Strategi pengembangan peternakan dalam rangka meningkatakan peransub sektor peternakaan di Kabupaten Bengkalis

STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN DALAM RANGKA
MENINGKATKAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN
Dl KABUPATEN BENGKALIS

ZUL AMRY BAHAR

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHlR
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir berjudul "Strategi
Pengembangan Peternakan Dalam Rangka Meningkatkan Peran Sub Sektor
Peternakan Di Kabupaten Bengkalis", adalah karya sendiri dan belum pernah
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data
dan informasi yang dikutip dari karya yang diterbitkan rnaupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicanturnkan dalam daftar
pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor,


Agustus 2006

ZUL AMRY BAHAR
NIM. A1 53024165

ABSTRAK
ZUL AMRY BAHAR. Strategi Pengembangan Peternakan Dalam Rangka
Meningkatkan Peran Sub SeMor Peternakan di Kabupaten Bengkalis. Dibimbing
oleh YUSMAN SYAUKAT dan SRI HARTOYO.
Pembangunan peternakan berperan sebagai penyedia protein hewani,
penyedia bahan baku industri, penyerapan tenaga kerja dan investasi,
pendorong pemerataan dan pertumbuhan serta pemicu dinamika ekonomi di
pedesaan. Dengan melihat peranan yang cukup potensial tersebut, selayaknyalah
peranan tersebut dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat.
Tujuan umum kajian ini adalah merumuskan strategi pengembangan
peternakan dan menvusun .Droaram
oembanaunan Deternakan untuk
keningkatkan peran subsektor peternakan d/ ~abupaten~engkalis.
Sedangkan tujuan khusus kajian ini adalah untuk:

1. ~ e n g e t a h ijenis-dan
i
populasi ternak, serta mengestimasi tingkat produksi
ternak dan permintaan produk peternakan di Kabupaten Bengkalis.
2. Mengidentifikasi pola usaha peternakan masyarakat, dan menganalisis
kelayakan usaha masing-masing komoditas ternak di Kabupaten Bengkalis.
3. Mengestimasi kontribusi subsektor peternakan terhadap PDRB Kabupaten
Bengkalis.
4. Merumuskan strategi pengembangan peternakan dan menyusun program
dalam rangka mengimplementasikanstrategi.
Sasaran penelitian adalah usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis,
pengambilan sampel dilakukan dengan metode Stratified Random Sampling
Technique dengan responden sebanyak 175 orang petani ternak. Sedangkan
untuk penentuan kekuatan pengendali untuk penentuan strategi dilakukan
dengan metode Purposive Sampling, masing-masing sebanyak 11 orang
responden yang dianggap ahli.
Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis usaha (NPV, IRR, BIC), IFE, EFE, SWOT dan QSPM.
Dari hasil kajian diketahui kepadatan ternak 50,19 ST11000 penduduk.
Produksi daging telah dapat memenuhi 76,49% kebutuhan standar gizi,

sedangkan produksi telur hanya 25,41%. Pola usaha peternakan yang
dilaksanakan pada umurnnya masih usaha sampingan. Nilai NPV, IRR dan BIC
masing-masing ternak adalah: sapi 803.050, 12,19% dan 1,03, kerbau 1.965.002,
15,08% dan 1,06, kambing 360.856, 15,79% dan 1,06, babi 858.449, 24,03% dan
1,08, ayam buras 955.864, 48,03% dan 1,23, ayam pedaging 5.419.638, 37,89%
dan 1,07, dan itik 3.391.256,40,38% dan 1,06.
Perananan sub sektor peternakan dalam perekonomian di Kabupaten
Bengkalis belurn begitu menonjol, terlihat dari kontribusi terhadap PDRB
Pertanianselama periode 2000-2004 sebesar 5,28%, dengan rata-rata tingkat
pertumbuhan 5,16% per tahun.
Dari analisis SWOT dan QSPM diperoleh strategi prioritas untuk
pengembangan petemakan di Kabupaten Bengkalis diiaksanakan melalui strategi
Pembinaan dan pengembangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak
secara intensif. Untuk mengimplementasikanstrategi tersebut, dilakukan melalui:
1. Program Penjaminan Kredit Usaha Peternakan melalui Pola Bagi Hasil;
2. Program Pembinaan dan Pendampingan Usaha Petemakan;
3. Program Pengembangan Pusat Pemasaran dan Pengolahan Hasil Petemakan.

O Hak cipta milik lnstitut Pertanian Bogor, tahun 2006
Hak cipta dilindungi


Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
lnstitut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya.

STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN DALAM RANGKA
MENINGKATKAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN
Dl KABUPATEN BENGKALIS

ZUL AMRY BAHAR

Tugas Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional pada
Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006


Judul Tugas Akhir

: Strategi Pengembangan Peternakan Dalam Rangka
IWeningkatkan Peran Sub Sektor Peternakan Di
Kabupaten Bengkalis

Nama

: Zul Amry Bahar

Disetujui,
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sri Hartovo, NIS
Anggota

Dr. Ir. Yusman Svaukat. MEc
Ketua

Diketahui,


Ketua Program Studi Manajemen
Pembangunan Daerah

Dekan Sekolah Pascasarjana

@fld
Dr. Ir. Yusman Svaukat, MEc
-

Tanggal Ujian : 31 Agustus 2006

Tanggal Lulus

PRAKATA
Syukur Alharndulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SVVT, karena atas
rahrnat dan kamnia-Nya penulis dapat rnenyelesaikan penulisan laporan kajian
pernbangunan daerah yang berjudul "Strategi Pengembangan Peternakan Dalarn
Rangka Meningkatkan Peran Sub Sektor Peternakan di Kabupaten Bengkalis".
Tulisan ini rne~pakansalah satu syarat untuk rnenyelesaikan pendidikan pada

Program Studi Manajernen Pernbangunan Daerah Sekolah Pascasarjana lnstitut
Pertanian Bogor.
Dalarn proses penyelesaian tulisan ini, penulis banyak rnendapat bantuan,
dukungan, serta kemudahan dalarn rnernperoleh informasi dan rnasukan-rnasukan
dari berbagai pihak, rnaka pada kesernpatan ini penulis rnenyarnpaikan ucapan
tenrna kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhorrnat :
1. Pernerintah Kabupaten Bengkalis yang telah rnernbenkan kesernpatan kepada
penulis untuk rnelanjutkan pendidikan pada Program Studi Manajernen
Pernbangunan Daerah Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor.
2. Komisi Pernbirnbing yakni Bapak Dr. Ir. Yusrnan Syaukat, M.Ec selaku Ketua
dan Bapak Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS selaku anggota, atas kesediaannya
rneluangkan waktu untuk rnernberikan arahan, bimbingan, saran dan dorongan
yang sangat berharga dalarn rnenyelesaikan tulisan ini.

3. Bapak Dr. Ir. Khairil Notodiputro, MS, Dekan Sekolah Pascasarjana lnstitut
Pertanian Bogor.
4. Bapak Dr. Ir. Lala M Kolopaking, MS, Ketua Departernen Sosial Ekonorni

Pertanian lnstitut Pertanian Bogor.


5. Bapak Ir. Fredian Tonny, MS dan Bapak Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec selaku
dosen rnata kuliah Metodologi Kajian Pernbangunan Daerah yang telah

memberikan teori dan petunjuk dalam tata-cara penulisan laporan kajian
pembangunan daerah.
6. Ketua Program, para Dosen dan seluruh StafIKaryawan Program Studi
Manajemen Pembangunan Daerah Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian
Bogor.
7. Fakultas Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Qasim, Dinas
Petemakan Propinsi Riau, BAPPEDA Kabupaten Bengkalis, Dinas Pertanian
dan Peternakan Kabupaten Bengkalis, Karantina Hewan Wilayah Kerja
Bengkalis dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis atas data,
informasi, dan masukan-masukan yang diberikan.

8. Kedua orang tua, abang dan adik-adik, serta isteri dan anak tercinta yang
senantiasa memberikan bantuan dan dorongan serta doa dan kasih sayangnya
secara tulus ikhlas.
9. Rekan-rekan mahasiswa MPD Kelas Khusus Pernkab Bengkalis tempat

berbagi suka, duka, dan inspirasi baik dalam proses perkuliahan maupun

dalam penyelesaian tulisan ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, ha1 ini dikarenakari
keterbatasan pengetahuan penulis dalam penerapan teknik penulisan dan
pengungkapan substdnsinya, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan
masukan-masukatl demi kesempurnaan di masa yang akan datang.
Semoga tulisan ini bermanfaaat dan semoga berkah Allah bersama kita
semua. Aamiin.
Bogor,

Agustus 2006

Penulis dilahirkan di Durnai pada tanggal 3 Pebruari 1969 dari ayah
H. Bahar lbrahirn dan ibu Hj. Halifah. Penulis rnerupakan anak kedua dari lirna
bersaudara.
Pendidikan Sekolah Dasar diternpuh di SD Negeri No. 9 Durnai lulus pada
tahun 1981, Sekolah Menengah Pertarna di SMP Negeri Karang Anyar Durnai
lulus pada tahun 1984, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Dumai
lulus pada tahun 1987. Pendidikan Sarjana diternpuh di Fakultas Peternakan
Universitas Andalas Padang Jurusan Produksi Ternak lulus pada tahun 1992.
Penulis bekerja pada Pernerintah Kabupaten Bengkalis sejak tahun 1998.

Pada tahun 2003 diberikan kesernpatan untuk rnelanjutkan pendidikan atas biaya
Pernerintah Kabupaten Bengkalis pada Program Studi Manajernen Pernbangunan
Daerah Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor.
Pada bulan September 2005 penulis rnenikah dengan Mahda Fransiska,
dari pernikahan tersebut dikaruniai 1 (satu) orang putra bernarna Zechrya
Mezantika Zufran (1 bulan).

DAFTAR IS1
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
I.

PENDAHULUAN ..................................................................................
1.1. Latar Belakang .............................................................................
1.2. Perumusan Masalah ....................................................................
1.3 Tujuan dan Manfaat .....................................................................
1.3.1. Tujuan Kajian ...................................................................
1.3.2. Manfaat Kajian .................................................................


.

II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.

....................................................................

Keterkaitan Sub sektor Peternakan .............................................
Wilayah Pengembangan Peternakan ...........................................
Keputusan Strategis .....................................................................
lkhtisar .........................................................................................

.

Ill METODOLOGI KAJIAN .....................................................................
..
3.1. Kerangka Pemrklran .....................................................................
3.2. Lokasi dan Waktu Kajian ..............................................................
..
3.3. Metode Penelrt~an ........................................................................
3.3.1. Sasaran Penelitian dan Teknik Sampling .........................
3.3.2. Metode Pengumpulan Data ...............................................
3.3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ..............................
3.4. Metode Perancangan Program ....................................................

.

IV KOldDISI UMUM KABUPATEN BENGKALIS ....................................
4.1.
4.2
4.3.
4.4.
V

.

. .

Kondis~W~layah ...........................................................................
Kependudukan .............................................................................
Kondisi Perekonomian .................................................................
lkhtisar .........................................................................................

PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN
Dl KABUPATEN BENGKALlS .............................................................
5.1. Produksi dan Kebutuhan Ternak ...................................................
5.1 .1. Jenis dan Populasi Ternak ...............................................
5.1.2. Produksi Ternak Kabupaten Bengkalis .............................
5.1.3. Konsumsi dan Kebutuhan Standar Gizi ............................
5.1.4. Kebutuhan Ternak di Kabupten Bengkalis ........................
5.2. Kontribusi Sub Sektor Peternakan ...............................................
5.3. Program Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bengkalis .......
5.3. lkhtisar .........................................................................................

VI

.

KARAKTERISTIK USAHA PETERNAKAN
Dl KABUPATEN BENGKALIS .............................................................

6.1.
6.2.
6.3.
6.4.

Tingkat Pendidikan Peternak di Kabupaten Bengkalis ..................
Pola Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis .........................
Kelayakan Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis ................
lkhtisar .........................................................................................

.

VII PENENTUAN DAN PENETAPAN STRATEGI
PENGEMBANGAN PETERNAKAN .....................................................
7.1. Faktor-Faktor Strategis dalam Pengembangan Peternakan
di Kabupaten Bengkalis ...............................................................
7.1 .1. Faktor Strategis Internal ...................................................
7.1.2. FaMor Strategis Eksternal ................................................
7.2. Evaluasi Faktor-Faktor Strategis ..................................................
7.3. Matriks Internal Eksternal .............................................................
. .
7.4. Analists SWOT .............................................................................
7.5. Rekomendasi Prioritas Strategi ....................................................
7.6. lkhtisar .........................................................................................

.

VIII RANCANGAN PROGRAM PENGEMBANGAN PETERNAKAN ..........
8.1. Pendekatan Perancangan Program .............................................
8.2. Usulan Rancangan Program Pengembangan Peternakan di
Kabupaten Bengkalis ...................................................................
8.2.1. Program Penjaminan Kredit Usaha Peternakan
melalui Pola Bagi Hasil .....................................................
8.2.2. Program Pembinaan dan Pendampingan Usaha
. . Peternakan .....................................................................
8.2.3. Program Pengembangan Pusat Pemasaran Hasil
Peternakan .......................................................................
8.3. Pengendalin dan Pengawasan .....................................................

.

IX KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KE~IJAKAN .....................................
9.1. Kesimpulan ..................................................................................
9.2. lmplikasi Kebijakan ......................................................................
D A H A R PUSTAKA ....................................................................................

LAI~IP~RAN
..................................................................................................

DAFTAR TABEL
Tabel

I. Jurnah Sarnpel Rurnah Tangga Peternak Berdasarkan
Kornoditas .....................................................................................

Tabel 2. Data dan lnformasi Kajian Pernbangunan Daerah rnenurut
Variabel, Jenis, Surnber, serta Metode Pengurnpulan,
..
Pengolahan dan Anallsls ..............................................................
'

Tabel 3. Matriks Strategi SWOT ..........................................................
Tabel 4. Luas Wilayah, Jurnlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Menurut Kecarnatan di Kabupaten Bengkalis Tahun 2004 .........
Tabel 5. Perturnbuhan PDRB Kabupaten Bengkalis Menurut Sektor
Tahun 2001-2004(%) ..............................................................
Tabel 6. Kontribusi Masing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten
Bengkalis Tahun 2000-2004(%) .............................................
Tabel 7. Populasi Ternak di Kabupaten Bengkalis Tahun 2001 - 2005
(SatuamTernak - ST) ..............................................................
Tabel 8. Kepadatan Ekonorni Ternak per kecarnatan di Kabupaten
Bengkalis Tahun 2005 (ST/1000penduduk) ...........................
Tabel 9. Produksi Daging di Kabupten Bengkalis Tahun 2001 sarnpai
dengan 2005 ................................................................................
Tabel 10. Produksi Telur di Kabupaten Bengkalis Tahun 2001-2005 .........
Tabel 11. Tingkat Konsurnsi Daging di Kabupaten Bengkalis Tahun

2001 -2005 ..............................................................................

Tabel 12. Produksi dan Kebutuhan Daging di Kabupaten Bengkalis
Tahun 2005 ..................................................................................
Tabel 13. Produksi dan Kebutuhan Telur di Kabupaten Bengkalis Tahun

2005 .............................................................................................

Tabel 14. Kebutuhan Ternak di Kabupaten Bengkalis Tahun 2005 ..............

36

Tabel 15. Kontribusi Masing-masing Sub Sektor Terhadap PDRB
Pertanian di Kabupaten Bengkalis Tahun 2000-2004(%) .............

37

Tabel 16. Laju Perturnbuhan Masing-masing Sub Sektor dalarn Sektor
Pertanian di Kabupaten Bengkalis Tahun 2000-2004(%) .............

38

Tabel 17.Jurnlah Penyebaran dan Pengembangan Ternak di Kabupaten
Bengkalis Tahun 2000-2004 .........................................................

39

Tabel 18. Latar Belakang Pendidikan Peternak Responden ........................
Tabel 19. Penguasaan Sapta Usaha Peternakan Peternak Responden
Tabel 20. Rata-Rata Kepemilikan Ternak pada Rumah Tangga
Peternak Responden ..............................................................
Tabel 21. Kelayakan Usaha pada Usaha Peternakan Responden ..........
Tabel 22. Matrik IFE Pengembangan Usaha Peternakan di Kabupaten
Bengkalis ................................................................................
Tabel 23. Matrik EFE Pengembangan Usaha Peternakan di Kabupaten
Bengkalis ...............................................................................
Tabel 24. Alternatif Strategi Pengembangan Peternakan di Kabupaten
Bengkalis .....................................................................................
Tabel 25. Total Nilai Daya Tarik (TNDT) Alternatif Strategi Pengembangan
Petemakan di Kabupaten Bengkalis ...............................................

DAFTAR GAMBAR

.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Peternakan
Dalam Rangka Meningkatkan Peran Sub sektor Peternakan
di Kabupaten Bengkalis .............................................................

15

..................................................

20

Gambar 2. Matrik Internal-Eksternal (I-E)

Gambar 3. Alur Proses Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) .........

23

Gambar4. Matriks I-E untuk Pengembangan Usaha Peternakan di
Kabupaten Bengkalis .................................................................

66

DAFTAR LAMPIRAN
Larnpiran 1. PDRB Kabupaten Bengkalis Atas Dasar Harga Konstan
2000 Menurut Sektor 2001-2005 (Jutaan Rupiah) ...............
Larnpiran 2. PDRB Kabupaten Bengkalis Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Sektor 2000-2004 (Jutaan Rupiah) ........................
Larnpiran 3. Luas Wilayah dan Jumlah DesalKelurahan Menurut
Kecamatan di Kabupaten Bengkalis .......................................
Larnpiran 4. Populasi Ternak di Kabupaten Bengkalis Tahun 2001 sld
2005 ......................................................,................................
Larnpiran 5. Populasi Ternak Kabupaten Bengkalis Tahun 2005 per
Kecamatan (Ekor) ..................................................................
Larnpiran 6. Rasio Populasi untuk Setiap Jenis Ternak (%)

.......................

Larnpiran 7. Nilai Konversi Satuan Ternak (ST) Setiap Jenis Ternak

.........

Larnpiran 8. Jumlah Rurnah Tangga Peternakan per kecamatan di
Kabupaten Bengkalis Tahun 2004 ..........................................
Larnpiran 9. Stratifikasi Daerah Sampling Berdasarkan Kepadatan
Ekonomi Ternak .........................................................................
Larnpiran 10. Tingkat Pendidikan dan Jumlah Kepernilikan Ternak pada
175 Rumah Tangga Peternak Responden .............................
Lainpiran 1I.Rekapitulasi Penerimaan dan Biaya per Ekor Ternak Sapi

.

Lampiran 12. Rekapitulasi Penerimaan dan Biaya per Ekor Ternak
Kerbau ................. ................ ..............................................
Lampiran 13. Rekapitulasi Penerimaan dan Biaya per Ekor Ternak
Kambing .................................................................................

-

Larnpiran 14. Rekapitulasi Penerimaan dan Biaya per Ekor Ternak Babi

........

Larnpiran 15. Rekapitulasi Penerimaan Dan Biaya per Ekor Ayam Buras

.......

Lampiran 16. Rekapitulasi Penerimaan Dan Biaya per Ekor Ayam
Pedaging .. ..............................................................................
Larnpiran 17. Rekapitulasi Penerimaan Dan Biaya per Ekor Ternak ltik

.......

Larnpiran 18. Analisis Usaha Ternak Sapi Rata-Rata Kepemilikan 6
Ekor .......................................................................................

Lampiran 19. Analisis Usaha Ternak Kerbau Rata-Rata Kepemilikan 7
Ekor .......................................................................................

97

Lampiran 20. Analisis Usaha Ternak Kambing Rata-Rata Kepemilikan
13 Ekor ...................................................................................

97

Lampiran 21. Analisis Usaha Ternak Babi Rata-Rata Kepemiiikan 18
Ekor .......................................................................................

98

Lampiran 22. Tabel Analisis Usaha Ayam Buras Rata-Rata Kepemilikan
18Ekor .......................................................................................

98

Lampiran 23. Analisis Usaha Ternak Ayam Pedaging 6 siklus dalam 1
Tahun Rata-Rata Kepemilikan 872 Ekor per Siklus ................... 99
Lampiran 24. Analisis Usaha Ternak ltik Rata-Rata Kepemilikan 213
Ekor ...........................................................................................

99

Lampiran 25. Skala Minimal Usaha Peternakan ......................................... 100
Lampiran 26. Penentuan Kekuatan dan Kelemahan Faktor Strategis
Internal dalam Pengembangan Usaha Peternakan dari 11
Responden ........ .....................................................................

100

Lampiran 27. Penentuan Bobot Faktor Strategis lnternal dalam
Pengembangan Usaha Peternakan dari 11 ~esponden......... 101
Lampiran28. Hasil Perhitungan Rating Faktor Kekuatan dari 11
Responden ............................................................................

101

Lampiran 29. Hasil Perhitungan Rating Faktor Kelemahan dari 11
Responden .........................................................................

101

Lampiran 30. Hasil Perhitungdn lntemal Factor Evaluation Pengembangan
Usaha Peternakan di kabupaten Bengkalis .............................. 102

-

Lampiran31. Penentuan Peluarig dan Ancaman Faktor Strategis
Eksternal dalam Phhgembangan Usaha Peternakan dari
11 Responden ...................................................................... 102
Lampiran 32. Penentuan Bobot Faktor Strategis Eksternal dalam
Pengembangan Usaha Peternakan dari 11 Responden ............. 103
Lampiran 33. Hasil Perhitungan Rating Faktor Peluang dari 11
Responden ............................................................................ I 0 3
Lampiran 34. Hasil Perhitungan Rating Faktor Ancaman dari I 1
Responden ............................................................................

103

Lampiran 35. Hasil Peibitungan EksternalFactor Evaluation Pengembangan
Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis ................................ 104

Lampiran 36. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif
Strategi 1 (Pembinaan dan Pengembangan Wilayah
Kantong Produksi Peternakan) dari 11 Responden ................ 105
Lampiran 37. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif
Strategi 2 (Melaksanakan Pengembangan dan Penerapan
Teknologi Pasca Panen) dari 11 Responden .........................

106

Lampiran 38. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif
Strategi 3 (Pembinaan dan Pengembangan Usaha
Peternakan Pada Skala Usaha Yang Layak Secara
Intensif) dari 11 Responden ...................................................

107

Lampiran 39. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif
Strategi 4 (Pembinaan dan Pengembangan SDM
Penyuluh dan Pembina Peternakan) dari 11 Responden ....... 108
Lampiran 40. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif
Strategi 5 (Pengembangan Jaringan Distribusi Produk
Peternakan) dari 11 Responden ............................................. 109
Lampiran 41. Hasil Perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) Alternatif
Strategi. 6 (Penerapan Disiplin Tindak Karantina Hewan
dan Pengawasan Pemotongan Hewan) dari 11
Responden .............................................................................

110

Lampiran 42. Hasil Perhitungan Total Nilai Daya Tarik (TNDT) dalam
Pemiilihan Strategi Pengembangan Peternakan di
Kabupaten Bengkalis melalui Quantitative Strategic
Planing Matrix (QSPM) dari 11 Responden ............................

111

Lampiran 43. Kuesioner Karakteristik Peternak dan Pola Usaha

.................

Lampiran 44. Kuesioner Penentuan Faktor Pengendali internal dan
Eksternal ................................................................................

112
120

Lampiran 45. Kuesioner Penentuan Rating FaMor Pengendali Internal
dan Eksternal ......................................................................... 125
Lampiran 46. Kuesioner Penentuan Nilai Daya Tarik Alternatif Strategi

.......

128

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan
bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Penyelenggraraan pemerintahan
tersebut diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat,
serta peningkatan daya saing daerah. Amanat Undang-Undang Dasar 1945
tersebut telah mendorong lahirnya otonomi daerah.
Haeruman (2001) mengatakan bahwa melalui otonomi, masyarakat di
daerah diberikan kesempatan untuk mengatur diri sendiri melalui local self
government dan melaksanakan pembangunan sesuai karakteristik daerah
(kondisi geografis, sumberdaya alam, dan sosial budaya masyarakat) masingmasing. Dengan terbukanya kesempatan tersebut, diharapkan masyarakat
dapat terpacu untuk lebih kreatif dalam membangun daerahnya masingmasing.
Dengan demikian, otonomi memberikan penambahan kewenangan dan
tanggung jawab pembangunan kepada daerah dengan memanfaatkan kekayaan
sumberdaya dan potensi yang tersedia sesuai prakarsa daerah.

Menjawab

tantangan tersebut, daerah harus dapat memanfaatkan dan menggali potensipotensi yang dimiliki untuk digunakan secara optimal dan terarah demi
kesejahteraandan kemakmuran masyarakat.
Terkait dengan pemanfaatan kekayaan sumberdaya dan potensi daerah,
sektor pertanian memiliki akar pada sumberdaya domestik. Akhir-akhir ini telah
timbul kesadaran bahwa pertanian yang terintergrasi dalam suatu sistem
agribisnis merupakan salah satu sektor tangguh yang mampu bertahan dalam

2
kondisi krisis.

Pertanian juga rnerupakan surnber rnatapencaharian utarna

penduduk, sehingga sektor pertanian dapat dijadikan motor penggerak untuk
rneningkatkan pendapatan rnasyarakat, rnenciptakan kesernpatan kerja dan
berusaha.
Krisis yang terjadi selarna ini rnerupakan konsekuensi dari diposisikannya
pertanian hanya sebagai "pendukung" dan bukan sebagai "rnesin penggerak
perekonornian. Selarna ini usaha pertanian dipandang sebagai kegiatan yang
berorientasi pada peningkatan produksi yang tidak responsif terhadap kondisi
pasar dan keragaannya lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan alarn dan bukan
teknologi.

Kondisi dernikian rnenirnbulkan citra pertanian sebagai sektor

tradisional yang sulit untuk berkernbang, ha1 ini tercipta secara struktural karena
rnernang kondisi rnakro struktural (termasuk kebijakan ekonorni rnakro dan rnikro)
belurn berpihak pada penguatan pertanian (Solahuddin, 1999).
Selanjutnya Solahuddin (1999) rnengungkapkan lagi bahwa justru krisis
ini juga yang ternyata rnernbuat orang rnenjadi sadar bahwa pertanian tidak
selayaknya hanya sekedar sebagai 'pendukung" rnelainkan sebagai "rnesin
penggerak" perekonornian nasional.

Buktinya, dalarn rnasa krisis ini hanlpir

sernua sektor rnengalarni kontraksi, kecuali pertanian.
Pernbangunan pertanian secara keseluruhan tercakup didalarnnya
pernbangunan peternakan yang berperan sebagai penyedia protein hewani,
penyedia bahan baku industri, penyerapan tenaga kerja dan investasi,
pendorong pernerataan dan perturnbuhan serta pernicu dinarnika ekonorni di
pedesaan.

Dengan rnelihat peranan yang cukup potensial tersebut,

selayaknyalah

peranan

tersebut

dirnanfaatkan

secara

optimal

untuk

kesejahteraan rnasyarakat.
Menurut

Rencana

Strategis

Kabupaten

Bengkalis

2001-2005,

diungkapkan bahwa arah kebijakan pembangunan peternakan sebagai berikut:

3

a. Meningkatkan pernbangunan peternakan yang terkoordinasi dan saling
rnenunjang serta rnendukung dengan pernbangunan disektor lain;
b. Meningkatkan kualitas surnberdaya rnanusia bidang peternakan rnelalui
peningkatan kegiatan pendidikan dan pelatihan, intensitas penyuluhan, studi
banding, dan rneningkatkan kernampuannya untuk rnengakses inforrnasi
tentang pasar, produksi dan pasca produksi;
c. Meningkatkan kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi secara terpadu yang
sesuai dengan kondisi klirnatologi, prasarana dan sarana fisik dengan tetap
rnernelihara kelestarian surnberdaya alarn serta iingkungan hidup untuk
kesinarnbungan pernbangunan;
d. Mengernbangkan

usaha-usaha

peternakan

yang

bertujuan

untuk

rnernenuhi kebutuhan rnasyarakat akan protein hewani, peningkatan
kesejahteraan peternak, penyediaan bahan baku bagi industri dan untuk
keperluan ekspor;
e. Pernanfaatan potensi lahan untuk pengernbangan peternakan.
Untuk rnencapai hal-ha1 tersebut diatas, diperlukan analisis dalarn
penefituan strategi pengernbangan peternakan, sehingga dapat meningkatkan
peran ekonorni subsektor peternakan.
Kalau dicermati, pola-pola pengernbangan peternakan yang telah
dilaksanakan Pernerintah Kabupaten Bengkalis selarna ini belurn rnenunjukkan
hasil yang rnenggernbirakan dan belurn rnernberikan darnpak yang berarti
terhadap peningkatan kesejahteraan rnasyarakat peternak.
Atas dasar itu, rnelalui kajian pernbangunan daerah ini, penulis rnencoba
untuk rnengetahui dan menjawab pertanyaan pokok "Bagairnana Strategi
Pengernbangan Peternakan dalarn rangka Meningkatkan Peran Sub sektor
Peternakan di Kabupaten Bengkalis?".

1.2. Perurnusan Masalah
Dalam pengembangan suatu usaha peternakan penentuan jenis ternak
untuk dikembangkan sangat penting dan harus disesuaikan dengan sumberdaya
lokal dan lingkungan sebagai sumber pakan, serta mengikuti permintaan dan
kebutuhan pasar. Pengembangan peternakan hams memperhitungkan kepadatan
optimum yang sesuai dengan daya dukung daerah dan tidak krtentangan dengan
keadaan sosio kultural masyarakatnya.
Disisi lain, perkembangan penduduk dan peningkatan pendapatan akan
rneningkatkan permintaan pangan terrnasuk produk peternakan. Dengan
semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya pendapatan
masyarakat, maka akan meningkatkan permintaan akan produk peternakan.
Rusli (2003) menyatakan bahwa yang paling besar pengaruhnya terhadap
keperluan pangan adalah jumlah dan perkembangan penduduk, selain itu faktor
lain yang berpengaruh terhadap keperluan pangan adalah tingkat konsumsi.
Penduduk Kabupaten Bengkalis dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan, dengan demikian juga akan mempengaruhi permintaan produk
peternakan.
Sejalan dengan hat tersebut di atas, rnelalui kajian ini perlu diketahui
"Bagaimana jenis dan populasi ternak dan bagaimana produksi serta permintaan

-

produk peternakan di Kabupaten Bengkalis?"
Sub sektor peternakan merupakan salah satu sub sektor dalam
perekonomian daerah, dan memiliki fungsi sebagai salah satu penyedia
produk protein hewani.

Pengembangan sub sektor peternakan diharapkan

dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat, sehingga dapat memberikan kontribusi yang
nyata bagi pembangunan daerah. Selain itu pembangunan peternakan juga

5

diharapkan dapat menarik dan mendorong perkembangan sektor-sektor lain
yang berkaitan, sehingga memungkinkan terjadinya gerakan dan dinamika
dalarn pertumbuhan ekonomi daerah.
Hal ini tidak akan terwujud jika pengembangan suatu usaha dilaksanakan
tanpa dilandasi oleh suatu pola usaha yang baik dan perhitungan kelayakan.
Untuk itu melalui kajian ini, perlu diketahui "Bagaimana pola usahal
pengembangan dan kelayakan usaha masing-masing kornoditas ternak?".
Selama ini peranan subsektor peternakan di Kabupaten Bengkalis
dirasakan masih belum begitu besar, padahal jika dilihat dari kegiatan
pembangunan selama ini, subsektor peternakan cukup mendapat perhatian yang
sangat baik dari pemerintah Kabupaten Bengkalis, dan dimasukkan rnenjadi
salah satu agenda pengembangan ekonomi rakyat.
Untuk melihat sejauh mana peranan subsektor peternakan di Kabupaten
Bengkalis, maka perlu diketahui "Bagaimana kontribusi subsektor peternakan
terhadap PDRB Kabupaten Bengkalis?
Setelah diketahui kondisi sebagaimana permasalahan tersebut diatas,
melalui

kajian

ini penulis

mencoba

rnerumuskan

"Bagaimana

strategi

pengembangan peternakan dalam rangka meningkatkan peran sub sektor
peternakan di Kabupaten Bengkalis?", dan "Bagaimana mengimplemnetasikan
strategi tersebut?".
1.3. Tujuan dan Manfaat

1.3.1. Tujuan Kajian
Tujuan urnum kajian ini adalah merumuskan strategi pengembangan
peternakan dan menyusun program pembangunan peternakan untuk
meningkatkan peran subsektor peternakan dalam perekonomian daerah
di Kabupaten Bengkalis.

6

Sedangkan tujuan khusus kajian ini adalah untuk:
1. Mengetahui jenis dan populasi temak, serta tingkat produksi ternak dan
penintaan produk peternakan di Kabupaten Bengkalis.
2. Mengidentifikasi pola usaha peternakan masyarakat, dan menganalisis
kelayakan usaha masing-masing komoditas ternak di Kabupaten
Bengkalis.
3. Mengetahui kontribusi subsektor peternakan terhadap PDRB Kabupaten

Bengkalis.
4. Merumuskan strategi pengembangan peternakan dan menyusun program
dalam rangka mengimplementasikanstrategi.
1.3.2.

Manfaat Kajian
Hasil kajian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan kepada

penentu kebijakan dan pihak-pihak berkepentingan dalam menyusun
langkah-langkah pengembangan peternakan sehingga dapat meningkatkan
peranan sub sektor peternakan dalam perekonomian daerah di Kabupaten
Bengkalis.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keterkaitan Sub Sektor Peternakan

Suatu usaha peternakan rnerupakan kegiatan yang bersifat generatif,
yaitu rnanusia rneningkatkan faktor-faktor produksi rnelalui proses produksi
ternak. Dalam proses ini diharapkan suatu kegunaan yang optimal dalarn bentuk
daging, telur, tenaga kerja dan pupuk (Tohir, 1983).
Sasaran utarna usaha peternakan adalah untuk rnernperoleh keuntungan
(Heady dan Jensen, 1965). Selain itu, Acker (1971) rnengernukakan bahwa
tujuan usaha peternakan adalah untuk mernenuhi kebutuhan protein asal ternak,
rnernperluas kegiatan industri dan perdagangan, rnernanfaatkan tenaga kerja
anggota keluarga, dan rnernpertinggi daya guna tanah.
Suharno (2002) rnengernukakan bahwa peningkatan jurnlah penduduk yang
ditunjang dengan rneningkatnya pendapatan perkapita rnerupakan peluang dalarn
usaha peternakan.

Dengan semakin rneningkat jurnlah penduduk, maka akan

sernakin rneningkat jurnlah konsurnsi terhadap hasil-hasil ternak.

Sernentara

peningkatan pendapatan perkapita dengan sendirinya akan rnendongkrak daya beli
rnasyarakat, karena produk peternakan rnerniliki nilai income elasticity of demand
(laju konsurnsi berkaitan erat dengan laju pendapatan).
Lebih lanjut dikatakan Suharno (2002), perkernbangan sektor lain seperti
industri dan jasa (catering, pariwisata, hotel dan restoran) juga turut rnernacu
perrnintaan akan produk peternakan, rnalahan dari sektor ini rnuncul pasar-pasar
baru bagi produk peternakan (create demand) berupa pasar hasil olahan dari
daging, telur dan susu.

2.2. Wilayah Pengembangan Peternakan
Menurut Anwar (1997) tujuan-tujuan pernbangunan wilayah seharusnya
diarahkan untuk mencapai: (1) perturnbuhan (growth); (2) pernerataan (equity);

8

dan (3) keberlanjutan (sustainability). Lebih lanjut dijelaskannya bahwa tujuan
pernbangunan pertarna rnengenai perturnbuhan (growth) ditentukan sarnpai
dirnana surnber-surnberdaya yang langka yang terdiri atas: surnberdaya rnanusia
(human capital), peralatan dan teknologi (man-made capital), surnberdaya alarn
(natural capital), dan surnberdaya sosial (social capital) dapat dialokasikan secara
maksirnal sehingga dirnanfaatkan untuk rnernenuhi kebutuhan rnanusia dengan
rneningkatkan kegiatan produktif rnasyarakat; tujuan pernbangunan kedua
rnengenai pernerataan (equity) rnernpunyai irnplikasi dalarn pencapaian tujuan
ketiga yaitu agar surnberdaya dapat berkelanjutan, rnaka tidak boleh ada pihakpihak yang rnau terlalu serakah, sehingga diperlukan adanya pengaturan dalarn
pernbagian rnanfaat dari hasil-hasil pernbangunan kepada setiap warga yang
terlibat secara adil dan rnernadai; dan tujuan pernbangunan ketiga rnengenai
keberlanjutan (sustainability) pernbangunan wilayah harus rnernenuhi persyaratan
penggunaan surnberdaya, baik ditransaksikan rnelalui sistern pasar rnaupun diluar
sistern pasar harus tidak rnelarnpaui kapasitas kernarnpuan produksinya.
Alkadri dkk.

(1999) rnengatakan bahwa pengernbangan wilayah,

mernpunyai dua rnakna, yaitu :

1. Makna sosial ekonorni, yaitu kegiatan pengernbangan wilayah dengan jalan
rneningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup rnasyarakat dengan
rnenciptakan sentra-sentra produksi sekaligus rnernbangun prasarana dan
adanya layanan logistik.
2. Makna ekologis, yaitu pengernbangan wilayah bertujuan untuk menjaga

keseirnbangan lingkungan akibat terlalu banyaknya carnpur tangan rnanusia
terhadap lingkungan.
Program pengernbangan wilayah harus rnenyeluruh dan terpadu pada
sernua kegiatan dengan rnelihat potensi surnber daya daerah dan kontribusinya
untuk wilayah yang bersangkutan (Alkadri et al., 1999).

9

Konsep kawasan dalarn pengernbangan peternakan rnenurut Putri (2003)
adalah:
1. Suatu konsep rnengenai pengernbangan sistern pernanfaatan ternak-lahan

(livestock-land use systems).
2. Suatu pendekatan yang rnengintegrasikan ternak dengan tanarnan, sehingga
ternak lebih berbasis lahan (land-based) daripada sebagai bagian dari suatu
sistern produksi industri perkotaan.

3. Fokusnya adalah pada pernanfaatan lahan dan surnberdaya secara lebih
baik,

pelestarian lingkungan, ketahanan

pangan,

dan

pengentasan

kerniskinan.
Kawasan peternakan terdiri atas (Putri, 2003): (1) Kawasan Khusus
Peternakan, rnerupakan daerah prioritas dengan kornoditas unggulan, dengan
rnernperhatikan kesesuaian agroekosistern dan agroklirnat serta tata ruang
wilayah, (2) Kawasan Terpadu, rnerupakan sistern integrasi antara ternak dengan
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan perikanan (program lintas
subsektor), (3) Kawasan Agropolitan, rnerupakan kota pertanian yang dihela oleh
desa-desa hinteriand.
Edward (1999) rnenjelaskan bahwa pernbangunan sistern agropolitan
rneliputi industri pengolahan rnakanan dan pakan, industri pengolahan
pertanian lain, industri peralatan dan input-input pertanian, serta barang
konsurnsi lain.
2.3. Keputusan Strategis
Keputusan strategis ialah pilihan oleh pernbuat keputusan tingkat tinggi
rnengenai serangkaian tindakan diantara berbagai alternatif yang tersedia yang
didesain untuk rnencapai tujuan utarna dari suatu organisasi rnelalui
hubungannya yang efektif dengan lingkungan (Salusu, 2003).

10
Selanjutnya Salusu (2003) rnengatakan bahwa keputusan strategis dan
rencana strategis disiapkan oleh kelompok rnanajernen strategis. Manajernen
strategis disini diartikan sebagai suatu kelompok para eksekutif yang lazirn
disebut rnanajernen puncak yang rnernpunyai tugas utama rnerurnuskan rnisi,
tujuan, dan sasaran organisasi, keputusan-keputusan strategis lainnya, rencana
strategis, rnengevaluasi pelaksanaan keputusan strategis, atau rnengevaluasi
irnplernentasi strategi.
Manajernen strategis rnenurut Siagian (2001) adalah serangkaian
keputusan dan tindakan rnendasar yang dibuat oleh manajernen puncak dan
diirnplernentasikan oleh seluruh jajaran

suatu organisasi dalarn rangka

pencapaian tujuan organisasi.
David

(2002)

mengatakan

bahwa

rnelalui

manajernen

strategis

rnernungkinkan suatu organisasi lebih proaktiif ketimbang reaktif dalarn mernbentuk
rnasa depan sendiri, sehingga rnemungkinkan organisasi tersebut untuk rnengawali
dan mempengaruhi (ketimbang hanya memberi respon terhadap) aktivitas, dan
dengan dernikian dapat berusaha keras mengendalikan tujuan sendiri.
Proses rnanajernen strategis terdiri dari tiga tahap yaitu tahap perurnusan
strategi, disusul dengan tahap irnplernentasi strategi, dan terakhir tahap evaluasi
strategi (David, 2002).
Strategi ialah suatu seni rnenggunakan kecakapan dan surnberdaya
suatu organisasi untuk rnencapai sasarannya rnelalui hubungannya yang
efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan (Salusu,
2003).
Teknik perurnusan strategi yang penting rnenurut David (2002) dapat
dipadukan rnenjadi kerangka kerja pernbuatan keputusan tiga tahap, yaitu:
1. Tahap input; 2. Tahap mencocokkan, dan 3. Tahap keputusan.

11

T a h a ~input. Tahap ini rnerupakan tahap analisis lingkungan. Menurut
Salusu (2003), sernua organisasi tanpa kecuali, hidup dalarn satu dunia yang
penuh dengan berbagai elernen yang saling berinteraksi dan penuh dengan
saling ketergantungan satu terhadap yang lain. Dengan dernikian, organisasi
rnana pun juga tidak terlepas dari hubungannya dengan lingkungan sekitarnya.
Menurut Setiawan dan Zulkieflirnansyah (1999), hal-ha1 yang perlu
diperhatikan dalarn prosedur analisis lingkungan adalah :
1. Menentukan relevansi. Tidak sernua faktor lingkungan berpengaruh pada
pemsahaan di waktu yang sarna dan kadar yang sarna, untuk itu rnanajernen
hams dapat rnenganalisis seberapa besar pengamhnya dan kapan waktunya.
2. Menentukan tingkat relevansi dari strategic issue. Strategic issue adalah
faktor lingkungan yang rnernpunyai pengaruh besar terhadap organisasi,
untuk itu rnanajernen harus dapat rnelakukan kajian strategic issue rnana
yang paling penting bagi perusahaan dan rnana yang kurang penting.
Hal yang paling urnurn dalarn analisis lingkungan adalah rnenggunakan
rnatrik IFE (internal factor evaluation) dan EFE (external factor evaluation),
environmental scanning dan environmentalforecasting.
T a h a ~ rnencmkkan. Menurut David (2002), strategi kadang-kadang
didefinisikan sebagai perpaduan yang dibuat oleh organisasi antara surnberdaya
dan keterarnpilan internal dengan peluang dan resiko yang diciptakan oleh faktorfaktor eksterndl. Mencocokkan faktor-faktor sukses kritis eksternal dan internal
rnerupakan kunci untuk secara efektif rnenghasilkan strategi alternative yang
layak. Salah satu alat pencocokan yang penting adalah Matrik SWOT.
SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal: Strength dan Weaknes
serta lingkungan eksternal: Opportunity dan Threat yang dihadapi dunia bisnis.
Analisis SWOT rnernbandingkan antara faktor eksternal dengan faktor internal
(Rangkuti, 1997).

12
Matrik SWOT dapat rnenggarnbarkan secara jelas bagaimana peluang
dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelernahan yang dimilikinya. Empat set kemungkinan strategi yang
dihasilkan rnatrik SWOT adalah (Rangkuti, 1997; David, 2002):
1. Strategi S-0.
Strategi ini dibuat dengan rnernanfaatkan seluruh kekuatan yang dirniliki
untuk rnerebut dan rnernanfaatkan peluang yang ada.
2. Strategi S-T.
Ini adalah strategi dalarn rnenggunakan kekuatan yang dirniliki untuk
mengatasi ancarnan.
3. Strategi W-0.

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
rneminirnalkan kelemahan yang ada.
4. Strategi W-T.

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
rnerninirnalkan kelernahan yang ada serta rnenghindari ancaman.
Tahap Keputusan. David (2002) rnengatakan bahwa selain membuat
peringkat strategi untuk rnernperoleh daftar prioritas, hanya ada satu teknik
analisis yang dirancang untuk rnenetapkan daya tarik relatif dari tindakan
alternatif yang layak. Teknik ini adalah QuanfjfafLveStrategic Planning Matriks
(QSPM) atau Matrik Perencanaan Strategi Kuantitatif. Teknik ini secara sasaran
menunjukkan strategi alternative rnana yang terbaik.
David (2002) selanjutnya rnengatakan bahwa QSPM secara konsep
menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan pada sejauh
rnana faktor-faktor sukses kritis eksternal dan internal dirnanfaatkan atau
diperbaiki.

13
2.4. lkhtisar

Peningkatan jumlah penduduk yang diikuti dengan peningkatan pendapatan
akan meningkatkan konsumsi produk-produk peternakan. Dengan semakin
berkembangnya suatu daerah akan membuka peluang untuk usaha peternakan.
Selain itu, sub sektor peternakan memiliki keterkaitan dengan berbagai sektor
ekonorni lainnya.
Pengembangan kawasan peternakan memiliki rnakna sosial ekonorni dan
ekologis. Dengan pengembangan petemakan diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat serta rnenjaga keseimbangan
Cngkungan.
Konsep pengembangan kawasan peternakan mernpunyai arti penting
karena rnerupakan pengembangan sistem pemanfaatan ternak-lahan (livestockland use systems).

Fokus dari konsep kawasan peternakan adalah pada

pemanfaatan lahan dan sumberdaya secara lebih baik, pelestarian lingkungan,
ketahanan pangan, dan pengentasan kemiskinan.
Dengan dernikian untuk pengembangan peternakan harus memperhatikan
kesesuaian ekologis dan keseimbangan lingkungan yang ditujukan untuk
kesejahteraan peternak. Untuk itu perlu ditetapkan suatu strategi untuk
pengembangan peternakan. Penentuan strategi tersebut dapat dilakukan dengan
rnenganalisis faktor-faktor sukses kritis internal maupun eksternal, dilanjutkan
dengan analisis SWOT, dan terakhir ditetapkan keputusan melalui teknik analisis
QSPM.

Ill. METODOLOGI KAJIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Subsektor peternakan rnerupakan salah satu sektor ekonomi yang
penting dalarn penyediaan protein hewani.

Upaya pengembangan subsektor

peternakan untuk rnencukupi protein hewani pada gilirannya akan berpengaruh
terhadap peningkatan kecukupan protein. Selama ini peranan subsektor
peternakan di Kabupaten Bengkalis dirasakan masih belurn begitu besar.
Padahal jika dilihat dari kegiatan pembangunan selama ini, subsektor peternakan
cukup mendapat perhatian yang sangat baik dari pemerintah ~'abupaten
Bengkalis, dan dimasukkan rnenjadi salah satu agenda pengembangan ekonomi
rakyat.
Dengan melihat fenomena ini, diperlukan suatu rencana yang strategis
untuk pengembangan peternakan, sehingga dapat mernberikan kontribusi yang
nyata terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian
daerah. Berdasarkan ha1 tersebut, perlu dilakukan suatu kajian untuk penentuan
strategi pengembangan peternakan dalam rangka meningkatkan peran sut:
sektor peternakan di Kabupaten Bengkalis.
Kerangka pemikiran kajian strategi pengembangan peternakan di
Kabuapten Bengkalis ditu~jukkanpada Gambar 1, dilakukan melalui tahap-tahap
sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi jenis-jenis ternak yang sudah dikembangkan rnasyarakat.
Dalam

melakukan

identifikasi jenis-jenis

ternak

yang

sudah

dikembangkan pada masing-masing kecarnatan dilakukan melalui telaah data
populasi dan jenis ternak pada setiap kecarnatan serta menghitung
perbandingan tingkat produksi dan kemampuan pemenuhan kebutuhan
ii

standar konsumsi produk asal ternak pada masing-masing kecarnatan.

2. Mengetahui permintaan produk petemakan.
Untuk mengetahui permintaan produk peternakan dilakukan dengan
menganalisis data produksi, konsumsi riil dari produksi, dan kebutuhan standar
gizi berdasarkan jumlah penduduk

.

PERAN P E T E M N

Penyedia protein hewani dan bahan baku

Perhdan pemerirtah daerah rerhadap sub
seldor peternakan cukup balk. namun
engembangan usaha peternakan dirasakan
elum menunjuhn peran yang berare dalam
erekonomian daerah.

Penysrapan tenaga ketja dan investasi.
Konbibusi terhadap pertumbuhan ekonomi
Peningkatan pendapatan.

4
Jenis, populasi dan ting!at
produksi ternak serta
perrnintaankebuiuhan
produkpeternakan

4
Konbibusi sub sekior
petemakan terhadap

Pola usaha peternakan dan
kelaykan usaha
petemakan.

J.

3.

RANCANGAN PROGRAM

Gambar 1. Kerangka Pemikiran m e g i Pengembangan Petemakan Dalam
Ranaka Meninakatkan Peran Sub sektor Peternakan di Kabupaten

3. Mengidentifikasi pola usaha dan menganalisis kelayakan usaha.

Untuk mengetahui pola usahalpengembangan yang dilaksanakan
masyarakat dan tingkat kelayakan usaha, dilakukan dengan pengamatan dan
wawancara langsung pada usaha petemakan. Melalui pengamatan ini dilakukan
analisa usaha untuk mengetahui kelayakan usaha masing-masing komdtas
petematan.

16
4. Mengetahui kontribusi subsektor peternakan terhadap PDRB.

Untuk mengetahui kontribusi subsektor peternakan terhadap PDRB
dilakukan dengan menelaah data PDRB Kabupaten Bengkalis dan menilai
perkembangan kontribusi subsektor peternakan.
5. Pemilihan dan penetapan strategi.
Dalarn pemilihan dan penetapan strategi pengembangan peternakan,
dilakukan dengan analisis faktor-faktor sukses kritis internal dan ekstemal,
analisis SWOT, dan dilanjutkan dengan analisis Quantitative Strategic Planning
Matriks (QSPM) untuk mengevaluasi strategi alternatif secara objektif.

3.2. Lokasi dan Waktu Kajian
Kajian ini dilaksanakan di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Waktu
pelaksanaan kajian selarna 3 bulan, mulai bulan Maret sampai dengan Mei 2005.

3.3. Metode Penelitian
Dalam kajian ini rnetode penelitian yang akan digunakan adalah metode
deskriptif dengan melaksanakan survey lapangan. Melalui serangkaian kegiatan
tersebut dapat diketahui karakteristik ~eternak,jenis ternak, pola usaha, skala
usaha dan pola pengembangan, serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pengembangan, sehingga dapat ditentukan strategi pengembangan peter