Tujuan dari controller redundancy adalah untuk menjamin sistem tetap bekerja walaupun terjadi kegagalan pada kontroler. Redundant system dari DCS
C-200 tersebut bisa terjadi karena adanya redundant chasis pair RCP. Sebuah rcp menyediakan sepasang controller chassis yang akan saling berkomunikasi,
jadi jika ada error tugas pengontrolan akan dialihkan ke chassis yang lain. Ada dua karakteristik utama dari status yang dimiliki redundant system.
Yang pertama adalah karakteristik primer yang mengacu pada chassis yang menjalankan kontrol sistem chassis yang sedang aktif. Yang kedua adalah
karakteristik sekunder yang mengacu pada beberapa status dari readiness yang dipakai sebagai referensi untuk dapat mengambil alih tugas sistem primer.
Tidak semua jenis kontroler bisa menunjang redundant system. Ada syarat dan kondisi tertentu yang harus dipenuhi agar redundant system bisa diterapkan.
Syarat-syarat tersebut antara lain : 1.
Process controller dengan control processor module di dalamnya harus menunjang sistem ini. Yang ada pada Unit Utilitas Batu Bara adalah process
controller dengan control processor module seri C-200 di dalamnya. Seri ini mendukung redundant system.
2. Harus memiliki sepasang redundant chassis pair dan merupakan chassis
controller yang sama identik dan ditempatkan pada dua DCS C-200 yang berbeda dan diletakkan pada posisi slot yang sama.
3.4.1 Redundant Module
Sebuah redundancy module mengacu pada modul yang memiliki sifat redundant mampu menjalankan komunikasi chassis-to-chassis dalam high
performance untuk redundancy module RM dalam sebuah redundant chassis
STIKOM SURABAYA
pair. Redundant module hanya menyediakan path untuk modul-modul yang berkomunikasi agar mampu melakukan sinkroninasi satu sama lain dan
menyelaraskan proses sinkronisasi. Akan tetapi, sebuah RM tidak bisa menentukan seberapa banyak
module’s database yang disinkronkan.
Gambar 3.19 Redundancy Communication Path
Redundancy module mempunyai fungsi utama yang khusus. Berikut ini adalah beberapa tugas utama dari redundancy module :
1. Mengambil module status dari semua chassis modules yang ada.
2. Mengambil module status dari RM yang dipasangkan dengannya.
3. Menerima dan mencatat semua event reports dari chassis modules yang ada
baik dalam dirinya sendiri maupun dalam RM lain yang dipasangkan dengannya.
4. Menyelesaikan states baik berdasarkan data yang didapat dan data yang ada
dalam report. 5.
Menyelesaikan konflik yang mungkin terjadi secara bersama-sama dengan RM yang dipasangkan dengannya.
6. Melakukan koordinasi pada aktivitas transisi status dengan chassis.
STIKOM SURABAYA
7. Menyediakan redundancy-related read status dan memberikan akses write
control pada kontroler lokal atau pada remote network devices.
3.4.2 Switchover dan Readiness Switchover adalah suatu proses di mana secondary chassis mengambil
state dari primary chassis, sedangkan primary chassis mengambil state yang tepat yaitu, readiness dari secondary chassis. Sebuah switchover dapat aktif secara
langsung jika terjadi fault pada primary chassis atau juga oleh perintah manual dari operator. Kemampuan dari secondary chassis untuk mengambil alih peran
kontrol dari primary chassis tergantung dari status readiness secondary chassis yang sedang terjadi. Ada status tertentu dari sebuah secondary chassis sehingga
secondary chassis dapat menerima pengalihan dari kontroler primer. Berikut ini adalah tabel status aksi dan reaksi yang mungkin dilakukan secondary chassis
berdasarkan statusnya : Tabel 3.1 Status secondary chassis
If secondary chassis is.. Then, secondary chassis
Disqualified Tidak dapat mengambil alih peran
kontrol, karena merupakan non- readiness state
Synchronized Dapat mengambil alih peran
primary chassis melalui switchover. Dalam keadaan ini database yang
ada dipindahkan dialihkan ke primary chassis.
Standby Standby state tidak tersedia
STIKOM SURABAYA
Tabel berikut ini menunjukkan beberapa failure conditions yang dapat memicu switchover. Seperti yang sudah dijelaskan pada tabel 3.1, secondary
control chassis harus dalam status synchronized agar switchover dapat terjadi.
Tabel 3.2 Keadaan yang menyebabkan switchover terjadi
Failure Conditions That Result in a Switchover
Primary chassis power supply mengalami fails atau dimatikan paksa Ada module dari Primary chassis yang mengalami failure
Primary chassis tidak dimatikan dahulu saat ada module yang dimasukkan Mengeluarkan secara paksa module dari primary chassis yang sedang menyala
Integrated Control Protocol backplane pada primary chassis mengalami fails Primary chassis power supply kehilangan daya secara mendadak
STIKOM SURABAYA
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Masalah
PT Petrokimia Gresik adalah salah satu pabrik yang menerapkan continue operasional, yang artinya pabrik tersebut bekerja secara terus-menerus selama 24
jam. Sehingga redundant system sangat diperlukan di sini untuk menunjang proses kontrol dan proses pemantauan semua plant yang menunjang proses
produksi. Redundant system sendiri adalah konfigurasi yang memungkinkan kontroler cadangan backup secara otomatis dapat mengambil alih peran
kontroler utama primary jika terjadi kegagalan pada kontroler utama. Tanpa adanya redundant system maka kinerja PT Petrokimia Gresik tidak akan optimal.
Dalam tahap pembahasan ini yang dilakukan adalah menganalisa bagaimana redundant system pada DCS C-200 produksi Honeywell di Unit
Utilitas Batu Bara, PT Petrokimia Gresik.
4.2 Pembahasan 4.2.1 Gambaran Umum
Gambar 4.1 Konfigurasi Redundant System secara Umum