29
3.2.5. Implementasi FMEA dan prosedur pembuatan FMEA
Kecenderungan untuk secara berkelanjutan memperbaiki produk dan proses sesering mungkin oleh
industri saat ini menyebabkan implementasi FMEA sebagai suatu teknik untuk mengidentifikasi dan membantu
mengurangi moda kegagalan potensial merupakan hal yang penting. Salah satu faktor yang paling penting untuk
keberhasilan dari implementasi FMEA adalah ketepatan waktu timeliness. Hal ini berarti bahwa untuk
“bertindak sebelum kejadian”, bukan “bertindak setelah terjadi”.
Dalam mengembangkan FMEA, tim mengidentifikasi moda kegagalan dan tindakan yang dapat mengurangi atau
menghilangkan kegagalan yang potensial terjadi. Input dicoba didapatkan dari sekelompok ahli yang meliputi
berbagai bidang seperti desain, tes, kualitas, lini produk, pemasaran, manufaktur dan customer untuk
memastikan semua moda kegagalan potensial teridentifikasi.
Menurut Ford Motor Company 1992, FMEA merupakan dokumen yang berkembang secara simultan sesuai dengan
perubahan yang terjadi pada suatu produk atau proses. Perubahan ini dapat dan sering digunakan untuk
mengenali moda kegagalan baru sehingga mengulas atau memperbaharui FMEA adalah penting terutama ketika:
a. Produk atau proses baru diperkenalkan.
b. Perubahan dibuat pada kondisi operasi produk atau
proses diharapkan berfungsi. c.
Perubahan dibuat pada produk atau proses produk dan proses berhubungan, misalnya jika desain produk
diubah maka proses terpengaruh, begitu sebaliknya.
30 d.
Konsumen memberikan indikasi masalah pada produk atau proses.
Gambar 3.1 adalah gambar diagram alir yang menunjukkan prosedur dari implementasi FMEA secara
umum.
3.2.6. FMEA sistem
FMEA sistem kadang-kadang disebut juga dengan FMEA konsep biasanya diselesaikan melalui serangkaian
tahapan yang meliputi desain konseptual, detail desain dan pengembangan, dan uji coba dan evaluasi. FMEA
proses merupakan proses yang evolusioner yang melibatkan penerapan dari berbagai teknologi dan metode
untuk menghasilkan output sistem yang efektif yang akan digunakan sebagai input untuk FMEA desain yang mana
dari output yang dihasilkan FMEA desain akan menjadi input untuk FMEA prosesperakitan, ataupun FMEA part,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.2 dan Gambar 3.3.
Prosedur implementasi dari FMEA sistem dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Identifikasi fungsi
Dalam proses identifikasi fungsi, pada FMEA sistem terlebih dahulu diuraikan menjadi elemen
dalam dan luar sistem serta fungsi sistem berdasarkan persyaratan keamanan, keselamatan,
peraturan pemerintah dan pertimbangan lainnya.
31 Gambar 3.1. Prosedur dari implementasi FMEA Unit
Engineering PT. MAK, 2004
32
Moda Kegagalan Efek
Penyebab
Kegagalan Efekdampak
jika kegagalan terjadi
Penyebab kegagalan
Moda Kegagalan Efek
Penyebab
Penyebab kegagalan
dari FMEA sistem
Efekdampak dari FMEA
sistem Akar penyebab
kegagalan yang baru untuk moda
kegagalan desain
Moda Kegagalan Efek
Penyebab
Penyebab kegagalan
dari FMEA desain
Efekdampak yang sama
seperti pada FMEA desain
Akar penyebab kegagalan yang
spesifik untuk moda kegagalan
proses
FMEA Sistem
FMEA Desain
FMEA Proses
Keterangan : Moda kegagalan pada FMEA sistem menghasilkan seluruh
informasi yang mendasar untuk FMEA desain dan proses. Walaupun efekdampak masih tetap sama, penyebab dari FMEA sistem menjadi moda
kegagalan pada FMEA desain, yang mana output dari FMEA desain nantinya berupa penyebab kegagalan pada moda kegagalan desain menjadi moda
kegagalan pada FMEA proses. Hal yang perlu ditekankan adalah bahwa moda kegagalan pada proses manufaktur tidak diikutsertakan pada FMEA desain
Gambar 3.2. Hubungan FMEA sistem, FMEA desain, dan FMEA Proses Stamatis, 1995
33
Moda Kegagalan Efek
Penyebab
Kegagalan Efekdampak
jika kegagalan terjadi
Penyebab kegagalan
Moda Kegagalan Efek
Penyebab
Penyebab kegagalan
dari FMEA sistem
Efekdampak dari FMEA
sistem Akar penyebab
kegagalan yang baru untuk moda
kegagalan assembly
Moda Kegagalan Efek
Penyebab
Penyebab kegagalan
dari FMEA assembly
Efekdampak yang sama
seperti pada FMEA assembly
Akar penyebab kegagalan yang
spesifik untuk moda kegagalan
part
FMEA Assembly
FMEA Part
Keterangan : Moda kegagalan pada FMEA sistem menghasilkan seluruh
informasi yang mendasar untuk FMEA assembly dan part . Walaupun efekdampak masih tetap sama, penyebab dari FMEA sistem menjadi moda
kegagalan pada FMEA assembly , yang mana output dari FMEA assembly nantinya berupa penyebab kegagalan pada moda kegagalan assembly menjadi
moda kegagalan pada FMEA part .
FMEA Sistem
Gambar 3.3. Hubungan FMEA sistem, FMEA assembly, dan
FMEA part Stamatis, 1995
Tahapan-tahapan dalam mengidentifikasikan fungsi pada FMEA sistem adalah sebagai berikut:
1. Membuat daftar semua fungsi sistem yang terbagi
dalam beberapa level dan sub level dan pembatas elemen dalam dan luar sistem. Hal ini dapat
34 dibantu dengan menggunakan kombinasi kata kerja
dan kata benda untuk menggambarkan fungsi sistemnya.
2. Membuat diagram blok fungsional sistem
Diagram blok fungsional sistem menunjukkan elemen-elemen pada sistem yang bisa diuraikan.
Identifikasi elemen utama sistem sangat penting untuk dapat memahami interaksi elemen dengan
elemen di dalam maupun di luar sistem. Ada beberapa garis besar dalam membuat diagram
blok fungsional sistem ini yaitu: a
Memulai dari level tertinggi kepentingan b
Menentukan elemen-elemen dalam dan luar sistem pada level
c Memastikan setiap fungsi sudah masuk dalam
blok elemen dalam maupun luar Beberapa peraturan baku digunakan dalam membuat 2
macam diagram blok fungsional sistem Unit Engineering PT MAK, 2004:
a Struktur fungsi dan struktur subfungsi sistem
Contoh pembuatan diagram blok fungsional beserta keterangannya untuk menggambarkan
struktur fungsi dan subfungsi sistem dapat dilihat pada Gambar 3.4.
b Hubungan fungsional keseluruhan sistem
Contoh pembuatan diagram blok fungsional beserta keterangannya untuk menggambarkan
hubungan fungsional sistem dapat dilihat pada Gambar 3.5.
35 Gambar 3.4. Struktur fungsi sistem Folding Bed Unit
Engineering PT MAK, 2004
Contoh dari fungsi sistem kata kerja-kata benda antara lain: menghasilkan nyala, membersihkan
kaca depan mobil, menghentikan peralatan, mengendalikan peralatan, mengendalikan kecepatan,
dan sebagainya. b.
Identifikasi potensi moda kegagalan sistem Untuk setiap fungsi sistem yang telah
diidentifikasikan, ditentukan moda kegagalan sistem yang mungkin terjadi. Moda kegagalan potensial
digambarkan dalam terminologi hilangnya fungsi atau sebagai negasi fungsi. Yang terpenting dalam tahap
ini adalah melakukan brainstorming moda kegagalan potensial pada sistem dengan menggunakan pertanyaan
“Dengan cara apa sistem dapat mengalami kegagalan dalam melakukan fungsi yang diinginkan?”.
36 Gambar 3.5. Hubungan fungsional sistem Folding Bed
Unit Engineering PT MAK, 2004
Contoh dari moda kegagalan sistem antara lain: tidak dapat menghasilkan nyala, tidak dapat
membersihkan kaca depan mobil, tidak dapat menghentikan peralatan, tidak dapat mengendalikan
peralatan, tidak dapat mengendalikan kecepatan, dan sebagainya.
37 c.
Identifikasi potensi efek kegagalan dan rangking severity
Efek kegagalan sistem merupakan akibat dari moda kegagalan sistem dalam hal dampaknya pada
sistem lain, peralatan, customer, dan peraturan pemerintah. Untuk mengidentifikasikan efek moda
kegagalan maka memerlukan informasi data layanan dan dokumen yang serupa yang ada di perusahaan maupun
data-data yang berhubungan lainnya seperti data komplain customer, dokumen jaminan warranty, data
realibilitas, dan studi kelayakan. Severity adalah rangking yang berhubungan
dengan tingkat keparahan efek yang ditimbulkan oleh moda kegagalan sistem. Rangking severity diperoleh
dengan melihat efek kegagalan yang timbul. Efek dirangking pada skala 1 sampai 10, dengan 10 sebagai
tingkat keparahan yang paling tinggi yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.
d. Menentukan potensi penyebab kegagalan sistem dan
rangking occurrence Penyebab moda kegagalan potensial pada sistem
adalah kelemahan dari desain sistem yang dihasilkan. Kunci dalam mengidentifikasi penyebab moda kegagalan
potensial sistem adalah diagram blok fungsional sistem. Diagram blok menggambarkan elemen subsistem
yang dibutuhkan untuk melaksanakan fungsi sistem.
38 Tabel 3.1. Rangking severity untuk FMEA sistem
Unit Engineering PT MAK, 2004
Efek Rangking Kriteria
Tanpa efek 1
Tanpa efek. Efek yang
sangat ringan
2 Pelanggan tidak terpengaruh. Efek yang
sangat ringan pada alat atau kinerja sistem.
Efek ringan 3
Pelanggan tidak terpengaruh. Efek yang ringan pada alat atau kinerja sistem.
Efek minor 4
Pelanggan mengalami pengaruh yang kecil. Efek minor pada alat atau
kinerja sistem. Efek
manengah 5
Pelanggan mengalami beberapa ketidakpuasan. Efek menengah pada alat
atau kinerja sistem. Efek
signifikan 6
Pelanggan mengalami ketidaksenangan. Kinerja alat menurun tapi tetap bisa
beroperasi dan aman. Kerugian partial pada fungsi sistem tetapi bisa
dioperasikan. Efek mayor
7 Pelanggan tidak terpuaskan kecewa.
Kinerja alat sangat terpengaruh tapi terkendali dan aman. Fungsi sistem
terganggu. Efek ekstrim
8 Pelanggan sangat kecewa. Peralatan
tidak bisa dioperasikan dengan aman. Sistem tidak beroperasi.
Efek serius 9
Efek berbahaya potensial. Mampu menghentikan peralatan tanpa
kecelakaan-kegagalan bertahap dengan adanya peringatan.
Efek berbahaya
10 Efek berbahaya. Efek tiba-tiba yang
berhubungan dengan keamanan tanpa adanya peringatan
39 Langkah-langkah dalam mengidentifikasi penyebab
moda kegagalan potensial pada sistem adalah sebagai berikut :
1. Analisis tiap-tiap elemen subsistem pada diagram
blok seperti input, output, dan elemen yang terkait di dalamnya.
2. Tetapkan bagaimana tiap-tiap elemen subsistem
tersebut dapat mengalami kegagalan dan menyebabkan moda kegagalan pada sistem. Secara
umum, moda kegagalan elemen diartikan sebagai ketidakmampuan dari suatu elemen untuk
melaksanakan fungsi atau operasi yang diinginkan. Contoh dari penyebab moda kegagalan sistem
antara lain: ketidakcukupan pemanasan, kesalahan manusia, kesalahan instalasi, kesalahan pemakaian,
penyalahgunaan, umur pemakaian, korosi, dan sebagainya.
Occurrence merupakan kemungkinan dari penyebab moda kegagalan sistem akan terjadi. Untuk
memperkirakan nilai occurrence menggunakan rangking skala 1 sampai 10, dengan 10 sebagai rangking
occurrence yang paling tinggi yang dapat dilihat pada Tabel 3.2.
40 Tabel 3.2. Rangking occurrence untuk FMEA sistem
Automotive Industry Action Group, 2001
Kemungkinan Kegagalan
Tingkat Kegagalan Rangking
≥ 100 dari 1000 peralatanitem 10
Sangat tinggi : kegagalan terus
menerus terjadi 50 dari 1000 peralatanitem
9 20 dari 1000 peralatanitem
8 Tinggi : kegagalan
sering terjadi 10 dari 1000 peralatanitem
7 5 dari 1000 peralatanitem
6 2 dari 1000 peralatanitem
5 Manengah : kegagalan
kadang-kadang terjadi
1 dari 1000 peralatanitem 4
0,5 dari 1000 peralatanitem 3
Rendah : kegagalan sedikit terjadi
0,1 dari 1000 peralatanitem 2
Hampir tidak ada kegagalan terjadi
≤ 0,01 dari 1000 peralatanitem 1
e. Menentukan metode deteksi dan rangking deteksi
Rangking detection merupakan rangking yang berhubungan dengan kemungkinan metode deteksi akan
mendeteksi penyebab moda kegagalan potensial pada sistem atau kemampuan metode pengendalian untuk
mendeteksi moda kegagalan sistem. Rangking detection tergantung pada metode pengendalian yang
digunakan saat ini. Rangking detection dapat dilihat pada Tabel 3.3.
41 Tabel 3.3. Rangking detection untuk FMEA sistem
Unit Engineering PT. MAK, 2004
Deteksi Rangking Kriteria
Hampir pasti 1
Metode pencegahan tersedia pada tahap awal konsep.
Sangat tinggi 2
Program analisis komputer pencegahan tersedia dalam tahap
awal konsep. Tinggi 3
Teknik simulasi atau pemodelan tersedia dalam tahap awal konsep.
Cukup tinggi 4
Pengujian dalam prototipe awal elemen sistem.
Manengah 5 Pengujian dalam pra produksi
elemen sistem. Rendah 6
Pengujian dalam elemen sistem yang mirip.
Sangat rendah 7
Pengujian pada alat dengan prototipe elemen sistem terpasang.
Kecil 8 Pengujian keandalan pada alat
dengan elemen sistem terpasang. Sangat kecil
9 Hanya tersedia metode tak terbukti
atau tidak dapat dipercaya. Hampir tidak
mungkin 10
Tidak diketahui metode deteksi yang sesuai.
Metode-metode deteksi yang digunakan PT. MAK antara lain:
1. Uji pada tahap awal konsep Pengujian pada tahap awal konsep ini dilakukan
dengan perhitungan matematis dan atau kinematis maupun pendekatan teoritis. Gejala kegagalan pada
komponen atau rakitan produk telah dapat diprediksi sejak tahap awal konsep yaitu pada
42 tahap desain produk dan dapat diantisipasi dengan
perhitungan matematis dan atau kinematis maupun pendekatan teoritis yang cukup.
2. Uji analisis komputer Apabila hasil uji pada tahap awal konsep terhadap
gejala kegagalan masih meragukan, dilakukan uji dengan mensimulasikan performa komponen, sub
rakitan dan rakitan produk menggunakan program analisis komputer. Uji ini dilakukan pada tahap
desain produk. 3. Uji simulasi atau pemodelan
Apabila hasil uji analisis komputer masih meragukan, dilakukan uji dengan mensimulasikan
performa elemen produk lain yang mirip dengan elemen produk yang bersangkutan menggunakan
program analisis komputer. Uji ini dilakukan pada tahap desain produk.
4. Uji prototipe awal Pengujian ini dilakukan setelah desain produk
diwujudkan menjadi prototipe fungsional atau prototipe profesional. Pengujian dilakukan
terhadap komponen produk untuk menguji keterpenuhan fungsinya secara sistem hubungan
komponen itu sendiri dengan komponen lain dan desain komponen itu sendiri.
5. Uji pra produksi Pengujian ini dilakukan pada prototipe komersial
untuk menguji keterpenuhan fungsi dari komponen, sub rakitan dan rakitan produk.
43 6. Uji elemen mirip
Uji ini dilakukan pada prototipe komersial yang menggunakan komponen yang memiliki kemiripan
kemiripan bentuk atau kesamaan fungsi dengan komponen produk lain.
7. Uji prototipe dengan elemen terpasang Pengujian ini dilakukan pada prototipe komersial
yang belum mengalami pengujian apapun sebelumnya dengan menggunakan komponen-komponen sebenarnya.
8. Uji produk dengan elemen terpasang Pengujian ini dilakukan pada produk jadi produk
yang sudah selesai diproduksi yang belum mengalami pengujian apapun sebelumnya. Pengujian
yang dilakukan biasanya berupa uji beban dengan meletakkan sejumlah beban yang ekstrim diatas
produk. 9. Uji dengan perkiraan
Pengujian berupa perkiraan yang tidak berdasar. 10. Tanpa uji deteksi
Produk langsung diproduksi tanpa uji deteksi sama sekali.
Prototipe dapat dibagi ke dalam tiga jenis prototipe, yaitu:
1. Prototipe fungsional Pada prototipe ini desain diwujudkan dalam bentuk
yang belum lengkap secara keseluruhan menggunakan proses manufaktur sebenarnya, di mana aspek yang
dievaluasi hanya dari sisi fungsi. 2. Prototipe profesional
Selain menitikberatkan pada fungsi, prototipe juga menitikberatkan pada bentuk sebenarnya
44 secara keseluruhan dari produk yang dikembangkan
meskipun belum menggunakan proses manufaktur secara penuh.
3. Prototipe komersial Pada prototipe jenis ini sudah memiliki
kelengkapan bentuk dan sudah dibuat dengan proses manufaktur sesuai yang telah direncanakan. Dalam
pelaksanaannya, pembuatan prototipe produk tidak harus selalu meliputi 3 jenis prototipe tersebut
karena tetap harus mempertimbangkan jenis dan fungsi produk yang akan dibuat. Apabila produk
yang dibuat memiliki fungsi yang sederhana, biasanya desain langsung diwujudkan dalam
prototipe komersial. Jenis prototipe yang paling jarang dibuat adalah prototipe profesional.
Pada tiap-tiap jenis prototipe dilakukan dua jenis pengujian, yaitu:
1. Verifikasi desain Meninjau desain melalui transformasi desain ke
dalam bentuk prototipe fungsional, profesional dan komersial yang selanjutnya prototipe tersebut
dievaluasi kesesuaiannya terhadap persyaratan fungsi, persyaratan estetika, ergonomik,
manufaktur dan aspek komersialnya. 2. Validasi desain
Desain yang dilakukan validasi dilihat dari sisi kesesuaiannya terhadap persyaratan-persyaratan
produksi dan mutu produk di jalur produksi untuk kepentingan produksi perdana yang berhubungan
dengan QECP Quality Confirmation for the first product.
45 f.
Menghitung Risk Priority Number RPN RPN adalah hasil kali nilai severity,
occurrence, dan detection, yang dirumuskan sebagai berikut:
Det Occ
Sev RPN
× ×
= 3.1
Dengan: Sev = Rangking severity atau tingkat keparahan efek
kegagalan Occ = Rangking occurrence atau tingkat kemungkinan
munculnya penyebab kegagalan Det = Rangking detection atau tingkat deteksi metode
pengendalian yang digunakan saat ini Rangking dan RPN hanya digunakan untuk
mengurutkan dan melihat tingkatan nilai pada hasil identifikasi terhadap kelemahan yang potensial
sehingga dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan rekomendasi yang mungkin diambil untuk mengurangi
kelemahan tersebut sehingga akan diperoleh proses yang lebih handal dan dapat meminimalisasi kegagalan
yang akan terjadi. Urutan tertinggi dari nilai RPN dengan batasan tertentu sesuai hasil brainstorming
dengan pihak perusahaan akan diberikan tindakan rekomendasi pencegahan.
g. Menganalisis hasil dan memberi rekomendasi tindakan
yang perlu diambil Tindakan diambil untuk mengurangi rangking
severity, occurrence, dan detection. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kelemahan yang ada pada
desain sistem yang dengan demikian akan menghilangkan moda kegagalan sistem. Tindakan
46 rekomendasi perbaikan perlu dipertimbangkan pada
kondisi sebagai berikut: 1.
Moda kegagalan dengan efekdampak yang memiliki rangking severity yang tertinggi.
2. Moda kegagalan dengan penyebab kegagalan yang
memiliki rangking occurrence tertinggi. 3.
Moda kegagalan yang memiliki nilai RPN tertinggi. Tindakan rekomendasi perbaikan yang dapat
dipertimbangkan adalah sebagai berikut : 1.
Modifikasi desain subsistem untuk menghilangkan moda kegagalan atau mengurangi tingkat
kejadiannya. 2.
Menambahkan subsistem tambahan yang dapat beroperasi untuk melanjutkan operasi dari
subsistem yang mengalami kegagalan. 3.
Menambahkan alat deteksi pada peralatan untuk memberikan peringatan kepada customer untuk
mengambil tindakan dalam rangka mencegah terjadinya kegagalan atau mengurangi tingkat
kemungkinan terjadinya kegagalan.
3.2.7. FMEA desain