Bank konvensional Bank dan Perusahaan Asuransi

yang dipertanggungkan. Perusahaan asuransi jiwa hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi jiwa, dan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan diri, dan usaha anuitas, serta menjadi pendiri dan pengurus dana pensiun dengan peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.

2.2.1 Bank konvensional

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah disebutkan bahwa, bank konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas bank umum konvensional dan bank perkreditan rakyat. Bank umum konvensional adalah bank konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasar pada prinsip konvensional menggunakan dua metode, yaitu: a. menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjamannya kredit, ditentukan juga berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. Apabila suku bunga simpanan lebih tinggi dari suku bunga pinjaman, maka dikenal dengan sebutan negative spread. Hal ini pernah terjadi pada saat krisis moneter yang menimpa Indonesia pada akhir tahun 1998 dan sepanjang 1999. b. menetapkan pendapatan bank selain dari bunga yang dikenal dengan istilah fee based income, yaitu ongkos fee dari dari kegiatan transaksi perbankan. Misalnya, biaya transaksi pembayaran tagihan, biaya bulanan ATM, komisi transfer uang, biaya administrasi bulanan buku tabungan, iuran tahunan kartu kredit, biaya transaksi kartu kredit, jasa ekpor impor, penyewaan save deposit box, biaya administrasi penutupan rekening, jaminan bank, merchant fee, dan lain sebagainya. Fee yang diperoleh memang kecil, maka pendapatan non bunga ini sangat dipengaruhi jumlah pengguna layanan perbankan tersebut. c. selain dua metode di atas, bank juga melakukan kegiatan transaksi nonbunga dengan lembaga keuangan lainnya, misalnya dengan melakukan kerja sama pemasaran dengan perusahaan asuransi bancassurance. Belakangan ini, bank juga menjadi agen penjual reksadana dan obligasi ritel Indonesia ORI. Semuanya dilakukan untuk menjaring pendapatan non bunga lebih banyak lagi. Menurut Kasmir 2003, terdapat faktor-faktor utama yang memengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga bank, yaitu sebagai berikut. a. Kebutuhan dana Faktor ini dikhususkan untuk dana simpanan, yaitu seberapa besar kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi adalah dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan suku bunga simpanan secara otomatis akan meningkatkan suku bunga pinjaman. Namun apabila dana yang ada dalam simpanan di bank banyak, sementara permohonan pinjaman sedikit, maka bunga simpanan akan diturunkan karena itu merupakan beban. b. Persaingan Apabila bank dalam kondisi tidak stabil dan kekurangan dana, sementara tingkat persaingan antarbank cukup ketat dalam memperebutkan dana simpanan masyarakat, maka bank harus melakukan langkah antisipatif. Langkah ini dapat dilakukan dengan promosi dan menaikkan suku bunga simpanan di atas suku bunga bank pesaing. Misalnya, jika rata-rata bunga simpanan bank pesaing adalah 15, maka suku bunga bank sebaiknya dinaikkan hingga 16. Kekurangan dana akan segera tertutupi dengan naiknya simpanan. Namun sebaliknya, suku bunga pinjaman harus berada di bawah suku bunga bank pesaing agar dana yang menumpuk menjadi lancar tersalurkan. c. Kebijaksanaan pemerintah Dalam menentukan suku bunga simpanan maupun pinjaman, bank tidak boleh melebihi batas yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pemerintah menetapkan batas maksimal dan batas minimal suku bunga yang diizinkan agar bank dapat bersaing secara sehat. d. Target laba yang diinginkan Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Jika laba yang diinginkan besar, maka bunga pinjaman secara otomatis menjadi besar pula. Namun, untuk menghadapi bank pesaing, target laba dapat diturunkan seminimal mungkin. e. Jangka waktu Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka bunga akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan risiko kredit macet di masa yang akan datang. Demikian pula sebaliknya, jika pinjaman berjangka pendek, maka bunganya relatif lebih rendah. Untuk bunga simpanan, berlaku kebalikannya. Semakin lama simpanan, maka bunga simpanan semakin rendah dan sebaliknya. f. Kualitas jaminan Semakin likuid mudah dicairkan jaminan yang diberikan oleh peminjam, maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh, jaminan sertifikat deposito atau rekening giro lebih diminati oleh bank dibandingkan jaminan sertifikat tanah. Hal ini dikarenakan kemudahan pencairan jaminan sertifikat deposito apabila pinjaman yang diberikan bank bermasalah. g. Reputasi perusahaan Bonafiditas perusahaan yang memohon pinjaman sangat memengaruhi tingkat suku bunga yang kana dibebankan. Hal ini dikarenakan adanya anggapan, bahwa perusahaan yang bereputasi baik atau bonafide kemungkinan mengalami risiko kredit macet cukup kecil. h. Produk yang kompetitif Produk yang kompetitif maksudnya produk yang dibiayai oleh bank laku di pasaran. Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini disebabkan produk yang kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi, sehingga pembayaran pinjaman diharapkan menjadi lebih lancar. i. Hubungan baik Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan faktor kepercayaan bank kepada seseorang atau perusahaan. Dalam praktiknya, bank menggolongkan nasabahnya menjadi dua, yaitu nasabah utama nasabah primer dan nasabah biasa nasabah sekunder. Penggolongan ini berdasarkan keaktifan dan loyalitas nasabah terhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank, sehingga dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dari nasabah biasa. Bunga yang dibebankan kepada nasabah utama tentu saja lebih rendah dibandingkan kepada nasabah biasa. j. Jaminan pihak ketiga Jaminan pihak ketiga cukup penting. Pihak ketiga dapat berupa orang, perusahaan maupun pemerintah. Pihak ketiga memberikan jaminan kepada bank, bahwa pihak peminjam cukup dapat dipercaya dalam hal kemampuan membayar. Jika pihak ketiga mempunyai reputasi baik dalam catatan bank, maka jaminan yang diberikan kepada bank lebih dapat dipercaya. Hal ini menyebabkan suku bunga terhadap peminjam yang dijamin menjadi lebih rendah.

2.2.2 Bank syariat