Pendugaan Potensi Cadangan Karbon Tersimpan Pada Beberapa Jalur Hijau di Jalur Arteri Sekunder Kota Medan

Lampiran 1. Form Tally Sheet Data Lapangan
Jalan______________
Luas Jalan_______Ha
No. Spesies
Tinggi (m)
DBH (cm)
1
2
3
4
5

Biomassa (Kg)

Total Biomassa (Kg/Jalur)

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2. Data Nilai Berat Jenis Tanaman
1.
2.

3.
4.

Akasia (Acacia mangium)
Alpukat (Persea Americana)
Angsana (Pterocarpus indicus)
Asam Jawa (Tamarindus indica)

Fabaceae
Lauraceae
Fabaceae
Fabaceae

BJ
Kayu
0,25
0,6
0,65
0,92


5.

Beringin (Ficus benjamina)

Moraceae

0,35

6.

Cemara Kipas (Thuja occidentalis)

Casuarinaceae

0,31

7.

Casuarinaceae


1,0

8.
9.
10.
11.
12.

Cemara Laut (Casuarina
equisetifolia)
Dadap (Erythrina crystagalii)
Flamboyan (Delonix regia)
Glodokan (Polyathia longifolia)
Jambu Biji (Psidium guava)
Jati Putih (Gmelina arborea)

Fabaceae
Fabaceae
Annonaceae
Myrtaceae

Verbenaceae

0,25
0,8
0,8
0,75
0,4

13.
14.

Karet (Ficus elastica)
Kepuh (Sterculia foetida)

Moraceae
Sterculiaceae

0,75
0,64


15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.

Ketapang (Terminalia catappa)
Kupu-Kupu (Bauhinia blakena)
Lengkeng (Dimocarpus longan)
Mahoni (Switenia macrophylla)
Mahoni (Switenia mahagony)
Mangga (Mangifera indica)
Melinjo (Gnetum gnemon)

Mengkudu (Morinda citrifolia)
Mindi (Melia azedarach)
Nangka (Artocarpus heterophyllus)
Palem Raja (Oreodoxa regia)
Petai Cina (Leucaena
leucocephala)
Pulai (Alstonia scholaris)
Saga (Adenanthera pavoninna)
Sirsak (Annona muricata)
Talok (Muntingia calabura)
Tanjung (Mimusops elengi)
Trembesi (Samanea saman)
Waru (Hibiscus tillaceus)

Combretaceae
Fabaceae
Sapindaceae
Meliaceae
Meliaceae
Anacardiaceae

Gnetaceae
Rubiaceae
Meliaceae
Moraceae
Arecaceae
Fabaceae

0,63
0,64
0,71
0,64
0,64
0,67
0,63
0,67
0,53
0,63
0,5

Satyarini K (2003)

ICRAF
Oey Joen Seng
ICRAF
Martawijaya dan Barlay
(1995)
ICRAF
Oey Joen Seng (1964) dalam
Haryani PDS (2000)
Manual Kehutanan (1992)
Gaby L. Gonzalo (2009)
Gaby L. Gonzalo (2009)
Atlas Kayu Jilid I
Atlas Kayu Jilid I
ICRAF
Martawijaya (1979)
ICRAF
Atlas Kayu Jilid II
Isrianto (1979)
ICRAF


Apocynaceae
Fabaceae
Annonaceae
Muntingiaceae
Sapotaceae
Fabaceae
Malvaceae

0,38
0,85
0,4
0,3
1,02
0,61
0,46

Atlas Kayu Jilid I
Saida Rasnovi (2006)
ICRAF
Gaby L. Gonzalo (2009)

Atlas Kayu Jilid II
Manual Kehutanan (1992)
Oey Joen Seng

No.

27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.

Jenis

Famili

Sumber
Balai Industri Ambon (1987)

ICRAF
Atlas Kayu Jilid II
Oey Joen Seng 1964 dalam
Sumarni dan Muslich (2006)
Oey Joen Seng 1964 dalam
Sumarni dan Muslich (2006)
Edward F. Gilman dan
Dennis G. Watson (1994)
James A. Duke (1983)

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 3. Contoh perhitungan nilai biomassa, simpanan karbon dan
serapan CO2
Diketahui:
Jenis Tanaman
Angsana (Pterocarpus indicus)
Angsana (Pterocarpus indicus)
Angsana (Pterocarpus indicus)
Angsana (Pterocarpus indicus)
Angsana (Pterocarpus indicus)

Diameter
(cm)
23
27
35
37
45
Total

Biomassa
(Kg/individu)
264,26
402,23
793,89
918,32
1533,63
3912,33

Masukkan ke rumus:
Y = 0,11x ρ x D2,62
Biomassa = 0,11 x 0,65 x 232,62
= 264,26 kg/individu
Jenis yang sama dalam satu jalur, nilai biomassanya ditotalkan sehingga diperoleh
total biomassanya adalah 3912,63 kg biomassa/luasan jalur.
Diubah satuannya menjadi ton/luas jalur dengan mengalikan 10-3 diperoleh hasil
3,91233 ton/luas jalur
Luas jalur = 1,41 Ha
Maka diubah nilainya menjadi 3,91233 ton/1,41 Ha sehingga menjadi 2,7747
Ton/Ha
Kemudian dimasukkan ke dalam rumus simpanan karbon
Simpanan karbon = 0,46 x Total Biomassa
= 0,46 x 2,7747 Ton/Ha
= 1,2763 Ton /Ha
Kemudian dimasukkan ke dalam rumus serapan CO2
Serapan CO2 = Simpanan Karbon x Ar/Mr CO2 atau setara 3,67
= 1,2763 Ton/Ha x 3,67
= 4,6840 Ton /Ha
Maka, diperoleh nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 satu jenis
tanaman per jalur hijau penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4. Kriteria indeks nilai komposisi jenis dan kerapatan vegetasi
Komposisi jenis tanaman (C): C = n/N x 100;
n = jumlah jenis pohon perindang persatuan luas
N = jumlah pohon perindang persatuan luas (Setyowati, 2008).
Kerapatan tanaman (D): D = banyaknya pohon/luas lokasi (Setyowati, 2008).
No. Indeks Komposisi
Vegetasi (C)
1.
< 20,0 %
2.
20,0 - < 40,0 %
3.
40,0 - < 60,0 %
4.
60,0 - < 80,0 %
5.
> 80,0 %

No. Indeks Kerapatan
Vegetasi (D)
1.
≥ 86,0
2.
72,0 - < 86,0
3.
57,0 - < 72,0
4.
43,0 - < 57,0
5.
29,0 - < 43,0
6.
14,0 - < 29,0
7.
< 14,0
Sumber : Setyowati (2008)

Kategori
Sangat Sedikit
Sedikit
Sedang
Banyak
Sangat
Banyak
Kategori
Sangat Rapat
Rapat
Agak Rapat
Sedang
Agak Jarang
Jarang
Sangat Jarang

Lampiran 5. Kriteria tanaman dengan fungsi serta persyaratannya
Berdasarkan Direktorat Jenderal Bina Marga (1996)
Fungsi
Jalur Tepi
1. Peneduh

Persyaratan
-Ditempatkan pada
jalur tanaman
( minimal 1,5 m)
- Percabangan 2 m di
atas tanah.
- Bentuk percabangan
batang
tidak merunduk.
- Bermassa daun
padat.
- Ditanam secara
berbaris.

Contoh Bentuk dan Jenis

Kerai Payung
(Filicium decipiens)
Tanjung
(Mimusops elengi)
Angsana
(Pterocarpus indicus)

Universitas Sumatera Utara

2. Penyerap Polusi
Udara

3. Penyerap Kebisingan

4. Pemecah Angin

Terdiri dari pohon,
perdu/
semak.
- Memiliki ketahanan
tinggi terhadap
pengaruh udara.
- Jarak tanam rapat.
- Bermassa daun
padat.

- Terdiri dari pohon,
perdu
/semak.
- Membentuk massa.
- Bermassa daun
rapat.
- Berbagai bentuk
tajuk.

- Angsana
(Ptherocarphus indicus)
- Akasia daun besar
(Accasia mangium)
- Oleander
(Nerium oleander)
- Bogenvil
(Bougenvillea sp)
- Teh-tehan pangkas
(Acalypha sp)

- Tanjung
(Mimusops elengi)
- Kiara payung
(Filicium decipiens)
- Teh-tehan pangkas
(Acalypha sp)
- Kembang Sepatu
(Hibiscus rosa sinensis)
- Bogenvil
(Bogenvillea sp)
- Oleander
(Nerium oleander)

- Tanaman tinggi,
Perdu / semak.
- Bermassa daun padat
- Ditanam berbaris
atau
membentuk massa.
- Jarak tanam rapat
2
m.
- Ditanam secara
massal
atau berbaris.
- Jarak tanam rapat.
- Untuk tanaman
perdu/semak
digunakan
tanaman yang
memiliki
warna daun hijau
muda
agar dapat dilihat pada
malam hari.

Pohon : - Cemara
(Cassuarina
equisetifolia)
- Mahoni
(Switenia mahagoni)
- Hujan Mas
(Cassia glauca)
- Kembang Merak
(Caesalphinia
pulcherima)
- Kol Banda
(pisonia alba)

- Tanaman Tinggi >
3m.
- Membentuk massa.
- Pada bagian tertentu
dibuat terbuka
- Diutamakan tajuk
Conical & Columnar
- Cemara
(Cassuarina equisetifolia)
- Glodokan Tiang
(Polyalthea Sp)
- Bambu
(Bambusa sp)
-Gldokan
(polyalthea longifolia)

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 6. Nilai Biomassa, Simpanan Karbon dan Serapan CO2 per Jalur
Hijau
1. Jalur Hijau Jalan A.R Hakim Kecamatan Medan Area (1,41 Ha)
No

Jenis

Jumlah

Nilai Biomassa
(Ton/Luas

Jalur(Ha))
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Angsana
(Pterocarpus indicus)
Palem
(Oreodoxa Regia)
Mahoni (Swiitenia
Mahagony)
Talok (Muntingia
Calabura)
Mangga (Mangifera
Indica)
Beringin (Ficus
Benjamina)
Kepuh
(Sterculia Feotida)
Melinjo
(Gnetum Gnemon)
Jambu Air
Glodokan
(Polathia Latifolia)
Total

Simpanan
Karbon
(Ton C /Ha)

Serapan
Karbon
(Ton CO2/Ha)

248

38,655

17,781

65,258

4

0,078

0,036

0,132

2

0,180

0,083

0,305

2

0,233

0,107

0,394

4

2,009

0,924

3,392

6

1,776

0,816

2,998

1

3,684

1,695

6,220

2

0,145

0,066

0,244

1

0,170

0,078

0,287

39

3,736

1,718

6,308

309

50,670

23

85,542

2. Jalur Hijau Jalan Willem Iskandar Kecamatan Medan Tembung (1,69 Ha)
No

Jenis

Jumlah

Nilai Biomassa
(Ton/ Luas Jalur

(Ha))
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Angsana
(Pterocarpus indicus)
Glodokan
(Polathia Latifolia)
Talok (Muntingia
Calabura)
Mahoni (Switenia
Mahagony)
Jambu Air
Beringin
(Ficus Benjamina)
Waru (Hibiscus
tillaceus)
Saga (Adenanthera
pavoninna)
Trambesi
(Samanea saman)
Cemara Gunung
Total

Simpanan
Karbon
(Ton C /Ha)

Serapan
Karbon
(Ton CO2/Ha)

253

36,952

16,998

62,383

4

0,7140

0,328

1,205

3

0,125

0,057

0,211

82

22,746

10,463

38,400

1

0,100

0,046

0,169

1

0,226

0,104

0,382

1

0,117

0,053

0,197

1

0,141

0,065

0,239

3

0,301

0,138

0,508

1
350

0,149
61,574

0,068
28,324

0,252
103,950

Universitas Sumatera Utara

3. Jalur Hijau Jalan Bakti Kecamatan Medan Area (0,48 Ha)
No

Jenis

Jumlah

Nilai Biomassa
(Ton/Luas

Jalur(Ha))
1
2
3
4
5
6
7

Angsana
(Pterocarpus indicus)
Mahoni (Swiitenia
Mahagony)
Kepuh
(Sterculia Feotida)
Melinjo
(Gnetum Gnemon)
Palem
(Oreodoxa Regia)
Akasia
( Acacia Mangium)
Mengkudu (Morinda
citrifolia)
Total

Simpanan
Karbon
(Ton C /Ha)

Serapan
Karbon
(Ton CO2/Ha)

10

5,639

2,594

9,521

1

0,994

0,457

1,679

3

13,258

6,098

22,383

1

0,564

0,259

0,953

1

0,201

0,092

0,340

1

0,589

0,271

0,995

1
18

0,185
21,434

0,085
9,860

0,312
36,186

4. Jalur Hijau Jalan Letda Sudjono Kecamatan Medan Tembung (1,32 Ha)
No

Jenis

Jumlah

Nilai Biomassa
(Ton/Luas

Jalur(Ha))
1
2
3

4
5
6
7
8

Glodokan
(Polathia Latifolia)
Angsana
(Pterocarpus indicus)
Trambesi (Samanea
saman)
Talok
(Muntingia
Calabura)
Mangga (Mangifera
Indica)
Mengkudu (Morinda
citrifolia)
Palem
(Oreodoxa Regia)
Mahoni (Swiitenia
Mahagony)
Total

Simpanan
Karbon
(Ton C /Ha)

Serapan
Karbon
(Ton CO2/Ha)

8

2,836

1,304

4,788

70

39,811

18,313

67,209

3

0,212

0,097

0,359

3

0,161

0,074

0,273

1

0,284

0,130

0,480

1

0,108

0,049

0,183

2

0,21

0,096

0,354

13
101

2,181
45.806

1,003
21,071

3,682
77,330

Universitas Sumatera Utara

5. Jalur Hijau Jalan Marelan Raya Kecamatan Medan Marelan (1,14 Ha)
No

Jenis

Jumlah

Nilai Biomassa
(Ton/Luas

Jalur(Ha))
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Angsana
(Pterocarpus indicus)
Glodokan(Polathia
Latifolia)
Trambesi (Samanea
saman)
Waru
(Hibiscus tillaceus)
Palem
(Oreodoxa Regia)
Mangga (Mangifera
Indica)
Mahoni (Swiitenia
Mahagony)
Nangka (Artocarpus
heterophyllus)
Talok (Muntingia
Calabura)
Total

Simpanan
Karbon
(Ton C /Ha)

Serapan
Karbon
(Ton CO2/Ha)

93

34,474

15,858

58,199

4

1,100

0,506

1,858

6

0,912

0,419

1,539

1

0,226

0,104

0,381

3

0,972

0,447

1,641

3

0,678

0,311

1,144

9

1,357

0,624

2,291

1

0,155

0,071

0,262

1
121

0,084
39,961

0,038
18,382

0,142
67,463

6. Jalur Hijau Jalan Sicanang Kecamatan Medan Belawan (0,59 Ha)
No

Jenis

Jumlah

Nilai Biomassa
(Ton/Luas

Jalur(Ha))
1
2
3

4
5
6
7
8

Angsana
(Pterocarpus indicus)
Mahoni (Swiitenia
Mahagony)
Palem
(Oreodoxa Regia)
Cemara Laut
(Casuarina
equisetifolia)
Cemara Kipas
(Thuja occidentalis)
Akasia ( Acacia
Mangium)
Trambesi
(Samanea saman)
Tanjung (Mimusops
elengi)
Total

Simpanan
Karbon
(Ton C /Ha)

Serapan
Karbon
(Ton CO2/Ha)

4

0,993

0,456

1,676

13

2,115

0,973

3,571

2

0,763

0,351

1,288

3

2,357

1,084

3,979

1

0,047

0,022

0,080

2

0,345

0,159

0,583

1

0,104

0,047

0,175

1
27

0,204
6,931

0,094
3,188

0,345
11,702

Universitas Sumatera Utara

7. Jalur Hijau Jalan Yos Sudarso Kecamatan Medan Labuhan (1,84 Ha)
No

Jenis

Jumlah

Nilai Biomassa
(Ton/Luas

Jalur(Ha))
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Angsana
(Pterocarpus indicus)
Mahoni (Swiitenia
Mahagony)
Beringin
(Ficus Benjamina)
Tanjung
(Mimusops elengi)
Trambesi (Samanea
saman)
Talok (Muntingia
Calabura)
Glodokan
(Polathia Latifolia)
Akasia
( Acacia Mangium)
Asam Jawa
(Tamarindus indica)
Total

Simpanan
Karbon
(Ton C /Ha)

Serapan
Karbon
(Ton CO2/Ha)

31

11,285

5,191

19,052

181

55,918

25,722

94,402

3

0,199

0,091

0,336

5

1,282

0,589

2,164

1

0,099

0,045

0,168

1

0,074

0,034

0,125

2

0,527

0,242

0,889

1

0,236

0,108

0,399

2
227

0,920
70,543

0,423
32,450

1,553
119,091

8. Jalur Hijau Jalan Putri Hijau Kecamatan Medan Barat (1,04 Ha)
No

Jenis

Jumlah

Nilai Biomassa
(Ton/Luas

Jalur(Ha))
1
2
3
4
5
6
7

Angsana
(Pterocarpus indicus)
Mahoni (Swiitenia
Mahagony)
Mangga (Mangifera
Indica)
Akasia ( Acacia
Mangium)
Beringin
(Ficus Benjamina)
Tanjung (Mimusops
elengi)
Palem
(Oreodoxa Regia)
Total

Simpanan
Karbon
(Ton C /Ha)

Serapan
Karbon
(Ton CO2/Ha)

1

0,344

0,158

0,582

200

660,078

303,636

1114,344

1

0,418

0,192

0,706

1

0,179

0,082

0,302

1

20,625

9,487

34,820

1

0,524

0,241

0,885

2
207

0,230
682,402

0,106
313,905

0,389
1152,031

Universitas Sumatera Utara

9. Jalur Hijau Jalan Perdamean/Pelita/Bambu Kecamatan Medan Timur (0,64 Ha)
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Jenis
Angsana
(Pterocarpus indicus)
Mahoni (Swiitenia
Mahagony)
Glodokan
(Polathia Latifolia)
Pinus
(Pinus Merkusii)
Tanjung
(Mimusops elengi)
Trambesi
(Samanea saman)
Mangga (Mangifera
Indica)
Kepuh
(Sterculia Feotida)
Jati Putih
(Gmelina Arborea)
Lengkeng
(Dimocarpus longan)
Talok (Muntingia
Calabura)
Petai Cina (Leucaena
leucocephala)
Beringin
(Ficus Benjamina)
Mindi
(Melia azedarach)
Jambu Air
Melinjo
(Gnetum Gnemon)
Mengkudu
(Morinda citrifolia)
Total

Jumlah

Nilai Biomassa
(Ton/Luas
Jalur(Ha))

Simpanan
Karbon
(Ton C /Ha)

Serapan
Karbon
(Ton CO2/Ha)

71

203,498

93,609

343,546

14

6,303

2,899

10,642

61

44,253

20,356

74,709

1

1,603

0,737

2,707

12

9,194

4,229

15,521

17

9,130

4,200

15,414

13

6,125

2,817

10,341

5

7,397

3,402

12,487

2

0,976

0,449

1,647

1

0,504

0,231

0,851

5

0,663

0,304

1,119

3

1,012

0,465

1,709

6

1,474

0,678

2,488

1

0,376

0,173

0,635

2

9,824

4,519

16,585

1

0,167

0,077

0,282

2
217

0,804
303,311

0,370
139,523

1,358
512,050

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 7 . Foto Dokumentasi Kondisi Fisik Jalur Hijau Arteri Sekunder
Kota Medan

(a) Kondisi Jalan Bakti Kecamatan Medan Area

(b) Kondisi Jalan AR.Hakim Kecamatan Medan Area

(c) Kondisi Jalan Sicanang Kecamatan Medan Belawan

Universitas Sumatera Utara

(c) Kondisi Jalan Willem Iskandar Kecamatan Medan Tembung

(d) Kondisi Jalan Letda Sudjono Kecamatan Medan Tembung

(e) Kondisi Jalan Perdamean/Pelita/Bambu Kecamatan Medan Timur

Universitas Sumatera Utara

(f) Kondisi Jalan Putri Hijau Kecamatan Medan Barat

(g) Kondisi Jalan Kol Yos Sudarso Kecamatan Medan Labuhan

(h) Kondisi Jalan Marelan Raya Kecamatan Medan Marelan

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 8. Peta Lokasi Penelitian Jalur Hijau Arteri Sekunder Kota
Medan

Universitas Sumatera Utara

Peta sebaran vegetasi pada jalan perdamean/pelita/bambu, dan letda
sudjono kota Medan

Universitas Sumatera Utara

Peta sebaran vegetasi pada jalan ar hakim ,willem iskandar dan bakti kota
Medan

Universitas Sumatera Utara

Peta sebaran vegetasi pada jalan marelan raya ,dan yos sudarso kota Medan

Universitas Sumatera Utara

Peta sebaran vegetasi pada jalan sicanang medan belawan kota Medan

Universitas Sumatera Utara

Peta klasifikasi biomassa pada jalur arteri sekunder kota Medan

Universitas Sumatera Utara

Peta klasifikasi simpanan karbon pada jalur arteri sekunder kota Medan

Universitas Sumatera Utara

Peta klasifikasi serapan CO2 pada jalur arteri sekunder kota Medan

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah dan Khairuddin. 2009. Gas Rumah Kaca dan Pemanasan Global. Jurnal
Biocelebes. Vol 3 No.1:1-3, Juni 2009.
Antari, A.A Raka Juni dan I. K. Sundra. 2002. Kandungan Pb pada Tanaman
Peneduh Jalan Di Kota Denpasar. Jurnal: Universitas dayana. Denpasar.
Jurnal.. 4 January 2010.
Arief, A. 2005. Pemeliharaan Taman. Cetakan VIII. Edisi Revisi. Penebar
Swadaya, Jakarta. 169 hal.
Adinugroho, W.C. 2010. Pendugaan Cadangan Karbon dalam Rangka
Pemanfaatan Fungsi Hutan Sebagai Penyerap Karbon. Hutan dan
Konservasi Alam Vol. III No. 1 : 103-117.
Dahlan, E.N. 2004.Hutan Kota Untuk Peningkatan Kualitas Lingkungan. APHI.
Jakarta.
Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan.2008. Menata Ruang Terbuka
Hijau di Kawasan Perkotaan.Direktorat Jenderal Departemen Pekerjaan
Umum.
Direktoral Jenderal Bina Marga. 1996. Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap
Jalan No.033/TBM/1996. Departemen Pekerjaan Umum.
Maulana, S.I. 2009.Pendugaan Densitas Karbon Tegakan Hutan Alam di
Kabupaten Jayapura, Papua.Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi
Kehutanan.Vol.7 No.4 Edisi Khusus Hal.261-274.
Menteri Dalam Negeri. 1988. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14
Tahun1988.http://www.menlh.go.id/[diakses pada tanggal 6 Oktober
2015].
Nazaruddin. 1996. Penghijauan Kota. Penebar Swadaya. Jakarta.
Peraturan Daerah Kota Medan No. 13. 2011.Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031. Medan
Peraturan Menteri Kehutanan. No. 03/MENHUT-V/2004.Tentang Pedoman
Pembuatan Tanaman Penghijau Kota Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan
dan Lahan.
Peraturan Pemerintah RI No.63. 2002. Hutan Kota. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

Purwasih, H. 2013. Pendugaan Potensi Simpanan Karbon Tanaman di Beberapa
Jalur Hijau Jalan Kota Medan. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara. Medan
Ratnaningsih, A.T. dan E. Suhesti.2010. Peran Hutan Kota dalam Meningkatkan
Kualitas Lingkungan.Journal of Environtmental Science 2010:1(4).
Roslita. 1997. Perencanaan Ruang Terbuka Hijau Kotamadya Padang, Propinsi
Sumatera Barat. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian
IPB. Bogor.
Sato, K., R. Teteishi, Tateda dan S.Sugito. 2002. Fieldwork in Mangrove Forest
on Stand Parameter and Carbon Amount Fixed
Carbondioxide
for
Combining for Remote Sensing DateForest Ecology and Management.

Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan mei sampai dengan juni 2015. Lokasi
penelitian dapat dilihat pada peta administrasi kota Medan. Analisis data
dilakukan di Laboratorium Manajemen Hutan Terpadu, Program Studi
Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Peneliti mengambil lokasi penelitian di jalur hijau jalan arteri sekunder
kota Medan. Adapun lokasi yang dijadikan tempat penelitian merupakan jalur
arteri sekunder yang telah dibagi dalam beberapa bagian. Peneliti mengambil
lokasi penilitian di kota Medan bagian

utara sampai kebagian tengah

kota

Medan.
Lokasi jalur arteri sekunder yang dipakai diambil berdasarkan tabel
informasi daftar rencana jalan dan fungsi jaringan jalan arteri sekunder di
kota Medan oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan. Sebagai
lokasi penelitian yang dipakai adalah jalan AR Hakim pada kecamatan Medan
Area, jalan Bakti pada kecamatan Medan Area, jalan Letda Sudjono pada
kecamatan Medan Tembung, jalan Kol Yos Sudarso pada kecamatan Medan
Labuhan, jalan Putri Hijau pada kecamatan Medan Barat, jalan Sicanang pada
kecamatan Medan Belawan, jalan Perdamean/PelitaII/BambuII pada kecamatan
Medan Timur dan jalan Marelan Raya pada kecamatan Medan Marelan

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1.Peta Administrasi Kota Medan

Sumber : Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan 2015

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Lokasi penelitian
Kecamatan
Medan Area
Medan Belawan
Medan Marelan
Medan Labuhan
Medan Barat
Medan Labuhan
Medan Area
Medan Timur
Medan Tembung

Nama Jalan Jalur Hijau
Jln. AR.Hakim
Jln.Sicanang
Jln Marelan Raya
Jln.Kol Yos Sudarso
Jln.Putri Hijau
Jln.Letda Sudjono
Jln. Bakti
Jln. Perdamean/Pelita/Bambu
Jln. Willem Iskandar

Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global
Position System (GPS), PC (Personal Computer), ArcView GIS 3.3,
pita ukur, clinometers, penggaris, kamera digital, dan alat tulis. Bahan
yang digunakan adalah Peta Administrasi Kota Medan dan peta
usulan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK) Medan.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini meliputi pengumpulan data dan informasi yang
dibutuhkan, serta menganalisis sesuai kebutuhan. Tahapan kegiatannya adalah
sebagai berikut :
Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari lapangan berupa data jenis
vegetasi, diameter, tinggi dan titik koordinat dengan

menggunakan metode

sensus. Metode sensus adalah cara pengumpulan data dimana seluruh elemen
populasi yang diselidiki. Diperoleh dari data sebenarnya atau parameter. Metode
sensus dilakukan terhadap semua jenis vegetasi untuk mengetahui jenis-jenis

Universitas Sumatera Utara

vegetasi yang terdapat di jalur hijau tersebut dengan menggunakan parameter
diameter dan tinggi.
Dalam pengambilan data jenis tanaman yang dilakukan dengan cara sensus
pada jalur yang telah ditetapkan, maka yang harus dilakukan adalah:
1. Kriteria utama dalam pengambilan data adalah dengan memilih jenis
pohon dan palem-paleman. Jenis pohon dimulai dari tingkat pancang
(berdiameter < 10 cm dan tinggi > 1,5 m) hingga tingkat pohon. Sedangkan
untuk palem hanya yang berdiameter > 20 cm yang diambil datanya.
2. Setelah ditentukan jalur yang diambil sebagai sampel penelitian maka
diambil data tanaman pada

jalur tersebut yaitu nama jenis tanaman,

diameter tanaman dan dokumentasi tanaman.
3. Lalu dicatat dan dimasukkan dalam tally sheet yang disediakan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau berasal dari instansiinstansi terkait, jurnal-jurnal penelitian sebelumnya, skripsi, prosiding, artikel
ilmiah, dan literatur pendukung lainnya.
Data-data yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 2. Data primer dan data sekunder yang digunakan dalam penelitian
Nama Data
Titik koordinat vegetasi
Diameter vegetasi
Tinggi vegetasi
Peta Administrasi Kota
Medan
Peta Usulan RTRWK
Kota Medan
Model Alometrik

Jenis Data
Primer
Primer
Primer
Sekunder

Alat
GPS
Pita Ukur
Klinometer
-

Tahun
2014
2014
2014
2014

-

Sumber
Balai Pemantapan Kawasan
Hutan (BPKH)
BAPPEDA Kota Medan

Sekunder
Sekunder

-

Jurnal, Literatur, Skripsi

2014

2014

Universitas Sumatera Utara

Perhitungan Nilai Biomassa, Simpanan Karbon Dan Serapan CO2
Perhitungan nilai biomassa dan karbon tersimpan dilakukan secara bertahap
yaitu dilakukan perhitungan nilai biomassa dan kemudian dilakukan perhitungan
karbon tersimpan diatas permukaannya. Adapun tahapannya adalah sebagai
berikut :
a. Setelah diperoleh data jenis vegetasi, diameter dan tinggi diameter, maka
dicari nilai biomassa tiap jenis vegetasi tersebut menggunakan rumus
alometrik spesifik maupun

umum. Model Alometrik biomassa dari

beberapa jenis vegetasi berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Model alometrik s pesifik dan umum pada setiap jenis vegetasi pohon
Jenis Tanaman
Acacia auriculiformis
Acacia crassicarpa
Acacia mangium
Agathis lorantifolia
Alstonia spp
Altingia exelsa
Bambu
Eucalyptus spp

Model Alometrik
logV=-4,155+2,605 log D
BBA=0,027 D2,891
logV=-3,321+1,99 log D
logV=3,824+2,447 log D
V=0,000081 D2,06 H0,662
V=0,000257 D2,2563
Y= 3225,8+1703,4DBH
V=0,00006598 D2,5056

Gmelina arborea
Dipterocarpaceae

V=0,0000669 D1,952 H0,794
V= 0,0002134 D2,4613

Dryobalanops spp
Jati (Tectona grandis)
Mahoni (Switenia mahogany)

V=0,000661 D2,1
Y=0,153DBH
Y=0,048 D

Mahoni(Switenia
macrophylla)
Shorea sumatrana

Bt=0,9029 (D2.H)0,6840

Palem
(Paraserianthes falcataria)

(AGB)est= 4,5+7,7x H
V=0,00011 D2,5414

Pinus(Pinus merkusii)
Pohon di Sumatera
Shorea spp
Shorea leprosula

V=0,0000305 D1,642 H1,356
B=0,066 D2,59
V=0,000372 D2,25
BBA=0,032 D2,7808

Soemarna dan Siswanto :
1986
Frangi dan Lugo : 1985
Bustomi dan Imanuddin
: 2004
Soemarna : 1972
Ketterings : 2000
Priyanto : 1997
Heriansyah : 2009

Umum (Pohon bercabang)

Y=0,11x ρ x D2,62

Kettering : 2001

V=0,0001546 D2,4664

Sumber
Siswanto : 2008
Rahmat : 2007
Krisnawati : 1997
Siswanto : 2008
Ermawati : 1995
Siswanto : 1996
Kumar : 2005
Direktorat Inventarisasi
Hutan: 1990
Wahjono : 1995
Direktorat Inventarisasi
Hutan: 1991
Priyanto : 1997
Frangi dan Lugo : 1985
Adinugroho dan Sidiyasa
: 2006
Frangi dan Lugo : 1985

Universitas Sumatera Utara

Keterangan :Y= biomassa pohon (kg/ind); Bt=biomassa total (kg/ind); (AGB)est= biomassa pohon
Pohon bagian atas tanah (kg/ind); V= volume pohon(cm3); DBH (diameter setinggi dada) atau
kurang lebih 1,3 m dari permukaan tanah; B= biomassa total (kg/ind); H=Tinggi total vegetasi
(m); D= diameter batang (cm) setinggi 1,3m; ρ= berat jenis kayu (gr/cm3); BBA = Biomassa di
atas permukaan tanah(kg).
Sumber : Model Alometrik dalam Pendugaan Biomassa Pohon : 2012.

Contoh Perhitungan :
Diketahui:
Jenis Tanaman
Angsana (Pterocarpus indicus)
Angsana (Pterocarpus indicus)
Angsana (Pterocarpus indicus)
Angsana (Pterocarpus indicus)
Angsana (Pterocarpus indicus)

Diameter
(cm)
23
27
35
37
45
Total

Biomassa
(Kg/individu)
264,26
402,23
793,89
918,32
1533,63
3912,33

Masukkan ke rumus:
Y = 0,11x ρ x D2,62
Biomassa = 0,11 x 0,65 x 232,62
= 264,26 kg/individu
Jenis yang sama dalam satu jalur, nilai biomassanya ditotalkan sehingga
diperoleh total biomassanya adalah 3912,63 kg biomassa/luasan jalur.
Diubah satuannya menjadi ton/luas jalur dengan mengalikan 10-3 diperoleh hasil
3,91233 ton/luas jalur
Luas jalur = 1,41 ha
Maka diubah nilainya menjadi 3,91233 ton/1,41 ha sehingga menjadi 2,7747
ton/ha
Kemudian dimasukkan ke dalam rumus simpanan karbon
Simpanan karbon = 0,46 x total biomassa
= 0,46 x 2,7747 ton/ha
= 1,2763 ton /ha
Kemudian dimasukkan ke dalam rumus serapan CO2
Serapan CO2 = Simpanan Karbon x Ar/Mr CO2 atau setara 3,67
= 1,2763 ton/ha x 3,67
= 4,6840 ton /ha
Maka, diperoleh nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 satu jenis
tanaman per jalur hijau penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Pembuatan Peta Sebaran Vegetasi dan Klasifikasi Biomassa, Simpanan
Karbon, Serapan CO2 Pada Jalur Hijau Kota Medan
Pembuatan peta penyebaran vegetasi pada Jalur Hijau kota Medan
dilakukan dengan memasukkan titik-titik yang diambil dengan menggunakan
GPS ke dalam sotware DNR GARMIN yang datanya diubah dalam bentuk .shp
setelah itu diolah lagi pada software ArcView GIS 3.3 dan didapat peta
penyebaran vegetasi pada jalur hijau di jalan arteri sekunder kota Medan.
Proses pengolahan data titik koordinat di lapangan adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan data di lapangan berupa data titik koordinat pada jalur hijau
dengan menggunakan alat yaitu GPS.
2. Setelah diperoleh data titik koordinat maka untuk proses pengolahan data
tahap awal dilakukan dengan memasukkan data GPS ke PC dengan
menggunakan sotware DNR Garmin.
3. Diubah file tersebut dengan menggunakn software DNR Garmin menjadi file
berbentuk. shp

yang

kemudian

dapat

diolah

dengan

menggunakan

software ArcView GIS 3.3.
4. Setelah itu diperoleh peta penyebaran vegetasi di RTH kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

Jalur Arteri Sekunder

Inventarisasi Tegakan

Jalur Hijau
1.
2.

Vegetasi

Lebar Jalur
Panjang Jalur

1.
2.
3.

Koordinat Tegakan
Tinggi Tegakan
Diameter Tegakan

Penilaian Nilai Biomassa

Penilaian Cadangan Karbon

Potensi Serapan Carbon (CO2)

Peta Distribusi Cadangan
Karbon

Gambar 2. Bagan Alur Tahapan Kegiatan Penelitian Pendugaan Cadangan Karbon Yang
Terdapat Pada Berbagai Jalur Hijau di Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis dan Jumlah Tanaman di Jalur Hijau
Jalur hijau merupakan salah satu alternatif yang terbaik dalam
mengurangi emisi yang berasal dari kendaraan bermotor karena adanya tanaman
yang ditanam di sisi jalan yang dilalui oleh kendaraan bermotor yang dapat
menyerap gas CO2. Kota Medan yang

merupakan

salah

satu

kota yang

memiliki penduduk cukup padat serta memiliki tingkat transportasi yang tinggi
sangat penting memiliki jalur hijau.
Jalur hijau

merupakan salah satu bentuk hutan kota yang penting

perannya di wilayah perkotaan. Sampel jalan yang digunakan dalam penelitian
ini berdasarkan Perda kota Medan No. 13 Tahun 2011 sehingga diperoleh jalur
arteri di tiap kecamatan kota Medan agar diketahui bagaimana sebaran tanaman
pada jalur tersebut.
Panjang dan lebar jalur hijau per jalan berbeda-beda. Panjang jalan
penelitian berkisar antara 0,48 km

hingga 1,84 km. Sedangkan lebar jalan

berkisar antara 1 m hingga 4 m. Data panjang jalan diperoleh dari Dinas Bina
Marga Kota Medan. Sedangkan data lebar jalan diperoleh dari Dinas Tata
Ruang dan Tata Bangunan Kota

Medan.

Data ukuran panjang jalur hijau

terhadap panjang jalan penelitian memiliki banyak kesamaan, tetapi pada
ukuran jalur hijau bagian median berbeda dengan panjang jalur penelitian.
Lebar pada jalur hijau berkisar antara 1 hingga 4 meter baik pada
tepi maupun median jalan. Dengan adanya data panjang dan lebar jalur maka
dapat diperoleh luas jalur penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. Sampel luasan jalur hijau penelitian yang diperoleh pada jalan arteri
sekunder kota Medan.
No

Kecamatan

Jalur Hijau

Posisi

1

Medan Area

A.R. Hakim

2

Medan
Willem Iskandar
Tembung
3
Medan Area
Jalan Bakti
4
Medan
Letda Sujono
Tembung
5
Medan
Marelan Raya
Marelan
6
Medan
Sicanang
Belawan
7
Medan
Putri Hijau
Barat
8
Medan
Kol Yos Sudarso
Labuhan
9
Medan
Perdamean/Pelita/
Timur
Bambu
Total
Sumber
: Hasil Perhitungan 2015

Pada lebar

Tepi
Median
Tepi
Median
Tepi
Tepi

Panjang
(m)
2400
2250
2976
2500
680
1900

Lebar
(m)
4
2
4
2
7
7

Luas
(m)
14100

Luas
(ha)
1,41

16900

1,69

4800
13200

0,48
1,32

Tepi

2290

5

11400

1,14

Tepi

1480

4

5900

0,59

Tepi

1300

8

10400

1,04

Tepi

2300

8

18400

1,84

Tepi

1600

4

6400

0,64

101500

10,15

jalur untuk jalur hijau tepi merupakan hasil dari

penjumlahan lebar jalur tepi kanan dan tepi kiri yang biasanya sama lebarnya
sehingga untuk mengetahui lebar jalur masing-masing di tepi kanan dan kiri
hanya tinggal dibagi 2 saja. Namun, untuk lebar median jalur belum tentu sama
dengan lebar jalur tepinya sehingga perlu diukur lagi.
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa jalur hijau penelitian yang
terluas terdapat pada jalan Kol Yos Sudarso kecamatan Medan Labuhan dengan
luas 1,84 Ha. Pada jalan Kol Yos Sudarso ini merupakan salah satu jalan yang
memiliki jarak yang cukup panjang. Walaupun jalan ini tidak memiliki median
jalan, tetapi jalan Kol Yos Sudarso memiliki lebar jalan yang cukup besar yaitu 4
meter pada setiap bagian tepi jalan.
Sedangkan luas jalur terkecil terdapat pada jalan Bakti kecamatan
Medan Area dengan luas 0,48 Ha. Pada jalan ini, hanya memiliki posisi jalur
hijau tepi tanpa median jalur. Lebar jalur pada posisi jalur tepi memang

Universitas Sumatera Utara

memiliki lebar yang cukup besar yaitu 3,5 meter pada setiap jalur tepi, akan
tetapi panjang jalur hijau tepi hanya memiliki panjang 680 meter sehingga hal
inilah yang meyebabkan jalan Bakti kecamatan Medan Area memiliki nilai
luas jalur hijau paling sedikit dibanding jalur hijau jalan yang lainnya.
Data tersebut mengindikasikan bahwa ruang terbuka hijau yang di
kota medan masih dapat dikembangkan lagi potensinya dengan memanfaatkan
luas garis sempadan bangunan (GSB). Garis sempadan bangunan merupakan
garis batas luar pengaman yang ditetapkan dalam mendirikan bangunan atau
pagar yang ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan AS jalan, tepi luar kepala
jembatan, tepi sungai, tepi saluran, kaki tanggul, tepi situ yang tidak
diperbolehkannya untuk mendirikan bangunan.
Berdasarkan dari hasil data penelitian yang di peroleh pada 9 jalur
hijau jalan arteri sekunder dari berbagai kecamatan yang ada di kota Medan, maka
dapat diketahui jenis apa saja yang telah ditanam oleh Dinas Pertamanan Kota
Medan sebagai upaya pengurangan emisi karbon. Terdapat 27 jenis tanaman yang
berada di sampel jalur hijau penelitian. Jenis tanaman yang ditanam di jalur hijau
merupakan jenis yang cepat tumbuh, memiliki estetika yang dapat dinikmati
pengendara dan pejalan kaki serta cukup kuat sehingga menciptakan rasa aman
dan nyaman bagi pejalan dan pengendara. Jenis tanaman yang ditemukan pada
jalur hijau penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jenis tanaman yang diperoleh pada jalur penelitian di jalan arteri sekunder kota
Medan
Jenis
(Nama Lokal)
Angsana
Palem
Mahoni
Glodokan
Talok

Nama Latin

Famili

Jumlah Total

Persentase

Pterocarpus Indicus
Oreodoxa regia
Swietenia
macrophylla
Polathia latifolia
Muntingia calabura

Fabaceae
Arecaceae
Meliaceae

781
14
515

49,84
0,89
32,86

Annonaceae
Muntingiaceae

118
15

7,53
0,95

Universitas Sumatera Utara

Mangga
Beringin
Kepuh
Jambu Air
Waru
Saga
Trambesi
Cemara Gunung
Melinjo
Akasia
Mengkudu
Nangka
Cemara Laut
Cemara Kipas
Tanjung
Asam Jawa
Pinus
Jati
Lengkeng
Petai Cina
Mindi
Total

Mangifera indica
Ficus Benjamina
Sterculia Feotida
Syzygium aqueum
Hibiscus tillaceus
Adenanthera
pavoninna
Samanea saman
Casuarina
junghuniana
Gnetum gnemon
Acacia mangium
Morinda citrifolia
Artocarps
heterophyllus
Casuarina
equisetifolia
Thuja occidentalis
Mimusops elengi
Tamarindus Indica
Pinus merkusii
Tectona grandis
Dimocarpus Longan
Leucaena
leucocephala
Melia azedarach

Anacardiaceae
Moraceae
Sterculiaceae
Myrtaceae
Malyaceae
Fabaceae

22
17
9
3
2
1

1,40
1,08
0,57
0,19
0,12
0,06

Fabaceae
Casuarinaceae

22
1

1,4
0,06

Gnetaceae
Fabaceae
Rubiaceae
Moraceae

4
5
4
1

0,25
0,31
0,25
0,06

Anacardiaceae

1

0,06

Anacardiaceae
Sapotaceae
Fabaceae
Pinaceae
Verbenaceae
Sapindaceae
Fabaceae

1
19
1
1
1
1
3

0,06
1,21
0,06
0,06
0,06
0,06
0,19

Meliaceae

1
1563

0,06
100

Berdasarkan data yang diperoleh dari beberapa sampel jalur hijau yang
diambil, diketahui bahwa jenis angsana (Pterocarpus indicus) memiliki jumlah
total individu terbanyak yang ditanam yaitu 781 individu atau sekitar 49,84%
dari keseluruhan jumlah tanaman yang ada di jalur hijau penelitian ini. Jenis
yang terbanyak kedua ditanam di jalur hijau adalah jenis mahoni daun lebar
(Swietenia macrophylla) yaitu sebanyak 515 individu atau sekitar 32,86% dan
jenis yang paling banyak ditanam ketiga dan keempat pada jalur penelitian
adalah dari jenis palem-paleman yaitu jenis glodokan (Polyalthia longifolia) yaitu
sebanyak 118 atau 7,53% individu dan jenis mangga (Mangifera Indica) beserta
jenis Trambesi (Samanea Saman) sama-sama memiliki jumlah individu yang
sama yaitu sebanyak 22 individu atau 1,40%. Sedangkan untuk jenis yang
paling sedikit yaitu yang berjumlah 1 (satu) individu atau hanya 0,01% dari

Universitas Sumatera Utara

keseluruhan yang ditemukan pada jalur hijau penelitian adalah jenis saga
(Adenanthera pavoninna), cemara gunung (Casuarina Junghuniana), cemara laut
(Casuarina equisetifolia), nangka (Artocarpus heterophyllus) ,cemara kipas
(Thuja occidentalis),asam jawa Tamarindus indica) ,pinus (Pinus merkusii), jati
(Tectona grandis) ,mindi (Melia azedarach),dan lengkeng (Dimocarpus longan).
Angsana (Pterocarpus indicus) merupakan jenis pohon yang paling
banyak ditemui pada jalur penelitian.Hal ini dikarenakan angsana dianggap
sebagai pohon pelindung yang cukup banyak memberikan manfaat serta tergolong
tanaman yang cepat tumbuh. Pohon angsana mudah sekali tumbuh dan cepat
besar, penampilannya sebagai pohon pelindung cukup menarik. Daunnya
berwarna hijau segar dan berbentuk oval (Nazaruddin,1996).
Selain itu, menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) pohon
angsana (Pterocarpus indicus) ditanam pada jalur hijau jalan mempunyai fungsi
sebagai peneduh, penyerap polusi dan pemecah angin.
Menurut Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan (2008)
terdapat beberapa kelemahan pohon angsana (Pterocarpus indicus) bila ditanam
pada jalur hijau

yaitu perakarannya

yang tidak kuat dan umumnya

percabangannya mudah patah. Selain itu, menurut Nazaruddin (1996) daun
angsana cukup sering rontok di musim kemarau sehingga kadang daun angsana
dapat mengotori jalan.
Mahoni (Swietenia macrophylla) merupakan jenis terbanyak kedua
yang ditemukan pada jalur hijau penelitian. Pada dasarnya pohon mahoni juga
merupakan tanaman yang cocok untuk ditanam di jalur hijau jalan karena
memiliki akar dan cabang yang kuat sehingga tidak mudah patah sehingga

Universitas Sumatera Utara

menyebabkan rasa aman dan nyaman bagi pengguna jalan. Hal ini sesuai dengan
literatur Nazarudin (1996) yang menyatakan bahwa pohon mahoni merupakan
pohon yang pantas untuk dijadikan pohon pelindung karena memiliki perakaran
dan percabangan batang yang kuat.
Hasil penelitian Antari dan Sundra (2002) yang dilakukan di hutan kota
Denpasar menunjukkan bahwa jenis pohon angsana (Pterocarpus indicus) dan
pohon glodokan (Polyalthia longifolia) merupakan jenis tanaman yang banyak
digunakan di kota Denpasar sebagai tanaman peneduh jalan. Hal tersebut terjadi
karena kedua jenis tanaman tersebut memiliki akar yang dapat bertahan terhadap
kerusakan yang disebabkan oleh getaran kendaraan, mudah tumbuh di daerah
panas dan tahan terhadap angin sehingga cocok digunakan sebagai tanaman
peneduh jalan yang akan dapat menyerap unsur pencemaran yang berasal dari
asap kendaraan bermotor khususnya timah hitam (Pb).
Selain itu, ada juga jenis yang memiliki ketahanan tinggi terhadap
debu dan bahkan mampu menyerap debu tersebut. Hal ini bagus ditanam di tepi
jalan untuk mengurangi polusi udara yang berasal dari kendaraan yang padat
berlalu lalang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dahlan (2004) bahwa jenis
tanaman yang memiliki ketahanan tinggi terhadap pencemaran debu semen.
Beberapa jenis tanaman yang mampu menyerap debu semen antara lain ; mahoni
(Swietenia macrophylla), tanjung (Mimusops elengi), kenari (Canarium
commune), meranti merah (Shorea leprosula), krei payung (Filicium decipiens),
dan kayu hitam (Diospyros celebica).
Jenis yang ditanam di jalur hijau kota Medan termasuk ke dalam jenis
yang memiliki kriteria tanaman tepi jalan dan kriteria tanaman daerah tikungan

Universitas Sumatera Utara

atau persimpangan menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1996). Jenis
tanaman pada jalur hijau Kota Medan memiliki fungsi sebagai pohon peneduh,
penyerap polusi udara, penyerap kebisingan, pemecah angin, pembatas pandang,
pengarah pandangan dan pembentuk pandangan.Kriteria tanaman dengan fungsi
menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) dapat dilihat pada Lampiran.Jenis
tanaman pada jalur hijau kota Medan yang memiliki fungsi tersebut dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jenis tanaman dan fungsinya pada jalur hijau
Fungsi tanaman menurut Direktorat
Jendral Bina Marga 1996
Tepi jalan
1 Peneduh

2
3
4

Penyerap Polusi
Udara
Penyerap Kebisingan
Pemecah Angin

5

Pembatas Pandang

Jenis tanaman pada jalur hijau kota Medan

Tanjung (Mimusops elengi)
Mahoni (Swietenia macropyilla)
Angsana (Pterocarpus indicus)
Angsana (Pterocarpus indicus)
Akasia (Accacia Mangium)
Tanjung (Mimusops elengi)
Cemara laut (Casuarina equisetifolia)
Tanjung (Mimusops elengi)
Angsana (Pterocarpus indicus)
Cemara laut (Casuarina equisetifolia)

Median
1

Penahan Silau
Kendaraan
Tikungan / Persimpangan
1 Pengarah Pandang

2

Pembentuk
Pandangan

Glodokan (Polyalthia longifolia)
Angsana (Pterocarpus indicus)
Mahoni (Swietenia macrophylla)
Palem raja (Oreodoxa regia)
Cemara laut (Casuarina equisetifolia)
Palem raja (Oreodoxa regia)
Cemara laut (Casuarina equisetifolia)
Glodokan (Polyalthia longifolia)

Pada dasarnya tanaman pohon yang ditanam pada jalur hijau memiliki
tujuan dan persyaratan tertentu sehingga tidak sembarangan dalam menanam
tanaman pada jalur hijau baik di tepi maupun di median jalan. Direktorat Jenderal
Bina Marga (1996) menjelaskan bahwa persyaratan utama dalam memilih jenis
tanaman lansekap jalan yaitu perakaran tidak merusak konstruksi jalan, mudah
dalam perawatan, batang atau percabangan tidak mudah patah, dan daun tidak

Universitas Sumatera Utara

mudah rontok atau gugur. Selain itu, pemilihan tanaman jalan perlu
mempertimbangkan faktor keamanan pemakai jalan.
Tanaman jalan sebaiknya tidak mempunyai akar yang besar di permukaan
tanah, tahan terhadap hembusan angin lemah sampai sedang, buah berukuran
tidak terlalu besar, serasah sedikit, teduh tapi tidak terlalu gelap, dan tahan
terhadap pencemar dari kendaraan bermotor serta memiliki ciri fisik yang menarik
antara lain bentuk kanopi, warna daun serta bunga yang indah (Dahlan 2004).
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa terdapat jalur hijau yang
memiliki tanaman pada tepi dan median (tengah) jalan. Ada jalur yang memiliki
tanaman pada tepi jalur saja dan ada jalur yang memiliki tanaman pada tepi dan
tengah (median) jalan. Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) menyatakan bahwa
pada jalur hijau, tanaman disediakan pada tepi jalan serta median jalan. Pada
jalur hijau jalan, tanaman pada jalur tepi memiliki fungsi yaitu sebagai peneduh
jalan, penyerap polusi udara, peredam kebisingan dan pemecah angin. Tanaman
pada jalur median berfungsi sebagai penahan silau lampu kenderaan, Pembentuk
pandangan dan pengarah jalan.
Dari hasil penelitian yang di peroleh di lapangan dari jenis tanaman
terdapat 18 jenis famili tanaman yang ditanam pada jalur hijau penelitian. Jenis
famili

tersebut

yaitu

:Fabaceae,

Arecaceae,

Meliaceae,

Annonaceae,

Muntingiaceae, Anacardiaceae, Moraceae,Sterculiaceae,Gnetaceae ,Myrtaceae,
Malvaceae, Casuarinaceae, Gnetaceae, Rubiaceae, Sapotaceae, Pinaceae,
Verbenaceae ,Sapindaceae . Pada jenis famili fabaceae merupakan jenis tanaman
terbanyak dari yang lain yaitu 6 jenis tanaman, famili Anacardiaceae memiliki 3
jenis tanaman, famili Meliaceae, Moraceae, Gnetaceae masing – masing

Universitas Sumatera Utara

memiliki 2 jenis tanaman dan sisanya ada 5 famili yang memiliki masing-masing
1 jenis tanaman. Sehingga total famili dari jenis tanaman yang diperoleh ada 18
famili yang berbeda karakteristiknya. Distribusi penyebaran famili jenis tanaman
yang ditanam pada jalur hijau penelitian dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Distribusi famili dari jenis tanaman yang ditemui di jalur hijau
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Total

Famili
Fabaceae
Meliaceae
Annonaceae
Anacardiaceae
Sapotaceae
Moraceae
Muntingiaceae
Arecaceae
Sterculiaceae
Gnetaceae
Rubiaceae
Myrtaceae
Malvaceae
Casuarinaceae
Pinaceae
Verbenaceae
Sapindaceae

Persentase(%)
51.88
32.86
7.53
1.53
1.21
1.08
0.95
0.89
0.57
0.25
0.25
0.19
0.12
0.06
0.06
0.06
0.06
100

Jumlah
813
516
118
24
19
18
15
14
9
4
4
3
2
1
1
1
1
1563

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa 52% jenis
tanaman yang berada di jalur hijau berasal dari famili Fabaceae. Jenis tanaman
dari famili Fabaceae cukup banyak dan mendominasi pada jalur hijau penelitian
seperti pada jenis angsana (Pterocarpus indicus), trembesi (Samanea saman),
asam jawa (Tamarindus indica), saga (Adenanthera pavoninna) dan petai cina
(Leucaena leucocephala).
. Sebanyak 33% jenis tanaman berasal dari familiMeliaceae. Jenis yang
cukup mendominasi dari famili Meliaceae yaitu jenis mahoni (Swietenia
macrophylla).
Terdapat 8% jenis tanaman berasal dari famili Annonaceae. Jenis tanaman
yang mendominasi yang berasal dari famili Annonaceae adalah glodokan

Universitas Sumatera Utara

(Polyalthia longifolia). Jenis tanaman lainnya hanya menempati angka 2% yaitu
dari famili Anacardiaceae dimana jenis yang mendominasi adalah mangga
(Mangifera Indica), cemara laut (Casuarina equisetifolia),dan cemara kipas
(Thuja occidentalis) atau satu jenis tanaman untuk tiap famili lain yang berjumlah
13 famili. Salah satu famili dengan jenis yang cukup sering ditanam adalah famili
Sapotaceae dengan jenis tanaman tanjung (Mimusops elengi), famili Arecaceae
dengan jenis tanaman palem raja (Oreodoxa regia) dan famili Muntingiaceae
dengan jenis talok (Muntingia calabura).
Jenis dari famili Fabaceae merupakan jenis yang paling banyak ditanam
pada jalur hijau karena jenis ini memiliki beberapa kelebihan seperti jenisnya
yang mudah tumbuh dan tanaman yang baik dalam menyerap carbon atau
polusi.
Sebaran diameter tanaman
Selain jenis tanaman beserta jumlahnya, diketahui juga diameter masingmasing individu tanaman. Diameter yang diperoleh kemudian diklasifikasikan
berdasarkan tingkat pertumbuhan tanaman berdasarkan Arief (2001) yaitu
menjadi tingkat pancang dengan ciri diameter kurang dari 10 cm dengan tinggi
lebih dari 1,5 m, tingkat tiang dengan ciri diameter lebih dari atau sama dengan 10
cm hingga kurang dari 20 cm, sedangkan tingkat pohon berciri diameter lebih dari
atau sama dengan 20 cm. Dalam satu jalur penelitian, komposisi diameter
berbeda-beda. Ada yang komposisinya didominasi oleh tingkat pancang, tiang dan
pohon. Hasil rekapitulasi jumlah individu tanaman per jalur berdasarkan diameter
(tingkat pertumbuhannya) dapat dilihat pada Tabel 8.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 8. Jumlah individu tanaman pada tiap jalur berdasarkan diameternya
Kecamatan

Pancang(