PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA.

(1)

PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH

TERHADAP KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhisebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Relin Yulinar NIM. 1004191

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA 2014


(2)

PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN

MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN

SISWA DALAM MENYELESAIKAN

SOAL CERITA MATEMATIKA

Oleh

Relin Yulinar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Relin Yulinar 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

RELIN YULINAR

PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN

SOAL CERITA MATEMATIKA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Karlimah, M.Pd. NIP.196101221987032001

Pembimbing II

Drs. H. Sadjaruddin Nurdin, M.Pd. NIP. 195105031976031003

Mengetahui

Ketua Program Studi S1 PGSD UPI Kampus Tasikmalaya

Drs. Rustono WS, M.Pd. NIP. 19520628 198103 1 001


(4)

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL

CERITA MATEMATIKA Oleh

Relin Yulinar

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaiakan soal cerita matematika. Hasil observasi yang peneliti lakukan di Sekolah Dasar, siswa yang diberi soal pemecahan masalah matematika yang berbentuk soal cerita menunjukan penyelesaian yang kurang sistematis dan tidak terdapat strategi dalam menyelesaikan soal. Hal ini dikarenakan siswa tidak terbiasa dengan soal pemecahan masalah dan guru terbiasa mengajar dengan menggunakan pembelajaran yang konvensional. Menyikapai masalah tersebut, peneliti menerapkan strategi pembelajaran pemecahan masalah terhadapap kemampuan penyelesaian soal cerita matematika. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam meyelesaikan soal cerita matematika melalui Strategi Pemecahan Masalah. Penelitian ini dilakukan di kelas V A SDN Gunung Pereng 1 sebagai kelas kontrol dan kelas V B SDN Gunung Pereng 1 sebagai kelas eksperimen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian nonequivalent control group designdengan jenis post test only control design. Postes yang diberikan terdiri dari empat soal Subyek dari penelitian ini adalah 60 siswa kelas V, yang terdiri dari 30 siswa untuk kelas eksperimen dan 30 siswa untuk kelas kontrol.Pengumpulan data dilakukan melalui hasil postes kemampuan penyelesaian soal cerita matematika pada pokok bahasan perbandingan dan skala. Postes yang diberikan terdiri dari empat soal yang berbentuk uraian. Rata-rata hasil postes kemampuan penyelesaian soal cerita matematika siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kemampuan penyelesaian soal cerita matematika siswa kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan strategi pembelajaran pemecahan masalah berpengaruh terhadap kemampuan penyelesaian soal cerita matematika.


(5)

Kata Kunci: Matematika, Strategi Pemecahan Masalah, nonequivalent control group design

This research is motivated by low ability students in math word problems. Observation result, the researchers did in elementary school, students are given a problem solving math problems in the form of a story about the settlement shows that there is lack of systematic and strategies to solve problems. This is because the students are not familiar with the problem solving and teachers accustomed to the use of learning konvensional. For this problems, researchers applied learning strategies terhadapap problem solving math story problem-solving ability. The purpose of this study was to determine the ability of the student in completing word problems mathematics through problem solving strategy. This research was conducted in the classroom VA SDN Gunung Pereng as class 1 and class VB control SDN Gunung Pereng 1 as a class experiment. The method used in this study is the method of quasi-experimental research design with nonequivalent control group designdengan kind of post test only control design. Postes given problem consists of four subjects of this study were 60 students of class V, which consists of 30 students in the experimental class and 30 students for the class of data is done through the results kontrol.Posttest math story problem-solving ability in the subject and scale comparison. Postes given consists of four questions that form the description. Average post-test results of mathematical word problems completion capabilities experimental class students is higher than the average math story problem-solving ability of students in grade control. The results showed that the use of problem-solving learning strategies affect the ability of the completion of math word problems.

Keyword : Mathematics Problem Solving Strategy,nonequivalent control group design


(6)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii v ix xi xii BAB I BAB II PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... E. Struktur Organisasi Skripsi...

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN... A. Kajian Pustaka... 1. Hakikat Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar... 2. Soal Cerita Matematika di Sekolah Dasar... 3. Kemampuan Menyelesaiakan Soal Cerita Matematika... 4. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar... 5. Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah... a. Pengertian... b. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran

1 1 5 5 6 7 8 8 8 9 11 12 13 13 17


(7)

vi BAB III

BAB IV

Pemecahan Masalah... 6. Materi Matematika... B. Kerangka Pemikiran... C. Hipotesis Penelitian... METODE PENELITIAN... A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian... 1. Lokasi... 2. Populasi dan Sampel... B. Desain Penelitian... C. Metode Penelitian... D. Definisi Operasional Variabel... E. Instrumen Penelitian... F. Pengenbangan Instrumen... 1. Validitas... 2. Reliabilitas... 3. Taraf Kesukaran Butir Soal... 4. Daya Pembeda Butir Soal... G. Teknik Pengumpulan Data... H. Analisis Data... HASIL PENELITIA DAN PEMBAHASAN... A. Pemaparan Data...

1. Analisis deskriptif kemampuan penyelesaian soal cerita matematika kelas eksperimen... 2. Analisis deskriptif kemampuan penyelesaian soal cerita

matematika kelas kontrol... 3. Analisis deskriptif tahap kemampuan penyelesaian soal

cerita matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol... a. Analisis deskriptif tahap kemampuan penyelesaian soal

cerita matematika kelas eksperimen... b. Analisis deskriptif tahap kemampuan penyelesaian soal

cerita matematika kelas kontrol... 13 17 19 20 21 21 21 21 23 24 24 29 29 30 31 32 33 33 36 36 36 40 45 45 55


(8)

vii BAB V

4. Perbandingan kemampuan penyelesaian soal cerita matematika siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol dalam menjawab soal... 5. Pengujian persyaratan analisis... a. Uji normalitas... 6. Pengujian hipotesis...

a. Uji Mann-Whitney... B. Pembahasan Hasil Penelitian...

1. Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 2. Perbandingan Hasil Tahap Pemecahan Masalah dalam

Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika Siswa di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...

3. Pengaruh Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah Terhadap Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika di Kelas Eksperimen... 4. Keterbatasan penelitian... KESIMPULAN DAN SARAN...

A. Kesimpulan... B. Saran...

65 72 73 74 74 75 75 77

85

80 83 84 84 85

DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN-LAMPIRAN...

86 88 RIWAYAT HIDUP


(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada semua jenjang pendidikan adalah pelajaran matematika. Peran penting dari matematika dapat dilihat dari arah pengembangan kurikulum matematika di sekolah termasuk Sekolah Dasar. Arah serta tujuan pembelajaran disebutkan dalam Permendiknas No.22 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan juga menengah (dalam BNSP, 2006, hlm. 110). Dalam dokumen tersebut dijelaskan bahwa pembelajaran matematika dilakukan di sekolah bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah; 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3) memecahkan masalah yang meliputi memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan masalah; 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Dalam tujuan pembelajaran matematika tersebut diuraikan bahwa penguasaan matematika tidak hanya sebatas kemampuan hitungan tetapi juga berupa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Sesuai dengan arah dan tujuan kurikulum di Indonesia, National Council of Teacher Mathematic di Amerika (dalam Lidinillah, 2010, hlm 1) menetapkan ada lima keterampilan proses yang harus dikuasai siswa melalui pembelajaran matematika, yaitu: (1) pemecahan masalah (problem solving); (2) penalaran dan pembuktian (reasoning and proof); (3) koneksi (connection); (4) komunikasi (communication); serta (5) representasi (representation). Penetapan tersebut menguatkan bahwa kemampuan pemecahan masalah sangat diperlukan oleh siswa.


(10)

2

Standar proses dalam pembelajaran matematika ini tidak terlepas dengan 5 (lima) standar isi yang meliputi bilangan dan operasinya, aljabar, geometri dan pengukuran serta analisis data dan peluang. Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika yang telah dipaparkan diatas dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembelajaran matematika difokuskan agar siswa mampu untuk memecahkan masalah. Memecahkan masalah adalah kegiatan yang dilakukan untuk dapat menyelesaikan suatu masalah.

Untuk menjadikan siswa terampil dalam memecahkan masalah, hendaknya guru memberikan pengalaman-pengalaman dalam memecahkan masalah. Pengalaman tersebut bisa diberikan dalam bentuk masalah yang dialami siswa sehari-hari. Selain itu guru juga harus bisa memberikan bekal kepada siswa dalam memecahkan suatu masalah. Bekal tersebut adalah konsep-konsep serta keterampilan yang harus dimiliki siswa dalam memecahkan suatu masalah. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, khususnya masalah matematika.

Namun pada kenyataannya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil survey TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Studies) yang dilakukan setiap empat tahun sekali. TIMSS berkoordinasi dengan IEA (The International Association for the Evaluation oe Educational Achievment), dan indikator yang dinilai yaitu kemampuan pemecahan masalah matemaatika siswa dalam menyelesaikan masalah non rutin. Dimulai pada tahun 1999, Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara dengan perolehan rata-rata 403. Kemudian pada tahun 2003 Indonesia berada pada peringkat 35 dari 46 negara dengan perolehan rata-rata 411. Selanjutnya pada tahun 2007 Indonesia berada pada peringkat 36 dari 40 negara dengan perolehan rata-rata 397 dan pada tahun 2011 berada pada peringkat 38 dari 42 negara dengan perolehan rata-rata 386. Nilai rata-rata yang ditentukan oleh TIMSS adalah 500, sedangkan apabila dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh selama keikutsertaannya, Indonesia selalu memperoleh nilai dibawah rata-rata.


(11)

3

Kondisi di lapangan menunjukan siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah matematika. Masalah matematika yang dimaksud adalah yang bersifat non rutin yang dinyatakan dalam bentuk soal cerita. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di SD, ketika siswa diberikan soal pemecahan masalah matematika dalam bentuk soal cerita, siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah yang disajikan, cara penyelesaianya yang kurang sistematis dan tidak terdapat strategi/rencana dalam menyelesaikan soal tersebut. Kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaiakan soal cerita tersebut dapat menghambat tujuan-tujuan pembelajaran matematika yang telah ditetapkan oleh kurikulum nasional dan internasional.

Berdasarkan hasil penelitian Keesrufler (dalam Gunardi, 2013, hlm. 2) bahwa : “Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal matematika dikarenakan: (1) siswa kurang mengenal soal yang dihadapi, mereka tidak membaca soal dengan seksama sehingga tidak menyadari apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, tetapi langsung memulai dengan perhitungan. (2) Siswa tidak merencanakan jalan penyelesaian, mereka tidak memulai dengan apa yang ditanyakan, tidak melihat persamaan-persamaan yang penting atau menghubungkan teori umum atau soal yang dihadapinya. (3) Siswa tidak menyelesaikan soal- soal secara rinci, mereka mengabaikan satuan- satuan yang dipakai karena terlalu awal memulai perhitungan. (4) Siswa tidak menilai lagi kebenaran perhitungannya, mereka tidak memeriksa lagi apakah jawaban yang diperolehnya itu betul, realitas, dan sesuai dengan apa yang ditanyakan atau tidak.”

Hal ini dikarenakan siswa tidak terbiasa dengan soal pemecahan masalah dan guru terbiasa mengajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Siswa hanya memperoleh pembelajaran secara pasif dari guru. Siswa tidak mempunyai pengalaman dalam memecahkan masalah matematika serta mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada soal yang membutuhkan tingkat berpikir yang tinggi. Kegiatan pembelajaran seperti ini akan berdampak tidak baik bagi siswa. Akibatnya dapat menghambat terhadap pengembangan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan suatu strategi pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika. Sanjaya (dalam Lidinillah, 2008) mengemukakan bahwa :


(12)

4

“Mengajar memecahkan masalah adalah mengajar bagaimana siswa memecahkan suatu persoalan, misalkan memecahkan soal-soal matematika. Sedangkan strategi pembelajaran pemecahan masalah adalah teknik untuk membantu siswa agar memahami dan menguasi materi pembelajaran dengan menggunakan strategi pemecahan masalah. Perbedaannya terdapat pada kedudukan pemecahan masalah apakah sebagai konten atau isi pelajaran atau sebagai strategi. Strategi pembelajaran pemecahan masalah bisa dalam hal pendekatan pembelajaran atau metode pembelajaran.”

Dalam hal ini strategi pembelajaran pemecahan masalah yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode pemecahan masalah. Metode pemecahan masalah adalah bagaimana guru menyajikan soal-soal yang harus dipecahlkan. Untuk dapat memecahkan suatu masalah maka diperlukan suatu cara atau langkah-langkah penyelesaian. Ada empat langkah-langkah pokok dalam menyelesaikan suatu masalah, yaitu : (1) Memahami masalah, (2) Merencanakan penyelesaian (3) Melaksanakan rencana penyelesaian (4) mengecek kembali.

Langkah pertama yaitu memahami masalah. Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin menyelesaikan masalah yang diberikan dengan benar. Selanjutnya pada langkah kedua yaitu siswa harus mampu menyusun rencana untuk dapat menyelesaikannya, hal ini sangat tergantung pada pengetahuan dan pengalaman siswa dalam menyusun penyelesaian suatu masalah. Langkah ketiga melaksanakan rencana penyelesaian, pada tahap ini siswa harus mampu menyelesaikan suatu masalah dengan rencana penyelesaian yang sudah dibuat pada tahap sebelumnya. Selanjutnya langkah terakhir yaitu melakukan pengecakan kembali. Penggunaan strategi pembelajaran pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika di SD diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaiakan soal cerita matematika. Berdasarkan paparan diatas, dapat mendorong peneliti untuk melakukan penelitian di SD mengenai penggunaan strategi pembelajaran pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal cerita matematikadi kelas V dengan menggunakan studi ekperimen. Adapun judul penelitian yang akan dilaksanakan adalah “Pengaruh Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah Terhadap Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika”


(13)

5

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang timbul dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar adalah :

a. Proses pembelajaran yang masih monoton

b. Aktivitas dan kreativitas siswa dalam pembelajaran kurang. Siswa hanya dijejali dengan berbagai pengetahuan tanpa diberi kesempatan untuk menyelidiki sendiri konsep pelajaran yang dipelajari.

c. Rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa di Sekolah Dasar yang tidak menggunakan strategi pembelajaran pemecahan masalah?

b. Bagaimana kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa di Sekolah Dasar dengan menggunakan strategi pembelajaran pemecahan masalah?

c. Bagaimana pengaruh strategi pembelajaran pemecahan masalah terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang peneliti kemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa di Sekolah Dasar.

2. Mengetahui kemampuan siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika strategi pembelajaran pemecahan masalah.

3. Mengetahui pengaruh strategi pembelajaran pemecahan masalah terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika.


(14)

6

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengembangan pembelajaran matematika khusunya di Sekolah Dasar, baik secara teoretis maupun secara praktis.

1. Secara teoretis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam ilmu pengetahuan dan penyajian materi dalam pembelajaran matematika. Selain itu juga diharapkan dapat memberi manfaat sebagai langkah awal untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam.

2. Secara praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan memberi manfaat : a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang sejauh mana peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi pemecahn masalah.

b. Bagi Guru

Sebagai sumber informasi bagi guru untuk dijadikan bahan pertimbangan dan bahan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

c. Bagi Pembaca

Sebagai masukan bagi para pembaca dan dapat menjadi bahan referensi khususnya yang akan mengkaji masalah yang relevan dengan masalah dalam penelitian ini.

d. Bagi siswa

Adapun mannfaat yang berguna untuk siswa antara lain melatih siswa menyelesaikan masalah secara sistematis dan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikann sooal cerita matemaatika.

e. Bagi Sekolah Dasar

Manfaat yang didapat dari penelitian ini bagi Sekolah Dasar adalah dapat memberikan sumbangan pikiiran untuk peningkatan ilmu pengetahuan dan


(15)

7

demi keppentingan prestaasi belajar siswa khususnya pada pembelajaran matematika.

f. Bagi PGSD

Untuk mengembaangkan fungsi lembaga sebagai lembaga pendidikan dan lembaga penelitian.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Penulisan karya ilmiah ini tersusun secara sistematis mulai dari BAB I sampai dengan BAB V, yaitu :

1. BAB I Pendahuluan, memaparkan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

2. BAB II Kajian pustaka, Yang berisi kajian dan rangkaian teori dalam skripsi yaitu strategi pemecahan masalah, soal cerita matematika, dan kemampuan siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika. Disini dijelaskan teori-teori mulai dari pengertian, manfaat, dan kriteria, yang ada kaitannya dengan penjelasan-penjelasan diatas, serta kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

3. BAB III Metode penelitian, berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen yaitu lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengenbangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

4. BAB IV Pembahasan hasil penelitian, berisi hasil penelitian dan pembahasan berupa pemaparan data, dan pembahasan data.

5. BAB V Kesimpulan dan saran, isinya mengenai kesimpulan dari semua pemaparan hasil penelitian. Selain dari itu, ada rekomendasi yang disampaikan kepada pembaca.

Tentu saja, selain dari bagian-bagian diatas ada juga bagian-bagian pelengkap lainnya seperti pengantar, daftar isi, daftar pustaka, dan lampiran-lampiran.


(16)

21 BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian ini berada di daerah Kecamatan Cihideung , Kota Tasikmalaya. Peneliti mengambil subjek penelitian seluruh siswa kelas lima SDN Gunung Pereng 1. Karakteristik tempat penelitian adalah sebagai berikut:

a. Letak geografi

SD Negeri Gunung Pereng 1 terletak di kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat.

b. Keadaan sosial dan ekonomi

Latar belakang keadaan social dan ekonomi orang tua siswa sangat beragam, yaitu pegawai swasta, PNS, buruh, bidan, pedagang dan lain-lain. Keadaan ekonominya juga beragam yaiutu menengah keatas dan menengah ke bawah

2. Populasi dan Sampel

Menurut Arikunto (2006, hlm 118) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Gunung Pereng 1. Untuk teknik pengambilan sampelnya adalah sampel jenuh yaitu siswa kelas V A SD Negeri Gunung Pereng 1 sebanyak 30 orang dan siswa kelas V B SD Negeri Gunung Pereng 1 sebanyak 30 orang.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V A SD Negeri Gunung Pereng 1 sebagai kelas kontrol, dan siswa kelas V B SD Negeri Gunung Pereng 1 sebagai kelas eksperimen.

B. DesainPenelitian

Menurut Arikunto (2010, hlm. 45) “Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai ancar-ancar kegiatan yang dilaksanakan”. Dalam penelitian eksperimental, desain penelitian disebut desain


(17)

22

eksperimental. Desain penelitian dalam penelitian ini berbentuk Quasi eksperimental design. Penelitian ini dilakukan didua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang diberikan perlakuan atau treatment, sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang tidak diberikan perlakuan. Bentuk desain quasi eksperimen yang peneliti gunakan adalah nonequivalent control group desain

Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan jenis post test only control design, pola desain ini sebagai berikut :

X O1 ( Kelas Ekspeimen )

O2 ( Kelas Kontrol )

Keterangan:

O1 = Postest hasil belajar kelas eksperimen O2 = Postest hasil belajar kelas kontrol

X = Strategi pembelajaran pemecahan masalah

Alasan penggunaan metode kuasi eksperimen dengan jenis post test only control design ini karena jika siswa diberikan soal pemecahan masalah diawal maka soal tersebut bukan merupakan masalah lagi bagi siswa.

Selain itu, penggunaan metode kuasi eksperimen dengan jenis post test only control design ini didukung oleh keadaan siswa belum pernah diberikan soal cerita mengenai materi perbandingan dan skala, sehingga soal cerita yang disajikan merupakan masalah yang baru bagi siswa.

Di dalam desain ini penelitian yang dilakukan yaitu membandingkan hasil pengukuran setengah kelompok yang diberi perlakuan dengan setengah kelompok yang tidak diberi perlakuan melalui soal postest.

Adapun prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini adalah :

1) Memilih sekolah yang memiliki kondisi eksternal yang sama, masing masing diperlakukan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol;

2) Pemberian perlakuan atau treatment. Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen adalah pembelajaran matematika dengan penggunaan


(18)

23

strategi pemecahan masalah model Polya sedangkan untuk kelompok kontrol adalah pembelajaran matematika biasa (konvensional).

3) Memberikan post-test, yaitu pemberian soal pemecahan masalah matematika tentang perbandingan dan skala pada pembelajaran matematika ; dan

4) Melakukan uji statistik.

Penelitian ini dilakukan didua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang diberikan perlakuan atau treatment, sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang tidak diberikan perlakuan. Pengaruh adanya perlakuan adalah O1 : O2. Pengaruh perlakuan dianalisis dengan rumus :

Keterangan :

t = pengaruh perlakuan

X1 = nilai rata-rata kelompok eksperimen X2 = nilai rata-rata kelompok kontrol n = banyaknya subjek

s1 = simpangan baku kelompok eksperimen s2 = simpangan baku kelompok kontrol.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Quasi eksperimen. Menurut Sugiyono (2008, hlm.62) metode penelitian Quasi eksperimen mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Metode kuasi eksperimen digunakan karena waktu penelitian yang relatif singkat, dan pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.

= −

− 1 + − 1


(19)

24

Stouffer (1950) dan Campbell (1957) merumuskan eksperimen kuasi (quasiexperiment) sebagai eksperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen, namun tidak menggunakan penugasan acak untuk menciptakan pembandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan perlakuan, menurut Hastjarjo (dalam Gunardi 2013, hlm. 30)

D. Definisi Operasional Variabel

Arikunto (2006, hlm. 118) mengemukakan “Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Dalam penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah Terhadap Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika“ terdapat dua variable, yaitu strategi pembelajaran pemecahan masalah (X) sebagai variabel bebas (independen), dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika (Y) sebagai variabel terikat (dependen). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya pengaruh X (Independen) terhadap Y (Dependen).

Adapun definisi operasional variabel penelitian adalah sebagai berikut:

1) Staregi pemecahan Masalah

Ada empat tahap pokok atau penting dalam memecahkan masalah yang sudah diterima luas, yaitu (1) Memahami masalah, (2) Merencanakan penyelesaian, (3) Melaksanakan rencana penyelesaian, (4) mengecek kembali

2) Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika

Kemampuan siswa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal cerita tidak hanya kemampuan skill (keterampilan) dan mungkin algoritma tertentu saja melainkan dibutuhkan juga kemampuan yang lain, yaitu kemampuan dalam menyusun rencana atau strategi yang akan digunakan dalam mengerjakan soal.

E. Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data berbagai variabel dperlukan alat ukur yang dalam penelitian disebut dengan instruen. Purwanto (2007, hlm 9) mengemukakan


(20)

25

bahwa instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes. Menurut Iskandar (dalam Gunardi, 2013 hlm. 32) “tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, kecerdasan, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok.

Soal tes yang digunakan adalah tes tipe subjektif (uraian), keunggulannya adalah dalam menjawab soal berbentuk uraian siswa dituntut untuk menjawab secara rinci, dengan demikian proses berpikir, ketelitian, dan sistematika penyusunan dapat dievaluasi. Soal yang digunakan dalam penelitian ini berupa uraian soal cerita matematika sebanyak 4 butir soal untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada pokok bahasan perbandingan dan skala. Sebelum digunakan, instrument penelitian tersebut telah diuji cobakan terlebih dahulu setelah mendapat arahan dan persetujuan pembimbing berkenaan dengan validitas isi.

Ujicoba dilakukan pada siswa kelas V yang terdiri dari 24 siswa .Kemudian data hasil ujicoba tersebut dianalisis untuk mengetahui karakteristik setiap butir soal, meliputi validitas, reliabilitas, taraf kesukaran butir soal, dan daya pembeda butir soal.

Kisi-kisi instrumen tes Kelas/semester : V/2

Mata pelajaran : Matematika

Materi pokok : Masalah Perbandingan dan Skala Standar kompetensi : Menggunakan pecahan dalam


(21)

26

Tabel 3.1.

Kisi-kisi Instrumen Tes

Kompetensi dasar Indikator soal No. Soal Menggunakan pecahan

dalam masalah

perbandingan dan skala

1. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan

2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan skala

1,4

2,3

Tabel 3.2. Kriteria Penilaian No Aspek nilai Skor

max.

Respon terhadap masalah Skor 1. Pemahaman

masalah

5 1. Tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal.

2. Menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan tapi salah semua. 3. Menuliskan apa yang diketahui

dan apa yang ditanyakan tapi benar sebagian.

4. Menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dengan baik dan benar.

0

1

3

5

2. Perencanaan penyelesaian masalah

5 1. Tidak ada perencanaan penyelesaian

2. Rencana yang dibuatnya salah. 3. Rencana yang dibuatnya benar

tapi tidak sesuai.

4. Rencana yang dibuatnya benar sesuai dan benar.

0

1 3

5 3. Pelaksanaan

Rencana Penyelesaian

10 1. Tidak ada penyelesaian sama sekali.

2. Ada penyelesaian tapi masih salah.

3. Menggunakan cara yang benar tapi isinya salah.

4. Penyelesaian kurang lengkap atau kurang sempurna.

5. Cara penyelesaian benar dan hasilnya benar. 0 3 5 7 10


(22)

27

4. Pengecekan jawaban

5 1. Tidak ada pengecekan jawaban. 2. Pengecekan dilakukan dengan

membuat cara penyelesaian yang baru tapi masih salah.

3. Pemeriksaan dilakukan dengan benar serta membuat cara penyelesaian yang baru dan menjawab masalah pokok dengan benar.

0 3

5

Jumlah skor keseluruhan = 25 Keterangan:

1. Skor 25 untuk setiap item soal apabila telah menunjukkan langkah-langkah penyelesaian yang lengkap yang sesuai penilaian pada tabel.

2. Skor = aspek 1 + aspek 2 + aspek 3 + aspek 4

= 5 + 5 + 10 + 5 = 25

Catatan:

Nilai = x 100

Instrumen tes

1. Pada sebuak kolam terdapat banyak itik jantan dan itik betina milik Pak Sanusi. Itik tersebut berjumlah 90 ekor. Perbandingan itik jantan dan itik betina adalah 3 : 12. Berapa banyakkah itik jantan milik Pak Sanusi ?

2. Gambar di samping gambar sebuah lukisan dinding dengan panjang 8 cm dan lebar 6 cm. Jika panjang sebenarnya lukisan dinding tersebut 2 m, tentukan: a. skala yang digunakan;

b. lebar saebenarnya lukisan dinding tersebut; dan c. luas lukisan sebenarnya.?


(23)

28

3. Diketahui jarak kota A dan kota B pada peta 12 cm. Diketahui pula jarak sebenarnya 720 km.

a. Berapa skala yang digunakan peta tersebut?

b. Pada peta tersebut jarak antara Kota C dan Kota D 9 cm. Berapa jarak sebenarnya antara Kota C dan Kota D?

4. Kebun Pak Iwan berdampingan dengan kebun Pak Nanang. Jumlah luas kedua kebun mereka 270 m2. Perbandingan luas kebun Pak Iwan dengan luas kebun Pak Nanang 4 : 5. Bantulah mereka untuk mengetahui luas kebun masing-masing.

Untuk memenuhi persyaratan tes yang baik, sebelum digunakan, instrumen penelitian tersebut harus diujicobakan terlebih dahulu. Kemudian data hasil uji coba tersebut dianalisis untuk mengetahui karakteristik setiap butir soal, meliputi validitas, reliabilitas, taraf kesukaran butir soal, dan daya pembeda butir soal.


(24)

29

F. Pengembangan instrumen

Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu diketahui validitas dan realibilitasnya dengan cara diuji cobakan terlebih dahulu.

1. Validitas

Menurut Arikunto (2010, hlm.168), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid memiliki validitas yang tinggi, dan yang kurang valid memiliki validitas yang rendah.

Untuk menguji validitas instrumen menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu :

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y ∑X = jumlah skor item

∑Y = jumlah skor total (seluruh item) n = jumlah responden.

Setelah diperoleh harga rxy kita lakukan pengujian validitas dengan membandingkan harga rxydan rtabelproduct moment, dengan terlebih dahulu menetapkan degrees of freedomnya atau derajat kebebasannya, dengan rumus dk = n – 2. Dengan diperolehnya dk, maka dapat dicari harga rtabel product moment pada taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujiannya adalah jika rxy≥ rtabel maka soal tersebut valid, dan jika rxy< rtabel maka soal tersebut tidak valid. Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas instrumen penelitian, keempat soal tes telah valid dan digunakan sebagai instrumen penelitian. Kriterium untuk menentukan tingkat atau derajat validitas alat evaluasi menurut Nurmala (dalam Gunardi, 2013 hlm. 36) adalah sebagai berikut :

0,90 < rxy<1,00 validitas sangat tinggi (sangat baik) 0,70 <rxy< 0,90 validitas tinggi (baik)

!= n ∑XY − ∑X ∑Y


(25)

30

0,40< rxy<0,70 validitas sedang (cukup) 0,20 <rxy<0,40 validitas rendah (kurang) 0,00 <rxy<0,20 validitas sangat rendah rxy<0,00 tidak valid

Hasil perhitungan koefisien validitas yang telah diuji cobakan pada soal tes kemampuan penyelesaian soal cerita matematika siswa yang terdiri dari empat buah soal diperoleh pada Tabel 3.2 yang perhitungannya menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar.

Tabel 3.3.

Hasil uji validitas instrumen

No. Soal Validitas Kategori

1 0,415 Sedang

2 0,664 Sedang

3 0,823 Tinggi

4 0,847 Tinggi

2. Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2009 hlm. 121), instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Karena tes yang digunakan adalah tes uraian, maka rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen adalah rumus Alpha sebagai berikut :

Keterangan :

r11 = reliabilitas yang dicari

n = jumlah item dalam instrumen ∑at2 = jumlah varians skor tiap item at2 = varians total.


(26)

-31

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh Guilford (Suherman, 2003 hlm.139) sebagai berikut :

0,90 <r11< 1,00 derajat reliabilitas sangat tinggi

0,70 <r11<0,90 derajat reliabilitas tinggi

0,40 <r11<0,70 derajat reliabilitas sedang

0,20 <r11<0,40 derajat reliabilitas rendah

r11< 0,20 derajat reliabilitas sangat rendah

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen penelitian, diperoleh skor reliabilitas sebesar 0,669. Dengan skor reliabilitas demikian, maka instrumen penelitian tersebut dapat dikatakan memiliki konsistensi cukup dan memenuhi persyaratan instrumen tes yang baik.

Tabel 3.4.

Hasil uji reliabilitas instrumen

Banyak Soal Reliabilitas Kategori

4 0,669 Sedang

3. Taraf kesukaran butir soal

Tingkat kesukaran untuk setiap item soal menunjukan apakah butir soal itu tergolong sukar, sedang, atau rendah. Ibid (dalam Gunardi, 2013 hlm.37) menyatakan bahwa untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal berbentuk uraian digunakan rumus :

P = ./01 23,45 6708 6975 .0964.38 4:/08 Keterangan :

P = indeks kesukaran

Tolak ukur untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan kriteria menurut M. Subana dan Sudrajat (dalam Gunardi,2013 hlm. 36) sebagai berikut :


(27)

32

Tabel 3.5.

Klasifikasi Interpretasi Taraf Kesukaran

Nilai P Interpretasi

P= 0,00 0,00 <P< 0,30 0,30 <P < 0,70 0,70 <P < 1,00 P= 1,00

Sangat sukar Sukar Sedang Mudah Sangat mudah

Berdasarkan hasil perhitungan taraf kesukaran butir soal, diperoleh 1 butir soal termasuk dalam kriteria mudah dan 3 butir soal termasuk dalam kriteria sedang.

Tabel 3.6..

Indeks kesukaran tiap butir soal

No. Soal Indeks kesukaran Kategori

1 0,865 Mudah

2 0,841 Mudah

3 0,79 Mudah

4 0,856 Mudah

4. Daya pembeda butir soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan sebuah soal untuk membedakan antara siswa yang menjawab dengan benar (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang menjawab salah (berkemampuan rendah). Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal (Arikunto, 2010 hlm 213) digunakan rumus :

Daya Pembeda (DP) = ;< – ;> ?@A Dengan :

B : Rata- rata siswa kelompok atas C : Rata- rata siswa kelompok bawah SMI : Skor Maksimal Ideal

Tolak ukur untuk menginterpretasikan daya pembeda tiap butir soal digunakan kriteria menurut M. Subana dan Sudrajat (dalam Gunardi,2013 hlm 37.) sebagai berikut :


(28)

33

Tabel 3.7.

Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda

Nilai DP Interpretasi

DP < 0,00

0,00 < DP < 0,20 0,20 < DP < 0,40 0,40 < DP < 0,70 0,70 < DP < 1,00

Sangat jelek Jelek Cukup

Baik Sangat baik

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda butir soal, diperoleh 1 butir soal termasuk dalam kriteria sangat baik, 1 butir soal termasuk kriteria baik, 1 butir soal termasuk kriteria cukup dan 1 butir soal termasuk kriteria jelek

Tabel 3.8.

Daya pembeda tiap butir soal

No. Soal Daya pembeda Kategori

1 0,043 Jelek

2 0,056 Jelek

3 0,2 Cukup

4 0,126 Jelek

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes atau penilaian. Tes digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika. Tes digunakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

H. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif. Menurut Sugiono (dalam Gunardi, 2013, hlm. 39), analisis data dalam penelitian kuantitatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis. Pada data kuantitatif tahapan analisis data yang digunakan adalah tahap deskriptif, tahap pengujian persyaratan analisis dan tahap pengujian hipotesis.

1. Tahap Deskriptif

Pada tahap ini, data mengenai variabel-variabel yang diteliti dideskripsikan satu per satu. Tujuan utamanya adalah untuk melihat kecenderungan data yang


(29)

34

ada pada setiap variabel. Data yang akan dideskripsikan dalam penelitian ini adalah skor hasil postes baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol. Untuk interval kategori yang digunakan pada proses pengolahan data menggunakan Microsoft Excel 2007 adalah interval kategori menurut Cece Rahmat dan Solehudin (dalam Ulfah, 2013, hlm. 41) dengan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 3.9 Interval Kategori

No. Interval Kategori

1. X ≥ Dideal + 1,5 Sideal Sangat Tinggi

2. Dideal + 0,5 Sideal ≤ X <Dideal + 1,5 Sideal Tinggi

3. Dideal - 0,5 Sideal ≤ X <Dideal + 0,5 Sideal Sedang

4. Dideal - 1,5 Sideal ≤ X <Dideal - 0,5 Sideal Rendah

5. X <Dideal - 1,5 Sideal Sangat Rendah

Dengan :

Dideal = Xideal

Sideal = E Dideal

2. Tahap Pengujian Persyaratan Analisis

Tahap pengujian persyaratan analisis dimaksudkan untuk menguji apakah asumsi-asumsi atau persyaratan yang dibutuhkan untuk tes statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis dapat dipenuhi. Sesuai dengan permasalahan dan hipotetis penelitian yang sudah dikemukakan terdahulu, maka teknik analisis data yang digunakana dalahuji-t baik untuk related samples maupun independentsamples. Statistik ini mensyaratkan: (a) normalitas data dari variabel yang diteliti,dan (b) homogenitas varians variabel yang diteliti dari dua kelompok perlakuan.

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 yaitu dengan uji Kolmogorov-Smirnov Normal (KS-Z), dengan criteria uji tolak H0 jika harga KS-Z memiliki signifikansi< 0,05. Pengujian homogenitas juga varians dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 yaitu TesLevene, dengan criteria ujinya tolak H0 jika nilai signifikansi < 0,05.


(30)

35

3. Tahap Pengujian Hipotesis

Pada tahap pengujian hipotesis, sebagaimana telah disebutkan di atas, digunakan statistic uji-t. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) n-2 untuk t-test pengujian kesamaan dua rata-rata pada sampel independen, serta n – 1 untuk t-test sampel yang terkait (related samples). Jika harga statistikuji-t memiliki signifikansi< 0,05, maka hipotesis hipotesis nol (H0) ditolak.

Jika terjadi pelanggaran asumsi normal, maka statistic uji yang digunakan adalah Mann-Whitney U untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil postes kelas eksperimen dengan hasil postes kelas kontrol. Perumusan hipotesis pengujian kesamaan dua rata-rata data postes sebagai berikut :

H0 = Tidak terdapat perbedaan skor hasil postes antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

Ha = Terdapat perbedaan skor hasil postes antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, maka criteria pengujiannya sebagai berikut :

1. Jikasignifikansi> 0,05, maka H0 diterima.

2. Jikasignifikansi< 0,05,maka H0 ditolak.

Dalam pelaksanaan penelitian, analisis data baik menggunakan t-test maupun Mann-Whitney U, dilakukan dengan menggunakan bantuan computer program SPSS Versi 16.0. Ringkasan analisisnya disajikan dalam bab IV hasil penelitian, sedangkan print-out SPSS dari hasil analisis data disajikan dalam lampiran skripsi ini.


(31)

84 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis sebagaimana telah dijelaskan pada bab terdahulu, maka secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh dari penggunaan strategi pemecahan masalah terhadap kemampuan siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian yang telah dilakukan dan pengujian hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Pada pembelajaran matematika di Sekolah Dasar melalui pembelajaran

konvensional (kelas kontrol), secara umum kemampuan penyelesaian soal

cerita matematika pada setiap tahap yang memuat 4 langkah penyelesaian,

yaitu: (1) pemahaman terhadap permasalahan (M1); (2) perencanaan penyelesaian masalah (M2); (3) melaksanakan perencanaan (M3); dan (4) memeriksa kembali penyelesaian (M4) dapat disimpulkan bahwa siswa kurang menguasai setiap tahap langkah penyelesaian.

2. Pada pembelajaran matematika di Sekolah Dasar dengan

menggunakanstrategipemecahan masalah (kelas eksperimen), secara umum

kemampuan penyelesaian soal cerita matematika pada setiap tahap yang

memuat 4 langkah penyelesaian, yaitu: (1) pemahaman terhadap permasalahan

(M1); (2) perencanaan penyelesaian masalah (M2); (3) melaksanakan perencanaan (M3); dan (4) memeriksa kembali penyelesaian (M4) dapat disimpulkan bahwa siswa dapat menguasai setiap tahap langkah penyelesaian.

3. Dari hasil uji hipotesis penelitian menggunakan uji Mann-Whitney,menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan penyelesaian soal cerita matematika yang mendapatkan pembelajaran melaluistrategipemecahan masalah dengan kemampuan penyelesaian soal cerita matematika yang tidak mendapatkan pembelajaran melaluistrategipemecahan masalah. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan rata-rata hasil postes kemampuan penyelesaian soal


(32)

85

cerita matematika yang mendapat pembelajaran melalui strategi pemecahan masalah atau sebagai kelas eksperimen lebih tinggi dengan rata-rata kemampuan penyelesaian soal cerita matematika yang mendapat pembelajaran dengan pembelajaran konvensional atau sebagai kelas kontrol. Artinya, terdapat pengaruh dari penggunaan strategi pembelajaran pemecahan masalah terhadap kemampuan siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika.

B. Saran

Terdapat beberapa saran peneliti terkait hasil penelitian pada skripsi ini, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan strategi pemecahan masalah dapat digunakan dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkn kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita mtematika.

2. Strategi pemecahan masalah sebaiknya lebih sering digunakan dalam proses pembelajaran matematika untuk melatih siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika.

3. Dengan adanya beberapa keterbatasan dalam melaksanakan penelitian ini, maka disarankan ada penelitian lanjut yang meneliti tentang pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah pada materi matematika lainya.


(33)

86

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006. Jakarta: Depdiknas

Lidinillah, D. A. M. (2010). Pemecahan Masalah Matematika dan Pembelajarannya di Sekolah Dasar. .[Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/KDTASIKMALAYA/DINDIN_ABDUL_MUI Z_LIDINILLAH_%28KDTASIKMALAYA%29197901132005011003/132 313548%20%20dindin%20abdul%20muiz%20lidinillah/Pembelajaran%20P roblem%20Solving%0di%20SD.pdf.

Gunardi, Endri. (2013). Aplikasi Pendekatan Pemechan Masalah Terhadap Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika. Tasikmalaya: tidak diterbitkan.

Hamalik, Oemar. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Laksana

Raharjo, M., dkk. (2009). Pembelajaran Soal Cerita Di SD . Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan PPPPTK Matematika.

Simanullang, B; Clara Ika. (2005). Konsep Dasar Pemecahan Masalah Matematika. [Online]. Tersedia: http://slideshare/upload/s7i5.html.pdf

Suherman, E. dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA – Universitas Pendidikan Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.


(34)

87

87

Supermath, Tim. (2007). 18 Strategi Pemecahan Masalah Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Literaturre Media Sukses

Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Wardhani, Sri, dkk. (2010). Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di SD. Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan PPPPTK Matematika. Yogyakarta.


(1)

ada pada setiap variabel. Data yang akan dideskripsikan dalam penelitian ini adalah skor hasil postes baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol. Untuk interval kategori yang digunakan pada proses pengolahan data menggunakan Microsoft Excel 2007 adalah interval kategori menurut Cece Rahmat dan Solehudin (dalam Ulfah, 2013, hlm. 41) dengan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 3.9 Interval Kategori

No. Interval Kategori

1. X ≥ Dideal + 1,5 Sideal Sangat Tinggi 2. Dideal + 0,5 Sideal ≤ X <Dideal + 1,5 Sideal Tinggi

3. Dideal - 0,5 Sideal ≤ X <Dideal + 0,5 Sideal Sedang 4. Dideal - 1,5 Sideal ≤ X <Dideal - 0,5 Sideal Rendah 5. X <Dideal - 1,5 Sideal Sangat Rendah Dengan :

Dideal = Xideal Sideal = E Dideal

2. Tahap Pengujian Persyaratan Analisis

Tahap pengujian persyaratan analisis dimaksudkan untuk menguji apakah asumsi-asumsi atau persyaratan yang dibutuhkan untuk tes statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis dapat dipenuhi. Sesuai dengan permasalahan dan hipotetis penelitian yang sudah dikemukakan terdahulu, maka teknik analisis data yang digunakana dalahuji-t baik untuk related samples maupun independentsamples. Statistik ini mensyaratkan: (a) normalitas data dari variabel yang diteliti,dan (b) homogenitas varians variabel yang diteliti dari dua kelompok perlakuan.

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 yaitu dengan uji Kolmogorov-Smirnov Normal (KS-Z), dengan criteria uji tolak H0 jika harga KS-Z memiliki signifikansi< 0,05. Pengujian homogenitas juga varians dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 yaitu TesLevene, dengan criteria ujinya tolak H0 jika nilai signifikansi < 0,05.


(2)

35

3. Tahap Pengujian Hipotesis

Pada tahap pengujian hipotesis, sebagaimana telah disebutkan di atas, digunakan statistic uji-t. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) n-2 untuk t-test pengujian kesamaan dua rata-rata pada sampel independen, serta n – 1 untuk t-test sampel yang terkait (related samples). Jika harga statistikuji-t memiliki signifikansi< 0,05, maka hipotesis hipotesis nol (H0) ditolak.

Jika terjadi pelanggaran asumsi normal, maka statistic uji yang digunakan adalah Mann-Whitney U untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil postes kelas eksperimen dengan hasil postes kelas kontrol. Perumusan hipotesis pengujian kesamaan dua rata-rata data postes sebagai berikut :

H0 = Tidak terdapat perbedaan skor hasil postes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Ha = Terdapat perbedaan skor hasil postes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, maka criteria pengujiannya sebagai berikut :

1. Jikasignifikansi> 0,05, maka H0 diterima. 2. Jikasignifikansi< 0,05,maka H0 ditolak.

Dalam pelaksanaan penelitian, analisis data baik menggunakan t-test maupun Mann-Whitney U, dilakukan dengan menggunakan bantuan computer program SPSS Versi 16.0. Ringkasan analisisnya disajikan dalam bab IV hasil penelitian, sedangkan print-out SPSS dari hasil analisis data disajikan dalam lampiran skripsi ini.


(3)

84 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis sebagaimana telah dijelaskan pada bab terdahulu, maka secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh dari penggunaan strategi pemecahan masalah terhadap kemampuan siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian yang telah dilakukan dan pengujian hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Pada pembelajaran matematika di Sekolah Dasar melalui pembelajaran konvensional (kelas kontrol), secara umum kemampuan penyelesaian soal cerita matematika pada setiap tahap yang memuat 4 langkah penyelesaian, yaitu: (1) pemahaman terhadap permasalahan (M1); (2) perencanaan penyelesaian masalah (M2); (3) melaksanakan perencanaan (M3); dan (4) memeriksa kembali penyelesaian (M4) dapat disimpulkan bahwa siswa kurang menguasai setiap tahap langkah penyelesaian.

2. Pada pembelajaran matematika di Sekolah Dasar dengan menggunakanstrategipemecahan masalah (kelas eksperimen), secara umum kemampuan penyelesaian soal cerita matematika pada setiap tahap yang memuat 4 langkah penyelesaian, yaitu: (1) pemahaman terhadap permasalahan (M1); (2) perencanaan penyelesaian masalah (M2); (3) melaksanakan perencanaan (M3); dan (4) memeriksa kembali penyelesaian (M4) dapat disimpulkan bahwa siswa dapat menguasai setiap tahap langkah penyelesaian. 3. Dari hasil uji hipotesis penelitian menggunakan uji

Mann-Whitney,menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan penyelesaian soal cerita matematika yang mendapatkan pembelajaran melaluistrategipemecahan masalah dengan kemampuan penyelesaian soal cerita matematika yang tidak mendapatkan pembelajaran melaluistrategipemecahan masalah. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan rata-rata hasil postes kemampuan penyelesaian soal


(4)

85

cerita matematika yang mendapat pembelajaran melalui strategi pemecahan masalah atau sebagai kelas eksperimen lebih tinggi dengan rata-rata kemampuan penyelesaian soal cerita matematika yang mendapat pembelajaran dengan pembelajaran konvensional atau sebagai kelas kontrol. Artinya, terdapat pengaruh dari penggunaan strategi pembelajaran pemecahan masalah terhadap kemampuan siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika.

B. Saran

Terdapat beberapa saran peneliti terkait hasil penelitian pada skripsi ini, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan strategi pemecahan masalah dapat digunakan dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkn kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita mtematika.

2. Strategi pemecahan masalah sebaiknya lebih sering digunakan dalam proses pembelajaran matematika untuk melatih siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika.

3. Dengan adanya beberapa keterbatasan dalam melaksanakan penelitian ini, maka disarankan ada penelitian lanjut yang meneliti tentang pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah pada materi matematika lainya.


(5)

86

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006. Jakarta: Depdiknas

Lidinillah, D. A. M. (2010). Pemecahan Masalah Matematika dan

Pembelajarannya di Sekolah Dasar. .[Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/KDTASIKMALAYA/DINDIN_ABDUL_MUI Z_LIDINILLAH_%28KDTASIKMALAYA%29197901132005011003/132 313548%20%20dindin%20abdul%20muiz%20lidinillah/Pembelajaran%20P roblem%20Solving%0di%20SD.pdf.

Gunardi, Endri. (2013). Aplikasi Pendekatan Pemechan Masalah Terhadap Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika. Tasikmalaya: tidak diterbitkan.

Hamalik, Oemar. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Laksana

Raharjo, M., dkk. (2009). Pembelajaran Soal Cerita Di SD . Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan PPPPTK Matematika.

Simanullang, B; Clara Ika. (2005). Konsep Dasar Pemecahan Masalah Matematika. [Online]. Tersedia: http://slideshare/upload/s7i5.html.pdf

Suherman, E. dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA – Universitas Pendidikan Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.


(6)

87

87

Supermath, Tim. (2007). 18 Strategi Pemecahan Masalah Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Literaturre Media Sukses

Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Wardhani, Sri, dkk. (2010). Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di SD. Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan PPPPTK Matematika. Yogyakarta.