomor 4
pada Indikator PMM3 .................................................................76
Gambar 4.21 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Soal Nomor 3
pada Indikator PMM4 .................................................................78
Gambar 4.22 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Soal Nomor 3
pada Indikator PMM4 .................................................................78

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Hasil Wawancara dengan Guru Pra-Penelitian.......................... 86

Lampiran 2

Nilai Hasil Belajar Matematika Siswa Pra-Penelitian ............... 89

Lampiran 3

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen .. 91

Lampiran 4

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ........ 127

Lampiran 5

Lembar Kerja Siswa (LKS) ...................................................... 157

Lampiran 6

Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa ...................................................... 190

Lampiran 7

Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa MTs Kelas VIII Pokok Bahasan Bangun
Ruang Sisi Datar ...................................................................... 191

Lampiran 8

Rubrik Penskoran Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa................................... 193

Lampiran 9

Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa .................................................................... 200

Lampiran 10 Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa MTs Kelas VIII Pokok Bahasan Bangun Ruang
Sisi Datar ................................................................................. 201
Lampiran 11 Rubrik Penskoran Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa ...................................................... 203
Lampiran 12 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika ................................................................ 208
Lampiran 13 Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen................................ 209
Lampiran 14 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen ............................ 210
Lampiran 15 Hasil Perhitungan Uji Taraf Kesukaran .................................... 211
Lampiran 16 Hasil Perhitungan Uji Daya Pembeda ....................................... 212
Lampiran 17 Langkah-langkah Perhitungan Uji Validitas, Reliabilitas,
Daya Pembeda, dan Taraf Kesukaran ....................................... 213
Lampiran 18 Rekapitulasi Analisis Butir Soal ............................................... 216

xii

Lampiran 19 Nilai Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa pada Kelas Eksperimen .................................................. 217
Lampiran 20 Nilai Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa pada Kelas Kontrol ........................................................ 218
Lampiran 21 Daftar Perhitungan Distribusi Frekuensi Hasil Posttest pada
Kelas Eksperimen .................................................................... 219
Lampiran 22 Daftar Perhitungan Distribusi Frekuensi Hasil Posttest pada
Kelas Kontrol ........................................................................... 222
Lampiran 23 Uji Normalitas Hasil Posttest pada Kelas Eksperimen .............. 225
Lampiran 24 Uji Normalitas Hasil Posttest pada Kelas Kontrol .................... 226
Lampiran 25 Perhitungan Uji Homogenitas Posttest dengan Uji Fisher ......... 227
Lampiran 26 Uji Hipotesis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika .... 228
Lampiran 27 Tabel Nilai r Product Moment .................................................. 230
Lampiran 28 Tabel Nilai Kritis Chi-Kuadrat ................................................. 231
Lampiran 29 Uji Referensi ............................................................................ 232
Lampiran 30 Surat Bimbingan Skripsi........................................................... 240
Lampiran 31 Surat Permohonan Izin Observasi ............................................. 241
Lampiran 32 Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................. 242

xiii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan disertai dengan kelebihan berupa akal dan pikiran
yang dapat berguna untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang
telah dimilikinya untuk dapat memecahkan berbagai macam persoalan yang
dihadapinya dalam kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu aspek
penting dalam kehidupan, tanpa pendidikan suatu bangsa tidak akan
mengalami perubahan, kemajuan, dan perkembangan dibidang ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Pentingnya pendidikan tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun
2003 Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan yaitu: pendidikan
nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.1
Akan tetapi, tujuan pendidikan tidak akan tercapai jika dalam proses
pembelajarannya tidak berlangsung secara optimal. Proses pembelajaran akan
sangat ditentukan oleh pandangan seorang guru dan keyakinannya terhadap
mata pelajaran yang diajarkannya, dengan guru sebagai fasilitator dan siswa
sebagai subjek belajar. Guru harus mampu menciptakan suatu proses
pembelajaran yang kondusif dan bermakna agar tujuan pembelajaran yang
diinginkan dapat tercapai.
Salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada semua jenjang
pendidikan adalah matematika. Matematika dipandang sebagai mata pelajaran
yang paling sulit, akan tetapi penting untuk diajarkan karena matematika ada
pada semua bidang keilmuan dan kehidupan. Mulyono Abdurahman dalam
bukunya, “Cornelius mengemukakan alasan pentingnya belajar matematika
1

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2011),
Cet. 4, h. 123.

1

2

karena matematika merupakan sarana berpikir yang jelas dan logis, sarana
untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, sarana mengenal
pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, dan sarana untuk
mengembangkan kreativitas”.2 Dengan demikian, mata pelajaran matematika
itu sangat penting untuk diajarkan agar dapat mengembangkan kemampuan
berpikir siswa dan dapat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.
Segala upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran
matematika di Indonesia, akan tetapi prestasi belajar matematika siswa di
sekolah masih tergolong rendah. Hal tersebut sejalan dengan hasil survei
yang dilakukan Program For International Student Assessment (PISA),
menunjukkan bahwa Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari
65 negara, sedangkan berdasarkan hasil survei yang dilakukan Trends
International Mathematics And Science Study (TIMSS) menunjukkan siswa
Indonesia berada pada peringkat yang sangat rendah dalam kemampuan (1)
memahami informasi yang komplek, (2) teori, analisis dan pemecahan
masalah, (3) pemakaian alat, prosedur, dan pemecahan masalah, dan (4)
melakukan investigasi.3 Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan tersebut
menunjukkan bahwa salah satu kemampuan yang masih tergolong rendah
adalah kemampuan pemecahan masalah.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengemukakan bahwa
kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan pembelajaran
matematika yang harus dimiliki setiap siswa.4 Pemecahan masalah
merupakan aktivitas siswa untuk merespon persoalan yang menantang dengan
melibatkan beberapa kombinasi konsep dan keterampilan siswa ke dalam
suatu situasi yang berbeda atau situasi baru, karena dalam proses
penyelesaiannya

memungkinkan

siswa

menggunakan

kemampuan

berpikirnya untuk memperoleh pengetahuan baru dengan menggunakan
2

Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan Remediasinya,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 204.
3
I. Wayan.As., Dokumen Kurikulum 2013, (Jakarta: CV. Az-Zahra, 2013), h. 10.
4
Utari Sumarmo, “Pendidikan Karakter dan Pengembangan Kemampuan Berpikir dan
Disposisi Matematik serta Pembelajarannya”, Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisi
Matematika serta Pembelajarannya, Bandung, 2013, h. 330.

3

pengetahuan awal serta keterampilan yang telah dimiliki oleh siswa untuk
diterapkan pada soal-soal pemecahan masalah yang diberikan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pentingnya suatu tantangan diberikan kepada siswa agar
mereka merasa termotivasi untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh
guru mereka.
Berdasarkan hasil observasi di MTsN 12 Jakarta, diperoleh informasi
bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika masih rendah. Hal
itu terlihat dari banyaknya siswa yang perolehan nilainya masih di bawah
KKM yang ditentukan, yaitu 76 dan rata-rata nilai matematika masih rendah.
Di dalam proses pembelajaran dikelas masih menggunakan strategi
pembelajaran tradisional atau strategi pembelajaran yang berpusat pada
pendidik, serta siswa hanya sebatas mampu menyelesaikan soal-soal yang
telah dicontohkan oleh guru dan kurang mampu menyelesaikan jenis soal lain
yang tidak rutin serta kurang mampunya siswa dalam mengaitkan antara satu
konsep dengan konsep yang lain. Proses belajar seperti ini membuat siswa
tidak aktif dalam menjalani aktivitas pembelajaran, karena siswa hanya
memindahkan pengetahuan yang dimiliki guru kepada mereka, maka
pengetahuan, daya pikir, dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang
mereka miliki tidak akan pernah bertambah atau berkembang. Padahal proses
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dapat memungkinkan peserta
didik mengembangkan kecakapan berpikir, kecakapan interpesonal, serta
kecakapan beradaptasi dengan baik.5
Sebuah pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja tanpa keaktifan
siswa dalam membangun struktur pengetahuannya sendiri berdasarkan
kematangan kognitif yang dimilikinya.6 Idealnya aktivitas pembelajaran tidak
hanya difokuskan pada upaya mendapatkan pengetahuan sebanyakbanyaknya, melainkan bagaimana menggunakan segenap pengetahuan yang

5

M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana
Pendidik Memberdayakan Pemelajar Di Era Pengetahuan, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 4.
6
Suyono dan Hariyanto, Belajar Dan Pembelajaran: Teori Dan Konsep Dasar, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 108

4

didapat untuk menghadapi situasi baru atau memecahkan masalah-masalah
khusus yang berkaitan dengan bidang studi yang dipelajari.
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, bahwa pada pembelajaran
matematika yang telah diterapkan, kurang dapat membantu siswa di dalam
memahami

sebuah

konsep

matematika

dalam

memecahkan

suatu

permasalahan. Dalam hal ini, peneliti menduga bahwa siswa belum terbiasa
di dalam mengerjakan soal-soal pemecahan masalah. Hal itu menunjukkan
bahwa di dalam proses pembelajaran kegiatan pemecahan masalah belum
dijadikan sebagai kegiatan utama.
Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dapat dijadikan
kegiatan utama jika dikembangkan melalui suatu proses pembelajaran yang
tidak hanya mentransfer pengetahuan kepada siswa, tetapi juga membantu
siswa

membentuk

dan

mengkonstruksi

pengetahuan

serta

dapat

memberdayakan kemampuan menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.
Pembelajaran yang demikian tidak mungkin dapat terwujud hanya melalui
mendengarkan penjelasan guru, hafalan, pemberian soal-soal yang bersifat
rutin, dan proses pembelajaran yang berpusat pada pendidik. Oleh karena itu,
dibutuhkan strategi yang tepat untuk siswa dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa, untuk mengubah situasi belajar agar
berpusat pada siswa, untuk membangun pengetahuan yang dimiliki siswa
agar lebih baik sehingga dapat mengatasi segala miskonsepsi yang dialami,
serta dapat memotivasi siswa untuk berpikir dan menganalisis suatu
permasalahan yang dihadapi.
Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mendukung proses
pembelajaran di atas adalah pembelajaran matematika dengan menggunakan
strategi konflik kognitif. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan Watson memberikan arahan yang jelas yakni strategi konflik
kognitif dalam pembelajaran matematika dapat membantu siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan melalui suatu pemberian masalah yang hendak

5

dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki/dipelajari sebelumnya.7
Menurut Miscel, “konflik kognitif merupakan suatu situasi dimana kesadaran
seorang individu mengalami ketidakseimbangan”.8 Ketidakseimbangan dalam
struktir kognitif siswa terjadi disaat siswa mengalami suatu pertentangan
dalam pemikirannya berkenaan dengan informasi yang telah mereka miliki.
Sedangkan menurut Drefus, “strategi konflik kognitif merupakan
strategi pengubah konseptual dalam upaya

mengubah miskonsepsi-

9

miskonsepsi siswa menuju konsep yang benar”. Maka pada strategi konflik
kognitif permasalahan akan diberikan pada kegiatan awal sebagai suatu
tantangan bagi siswa untuk dapat menyelidiki dan mengekplorasi pertanyaanpertanyaan yang diberikan guru serta pertanyaan-pertanyaan yang muncul
dari struktur kognitif siswa, sehingga siswa mengetahui definisi/pengertian,
rumus, serta konsep yang lebih tepat atau lebih baik. Hal tersebut membuat
siswa tidak hanya diberikan teori dan rumus matematika yang sudah jadi,
akan tetapi siswa dilatih untuk belajar memecahkan masalah selama proses
pembelajaran di kelas berlangsung sehingga siswa dapat membangun
pemahamannya sendiri agar lebih baik.
Strategi pembelajaran konflik kognitif memberikan kesempatan
kepada siswa untuk dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran, baik
dalam mencari dan menemukan sendiri informasi yang berupa konsep, teori
serta kesimpulan dari suatu konsep dan teori.10 Maka strategi konflik kognitif
sangat tepat diterapkan sebagai solusi untuk dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa, karena dalam proses pembelajarannya
mengharuskan siswa untuk dapat membawa perubahan konsep atau
pemahaman dari ketidakseimbangan pada struktur kognitif siswa menuju
konsep atau pemahaman yang lebih baik atau lebih tepat.
7

Jarnawi Afgani Dahlan, Ade Rohayati, dan Karso, “Implementasi Strategi Pembelajaran
Konflik Kognitif dalam Upaya Meningkatkan High Order Mathematical Thinking Siswa”, Jurnal
Pendidikan, Vol. 13, 2012, h. 67.
8
Ibid., h. 69.
9
I Wayan Gde Wiradana, “Pengaruh Strategi Konflik Kognitif dan Berpikir Kritis Terhadap
Prestasi Belajar IPA Kelas VII SMP Negeri 1 Nusa”, h. 8, (http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index/php/jurnal_ipa/article/vuewFile/44/236.pdf), akses 4 November 2013, pukul 21:38
10
Ibid., h. 3-7

6

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Konflik
Kognitif Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan
diatas, terdapat beberapa pokok masalah yang dapat dikemukakan antara lain:
1. Soal-soal matematika yang diberikan oleh guru termasuk kategori soal
yang rutin dikerjakan, sehingga siswa tidak dilatih kemampuan
penalarannya, logika, dan analisisnya. Dan hanya berkisar pada soal-soal
yang melatih kemampuan berhitung saja.
2. Proses pembelajaran matematika yang diterapkan guru di kelas kurang
memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat mengembangkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimilikinya, dan salah satu
diantaranyanya adalah kemampuan pemecahan masalah.
3. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih tergolong
rendah
4. Strategi pembelajaran matematika yang biasa dilakukan di kelas masih
menggunakan strategi pembelajaran tradisional yang berpusat kepada
guru, sehingga membuat siswa cenderung kurang aktif dalam proses
pembelajarannya. Siswa hanya melihat, mendengarkan, dan mencatat
materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, yang dapat membuat siswa
menjadi kurang termotivasi dalam belajar karena tidak adanya suatu
tantangan yang dapat merangsang kerja otak secara maksimal.

C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan masalah, maka
penulis melakukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang digunakan
dalam penelitian ini, sebagai berikut: (1) mengidentifikasi kecukupan data

7

untuk memecahkan masalah, (2) menerapkan strategi yang tepat untuk
menyelesaikan masalah, (3) menyelesaikan masalah yang muncul dalam
matematika dan dalam konteks lain selain matematika, dan (4)
menjelaskan dan memeriksa hasil kebenaran sesuai permasalahan asal.
2. Strategi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi
pembelajaran konflik kognitif yaitu suatu kondisi yang membawa
perubahan konseptual siswa dalam pengambilan keputusan berdasarkan
perbedaan opini tentang topik yang diberikan dengan pengetahuan yang
dimiliki oleh siswa itu sendiri sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam
struktur kognitifnya, menuju konsep atau pemahaman yang lebih tepat
atau lebih baik.
3. Penelitian ini akan dilakukan di MTsN 12 Jakarta pada siswa/i kelas VIII
semester II tahun ajaran 2013/2014
4. Materi yang disampaikan pada penelitian ini adalah bangun ruang sisi
datar

D. Perumusan Masalah
Agar penelitian lebih terarah maka penulis terlebih dahulu akan
merumuskan masalah penelitiannya, yaitu:
1. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelas
eksperimen yang diajarkan dengan strategi konflik kognitif?
2. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelas
kontrol yang diajarkan dengan strategi ekspositori?
3. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang
mendapat pembelajaran dengan menggunakan strategi konflik kognitif
lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan strategi ekspositori?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini
adalah:

8

1. Untuk membandingkan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan strategi konflik
kognitif dengan menggunakan strategi ekspositori.
2. Untuk mengetahui dan mengkaji kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan strategi
konflik kognitif.
3. Untuk mengetahui dan mengkaji kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa pada kelas kontrol yang diajarkan dengan strategi
ekspositori

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi guru
a) Sebagai salah satu alternative pembelajaran dalam proses belajar
mengajar.
b) Sebagai masukkan bagi guru untuk dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa dengan menerapkan strategi
konflik kognitif dalam proses pembelajaran.
2. Manfaat bagi siswa
a) Melalui strategi konflik kognitif diharapkan dapat memotivasi siswa
untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang dimilikinya
terutama kemampuan pemecahan masalah matematika.
b) Siswa

dapat

membiasakan

untuk

memberanikan

diri

dalam

mengidentifikasi masalah pemahaman yang dimilikinya agar dapat
menumbuhkan pemahaman yang lebih tepat atau lebih baik.
3. Manfaat bagi sekolah
Sebagai alternatif upaya meningkatkan kualitas proses belajar mengajar
dalam pembelajaran matematika.
4. Manfaat bagi peneliti
Bermanfaat untuk dapat melihat pengaruh kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa setelah pembelajaran matematika dengan
menggunakan strategi konflik kognitif berlangsung.

7

BAB II
KERANGKA TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis
1.

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
a.

Pengertian Matematika
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
semua jenjang pendidikan yaitu, TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan
perguruan tinggi. Bahkan matematika ada disemua bidang keilmuan atau
kehidupan, karena disetiap jengkal kehidupan yang dijalani seseorang
tidak terlepas dari ilmu matematika. Ilmu matematika memberikan
sumbangan yang cukup besar dalam pembentukan manusia unggul,
karena salah satu kriteria unggul adalah manusia yang dapat
menggunakan nalarnya untuk kemajuan bangsanya dan sebaik-baiknya
manusia adalah yang mampu membawa manfaat bagi manusia lainnya
untuk kehidupan selanjutnya. Maka matematika disebut sebagai ratunya
ilmu atau ilmu yang mandiri. 1 Karena tanpa bantuan ilmu lain
matematika dapat tumbuh dan berkembang untuk ilmunya sendiri, akan
tetapi ilmu lain butuh ilmu matematika untuk dapat tumbuh dan
berkembang.
Kata matematika berasal dari bahasa Yunani yaitu mathematike
yang berarti mempelajari. Kata tersebut mempunyai asal kata mathema
yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science), kemudian kata
mathematike berhubungan dengan kata lainnya, yaitu mathein atau
mathanein yang artinya belajar atau berpikir.2
Sejalan dengan definisi diatas matematika adalah suatu bidang
ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan
berbagai masalah praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi,

1

Sri Anitah W. dan Janet Trineke Manoy, Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2007), h. 7.11.
2
Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI PRESS,
2006), h. 3.

9

10

analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas, serta mempunyai
cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis.3
Maka dalam mata pelajaran matematika ada istilah berpikir matematika
(mathematical thinking). Menurut Utari Sumarmo, “istilah berpikir
matematika diartikan sebagai cara berpikir yang berkenaan dengan
proses matematika (doing math) atau cara berpikir dalam menyelesaikan
tugas matematika (mathematical task) baik yang sederhana maupun yang
kompleks”.4
Matematika juga didefinisikan oleh Johson dan Myklebust,
matematika adalah bahasa simbolis yang terbagi menjadi dua fungsi,
yaitu: fungsi praktisnya adalah untuk mengeksperikan hubunganhubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoretisnya adalah
untuk memudahkan berpikir.5 Maka dalam pembelajarannya, matematika
diajarkan mulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal
menuju arah yang tidak dikenal. Karena dari bagian-bagian tersebut
siswa diajarkan untuk berpikir dari tingkat yang mudah ke tingkat yang
sulit dan merasa tertantang dalam mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan guru. Salah satu karakteristik matematika adalah obyek
matematika bersifat abstrak, karena obyek matematika bersifat abstrak
maka untuk mempelajarinya diperlukan daya nalar yang tinggi agar dapat
memahami obyek-obyek matematika yang akan dipelajari.6
Paling mengemukakan bahwa matematika adalah suatu cara
untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia
dengan menggunakan informasi yang dimilikinya, serta menggunakan
pengetahuan tentang bentuk, ukuran, dan perhitungan, dan yang
terpenting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri untuk dapat
3

Hamzah B. Uno dan Masri Kudrat Umar, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 109.
4
Utari Sumarmo, “Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana
dikembangkan pada Peserta Didik”, Makalah Matematika FPMIPA UPI, Bandung:, 2010, h. 4.
5
Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan Remediasinya,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 202.
6
Kadir, “Analisis Kesulitan Siswa dalam Mempelajari Matematika”, MIPMIPA, Kendari,
Januari 2006, h. 57.

11

melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.7 Berdasarkan pendapat
Paling di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menemukan jawaban atas
permasalahan yang dihadapi setiap manusia, maka mereka akan
menggunakan

informasi,

menggunakan

pengetahuannya,

serta

menggunakan segala kemampuan yaitu kemampuan menghitung,
kemampuan mengingat, dan menggunakan hubungan-hubungan.8 Maka
matematika

merupakan hasil penerapan pola berpikir

manusia,

penemuan, formulasi, dan pengembangan yang sistematik dalam pola
pikir manusia agar lebih berkembang dengan baik.
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah suatu mata pelajaran yang menggunakan penerapan
pola pikir yang logis dengan daya nalar yang tinggi untuk
menghubungkan konsep-konsep atau pengetahuan-pengetahuan yang
dimiliki siswa untuk menyelesaikan permasalah yang diberikan
kepadanya. Hal tersebut sejalan dengan tujuan mata pelajaran
matematika untuk semua satuan pendidikan dikdasmen yaitu: SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK. Tujuan mata pelajaran matematika di
sekolah adalah agar siswa memiliki kemampuan, sebagai berikut:9
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep,
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang

model

matematika,

menyelesaikan

model,

dan

menafsirkan solusi yang diperoleh

7

Abdurrahman, Op. Cit., h. 203.
Ibid.
9
Sri Wardhani, Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs Untuk
Optimalisasi Pencapaian Tujuan, (Yogyakarta: PPPPTK MATEMATIKA, 2004), h. 8.
8

12

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.

b. Pengertian Masalah Matematika
Masalah merupakan suatu pernyataan yang menunjukkan adanya
suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin
yang sudah diketahui.10 Akan tetapi suatu pernyataan yang akan
diberikan kepada siswa akan menentukan terkategorikannya suatu
pernyataan menjadi suatu masalah atau hanyalah suatu pernyataan biasa,
dapat dikatakan menjadi suatu masalah bagi seorang siswa jika dalam
penyelesaiannya tidak dapat dijawab secara langsung karena harus
menyeleksi informasi yang diperoleh tetapi akan menjadi pernyataan
biasa bagi siswa lainnya karena siswa tersebut sudah mengetahui
prosedur penyelesaiannya atau termasuk dalam kategori masalah yang
rutin.
Sejalan dengan itu, sebagian besar ahli pendidikan matematika
juga berpendapat bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus
dijawab atau direspon, namun tidak semua pertanyaan otomatis akan
menjadi masalah.11 Jadi, jika seorang siswa sudah terbiasa atau tidak
merasa tertantang untuk suatu pertanyaan yang diberikan guru maka
pertanyaan tersebut bukan termasuk dalam kategori masalah. Dan ciriciri suatu masalah antara lain:12 (1) individu menyadari/mengenali suatu
10

Fadjar Shadiq, Kemahiran Matematika, ( Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jendreral Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK)
Matematika, 2009), h. 9
11
Ibid., h. 4
12
Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasisi Pengajuan Dan
Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. (Surabaya: Unesa
University Press, 2008), h. 34

13

situasi (pertanyaan-pertanyaan) yang dihadapi atau individu tersebut
memiliki pengetahuan prasyarat, (2) individu menyadari bahwa situasi
tersebut memerlukan tindakan atau individu merasa tertantang untuk
menyelesaikannya, (3) langkah pemecahan suatu masalah tidak harus
jelas atau mudah ditangkap orang lain atau individu tersebut sudah
mengetahui bagaimana menyelesaikan masalah itu meskipun belum jelas.

c.

Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Menurut Gagne ada delapan tipe belajar matematika yang
dilakukan secara hirarki,13 yaitu belajar sinyal (signal learning), belajar
stimulus respons (stimulus-response learning), belajar merangkai tingkah
laku (behavior chaining learning), belajar asosiasi verbal (verbal
chaining learning), belajar diskriminasi (discrimination learning), belajar
konsep (concept learning), belajar aturan (rule learning), belajar
memecahkan masalah (problem solving learning). Dari delapan tipe
belajar di atas, memecahkan masalah (problem solving) merupakan
hirarki yang paling tinggi diantara delapan tipe belajar yang lain. 14
Karena tipe belajar memecahan masalah merupakan aplikasi dari konsep
dan keterampilan yang dimiliki siswa, dan dalam prosesnya melibatkan
beberapa kombinasi konsep dan keterampilan untuk menghadapi suatu
situasi baru atau situasi yang berbeda.
Secara umum terdapat tiga macam interpretasi istilah problem
solving dalam pembelajaran matematika, yaitu (1) problem solving
sebagai tujuan (as a goal), (2) problem solving sebagai proses (as a
process), dan (3) problem solving sebagai keterampilan dasar (as a basic
skill).15 Tujuan utama dalam pengajaran pemecahan masalah (Problem

13

Hamzah B. Uno, Op. Cit., h. 110.
Parno, Peningkatan Penguasaan Materi Fisika Sekolah Melalui Pembelajaran Menggunakan
Peta Konsep dan Problem Based Learning (PBL), Jurnal MIPA, 2008, h. 41.
15
C. Jacob, Pemecahan Masalah Sebagai Suatu Tujuan, Proses dan Keterampilan Dasar, h.2,
(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR_PEND_MATEMATIKA/194507161976031CORNELIS_JACOB/PEMECAHAN_MASALAH_SBG_TUJUAN.pdf), akses 27 Februari 2015,
pukul 22:41
14

14

Solving) adalah mengembangkan kemampuan siswa memecahkan
masalah secara tepat, serta mengajarkan konsep kepada siswa kemudian
menerapkannya untuk memecahkan masalah16.
Menurut Dodson dan Hollander, kemampuan pemecahan masalah
yang harus ditumbuhkan, yaitu: 17
1. Kemampuan mengerti konsep dan istilah matematika
2. Kemampuan untuk mencatat kesamaan, perbedaan, dan analogi
3. Kemampuan untuk mengidentifikasi elemen terpenting dan memilih
prosedur yang benar
4. Kemampuan untuk mengetahui hal yang tidak berkaitan
5. Kemampuan untuk menaksir dan menganalisa
6. Kemampuan untuk memvisualisasi dan menginterpretasi kua