2.4.2 Pembiayaan
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah disebutkan bahwa, pembiayaan adalah penyediaan
dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; transaksi sewa-menyewa dalam
bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’; transaksi pinjam-
meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank syariah danatau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai danatau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Penentuan nisbah bagi hasil antara bank dengan nasabah dilakukan
sebelum transaksi pinjam meminjam atau pembiayaan dengan bank dilakukan. Seharusnya, pada saat tersebut nasabah melakukan negoisasi dengan pihak bank
agar tidak terjadi situasi ketika nasabah kemudian merasa dikurangi keuntungannya, sementara bank mengambil lebih banyak.
Menurut Soetrisno, porsi nisbah bagi hasil yang ditentukan saat negoisasi di awal pembiayaan ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut.
a. Jenis pembiayaan Terdapat berbagai jenis pembiayaan di Bank Syariat, yaitu pembiayaan
yang berbasis bagi hasil, pembiayaan berbasis jual beli, serta sewa dan sewa beli. Jenis pembiayaan ditetapkan atas dasar model bisnis dari
nasabah, sehingga antara satu jenis produk dengan produk lainnya akan berbeda perlakuan di bank.
b. Porsi modal Pada skema pembiayaan berbasis bagi hasil, porsi modal antara kedua
belah pihak akan menentukan porsi bagi hasilnya. Pada skema pembiayaan Mudharabah, yang mana seluruh modal disediakan bank dan nasabah
hanya menyediakan tenaga, lazimnya porsi bagi hasil pemilik dana bank akan lebih besar dari penyedia dana. Sementara untuk skema pembiayaan
Musyarakah, porsi bagi hasil akan ditentukan oleh porsi modal masing- masing pihak. Siapa yang memberikan share lebih besar akan
mendapatkan bagian yang lebih besar pula. c. Ekspektasi keuntungan
Ekspektasi keuntungan juga akan memengaruhi tingkat bagi hasil antara kedua pihak. Semakin tinggi ekspektasi keuntungan, maka biasanya
bagian bank akan lebih kecil pula. d. Tingkat risiko
Usaha-usaha yang memiliki risiko yang lebih tinggi tentu akan memengaruhi besarnya nisbah bagi hasil. Bank akan menetapkan porsi
bagi hasil yang lebih tinggi manakala jenis usaha nasabah yang akan dibiayai dikategorikan relatif berisiko tinggi.
Sesuai Kodifikasi Produk Perbankan Syariah oleh Direktorak Perbankan Syariah Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2008, di bawah ini
disebutkan produk-produk pembiayaan yang umumnya ada pada Bank Syariat. a. Pembiayaan atas dasar akad mudharabah qiradh
Merupakan transaksi penanaman dana dari pemilik dana shahibul mal kepada pengelola dana mudharib untuk melakukan kegiatan usaha
tertentu sesuai syariat, dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
Terdapat dua jenis akad mudharabah, yaitu: mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah. Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah
untuk kegiatan usaha yang cakupannya tidak dibatasai oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis sesuai permintaan pemilik dana.
Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah untuk kegiatan usaha yang cakupannya dibatasai oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis
sesuai permintaan pemilik dana. b. Pembiayaan atas dasar akad musyarakah
Merupakan transaksi penanaman dana dari dua atau lebih pemilik dana danatau barang untuk menjalankan usaha tertentu sesuai syariah dengan
pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang disepakati sebelumnya, sedangkan pembagian kerugian berdasarkan
proporsi modal masing-masing.
c. Pembiayaan atas dasar akad murabahah Merupakan transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan barang
ditambah dengan margin yang disepakati oleh para pihak, di mana penjual menginformasikan terlebih dahulu harga perolehan kepada pembeli.
d. Pembiayaan atas dasar akad salam Merupakan transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan dengan
syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh. e. Pembiayaan atas dasar akad istishna’
Merupakan transaksi jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan
pembayaran sesuai dengan kesepakatan. f. Pembiayaan atas dasar akad ijarah
Merupakan transaksi sewa-menyewa atas suatu barang danatau jasa antara pemilik objek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa
dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan.
Jenis khusus dari akad ijarah adalah ijarah muntahiya bittamlik, yaitu transaksi sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk
mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik atas objek sewa.
g. Pembiayaan atas dasar akad qardh Merupakan transaksi pinjam-meminjam dana tanpa imbalan dengan
kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.
h. Pembiayaan atas dasar akad multijasa Transaksi ini dilakukan dengan dua jenis akad, yaitu ijarah dan kafalah.
Kafalah merupakan transaksi pinjam-meminjam yang diberikan oleh penanggung kafil kepada pihak ketiga atau yang tertanggung makful
lahu untuk memenuhi kewajiban pihak kedua makful ’anhulashil
2.5 Asuransi dan Perusahaan Perasuransian 2.5.1 Pengertian umum asuransi