Ryana Ayu Setia Kurniasari

(1)

commit to user

i

LAPORAN KHUSUS

KESELAMATAN KERJA PADA

PENGANGKUTAN AMONIAK CAIR TANGKI

SILINDER DI UNIT

LOADING

PT.

PETROKIMIA GRESIK

Oleh:

Ryana Ayu Setia Kurniasari NIM. R0006144

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009


(2)

commit to user

ii

PENGESAHAN

Laporan Khusus dengan judul :

Keselamatan Kerja Pada Pengangkutan Amoniak Tangki Silinder di Unit

Loading PT. Petrokimia Gresik

dengan peneliti :

Ryana Ayu Setia Kurniasari NIM. R0006144

telah diuji dan disahkan pada:

Hari : ……. …tanggal : …………... Tahun:………

Pembimbing I Pembimbing II

Lusi Ismayenti, ST, M.Kes. Dra. Sri Hartati H, Apth, SU

NIP. 19720322 200812 2 001 NIP. 130 786 653 An. Ketua Program

D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS Sekretaris,

Sumardiyono, SKM, M.Kes. NIP. 19650706 198803 1 002


(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN PERUSAHAAN

Laporan Khusus dengan judul :

Keselamatan Kerja pada Pengangkutan Amoniak Cair Tangki Silinder di Unit Loading PT. Petrokimia Gresik

disusun oleh :

Ryana Ayu Setia Kurniasari NIM. R0006144

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal :

Karo Lingkungan & K3 Pembimbing


(4)

commit to user

iv

ABSTRAK

RYANA AYU SETIA KURNIASARI, 2009. KESELAMATAN KERJA PADA PENGANGKUTAN AMONIAK CAIR TANGKI SILINDER DI UNIT

LOADING PT. PETROKIMIA GRESIK. PROGRAM D-III HIPERKES DAN

KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA.

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui penerapan keselamatan kerja pada pengangkutan amoniak khususnya pada tangki silinder. Sebagaimana diketahui amoniak adalah bahan berbahaya dan beracun sehingga dalam penanganannya maupun pengangkutannya tidak boleh salah.

Kerangka pemikiran pada penelitian ini adalah dalam pengangkutan amoniak cair terdapat potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan pada saat pengangkutan. Amoniak cair adalah bahan kimia yang dalam distribusinya diperlukan penerapan pengangkutan amoniak cair. Diperlukan pengawasan

carrier safety, pencegahan, dan lokalisir kebocoran sebagai upaya pencegahan

kecelakaan kerja dalam pengangkutan amoniak cair sehingga didapatkan penerapan pengangkutan amoniak cair yang aman.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

Survey Diskriptif dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu

mengetahui tingkat keselamatan pengangkutan amoniak tangki silinder sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku atau belum.

Hasil penelitian menunjukkan keselamatan kerja pada pengangkutan amoniak cair tangki silinder sudah dikategorikan baik. Dengan adanya persyaratan kendaraan pengangkut, pengemudi, pelaksanaan pengangkutan, dan penyediaan pengamanan kebocoran yang sudah memadai semua. Hal ini menunjukkan bahwa pengangkutan amoniak cair tangki silinder sudah memenuhi syarat yang berlaku. Upaya pencegahan kecelakaan kerja pada pengangkutan ini dengan menerapkan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725/AJ.302/DRJD/2004 tentang Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Jalan.

Kata Kunci : Keselamatan Kerja


(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat ridho dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini yang berjudul : “Keselamatan Kerja pada Pengangkutan Amoniak Tangki Silinder di Unit Loading PT. Petrokimia Gresik”.

Penulisan laporan ini dalam rangka tugas akhir serta sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini juga penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu mengarahkan, memberi dorongan hingga tersusunnya laporan ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. A. A Subiyanto, dr, MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak dr. Putu Suriyasa, MS, PKK, SP. OK. Selaku ketua Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Lusi Ismayenti, ST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I.

4. Ibu dra. Sri Hartati H, Apth, SU selaku Dosen Pembimbing II.

5. Pimpinan Perusahaan PT. Petrokimia Gresik yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).


(6)

commit to user

vi

6. Bapak Alfian Rusdi selaku Kepala Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Petrokimia Gresik yang telah memeberikan kesempatan praktek kerja lapangan.

7. Bapak Drs. Suhud Muhtar selaku staff K3LH PT. Petrokimia Gresik.

8. Bapak Susantio selaku koordinator Keselamatan Kerja pabrik I yang juga rela meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan memberikan masukan-masukan untuk kesempurnaan laporan ini.

9. Semua karyawan PT. Petrokimia Gresik yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan.

10.Kedua orang tua dan adikku yang tak hentinya memberi motivasi dalam melakukan kegiatan.

11.Sahabat-sahabatku tersayang yang selalu memberiku semangat Azis, Tyas, Sasa, Tya, Septi, Hanief, Rofiek, dan teman-teman seperjuanganku semua. 12.Semua pihak yang membantu hingga selesainya laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis masih mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak guna penyempurnaan lebih lanjut.

Semoga penulisan laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, Mei 2009


(7)

commit to user

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PERUSAHAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. . Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5

B. Kerangka Pemikiran ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Persiapan ... 27


(8)

commit to user

viii

D. Sumber Data ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 28

F. Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Hasil Penelitian ... 30

B. Pembahasan ... 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

A. Kesimpulan ... 38

B. Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 40 LAMPIRAN


(9)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL


(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penandaan Kemasan Amoniak ... 20 Gambar 2. Bagan Kerangka pemikiran ... 26


(11)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur Pemberian Sertifikat Izin Mengangkut B3 Produk PT. Petrokimia Gresik


(12)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam usaha meningkatkan kegiatan dan perkembangan ekonomi, Indonesia telah mengembangkan berbagai jenis industri, di antaranya industri pupuk, pestisida, kertas, pengolahan minyak dan gas bumi, obat-obatan dan sebagainya. Industri-industri tersebut banyak memperbanyak bahan kimia sebagai bahan baku maupun bahan pembantu dan atau memproduksi bahan-bahan kimia yang langsung dipakai oleh masyarakat. Bagi para pekerja yang bekerja dalam industri atau pabrik pengguna atau yang memproduksi bahan kimia, mereka tak lepas dari bahaya kimia terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Segala usaha harus dapat dilakukan untuk dapat mengurangi atau menghilangkan sama sekali bahaya tersebut di atas terhadap para pekerja. Karena hanya pada kondisi ruang kerja yang sehat dan bebas dari bahaya kecelakaan atau sakit akibat kerja seorang pekerja dapat bekerja dengan aman, efektif, dan efisien (Depnaker R.I, 1999).

Salah satu bahan kimia berbahaya yang diperdagangkan adalah amoniak (NH3). Amoniak adalah bahan yang sangat berguna di industri pupuk dan industri

kimia. Selain itu amoniak juga berguna dalam industri makanan. Kegunaan amoniak di industri pupuk antara lain sebagai pembuat urea, Za, phonska, Diamonuim phospate dan Monoamonium phospate. Amoniak pada industri kimia digunakan untuk pembuatan asam nitrat, soda ash, Ammonuim chloride, Hydrazine (LPPK Alkon, 1998).


(13)

commit to user

2

Disamping bahan bermanfaat, amoniak tergolong bahan sangat beracun dan berbahaya. Amoniak tergolong bahan beracun dengan tingkat sangat beracun yang dilambangkan dengan tengkorak manusia. Amoniak cair tergolong sangat berbahaya dengan sifat-sifat fisiknya. Sifat-sifat fisika amoniak antara lain suatu gas yang tidak berwarna , berbau sangat tajam, lebih ringan daripada udara

(vapour density = 0,6), gas yang mudah terbakar, memiliki titik nyala sendiri.

Dalam setiap pabrik penghasil atau pengolah bahan kimia, biasanya melibatkan puluhan bahkan ratusan jenis bahan kimia lain dan kadang kala dalam kondisi yang dapat meningkatkan sifat bahaya bahan-bahan kimia terhadap manusia (ILO, 1987).

Beberapa contoh kecelakaan saat bekerja dengan amoniak misalnya ; truk pengangkut amoniak meledak di Rumania yang menyebabkan 10 orang tewas termasuk regu penyelamat dan wartawan, kesalahan memindahkan amoniak cair di PT. Ajinomoto Mojokerto, kebocoran tangki amoniak di PT. Petrokimia Gresik, meledaknya tangki amoniak di Gempol Sidoharjo, truk pengangkut amoniak cair terguling di jalan tol Dupak Surabaya, peledakan di pabrik unit amoniak PT. Petrokimia Gresik

Bekerja dengan bahan amoniak mengandung resiko baik dalam proses , penyimpanan, transportasi, distribusi, dan penggunaannya. Demikian pula dalam kegiatan pengangkutannya karena diperlukan penerapan khusus dalam mengangkut amoniak. Demikian besarnya bahaya amoniak tersebut, penanganan yang benar akan dapat mengurangi atau menghilangan resiko bahaya yang diakibatkannya (LPPK Alkon, 1998).


(14)

commit to user

3

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat mengambil judul ”Keselamatan Kerja pada Pengangkutan Amoniak Cair Tangki Silinder di Unit Loading PT. Petrokimia Gresik”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :

”Apakah keselamatan kerja pada pengangkutan amoniak cair tangki silinder di unit loading PT. Petrokimia Gresik sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku?”

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah keselamatan kerja pada pengangkutan amoniak cair tangki silinder di unit loading PT. Petrokimia Gresik sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis

Dapat mengetahui potensi bahaya pada pengangkutan amoniak cair dan dapat mengetahui upaya pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan pada pengangkutan amoniak cair.

b. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan informasi dan masukan bagi PT. Petrokimia Gresik serta perusahaan sebagai konsumen amoniak cair dan


(15)

commit to user

4

distributor sebagai penyedia angkutan serta awak kendaraan untuk melakukan pencegahan dan pengendalian terhadap potensi bahaya amoniak cair yang ditimbulkan oleh karena ketidaktepatan saat proses pengangkutan khususnya pada tangki silinder.

c. Bagi Program DIII Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Dapat menambah sumber referensi kepustakaan tentang keselamatan kerja pada pengangkutan amoniak cair.


(16)

commit to user

5 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan pustaka 1. Amoniak (NH3)

a. Sifat-Sifat Umum Amoniak

Menurut safety officer amoniak mempunyai beberapaa sifat umum diantaranya :

1. Reaksi pembuatan amoniak adalah N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)

2. Suatu gas yang tidak berwarna, berbau sangat tajam. 3. Di bawah tekanan, gas ini mudah dicairkan.

4. Mudah larut dalam air.

5. Lebih ringan dari udara (vapour density = 0,6) 6. Larut dalam etanol, metanol, kloroform, dan eter. 7. Gas yang mudah terbakar.

8. Titik nyala sendiri = 6510C

9. LEL ( Low Explosive Limit) = 16% UEL (Upper Explosive Limit) = 25% 10.Titik Leleh = -77,70C

11.Titik didih = -33,50C


(17)

commit to user

6

13.Larutan amonia boleh digunakan sebgai pembersih, memutih dan mengurangi bau busuk. Larutan pembersih yang dijual kepada konsumer menggunakan larutan ammonia hidroksida cair sebagai bahan pembersih utama.

14.Kebanyakan dari logam-logam tidak dipengaruhi oleh gas amoniak, tetapi bila gas ini tercampur dnegan air dengan jumlah yang sangat sedikit atau uap air, gas amoniak dan amoniak cair akan menyerang logam-logam seperti perak, seng, dan logam-logam panduan lainnya.

Menurut NFPA sifat amoniak adalah 301 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1 Sifat Amoniak Menurut NFPA

Angka Keterangan 3 Menunjukkan bahwa bahaya kesehatan bahan yang pada paparan

singkat dapat menyebabkan luka parah sementara atau cacat, walaupun pengobatan telah diberikan

2 Menunjukkan bahwa bahaya kesehatan bahan yang pada pemaparan akan menyebabkan akan menyebabkan keterpaan intensif dan terus menerus berakibat serius, kecuali ada pertolongan.

1 Menunjukkan bahaya mudah terbakar adalah termasuk bahan yang harus dipanaskan sebelum dapat menyala.

0 Menunjukkan bahwa reaktivitas bahan adalah bahan yang dari sifatnya sendiri tidak stabil, tidak teaktif meskipun kena panas atau suhu tinggi.


(18)

commit to user

7 b. Nilai Ambang Batas Amonia

Menurut Siswanto Nilai Ambang Batas (NAB) pada amoniak yang pernah ditetapkan adalah berbeda-beda, antara lain :

1) Menurut ACGIH = 25 ppm (TLV-TWA) dan 35 ppm (TLV-STEL) 2) Menurut OSHA = 50 ppm (TWA)

3) Menurut NIOSH = 50 ppm/ 5 menit (Ceil) 4) Menurut COSHH = 500 ppm

c. Bahaya Amoniak

Amoniak adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini

didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas. Amoniak sendiri adalah senyawa kaustik (menimbulkan iritasi/ rangsangan) dan dapat merusak kesehatan. Batas 15 menit bagi kontak dengan amoniak dalam gas berkonsentrasi 35 ppm volum, atau 8 jam untuk 25 ppm volum. Kontak dengan gas amoniak berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan bahkan kematian. Sekalipun amoniak diatur sebagai gas tak mudah terbakar, amoniak masih digolongkan sebagai bahan beracun jika terhirup, dan pengangkutan amoniak berjumlah lebih besar dari 3.500 galon (13,248 L) harus disertai surat izin (www.wikipedia.org, 2009).

Menurut Imamkhasani amoniak merupakan gas bertekanan tinggi dan bersifat racun, akspiksian, korosif, dan mudah terbakar. Gas tersebut harus disimpan dalam


(19)

commit to user

8

silinder bertekanan dengan keadaan terlindung, bebas panas, dan goncangan, terikat kuat serta bebas dari kebocoran kran .

Amoniak sangat berbahaya, jika terhirup dapat merusak saluran pernapasan terutama saluran pernapasan bagian atas. Saluran pernapasan yang terangsang amoniak akan membengkak, hingga pernapasan terganggu karena penyempitan saluran pernapasan itu. Lebih parah lagi, saluran lendir yang terangsang akan mengeluarkan sekret (cairan getah) sehingga pernapasan pun terhambat,dan korban akan mengalami sesak napas. Bila tidak segera ditolong korban akan pingsan. Lebih jauh, bila jaringan yang terangsang mengalami kerusakan, akan terjadi pendarahan di sepanjang saluran pernapasan dan darah akan keluar bersama batuk (LPPK Alkon, 1998).

Bila amoniak mencapai paru-paru dapat mengakibatkan bronkhopneumonia (radang pada salah satu bagian paru). Bila selaput lendir (mukosa) rusak dapat mengakibatkan penyakit menahun sebab pada selaput ini terdapat sel-sel pertahanan tubuh, khususnya bagi jaringan paru-paru. Bila amoniak terkena kulit maka kulit dapat melepuh


(20)

commit to user

9 d. Penanganan Amoniak

Menurut Suma’mur beberapa langkah penanganan terhadap amoniak, antara lain:

1) Kemasan (containers) amoniak sebaiknya disimpan di luar gedung.

2) Pisahkan dari bahan-bahan pengoksida seperti klor, brom, iodium, dan asam-asam (nitrat atau sulfat yang pekat).

3) Pakailah alat pelindung diri seperti pakaian yang terbuat dari katun atau pakaian bertekanan udara, sarung tangan karet, sepatu yang terbuat dari karet, kacamata pelindung untuk amoniak (chemical goggles), single atau doble nose respirator (half mask) yang dilengkapi dengan cartridge untuk organic vapour (atmosfer tidak lebih dari 380 ppm amoniak), Full Face Mask (kadar amoniak kurang dari 2%), Airline Respirator (kontaminasi amoniak lebih dari 2%), Self Contained Breathing Apparatus, dan Escape Mask.

e. Tindakan pengamanan bila terjadi kebocoran amoniak

1) Jauhkan orang-orang yang tidak berkepentingan dari daerah tempat kebocoran amoniak.

2) Perhatikan arah angin, kita harus berada di tempat pangkal angin.

3) Memasukki daerah kebocoran amoniak harus menggunakan breathing apparatus dan alat pelindung tubuh.

4) Sumber kebocoran amoniak harus diamankan dengan menyiram air, menyumbat atau menutup tempat yang bocor dengan karung yang selalu dibasahi dengan air.


(21)

commit to user

10 5) Laporkan kepada pemilik/pabrik segera.

f. Tindakan pencegahan

1) Semua bagian dari amoniak plant harus dilengkapi dengan general dan local exhaust ventilation yang baik.

2) Semua pekerja yang terlibat dalam proses pembuatan, kompresi, dan gas harus dilengkapi dengan alat pelindung pernafasan yang sesuai

3) Udara dapat digunakan sebagai pengganti air dalam proses pendinginan containers, ini bertujuan untuk mengurangi korosi.

4) Emergency showers dan eye wash fountains harus disediakan di tempat-tempat

dimana kecelakaan mungkin terjadi.

2. Pengangkutan bahan berbahaya dan beracun

Perkembangan Industri yang sangat pesat membutuhkan kelancaran pasokan bahan-bahan yang dibutuhkan dan juga kelancaran pengelolaan bahan-bahan sisa dari hasil kegiatan industri tersebut yang sebagian besar adalah merupakan Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).


(22)

commit to user

11

Dasar Hukum dalam penyelenggaraan Angkutan B3 untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan B3 yang selamat, aman, lancar, tertib dan teratur adalah sebagai berikut :

1) Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; Pasal 40 : Pengangkutan bahan berbahaya, barang khsusus, peti kemas, dan alat berat diatur dengan Peraturan Pemerintah

2) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993tentang Angkutan Jalan

3) Pasal 13 ayat 2 : Pengangkutan barang terdiri dari barang umum, barang berbahaya, barang khusus, peti kemas, dan alat berat;

4) Pengangkutan bahan berbahaya diklasifikasikan menjadi pengangkutan bahan; mudah meledak, gas mampat, gas cair, gas terlarut pada tekanan atau pendingin tertentu, cairan mudah menyala, minyak dan gas bumi termasuk dalam kategori/klasifikasi 2 dan 3 karena sifatnya berupa cairan yang mudah menyala dan gas mampat, padatan mudah menyala, oksidator, peroksida organik, racun dan bahan yang mudah menular, radioaktif, korosif, dan bahan berbahaya lain. 5) Keputusan Presiden RI Nomor 21 tahun 2003 tentang pengesahan protokol 9

Dangerous goods ( protokol 9 barang berbahaya ). Merupakan hasil kesepakatan antara negara 9 (sembilan negara), yaitu : Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, Republik Indonesia, Republik Demokrasi Rakyat Laos, Malaysia, Uni Nyanmar, Republik Philipina, Republik Singapura, Kerajaan Thailand dan Republik Sosialis Vietnam;


(23)

commit to user

12

6) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 69 Tahun 1993tentang Penyelenggaraan Angkutan Barang Di Jalan;

7) Surat Dirjen perhubungan Darat Nomor : AJ.306/6524/LLAJ edaran perihal : Prosedur penerbitan persetujuan pengangkutan bahan beracun dan bebahaya (B3). 8) Surat Keputusan Dirjen Perhubungan Darat Nomor : SK 725/AJ.302/DRJD/2004, tentang Pengangkutan Bahan Beracun dan Berbahaya ( B3 ) tanggal 30 April 2004.

9) Peraturan Pemerintah Nomor : 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.

10) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 91 tahun 2003 tentang rekomendasi pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun

Pengangkutan bahan berbahaya dan beracun (B3), adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan / atau beracun yang karena sifat, konsentrasinya dan /atau jumlahnya jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup manusia atau mahluk hidup lainnya. Oleh karena itu pengaturan muatan bahan berbahaya dan beracun (B3) sangat penting. Sejalan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan Protokol 9 Dangerous Goods yang diterbitkan pada tanggal 11 April 2003 dimana Protokol 9 Dangerous Goods merupakan hasil kesepakatan 9 negara dan merupakan acuan umum bagi negara-negara ASEAN dalam penerapan regulasi


(24)

commit to user

13

dan pelaksanaan pengangkutan bahan berbahaya dan beracun (B3) yang salah satunya melalui jalan raya dan dalam pelaksanaannya melibatkan aparat dari institusi yang terkait dalam pengawasan transportasi. Maka agar dalam pengangkutan bahan berbahaya dari tempat kegiatan pemuatan sampai ke tempat pembongkaran akhir dilakukan oleh orang atau badan yang memiliki izin dengan terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari pihak terkait sebelum melakukan kegiatan pengangkutan bahan berbahaya tersebut.

Prinsip – prinsip keselamatan muatan B3 :

1. Bila sebuah kendaraan berubah arah – berkelok atau menyusul dan lain-lain pergesekan tidak cukup untuk menghentikan muatan yang tak aman untuk bergerak. Tidak benar berasumsi bahwa berat muatan akan tetap di posisisnya. Sebenarnya muatan lebih berat besar kemungkinanya bergerak ketika kendaraan melaju karena energi kinetiknya lebih besar. Di bawah pengereman sulit, berat yang berperan kearah depan bisa sama dengan acting down pada kendaraan. Oleh karena itu, muatan yang tidak dikendalikan tidak akan aman.

2. Kekuatan angin terhadap muatan selama pengereman menigkat dengan tingkat perlambatan dan berat muatan. Jadi, bila kendaraan mengerem muatan akan terus bergeser dari posisi semula.; semakin sulit anda mengerem, semakin banyak muatan akan mencoba untuk bergerak.


(25)

commit to user

14

3. Pergesekan saja tidak bisa untuk diandalkan untuk menjaga muatan tetap pada tempatnya. Ketika kendaraan bergerak, pergerakan vertikal disebabkan oleh gelombang di jalan akan mengurangi daya pengekangan karena pergesekan. 4. Diperlukan lebih banyak lagi daya untuk menghentikan satu muatan yang telah

mulai bergerak dibandingkan daya mencegah pergerakan pertama kali. Efek benturan berulang-ulang (battering ram) meningkat dengan cepat dengan peningkatan jarak dimana muatan bergerak berhubungan dengan kendaraan. Oleh karena itu penting sekali muatan dikendalikan sedemikian rupa sehingga pergeseran muatan pada kendaraan dapat dicegah.

5. Prinsip dasar dimana Code Of Practice adalah menggabungkan kekuatan sistem pengendalian muatan harus cukup untuk menahan kekuatan angin tidak kurang dari total berat kedepan (load forward), agar mencegah muatan bergerak dalam pengereman sulit, dan separoh berat muatan kebelakang (load backward), dan kesamping (sideways),. Pergerakan vertikal mungkin terjadi namun seharusnya dapat diatasi jika kondisi diatas terjadi. Ini berlaku bagi semua kendaraan, tidak peduli ukuran, dari van kecil hingga kendaraan barang yang besar. Prinsip-prinsip ini didasarkan pada daya maksimum yang mungkin dialami selama penggunaan jalana biasa. Kekuatan angin lebih besar mungkin dihadapi jika kendaraan, misalnya, terlibat kecelakaan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip ini harus dianggap sebagai persyaratan minimum.


(26)

commit to user

15

a. Pengertian kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun

Menurut Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725/AJ.302/DRJD/2004 kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun

adalah kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan yang dirancang secara khusus dan dilengkapi peralatan untuk pengangkutan bahan berbahaya.

b. Pengemudi kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun

Menurut Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725/AJ.302/DRJD/2004 setiap kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan

beracun harus memenuhi persyaratan umum dan persyaratan khusus sesuai dengan jenis dan karakteristik bahan berbahaya dan beracun diangkut. Selain itu kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun juga harus dilengkapi persyaratan darurat dengan alat komunikasi, lampu tanda bahaya berwarna kuning yang ditempatkan di atas atap ruang kemudi, segitiga pengaman, dongkrak, lampu senter, dan ganjal roda yang cukup kuat.

c. Pengemudi kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun

Pengemudi kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun wajib memenuhi persyaratan umum dan persyaratan khusus. Menurut Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725/AJ.302/DRJD/2004 persyaratan umum dan khusus sebagaimana yang dimaksud meliputi:

1) Memiliki pengetahuan mengenai bahan berbahaya yang di angkutnya, seperti klasifikasi, sifat, dan karakteristik bahan berbahaya.


(27)

commit to user

16

2) Memiliki pengetahuan mengenai bagaimana mengatasi keadaan jika terjadi kondisi darurat, seperti cara menanggulangi kebakaran.

3) Memiliki pengetahuan dan ketrampilan mengenai tata cara pengangkutan bahan berbahaya, seperti pengemudian secara aman, pemeriksaan kesiapan kendaraan, hubungan muatan dengan pengendalian, persepsi keadaan bahaya/darurat.

4) Memiliki pengetahuan mengenai ketentuan pengangkutan bahan berbahaya, seperti penggunaan plakat, label, dan simbol bahan berbahaya.

5) Memiliki kemampuan psikologi yang lebih tinggi daripada pengangkut bahan/komoditi yang tidak berbahaya, seperti tidak mudah panik. Sabar, dan bertanggung jawab, tidak mudah jenuh menghadapi pekerjaan dan situasi yang monoton.

6) Memiliki surat izin mengemudi sesuai dengan golongan dan kendaraan yang dikemudikannya.

7) Memiliki pengetahuan mengenai : jaringan jalan dan kelas jalan, kelayakan kendaraan bermotor, tata cara pengangkutan barang.

d. Prosedur pengangkutan bahan berbahaya dan beracun

Menurut Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725/AJ.302/DRJD/2004 pengangkutan bahan berbahaya dan beracun harus

memenuhi ketentuan sebagai berikut :


(28)

commit to user

17

2) Sebelum pelaksanaan bongkar dan muat harus dipersiapkan dan dilakukan pemerikasaan terhadap :

3) Pelaksanaan pengangkutan dilengkapi dokumen pengiriman yang memuat deskripsi bahan berbahaya yang di angkut, dan nomor telepon yang harus dimintai bantuan dalam keadaan darurat.

4) Apabila dalam pelaksanaan diketahui ada wadah atau kemasan yang rusak, maka kegiatan pengangkutan tersebut harus dihentikan.

5) Batas kecepatan maksimum 60 km/jam.

6) Setiap kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun harus mengguanakan plakat yang sesuai dengan jenis bahan berbahaya yang diangkut.

7) Setiap kemasan bahan berbahaya dan beracun harus dilengkapi marking dan label yang sesuai dengan jenis bahan berbahaya yang diangkut.

8) Pada jarak kurang dari 8 meter dari kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun dilarang merokok dan membawa korek api.

9) Untuk berhenti dalam keadaan terpaksa, awak kendaraan pengangkut bahan berbahaya harus :

a) Memasang tanda darurat yang jelas dan dapat dibaca pada jarak 50 meter. b) Mengidentifikasi lingkungan sekitar.

c) Menetapkan daerah aman.

d) Melapor kepada aparat keamanan setempat dan secepatnya menyelesaikan permasalahan.


(29)

commit to user

18

3. Pengangkutan amoniak tangki silinder,

Menurut safety officer persyaratan-persyaratan yang harus diperhatikan dalam pengangkutan amoniak, antara lain:

1) Pengecatan tabung silinder

Silinder agar dicat warna putih/alumunium, kecuali terdapat ketentuan khusus lainya.

2) Penandaan pada tabung silinder

Tanda yang permanen, ditancapkan pada leher silinder. Jika memungkinkan bersar huruf 6 mm memuat tekanan kerja spesifikasi silinder, tekanan uji, berat isi. isi air, berat kosong, nomor seri, tanda dari pemilik, bulan, dan tahun pengujian dari inspektor.

Label :

a) Semua silinder harus ditandai dengan nama kiia atau nama umum zat di dalamnya, serat simbol perusahaan jika ada, yang distensilkan/dicatkan.

b) Label tanda zat ”beracun” dengan penunjuk keselamatan harus ditempelkan 3) Pengangkutan silinder

Silinder gas sangat kuat, yang memungkinkan benda itu menehan tekanan gas dengan aman dibagian dalam, namun untuk alasan ini, silinder gas tersebut juga sangat berat. Yang terbaik mereka angkut tegak lurus di rak yang ada pada kendaraan, di tempat penyimpanan (crib) atau rangka yang bisa buka-tutup. Jika diangkut satu persatu, silinder gas tersebut harus diamankan dengan tali atau


(30)

commit to user

19

rantai guna mencegah pergerakan diruang muatan, yang bisa menyebabkan kerusakan pada silinder itu sendiri, atau terhadap barang-barang muatan lainnya. Katup peti kemas gas harus dilindungi dengan sambungan (fittings)seperti ring atau tutup. Kalau tidak, jika katup rusak, gas yang keluar dibawah tekanan mungkin menggerakkan peti kemas dengan kekuatan besar, peti kemas gas harus selalu diangkut dengan kendaraan yang terbuka dengan atmosfir sehingga kebocoran kecil bisa berhenti tanpa bahaya. Jika sejumlah kecil silinder diangkut dengan van tertutup, mesti ada ventilasi yang cukup dari ruang muatan. Gas beracun jangan pernah diangkut dengan ruang yang sama dengan pengemudi atau awak kendaraan.

Tata cara pengangkutan silinder adalah :

a) Silinder diangkut harus dengan tutup yang terpasang dengan baik.

b) Tidak boleh jatuh, dijatuhkan atau dan atau berbenturan satu dengan yang lain.

c) Silinder diangkut dalam keadaan berdiri dan diikat dengan kuat.

d) Silinder tipe botol tidak boleh diangkat dengan sling atau penjepit, untuk mengangkat harus dibuatkan alat khusus.

e) Silinder tidak boleh dipakai sebagai alat penumpu atau roll.

f) Pengangkutan dengan truk, harus tidak boleh melebihi kecepatan 40 km/jam. g) Pengankutan dalam kapal harus diletakan di atas dek, jauh dari sumber panas


(31)

commit to user

20

4) Perlengkapan keselamatan yang harus tersedia adalah gas masker pelindung pernafasan, sarung tangan karet dan sepatu karet, kacamata pelindung, dan pakaian tahan bahan kimia.

5) Penandaan kemasan amoniak (Wahyudi, 1998). Gambar 1. Penandaan Kemasan Amoniak

Keterangan :

1. 2 PE menunjukkan :

a) Seseorang harus menggunakan baju pelindung untuk seluruh badan dengan peralatan pernafasan.

b) Bahan bisa menimbulkan gangguan atau bahkan resiko peledakan. c) Bahan dapat dicairkan dengan sejumlah besar air.

d) Resiko untuk melakukan pengosongan sekeliling tempat kejadian. 2. 1005 :

Menunjukkan bahwa bahan kimia yang diangkut adalah amoniak cair.

POI SON GAS

2 PE

H AZ CH EM

U .N .

SPECI ALI ST ADV I CE

GRESI K

(0 3 1 ) 3 9 8 2 1 0 0 , 3 9 8 2 2 OO Ex t . 2 2 2 2 /1 2 2 2


(32)

commit to user

21

3. Gresik (031) 3982100, 3982200 Ext. 2222/1222

Nomor telepon PT. Petrokimia Gresik untuk diminta bantuan penanggulangan bahaya.

4. Gambar dan tulisan poison gas

Menunjukkan gas beracun yang mempunyai daya membunuh. 5. Logo

Simbol yang menunjukkan PT. Petrokimia Gresik sebagai produsen. 6) Keselamatan kerja pada pengangkutan amoniak cair

Keselamatan kerja pada pengangkutan amoniak cair adalah segala upaya untuk mewujudkan usaha pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Dalam hal ini keselamatan kerja bertujuan untuk mengamankan tenaga kerja, lingkungan sekitar, tangki amoniak cair dari resiko terjadinya pelepasan tidak sengaja dari amoniak cair akibat suatu kecelakaan.

7) Sarana keselamatan kerja

1) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Menurut Permenaker dan Transmigrasi No. Per-04/Men/1980 APAR adalah alat yang ringan mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran.


(33)

commit to user

22

2) Emergency shower dan eye wash fountain

Disediakan untuk keadaan darurat misalnya mata pekerja yang terkena/terpercik bahan iritatif dan korosi. Penempatannya harus dekat dengan tempat kerja dimana terdapat bahan kimia dan mudah dijangkau.

3) Alarm kebakaran

Menurut Kepmen PU No.02/KPTS/1995 alarm kebakaran adalah suatu sistem pengindera dan alarm dipasang pada bangunan gedung, yang dapat memberikan peringatan atau tanda pada saat awal terjaddinya suatu kebakaran.

4) Detektor kebakaran

Detektor kebakaran adalah alat untuk mendeteksi pada mula kebakaran yang dapat membangkitkan alarm pada suatu sistem.

5) Sprinkler

Sprinkler otomatis adalah suatu sistem pemancar air yang bekerja secara otomatis bilamana suhu ruangan mencapai suhu tertentu yang menyebabkan pecahnya tabung gas (gelas bulb) pada kepala sprinkler sehingga air memancar keluar ke segala arah dan merata (Soedharto, 1983).

6) Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) membuat suatu penghalang antara bahan kimia beracun dengan jalur masuk ke tubuh dan bukannya untuk mengurangi atau menghilangkan bahayanya. Karena itu alat pelindung diri tidak boleh


(34)

commit to user

23

dianggap sebagai cara pertama untuk pengendalian bahaya. Beberapa APD yang dapat digunakan oleh tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya, antara lain:

a) Alat pelindung kepala

Klasifikasi alat pelindung kepala adalah sebagai berikut : 1. Kelas A : general service

Pelindung terhadap benturan dan partikel yang beterbangan dan tahan listrik yang tidak melebihi 600 volt.

2. Kelas B : Utility service

Perlindungan terhadap benturan dan tahan listrik tegangan tinggi. 3. Kelas C : Special sevice

Terbatas pada perlindungan terhadap benturan dan tidak tahan listrik/konduktif.

4. Kelas D : Fireman service

Perlindungan terhadap benturan dan tahan listrik tidak melebihi 600 volt.

b) Alat pelindung muka

Jenis alat pelidung muka antara lain face Shield dari plastik, babitting helmet, welding Helmet.


(35)

commit to user

24 c) Alat pelindung mata

Secara umum alat pelindung mata dibagi menjadi 3 macam yaitu spectacle / kacamata, goggle, face shield

d) Alat pelindung pernafasan

Respirator pada dasarnya diklasifikasikan menurut bahaya yang dapat mempengaruhi pernafasan, yaitu bahaya kekurangan oksigen atau bahaya karena udara terkontaminasi atau kedua-duanya.

Ada 3 bentuk face piece, yaitu : 1. Full face respirator

Adalah yang dapat menutupi muka mulai dari garis rambut di dahi ke dagu dari telinga kiri sampai telinga kanan.

2. Half mask respirator

Respirator jenis ini hanya dapat melindungi mulut, hidung, dan dagu. 3. Quarter mask respirator

Respirator ini hanya dirancang untuk melindungi mulut dan hidung saja. Sedangkan bagian bawahnya, hanya menutupi bagian antara dagu dan mulut.

4. Loose fitting respirator

Respirator jenis ini dirancang untuk melindungi kepala, leher, dahi di atas bahan. Prinsip bekerjanya adalah udara yang bersih dialirkan atau dipompakan ke dalam respirator melalui selang.


(36)

commit to user

25 e) Alat pelindung tangan

Macam-macam alat pelindung tangan (Imamkhasani, 1987) : 1. Sarung tangan (gloves)

2. Mitten : sarung tangan untuk ibu jari terpisah sedangkan jari lain

menjadi satu.

3. Hand pand : untuk melindungi telapak tangan.

4. Sleeve : untuk peergelangan tangan sampai lengan, biasanya digabung dengan sarung tangan.

f) Alat pelindung kaki

Menurut Imamkhasani fungsi pelindung kaki tertimpa benda-benda berat, terbakar karena logam cair dan bahan kimia korosif, dermatiti/eksim karena zat-zat kimia, kemungkinan tersandung dan tergelincir


(37)

commit to user

26

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran

Amoniak cair

Pengangkutan amoniak

Pengawasan Pencegahan kebocoran Lokalisir Kebocoran

1. Persyaratan pengemudi 2. Persyaratan kendaraan 3. Persyaratan container


(38)

commit to user

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan tempat penelitian, penelitian ini termasuk penelitian lapangan. Berdasarkan cara pengumpulan data, penelitian ini termasuk penelitian observasional. Berdasarkan metode analisis data, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara jelas tentang keselamatan kerja terhadap pengangkutan amoniak. Berdasarkan waktu penelitian, penelitian ini termasuk penelitian cross sectional karena dilakukan pada periode waktu tertentu.

B. Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan persiapan magang yang meliputi penentuan lokasi magang, pengajuan proposal dan surat ijin ke PT. Petrokimia Gresik. Dan persiapan bahan-bahan untuk pembekalan yang dilakukan dengan mempelajari buku-buku yang terkait serta pengetahuan lain.

C. Lokasi Penelitian

Pelaksanaan magang dilakukan di PT. Petrokinia Gresik yang merupakan pabrik pupuk terlengkap dan juga bahan-bahan kimia. Penelitian dilakukan pada unit loading amoniak cair PT. Petrokimia Gresik.


(39)

commit to user

28

D. Sumber data 1. Data primer

Sumber data ini diperoleh dari observasi langsung, wawancara serta diskusi dengan karyawan dan pengemudi kendaraan pengangkut amoniak cair PT. Petrokimia Gresik.

2. Data sekunder

Sumber ini diperoleh dari PT. Petrokimia Gresik meliputi gambaran umum perusahaan, prosedur penyerahan amoniak cair, dan prosedur pengisian amoniak cair, LDKB, dsb

E. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Lapangan

Yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian yang meliputi sarana keselamatan kerja unit loading amoniak cair, pengemudi kendaraan pengangkut yang meliputi SIM umum dan SIM B3, perlengkapan keselamatan kerja dan perlengkapan penanganan kebocoran di kendaraan.

b. Wawancara

Yaitu melakukan wawancara langsung dengan beberapa karyawan dan beberapa pengemudi kendaraan pengangkut amoniak cair di PT. Petrokimia Gresik.


(40)

commit to user

29

c. Kepustakaan

Yaitu dengan membaca buku-buku kepustakaan, laporan-laporan penelitian, dan sumber-sumber lain yang dapat dijadikan referensi.

d. Dokumentasi

Dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan mempelajari dokumen-dokumen serta catatan-catatan perusahaan yang berhubungan dengan obyek yang diteliti.

F. Analisis Data

Dari semua data yang diperoleh selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan di PT. Petrokimia Gresik, data tersebut dianalisis secara deskriptif dengan pedoman dan standar yang berlaku penulis berusaha untuk merujuk pada Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. SK.725/AJ.302/DRDJ/2004 tentang Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Jalan sehingga didapatkan keselamatan kerja pada pengangkutan amoniak cair.


(41)

commit to user

30 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Salah satu unit bagian dari PT. Petrokimia adalah unit loading amoniak cair. Amoniak cair adalah salah satu bahan beracun dan berbahaya, maka diperlukan suatu penanganan khusus untuk pengangkutan amoniak cair itu sendiri.

1. Keselamatan Kerja di Unit Loading Amoniak Cair a. Prosedur Penyerahan Amoniak Cair

Terdapat prosedur tertulis penyerahan amoniak cair di unit loading. Namun prosedur ini terdapat di Bagian Pengembangan Sistem dan Prosedur PT. Petrokimia Gresik. Pelaksanaan prosedur ini sudah memadai karena instruksi didalamnya sudah dilaksanakan yaitu pemeriksaan keselamatan kerja kendaraan sebelum dan sesudah loading yang seharusnya dilakukan setiap kali kendaraan masuk dan keluar unit loading amoniak cair.

b. Prosedur Pengisian Amoniak Cair

Prosedur pengisian amoniak cair telah tersedia di unit loading amoniak cair. Namun ada beberapa karyawan tidak melaksanakan instruksi dalam prosedur.

c. Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB)

Lembar Data Keselamatan Bahan untuk amonia cair tidak tersedia di unit loading amoniak cair. LDKB mempunyai peranan penting meliputi bahan baku, bahan penolong katalis, dan produk yang dapat digunakan untuk menambah


(42)

commit to user

31

pengetahuan karyawan sehingga karyawan dapat memahami bahaya bahan kimia tersebut dan cara penanganannya.

d. Sarana Keselamatan Kerja di Unit Loading Amoniak Cair

Sarana keselamatan kerja yang terdapat di unit loading amoniak cair PT. Petrokimia Gresik antara lain APD, emergency shower dan eye wash fountain, APAR, sprinkler, poster dan tanda petunjuk, dan akses mobil PMK.

1) Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri (APD) yang tersedia di unit loading amoniak cair antara lain adalah safety shoes, sarung tangan karet, dan half mask respirator, safety helmet, full face mask respirator, baju pelindung anti bahan kimia dan breathing apparatus. Secara keseluruhan APD tersebut masih dalam keadaan yang baik. Beberapa karyawan tidak menggunakan APD yang tepat teruatama saat melakukan pengisian amoniak cair ke dalam kontainer.

2) Emergency shower and eye wash fountain

Emergency shower and eye wash fountain pada unit loading amoniak cair

mudah dijangkau yaitu jarak kurang lebih 5 meter dari instalasi tersebut berada di ketinggian kurang lebih 3 m, maka emergency shower and eye wash fountain manjadi mudah dijangkau. Kedua perlengkapan tersebut masih berfungsi dengan baik. Selain itu terdapat bak penampung air yang digunakan dalam keadaan darurat antara lain jika pekerja terkena amoniak cair di seluruh tubuhnya.


(43)

commit to user

32

3) Detektor kebakaran, alarm kebakaran, dan sprinkler

Detektor kebakaran dan alarm kebakaran belum terpasang di unit loading amoniak cair. Sedangkan sprinkler sudah terpasang di unit loading amoniak 4) APAR

APAR yang tersedia di unit loading amonia cair adalah sebanyak 2 buah dengan jenis yang berbeda yaitu dry chemichal powder (DCP) dan halon (BCF). 5) Poster dan Tanda Bahaya

Pada area unit loading amoniak cair terdapat 2 buah poster larangan merokok, 1 poster tanda bahaya amoniak cair dan, 1 buah poster himbauan penggunaan APD.

6) Akses mobil PMK

Akses mobil PMK tersedia dan sifatnya memadai sehingga sewaktu-waktu terjadi kebakaran di unit loading amonia cair dengan mudah dijangkau oleh mobil PMK.

2. Keselamatan Kerja pada Pengangkutan Amoniak Cair a. Persyaratan Kendaraan Pengangkut

Persyaratan kendaraan pengangkut amonia cair adalah buku keur, LDKB, penandaan, lampu tanda bahaya, segitiga pengaman, dongkrak, lampu senter, ganjal roda.


(44)

commit to user

33 b. Persyaratan Pengemudi

Persyaratan pengemudi kendaraan pengangkut amonia cair adalah SIM umum, SIM B3, pelatihan, pengetahuan. Hal ini sedah dipenuhi oleh para pengemudi kendaraan B3. masa berlaku SIM B3 adalah 1 tahun, jika habis masa berlakunya maka harus diperpanjang lagi. Bagi yang belum mendapatkan SIM B3 atau pengemudi baru maka harus mengikuti pelatihan dari PT. Petrokimia Gresik untuk mendapatkan pengetahuan tentang B3 tersebut.

c. Persyaratan Container

Sebelum amoniak cair diangkut dari PT. Petrokimia Gresik perlu dilakukan pemeriksaan keselamatan kerja pada tangkinya yaitu pemeriksaan sebelum dan sesudah loading amonia cair. Pemeriksaan itu meliputi shell atau head, nozzle, manhole, valve gas, venting, sambungan las dan isolasi, cat segel, turn blake, hammer test, baut MH, flange BV, dan tanda peringatan. Dalam hal ini PT. Petrokimia sudah melakukan semua pemeriksaan tersebut sebelum dan sesudah pengisian.

3. Penyediaan Perlengakapan Pengamanan Kebocoran a. Perlengkapan keselamatan kerja

Perlengkapan keselamatan kerja yang wajib tersedia di kendaraan pengangkut amonia cair adalah sebagai berikut safety Head, face shield / Hood Respirator, baju tahan asam, sarung tangan karet, half mask dengan cartridge acid, sepatu karet, kotak P3K dengan isinya, APAR (Dry Chemichal Powder) 15 L.


(45)

commit to user

34 b. Perlengakapan penanganan kebocoran

Penyediaan perlengakapan penanganan kebocoran di kendaraan pengangkut amonia cair adalah air bersih, karung goni, kapur tohor.

B. Pembahasan

1. Keselamatan kerja di unit loading amonia cair

a) Prosedur penyerahan amoniak cair di unit loading amoniak cair diatur dalam Prosedur Penyerahan amoniak nomor dokumen PR-02-0122 yang diterbitkan pada tahun 2002. Hal ini telah sesuai dengan kepmenaker No. Kep. 187/ MEN / 1999 pasal 16 ayat (1) huruf c . Dokumen pengendalian potensi bahaya besar tersebut selanjutnya dijelaskan dalan Kepmenaker No. Kep 187 / MEN / 1999 pasal 19 ayat (1) huruf b dan c .

b) Tidak tersedianya LDKB pada unit loading amoniak tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP. 187/MEN/1999 bab II.

c) APD yang tersedia sudah memadai dan sesuai dengan jumlah karyawan. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No.1 Tahun 1970.

d) Emergency shower dan eye wash fountain dan bak penampung yang tersedia di

unit loading amoniak mudah di jangkau. Kondisi perlengkapan tersebut masih baik dan terawat. Emergency shower dan eye wash fountain harus disediakan di tempat dimana kecelakaan mungkin terjadi .


(46)

commit to user

35

e) Detektor kebakaran dan alarm kebakaran belum terpasang pada unit loading amoniak, tidak tersedianya kedua perlengkapan tersebut tidak sesuai dengan Kepmenaker RI No. Kep. 187 / MEN / 1999 pasal 2 ayat (2) huruf b.

f) Pengadaan poster dan tanda bahaya di unit loading sudah memadai, karena sesungguhnya pengusaha wajib memberikan informasi mengenai bahan berbahaya dan tindakan yang aman bagi tenaga kerja.

g) Jalan masuk dan keluar di unit loading memadai untuk akses mobil PMK. Sehingga sewaktu-waktu bila terjadi kebocoran, kebakaran atau peledakan di unit loading maka dapat dengan mudah dijangkau.

2. Keselamatan kerja pada pengangkutanamoniakcair

a) Buku keur harus tersedia pada kendaraan pengangkut amoniak cair. Hal ini telah sesuai dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725 / AJ.302 / DRDJ / 2004 pasal 4 ayat (2) dan pasal 8. Pasal 4 ayat (2) .

b) LDKB tersedia pada kendaraan, hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2001 pasal 12.

c) Penandaan tangki amoniak cair sudah memadai, baik dilihat dari tanda bahayanya, cat pada tangki, peringatan yang tertulis pada tangki. Hal ini sudah sesuai dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725 / AJ.302 / DRDJ / 2004.

d) Lampu tanda bahaya, segitiga pengaman, dongkrak dan ganjal roda telah terdapat pada sebagian besar dari kendaraan. Seluruh perlengkapan tersebut sudah sesuai


(47)

commit to user

36

dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat no. SK.725/ AJ.302 / DRJD / 2004 pasal 4 ayat (3) huruf b, e, f, dan m.

e) Persyaratan umum bagi pengemudi kendaraan pengangkut B3 adalah mempunyai SIM umum, SIM B3, pengetahuan tentang B3, dan pelatihan. Ini telah sesuai dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. SK.725 / AJ.302 / DRDJ / 2004 pasal 9 ayat (2) huruf (a) dan ayat (5). Pasal 9 ayat (2)

f) Pengetahuan tentang amoniak khususnya amoniak cair, sebagian dari pengemudi belum paham tentang penggunaan tanda dan simbol yang tercantum pada tangki amonia cair. Hal ini belum sesuai dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725 / AJ.302 / DRJD / 2004 pasal 9 ayat (3) huruf a, b, dan d.

g) Pemeriksaan keselamatan kerja pada kendaraaan dilakukan oleh Staf Inspeksi Teknik Pabrik I- Biro Inspeksi Teknik, pemeriksaan dilakukan setiap kendaraan akan atau setelah loading. Ini telah sesuai dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725 / AJ.302 / DRJD / 2004 pasal 24 ayat (1) huruf b.

h) Kecepatan pengemudi saat mengendarai kendaraan pengangkut amoniak cair telah sesuai, yaitu kecepatan maksimal yang dilakukan adalah 60 km/jam. Hal ini telah sesuai dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725 / AJ.302 / DRDJ / 2004 pasal 24 ayat (1) huruf i.

i) Pengemudi tidak merokok saat mengangkut amoniak cair, hal ini telah sesuai dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725 / AJ.302 / DRJD / 2004 pasal 30.


(48)

commit to user

37

3. Penyediaan pengamananan kebocoran di kendaraan pengangkut amoniak cair a) Penyediaan alat pelindung yang tepat sudah memadai, hal ini sudah sesuai dengan

Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725 / AJ.302 / DRDJ / 2004.

b) Penyediaan karung goni, air bersih di kendaraan pengangkut amoniak cair di PT. Petrokimia Gresik belum memadai. Jumlah air bersih dan karung goni yang ditentukan di lembar check list adalah 40 liter dan 2 buah karung goni. Sedangangkan penyediaan kapur tohor sudah memadai.


(49)

commit to user BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian di unit loading PT. Petrokimia, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. PT. Petrokimia sebagian telah menerapkan keselamatan kerja pada pengangkutan amoniak cair sesuai dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. SK.725/AJ.302/DRDJ/2004 tentang Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Jalan.

2. Dengan penerapan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. SK.725/AJ.302/DRDJ/2004 akan memberikaan upaya pencegahan kecelakaan sehingga didapatkan keselamatan kerja pada pengangkutannya.

3. Adapun upaya pencegahan kecelakaan yang dilakukan antara lain dengan pengawasan safety carrier, pencegahan kebocoran, inspeksi tangki silinder selama 5 tahun sekali, dan lokalisir kebocoran.

B. Saran

1. Sebaiknya disediakan prosedur penyerahan amoniak di unit loading amonia cair di PT. Petrokimia Gresik. Serta prosedur pengisian amonia cair sebaiknya diletakkan di tempat yang mudah dilihat oleh karyawan dan pengemudi. 2. Sebaiknya LDKB disediakan pada unit loading amoniak cair agar karyawan

dapat dipahami oleh karyawan tentang bahan dan cara penanganannya.


(50)

commit to user

3. Sarana keselamatan kerja di unit loading amoniak cair sebaiknya perlu dilengkapi dengan detektor dan alarm kebakaran. Detektor dan alarm kebakaran sangat penting untuk mendeteksi kebakaran.

4. Sebaiknya pengemudi diberikan pengetahuan dan pelatihan yang lebih banyak lagi tentang bahan berbahaya dan beracun yang diangkutnya baik waktu pertama kali pelatihan maupun secara berkala.

5. Kesadaran pengawasan terhadap penggunaan APD dengan tepat perlu ditingkatkan demi menjaga kesehatan dan keselamatan kerja karyawan.

6. Jumlah air dan karung goni sebaiknya ditambah sesuai dengan ketentuan yang diberikan.


(1)

commit to user b. Perlengakapan penanganan kebocoran

Penyediaan perlengakapan penanganan kebocoran di kendaraan pengangkut amonia cair adalah air bersih, karung goni, kapur tohor.

B. Pembahasan

1. Keselamatan kerja di unit loading amonia cair

a) Prosedur penyerahan amoniak cair di unit loading amoniak cair diatur dalam Prosedur Penyerahan amoniak nomor dokumen PR-02-0122 yang diterbitkan pada tahun 2002. Hal ini telah sesuai dengan kepmenaker No. Kep. 187/ MEN / 1999 pasal 16 ayat (1) huruf c . Dokumen pengendalian potensi bahaya besar tersebut selanjutnya dijelaskan dalan Kepmenaker No. Kep 187 / MEN / 1999 pasal 19 ayat (1) huruf b dan c .

b) Tidak tersedianya LDKB pada unit loading amoniak tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP. 187/MEN/1999 bab II.

c) APD yang tersedia sudah memadai dan sesuai dengan jumlah karyawan. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No.1 Tahun 1970.

d) Emergency shower dan eye wash fountain dan bak penampung yang tersedia di unit loading amoniak mudah di jangkau. Kondisi perlengkapan tersebut masih baik dan terawat. Emergency shower dan eye wash fountain harus disediakan di tempat dimana kecelakaan mungkin terjadi .


(2)

commit to user

e) Detektor kebakaran dan alarm kebakaran belum terpasang pada unit loading amoniak, tidak tersedianya kedua perlengkapan tersebut tidak sesuai dengan Kepmenaker RI No. Kep. 187 / MEN / 1999 pasal 2 ayat (2) huruf b.

f) Pengadaan poster dan tanda bahaya di unit loading sudah memadai, karena sesungguhnya pengusaha wajib memberikan informasi mengenai bahan berbahaya dan tindakan yang aman bagi tenaga kerja.

g) Jalan masuk dan keluar di unit loading memadai untuk akses mobil PMK. Sehingga sewaktu-waktu bila terjadi kebocoran, kebakaran atau peledakan di unit loading maka dapat dengan mudah dijangkau.

2. Keselamatan kerja pada pengangkutan amoniak cair

a) Buku keur harus tersedia pada kendaraan pengangkut amoniak cair. Hal ini telah sesuai dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725 / AJ.302 / DRDJ / 2004 pasal 4 ayat (2) dan pasal 8. Pasal 4 ayat (2) .

b) LDKB tersedia pada kendaraan, hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2001 pasal 12.

c) Penandaan tangki amoniak cair sudah memadai, baik dilihat dari tanda bahayanya, cat pada tangki, peringatan yang tertulis pada tangki. Hal ini sudah sesuai dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725 / AJ.302 / DRDJ / 2004.

d) Lampu tanda bahaya, segitiga pengaman, dongkrak dan ganjal roda telah terdapat pada sebagian besar dari kendaraan. Seluruh perlengkapan tersebut sudah sesuai


(3)

commit to user

dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat no. SK.725/ AJ.302 / DRJD / 2004 pasal 4 ayat (3) huruf b, e, f, dan m.

e) Persyaratan umum bagi pengemudi kendaraan pengangkut B3 adalah mempunyai SIM umum, SIM B3, pengetahuan tentang B3, dan pelatihan. Ini telah sesuai dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. SK.725 / AJ.302 / DRDJ / 2004 pasal 9 ayat (2) huruf (a) dan ayat (5). Pasal 9 ayat (2)

f) Pengetahuan tentang amoniak khususnya amoniak cair, sebagian dari pengemudi belum paham tentang penggunaan tanda dan simbol yang tercantum pada tangki amonia cair. Hal ini belum sesuai dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725 / AJ.302 / DRJD / 2004 pasal 9 ayat (3) huruf a, b, dan d.

g) Pemeriksaan keselamatan kerja pada kendaraaan dilakukan oleh Staf Inspeksi Teknik Pabrik I- Biro Inspeksi Teknik, pemeriksaan dilakukan setiap kendaraan akan atau setelah loading. Ini telah sesuai dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725 / AJ.302 / DRJD / 2004 pasal 24 ayat (1) huruf b.

h) Kecepatan pengemudi saat mengendarai kendaraan pengangkut amoniak cair telah sesuai, yaitu kecepatan maksimal yang dilakukan adalah 60 km/jam. Hal ini telah sesuai dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725 / AJ.302 / DRDJ / 2004 pasal 24 ayat (1) huruf i.

i) Pengemudi tidak merokok saat mengangkut amoniak cair, hal ini telah sesuai dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725 / AJ.302 / DRJD / 2004 pasal 30.


(4)

commit to user

3. Penyediaan pengamananan kebocoran di kendaraan pengangkut amoniak cair a) Penyediaan alat pelindung yang tepat sudah memadai, hal ini sudah sesuai dengan

Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725 / AJ.302 / DRDJ / 2004.

b) Penyediaan karung goni, air bersih di kendaraan pengangkut amoniak cair di PT. Petrokimia Gresik belum memadai. Jumlah air bersih dan karung goni yang ditentukan di lembar check list adalah 40 liter dan 2 buah karung goni. Sedangangkan penyediaan kapur tohor sudah memadai.


(5)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian di unit loading PT. Petrokimia, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. PT. Petrokimia sebagian telah menerapkan keselamatan kerja pada

pengangkutan amoniak cair sesuai dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. SK.725/AJ.302/DRDJ/2004 tentang Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Jalan.

2. Dengan penerapan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.

SK.725/AJ.302/DRDJ/2004 akan memberikaan upaya pencegahan kecelakaan sehingga didapatkan keselamatan kerja pada pengangkutannya.

3. Adapun upaya pencegahan kecelakaan yang dilakukan antara lain dengan

pengawasan safety carrier, pencegahan kebocoran, inspeksi tangki silinder selama 5 tahun sekali, dan lokalisir kebocoran.

B. Saran

1. Sebaiknya disediakan prosedur penyerahan amoniak di unit loading amonia cair di PT. Petrokimia Gresik. Serta prosedur pengisian amonia cair sebaiknya diletakkan di tempat yang mudah dilihat oleh karyawan dan pengemudi. 2. Sebaiknya LDKB disediakan pada unit loading amoniak cair agar karyawan


(6)

commit to user

3. Sarana keselamatan kerja di unit loading amoniak cair sebaiknya perlu

dilengkapi dengan detektor dan alarm kebakaran. Detektor dan alarm kebakaran sangat penting untuk mendeteksi kebakaran.

4. Sebaiknya pengemudi diberikan pengetahuan dan pelatihan yang lebih banyak lagi tentang bahan berbahaya dan beracun yang diangkutnya baik waktu pertama kali pelatihan maupun secara berkala.

5. Kesadaran pengawasan terhadap penggunaan APD dengan tepat perlu

ditingkatkan demi menjaga kesehatan dan keselamatan kerja karyawan. 6. Jumlah air dan karung goni sebaiknya ditambah sesuai dengan ketentuan yang