PEMIDANAAN TERHADAP PECANDU NARKOTIKA DIKAITKAN DENGAN TUJUAN PEMIDANAAN DAN FASILITAS LEMBAGA PERMASYARAKATAN.
JURNAL SKRIPSI
PEMIDANAAN TERHADAP PECANDU NARKOTIKA
DIKAITKAN DENGAN TUJUAN PEMIDANAAN DAN
FASILITAS LEMBAGA PERMASYARAKATAN
Diajukan oleh :
JORDIONE’S GINTING
NPM
Program Studi
Program Kekhususan
: 120511037
: IlmuHukum
: peradilan pidana
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA
2016
PEMIDANAAN TERHADAP PECANDU NARKOTIKA DIKAITKAN DENGAN
TUJUAN PEMIDANAAN DAN FASILITAS PEMASYRAKATAN
Jordione’s ginting
Fakultas Hukum Univesitas Atma Jaya Yogyakarta
jordionesg@yahoo.com
Abstract
Indonesia is a country of law, where everything is regulated by law. The crime related to narcotics/drugs also
regulated by the law. Nowadays Indonesia was hit with a narcotics/drugs crime that took the teenagers and young
people of this nation's future. The large number of Indonesian youth who became a drug addict who finally
arrested and given a criminal charge of lost independence. Penalties lost independence instead of helping them
to apart from narcotics but rather make them worse. Penitentiary in Indonesia can not be tackling the drugs
addicts to be released from dependence. For those issues, a study was conducted which has 2 (two) problem
formulations, 1(first). whether sentencing a drug addict is in conformity with the purpose of punishment? 2. What
are the infrastructure in correctional institutions are already supporting the efforts of rehabilitation of drug
addicts? in searching the data the researchers use the type of data source normative research and researchers
drawn from secondary materials, primary materials and tertiary material. Researchers in analyzing the data
using qualitative analysis methods. Research conducted suggest that the purpose of punishment can not be
implemented fully against drug addicts and prison facilities have not been able to give guidance and
rehabilitation of drug addicts.
Keyword : criminalization,penitentiary, drug addict
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang
1. PENDAHULUAN
hukum,
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
dimana setiap orang tinggal di negara Indonesia
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
harus tunduk dan taat terhadap segala bentuk
menghilangkan
hukum yang telah diatur oleh Pemerintah
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan
Indonesia.
ke
Indonesia
merupakan
Sebagai
seharusnya
negara
negara
masyarakatnya
dari
negara
hukum
melindung
golongan-golongan
dan
dapat
sebagaimana
terlampir dalam Undang-Undang ini.
Pemakaian Narkotika diizinkan oleh negara
ataupun tindakan kejahatan. Dimana Indonesia
untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
sekarang
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
mengalami
jenis
setiap
dalam
nyeri,
ancaman
sedang
segala
dimana
rasa
permasalahaan
penangulangan peredaraan Narkotika. Narkotika
Orang-orang
telah merenggut banyak masa depan orang-orang
seringkali
muda penerus bangsa Indonesia ini. Berdasarkan
mencari keuntungan seperti pengedar Narkotika
Pasal 1 dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
yang mengedarkan Narkotika kepada masyarakat
2009 tentang Narkotika, Narkotika adalah zat
sehingga
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
keuntungan dari peredaran Narkotika semakin
yang
tidak
memanfaatkan
pengedar
bertanggungjawab
Narkotika
tersebut
untuk
mendapatkan
banyak.
pecandu Narkotika. Apakah pecandu harus di
Berdasarkan Pasal 127 ayat (1) dalam Undang-
pidana dengan sanksi penjara jika dilihat dari
Undang 35 tahun 2009 tentang Narkotika diatur
tujuan
penyalahguna Narkotika diberikan sanksi pidana
menjerakan
yaitu:
perbuatan
1. Setiap Penyalahguna:
mengakibatkan
luas
dan
a.
b.
c.
Sesuai
pecandunya
semakin
pidana
yang
pelaku
yang
sesunguhnya
agar
sama
korban
tidak
lagi
lain.
untuk
melakukan
dan
tidak
Kebanyakan
Narkotika Golongan I bagi diri sendiri
pecandu tidak dapat menghentikan kosumsi
dipidana dengan pidana
Narkotika karena Narkotika membuat efek
penjara
paling lama 4 (empat) tahun.
ketergantungan kepada pemakainya (pustaka).
Narkotika Golongan II bagi diri sendiri
Hal yang dibutuhkan oleh pecandu adalah
dipidana dengan pidana penjara paling
rehabilitasi untuk dapat menghentikan konsumsi
lama 2 (dua) tahun; dan
Narkotika.
Pemidaanan
Narkotika Golongan III bagi diri sendiri
seharusnya
juga
dipidana dengan pidana penjara paling
ketersediaan fasilitas lembaga pemasyarakatan
lama 1 (satu) tahun.
agar pecandu yang dipidana tersebut dapat
dengan
aturan
di
atas
bahwa
terhadap
pecandu
mempertimbangkan
direhabilitasi. Kalau fasilitas di dalam lembaga
pecandu/penyalahguna Narkotika mendapatakan
pemasyarakatan
sanksi pidana yaitu berupa pidana penjara. Dari
merehabilitasi para pecandu Narkotika bukankah
sisi hukum seharusnya pecandu harus dihukum
akan mengakibatkan kondisi fisik dan psikis
karena menggunakan Narkotika tidak sesuai
pecandu Narkotika menjadi semakin buruk atau
yang diatur oleh pemerintah dalam Undang-
dapat saja pecandu Narkotika stress karena tidak
Undang
tentang
mengkonsumsi Narkotika. Pecandu Narkotika
Narkotika. Dilihat dari beberapa latar belakang
juga ingin dirinya untuk terbebas dari segala
kenapa
Narkotika
bentuk Narkotika tetapi mereka tidak bisa
kemungkinan hanya dorongan dari luar dirinya
melepaskan begitu saja tanpa bantuan medis
saja, seperti bujukan dari gembong-gembong
untuk merehabiltasi mereka.Dari pemaparan
Narkotika
pecandu
diatas nampak bahwa begitu pentingnya pecandu
Narkotika semakin meluas sehingga gembong
Narkotika untuk direhabilitasi serta perlunya
Narkotika semakin mendapat keuntungan yang
perbaikan fasilitas lembaga pemasyakatan untuk
lebih besar. Pecandu Narkotika juga banyak
merehabilitasi para pecandu Narkotika.
Nomor
pecandu
yang
35
tahun
2009
menggunakan
menginginkan
berasal dari muda-mudi yang beranjak dewasa
yang mencari jati dirinya yang ingin mencoba
segala hal tanpa memikirkan akibat kedepannya.
Berawal dari aksi coba-coba sehingga menjadi
2. METODE
1.
Jenis penelitian
tidak
memadai
untuk
2)
Jenis penelitian yang dilakukan dalam
Undang – Undang Nomor 35
tahun 2009 tentang Narkotika
penyusunan skripsi ini adalah penelitian
hukum normatif. Penelitian hukum normatif
3)
Undang – Undang Nomor 12
adalah penelitian hukum yang dilakukan
tahun
dengan cara meneliti bahan pustaka atau
Pemasyarakatan
data skunder belaka. Bahan pustaka atau
4)
1995
tentang
Peraturan Pemerintah nomor 32
data sekunder belaka yang digunakan dalam
tahun 1999 tentang Syarat dan
penelitian hukum dalam skripsi ini tentunya
Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
yang berkaitan dengan permasalahan yang
Binaan Pemasyarakatan.
di bahas dalam penelitian hukum skripsi ini.
Bahan pustaka atau bahan sekunder belaka
b. Bahan hukum sekunder
tersebut juga harus saling berkaitan antara
Yaitu
satu dengan yang lainnya .
penjelasan mengenai bahan hukum
bahan
yang
memberikan
primer, seperti hasil-hasil seminar atau
2.
Sumber data
pertemuan
ilmiah
lainnya,
bahkan
Data yang digunakan dalam penelitian
dokumen pribadi atau pendapat dari
hukum dalam skripsi ini adalah data
kalangan pakar hukum yang relevan
sekunder, khususnya yang berupa bahan-
dengan objek telahaan penelitian ini.
bahan hukum yaitu:
c. Bahan hukum tersier
a. Bahan hukum primer
Yaitu bahan hukum penunjang yang
Bahan hukum primer adalah bahan-
memberi petunjuk dan penjelasaan
bahan yang mengikat, dan terdiri dari
norma
dasar
peraturan,
atau
peraturan
kaidah
terhadap bahan hukum primer dan
dasar,
bahan
perundang-
hukum
kamus
undangan, bahan-bahan hukum yang
sekunder,
hukum,
misalnya
biografi
dan
sebagainya.
tidak dikodifikasikan, yurisprodensi,
traktat dan bahan hukum dari zaman
penjajahan yang hinnga kini masih
3.
Cara pengumpulan data
berlaku. Bahan hukum primer dalam
skripsi yaitu berupa:
1)
a. Studi kepustakaan
Undang - Undang Dasar 1945
Pasal 28A-28I
Yaitu
dilakukan
pengumpulan
dengan
data
yang
mempelajari,
mengidentifikasi peraturan perundang-
undangan,
buku
maupun
dokumen-
menguatkan suatu gambaran yang sudah ada
dan sebaliknya. 1
dokumen lainnya yang berkaitan dengan
penelitiian (pustaka).
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
b. Wawancara
Sudah sepantasnya setiap orang yang
Wawancara adalah suatu bentuk
komunikasi
verbal.
ini
melakukan suatu bentuk pelangaran
wawancara
terhadap aturan yang ada wajib dihukum
Dalam
peneliti
mengadakan
langsung
dengan
hal
instansi
dengan sanksi yang sudah di sepakati.
lembaga
Begitu juga tindak kejahatan yang
Wawancara
berkaitan dengan Narkotika merupakan
dimaksudkan untuk mendapat informasi
tindakan yang melangar peraturan yang
yang berkaitan dengan permaslahaan
sudah dibuat oleh pemerintah untuk
yang
ditaati. Berkaitan juga dengan masalah
pemerintahaan
pejabat
seperti
pemasyarakatan.
diteliti.
Wawancara
dilakukan
dengan mengunakan daftar pertanyaan,
yan
baik
berkaitan dengan Narkotika sudah sangat
terbuka
pertugas/staff
lembaga
maupun
dengan
tertutup
mengenai
orangtua yang sangat takut anak-anak
mereka
3. Metode Analisis Datas
Metode analisi data yang digunakan dalam
penelitian hukum dalam skripsi ini adalah
kualitatif.
Pengertian
kejahatan
yang
berkaitan
dengan
Narkotika
merupakan
gambaran
baru
sudah
sepantasnya
Narkotika.
penyalahgunaan
tindak
untuk
pemakai
dan
Narkotika.
Dalam
Undang-Undang 35 tahun 2009 Tentang
untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu
sebaliknya,
sautu
pecandu Narkotika merupakan suatu
prosa
kemudian dikaitkan dengan data lainnya
memperoleh
kegiatan
pecandu
hal ini dilakukan terhadap data berupa
atau
semua
bagaimana dengan para pemakai dan
kuantitatif. Terhadap data kualitatif dalam
kebenaran
apakah
dihukum dengan sangat berat, tetapi
baik berupa data kualitatif maupun data
bentuk
walau
demikian
Narkotika
dalam
Narkotika.
sanksi. Para pengedar dan pembuat
Analisis kualitatif dilakukan terhadap data
uraian
terkena
kriminal yang harus dihukum dengan
analisis
kualitatif adalah:
informasi,
Indonesia
merisaukan masyarakat. Dimana para
fasilitas lembaga pemasyarakatan.
analisis
Negara
atau
instansi
pemasayarakatan
menimpa
Narkotika Pasal 54 sudah jelas diatur
sehinga
ataupun
1
Joko subagyo, p , 1999, metode penelitian dalam teori
dan praktek, PT. Rineka Cipta, jakarta , hlm 106
bahwa pecandu Narkotika dan korban
pelaku
penyalahgunaan
wajib
rehabilitasi tetapi malah mendapat sanksi
dan
hilang kemerdekaan. Seorang pecandu
menjalani
Narkotika
rehabilitasi
medis
kriminal.
Tidak
rehabilitasi sosial. Pasal 54 memang
Narkotika
sudah mengatur tentang reahabilitasi
untuk
pecandu tapi pada kenyataannya banyak
mengedarkan
pecandu Narkotika tidak melapor atau
dikonsumsi sendiri sebagai kebutuhan
takut untuk melaporkan dirinya bahwa
dirinya sendiri didalam Undang-Undang
dia adalah seorang pemakai Narkotika.
35 tahun 2009 tentang Narkotika pada
berkaitan
Pasal 112 ayat 1 dan 2 diatur yaitu:
dengan
Undang-Undang
pasti
mendapat
memiliki
dipakai,
Narkotika
bukan
untuk
melainkan
untuk
Narkotika no 35 tahun 2009 pada Pasal
a. Setiap orang yang tanpa hak atau
154 yaitu:
a. Pecandu Narkotika yang sudah cukup
umur
dan
degan
sengaja
melaporkandirinya
tidak
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2)
dipadan dengan kurungan paling lama
6 (enam) bulan atau dipidana denda
paling banyak Rp2.000.000,00 (dua
b. Keluarga dari pecandu Narkotika
sebagimana dimaksud pada ayat (1)
dengan
melaporkan
tesebut
sengaja
pecandu
dipidana
tidak
Narkotika
dangan
pidana
kurungan paling lama 3 (tiga) bulan
atau pidana denda paling banyak Rp
1000.000,00 (satu juta rupiah)
hukum
menyimpan,
memiliki,
menguasai,
atau
menyediakan Narkotika Golongan I
bukan tanaman, dipidana dengan
pidana
penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 12
(dua belas) tahun dan pidana denda
paling
juta rupiah).
yang
melawan
sedikit
Rp800.000.000,00
(delapan ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan
miliar rupiah).
b. Dalam
hal
menyimpan,
perbuatan
memiliki,
menguasai,
atau
menyediakan Narkotika Golongan I
bukan
tanaman
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) beratnya
melebihi 5 (lima) gram, pelaku
Didalam peraturan ini dikatakan
dipidana
dengan
pidana
penjara
bahwa pecandu yang tidak melapor akan
seumur hidup atau
dipidana dengan kurungan 6 bulan.
paling singkat 5 (lima) tahun dan
Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
pecandu Narkotika disamakan dengan
pidana
denda
pidana penjara
maksimum
2) Untuk membimbing agar terpidana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
insyaf
ditambah 1/3 (sepertiga).
dan
menjadi
angota
masyarakat yang berbudi baik
dan pecandu Nar
Seluruh
berguna.
Narkotika ketika memiliki Narkotika.
pecandu akan di jerat dengan Pasal
3) Untuk menghilangakan noda-noda
diatas sebagai kepemilikan Narkotika.
yang diakibatkan oleh tindak pidana.2
apabila pecandu Narkotika mendapat
Tujuan pidana yang dimaksutkan
sanksi hukuman hilang kemerdekaan di
dalam rancangan KUHP pada tahun 1972
lembaga pemasayrakatan apakah hakhak
mereka
dilaksanakan
utnuk
direhabilitasi
oleh
lembaga
sudah baik tetapi hanya mengarah kepada
apa yang telah diulakukan pelaku yang
melakukan kejahatan dan mengarah pada
pemasayarakatan.
agar tidak melakukan kejahatan saja tetapi
Tujuan merupakan suatu yang ingin
belum mengarah untuk perbaikan hukum
dicapai di akhir proses yang telah
itu sendiri tetapi untuk memperbaiki
dikerjakan dengan baik. Sama halnya
pelaku dan melindungi para korba dari
dengan pemidanaan. Membuat suatu
sebuah kejahatan saja. Pada tahun 1982
peraturan yang akan dijatuhan kepada
pelangar
peraturan
memiliki
suatu
tersebut
tujuan
dalam rancangan KUHP tujuan dari
pasti
pemidanaan dirumuskan sebgai berikut:
dibuatnya
hukuman atau sanksi tersebut. Begitu
juga
halnya
dengan
1)
pemidanaan
Mencegah
dilakukannya
tindak
pidana dengahn menegakkan norma
dibuatnya pemidanaan dan proses suatu
hukum
pemidanaan pasti memiliki tujuan yang
masyarakat.
penting atau hasil akhir yang ingin
2)
demi
Mengadakan
pengayoman
koreksi
terhadap
dicapai. Ada beberapa tujuan hukum
terpidana dan dengan demikina
pidana yangdirumuskan oleh undang-
menjadikanya orang yang baik dan
undang dari 1972 sampai sekarang.
berguna, serta mampu untuk hidup
Dalam rancangan KUHP yang disusun
bermasyarakat.
oleh LPHN pada tahun 1972 dirumuskan
3)
Menyelesaikan
konflik
yang
dalam Pasal 2 sabagai berikut:
ditibulkan
tindak
pidana,
1) Untuk mecegah dilakukannnya tindak
memulihkan
oleh
keseimbangan
dan
pidana demi pengayoman negara,
mendatangkan rasa damai dalam
masyarakat dan penduduk.
masyarakat.
2
Ibid hlm 24
4)
Membebaskan rasa bersalah pada
3
terpidana.
Dari sekian banyak tujuan pemidanaan
yang telah dipaparkan dulu hinga sekarang
mengarah atau yang dituju adalah pelaku
Dalam
tujuan
pemidanaan
yang
dirumuskan dalam rancangan KUHP 1982
ini telah lebih memenuhi kebutuhan
hukum dan para pelaku kejahatan serta
korban yang di timbulkan sudah di ikut
sertakan
untuk
menyelesaian
konflik
berkepanjangan antara pelaku dan korban.
Dalam rancangan KUHP pasl 51 tahun
2006
merumuskan
bahwa
tujuan
pemidanaan:
1)
2)
ditentukan oleh Undang-Undang dijerat
dengan
berbagai
sanksi
yang
sudah
ditentukan pula. Secara sempit Kejahatan
merupakan sesuatu yang dapat merugikan
oranglain dan dirinya sendiri. Pecandu
Narkotika selama ini disamakan dengan
pelaku-pelaku kriminal yang melakukan
tindak
korban dari para bandar-bandar Narkotika
pidana dengan menegakkan norma
dan orang-orang yang tidak bertangung
hukum
jawab untuk mencari keuntungan dirinya
Mencegah
dilakukannya
demi
pengayoman
masyarakat.
sendiri.
Memasyarakatkan terpidana dengan
seharunya dibebaskan dari segala tindak
mengadakan
sanksi pidana tapi harus menerima sanksi
pembinaan
sehingga
Pecandu
Narkotika
yang
pidana. Pecandu Narkotika merupaka
konflik
yang
orang yang tersesat yang seharunya di
tindak
pidana,
arahkan ke jalan yang benar, pecandu
dan
seharusya diberikan rehabilitasi medis dan
mendatangkan rasa damai dalam
rehabilitasi sosial agar tidak mengunakan
masyarakat dan
Narkotika terbebas dari ketergantungan
Membebaskan rasa bersalah pada
Narkotika.
Menyelesaikan
ditimbulkan
oleh
memulihkan
4)
bila seorang pelangar peraturan yang telah
kejahatan. Pecandu Narkotika merupakan
orang yang baik dan berguna.
3)
kehajatan atau kriminal. Sudah sepatutnya
kesimbangan,
4
sebaliknya
banyak
kasus
Narkotika yang tidak dapat menerima
terpidan.
rehabilitasi melainkan di beri sanksi hilang
Dalam rumusan tujuan pemidanaan
dalam rancangan KUHP tahun 2006 lebih
lengkap
dari
tujuan
pemidanaan
sebelumnya yang sudah dituliskan diatas.
kemerdakan yang menyebabkan meraka
semakin terpuruk, tidak mengobati .
lembaga pemasayarakatan seharusya tidak
membuat orang semakin lebih buruk dari
sebelumnya sesorang masuk ke lembaga
3
4
Ibid hlm 24
Teguh Prastyo, Op. Cit. hlm14-15
pemasyarakatan.
dapat
berhenti
mengunakan
Narkotika.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian,
penelitian
kepustakaan
baik
c.
Tujuan pemidanaan yang lain
maupun
adalah membuat pelaku menjadi
penelitian lapangan, serta analisis yang
jera. Tujuan ini juga belum
telah
tercapai
penulis
lakukan
pada
Bab
terhadapa
pecandu
terdahulu, berikut disajikan kesimpulan
narkotika
yang
Narkotika di Indonesia masih
merupakan
jawaban
terhadap
permasalahan dalam penelitian hukum
karena
pecandu
terus meningkat.
ini sebagai berikut:
1. Pemidanaan
Narkotika
terhadap
belum
pecandu
sesuai
dengan
tujuan pemidanaan karena:
a.
pemasyarakatan
sangat
belum
Salah satu tujuan pemidanaan
mendukung untuk upaya rehabilitasi
adalah
para pecandu Narkotika karena untuk
memasyarakatkan
terpidana dengan mengadakan
merehabilitasi
pembinaan
membutuhkan fasilitas khusus seperti
sehingga
menjadi
pecandu
narkotika
orang yang baik dan berguna,
obat-obatan
Tujuan ini belum dapat dicapai
methadone selain
terhadap
Narkotika
membutuhkan fasilitas medis siap
pecandu
siaga dalam 24 jam bila terjadi sakaw
dengan
terhadap pecandu narkotika. Dalam
karena
pecandu
pembinaan
narkotika
disamakan
salah
satunya
itu
juga
narapidana lain yang melakukan
lembaga
tindak
berbeda.
memiliki obat-obatan khusus untuk
yang
dilakukan
pecandu juga para dokter dan prawat
pecandu
narkotika
yang siap siaga 24 jam. Sumber daya
kriminal
Pembinaan
terhadap
b.
2. Sarana dan prasarana di lembaga
pemsayarakatan
belum
seharusnya lebih khusus.
manusianya
Fasilitas
terbatas karena untuk merehabilitasi
di
dalam
lembaga
pemasyarakan belum memadai
pecandu
untuk
dibutuhkan
membina
pecandu
juga
masih
narkotika
secara
orang-orang
Narkotika karena fasilitas di
memiliki
dalam lembaga pemasyarakatan
dibidangnya
sangat minim dan terbatas untuk
pemasyarakatan
membina pecandu narkotika agar
sumber
kemampuan
daya
sangat
tetapi
sosial
yang
khusus
lembaga
belum
memiliki
yang
khusus
membidangi
rehabilitasi
sosial
terhadap pecandu narkotika.
Leden Marpaung,2005, Asas-Teori-Praktik Hukum
Pidana , Sinar Grafika,. Jakarta
Mardani, 2008, Penyalahgunaan Narkoba , PT Raja
6. REFRENSI
Grafindo Persada, Bandung
Buku:
Moeljatno, 1985, Azas-Azas Hukum Pidana , PT.
Arif Hakim, 2004, Bahaya Narkoba , Cijambe
Bina Aksara, Jakarta
Teguh Prasetyo, 2010, Hukum Pidana , PT Raja
Indah, Maja Lengka
Wali Pers, Jakarta
Barda
nawawi
arief,
1992,
Teori-Teori
dan
Peraturan perundang-undangan:
Kebijakan Pidana ,alumni, Bandung
Undang - Undang Dasar 1945 Pasal 28A-28I
Bambang Waluyo, 2000, Pidana dan Pemidanaan,
Undang – Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang
Sinar Grafika, Jakarta
Dwidja Priyanto,2006, Sistem Pelaksanaan Pidana
Penjara di Indonesia , PT refikaaditama,
Bandung
Gatot
Supramono,
2004,
Hukum
Narkoba
Indonesia , Djabatan, Jakarta
Pidana ,
Undang – Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan
Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1999 tentang
Hari Sasangka, 2003, Narkotika Psikotropika dalam
Hukum
Narkotika
CV.
Mandar
Maju,
Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
Binaan Pemasyarakatan.
Bandung
Josias Simon R dan Thomas Sunaryo, 2011, Studi
Website:
Kebudyaan Lembaga Pemasyarakatan di
Indonesia , lubuk Agung, Bandung
Wikipedia,
https://id.wikipedia.org/wiki/Rehabilitasi,
tangal 11 mei 2016
diakses
PEMIDANAAN TERHADAP PECANDU NARKOTIKA
DIKAITKAN DENGAN TUJUAN PEMIDANAAN DAN
FASILITAS LEMBAGA PERMASYARAKATAN
Diajukan oleh :
JORDIONE’S GINTING
NPM
Program Studi
Program Kekhususan
: 120511037
: IlmuHukum
: peradilan pidana
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA
2016
PEMIDANAAN TERHADAP PECANDU NARKOTIKA DIKAITKAN DENGAN
TUJUAN PEMIDANAAN DAN FASILITAS PEMASYRAKATAN
Jordione’s ginting
Fakultas Hukum Univesitas Atma Jaya Yogyakarta
jordionesg@yahoo.com
Abstract
Indonesia is a country of law, where everything is regulated by law. The crime related to narcotics/drugs also
regulated by the law. Nowadays Indonesia was hit with a narcotics/drugs crime that took the teenagers and young
people of this nation's future. The large number of Indonesian youth who became a drug addict who finally
arrested and given a criminal charge of lost independence. Penalties lost independence instead of helping them
to apart from narcotics but rather make them worse. Penitentiary in Indonesia can not be tackling the drugs
addicts to be released from dependence. For those issues, a study was conducted which has 2 (two) problem
formulations, 1(first). whether sentencing a drug addict is in conformity with the purpose of punishment? 2. What
are the infrastructure in correctional institutions are already supporting the efforts of rehabilitation of drug
addicts? in searching the data the researchers use the type of data source normative research and researchers
drawn from secondary materials, primary materials and tertiary material. Researchers in analyzing the data
using qualitative analysis methods. Research conducted suggest that the purpose of punishment can not be
implemented fully against drug addicts and prison facilities have not been able to give guidance and
rehabilitation of drug addicts.
Keyword : criminalization,penitentiary, drug addict
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang
1. PENDAHULUAN
hukum,
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
dimana setiap orang tinggal di negara Indonesia
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
harus tunduk dan taat terhadap segala bentuk
menghilangkan
hukum yang telah diatur oleh Pemerintah
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan
Indonesia.
ke
Indonesia
merupakan
Sebagai
seharusnya
negara
negara
masyarakatnya
dari
negara
hukum
melindung
golongan-golongan
dan
dapat
sebagaimana
terlampir dalam Undang-Undang ini.
Pemakaian Narkotika diizinkan oleh negara
ataupun tindakan kejahatan. Dimana Indonesia
untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
sekarang
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
mengalami
jenis
setiap
dalam
nyeri,
ancaman
sedang
segala
dimana
rasa
permasalahaan
penangulangan peredaraan Narkotika. Narkotika
Orang-orang
telah merenggut banyak masa depan orang-orang
seringkali
muda penerus bangsa Indonesia ini. Berdasarkan
mencari keuntungan seperti pengedar Narkotika
Pasal 1 dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
yang mengedarkan Narkotika kepada masyarakat
2009 tentang Narkotika, Narkotika adalah zat
sehingga
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
keuntungan dari peredaran Narkotika semakin
yang
tidak
memanfaatkan
pengedar
bertanggungjawab
Narkotika
tersebut
untuk
mendapatkan
banyak.
pecandu Narkotika. Apakah pecandu harus di
Berdasarkan Pasal 127 ayat (1) dalam Undang-
pidana dengan sanksi penjara jika dilihat dari
Undang 35 tahun 2009 tentang Narkotika diatur
tujuan
penyalahguna Narkotika diberikan sanksi pidana
menjerakan
yaitu:
perbuatan
1. Setiap Penyalahguna:
mengakibatkan
luas
dan
a.
b.
c.
Sesuai
pecandunya
semakin
pidana
yang
pelaku
yang
sesunguhnya
agar
sama
korban
tidak
lagi
lain.
untuk
melakukan
dan
tidak
Kebanyakan
Narkotika Golongan I bagi diri sendiri
pecandu tidak dapat menghentikan kosumsi
dipidana dengan pidana
Narkotika karena Narkotika membuat efek
penjara
paling lama 4 (empat) tahun.
ketergantungan kepada pemakainya (pustaka).
Narkotika Golongan II bagi diri sendiri
Hal yang dibutuhkan oleh pecandu adalah
dipidana dengan pidana penjara paling
rehabilitasi untuk dapat menghentikan konsumsi
lama 2 (dua) tahun; dan
Narkotika.
Pemidaanan
Narkotika Golongan III bagi diri sendiri
seharusnya
juga
dipidana dengan pidana penjara paling
ketersediaan fasilitas lembaga pemasyarakatan
lama 1 (satu) tahun.
agar pecandu yang dipidana tersebut dapat
dengan
aturan
di
atas
bahwa
terhadap
pecandu
mempertimbangkan
direhabilitasi. Kalau fasilitas di dalam lembaga
pecandu/penyalahguna Narkotika mendapatakan
pemasyarakatan
sanksi pidana yaitu berupa pidana penjara. Dari
merehabilitasi para pecandu Narkotika bukankah
sisi hukum seharusnya pecandu harus dihukum
akan mengakibatkan kondisi fisik dan psikis
karena menggunakan Narkotika tidak sesuai
pecandu Narkotika menjadi semakin buruk atau
yang diatur oleh pemerintah dalam Undang-
dapat saja pecandu Narkotika stress karena tidak
Undang
tentang
mengkonsumsi Narkotika. Pecandu Narkotika
Narkotika. Dilihat dari beberapa latar belakang
juga ingin dirinya untuk terbebas dari segala
kenapa
Narkotika
bentuk Narkotika tetapi mereka tidak bisa
kemungkinan hanya dorongan dari luar dirinya
melepaskan begitu saja tanpa bantuan medis
saja, seperti bujukan dari gembong-gembong
untuk merehabiltasi mereka.Dari pemaparan
Narkotika
pecandu
diatas nampak bahwa begitu pentingnya pecandu
Narkotika semakin meluas sehingga gembong
Narkotika untuk direhabilitasi serta perlunya
Narkotika semakin mendapat keuntungan yang
perbaikan fasilitas lembaga pemasyakatan untuk
lebih besar. Pecandu Narkotika juga banyak
merehabilitasi para pecandu Narkotika.
Nomor
pecandu
yang
35
tahun
2009
menggunakan
menginginkan
berasal dari muda-mudi yang beranjak dewasa
yang mencari jati dirinya yang ingin mencoba
segala hal tanpa memikirkan akibat kedepannya.
Berawal dari aksi coba-coba sehingga menjadi
2. METODE
1.
Jenis penelitian
tidak
memadai
untuk
2)
Jenis penelitian yang dilakukan dalam
Undang – Undang Nomor 35
tahun 2009 tentang Narkotika
penyusunan skripsi ini adalah penelitian
hukum normatif. Penelitian hukum normatif
3)
Undang – Undang Nomor 12
adalah penelitian hukum yang dilakukan
tahun
dengan cara meneliti bahan pustaka atau
Pemasyarakatan
data skunder belaka. Bahan pustaka atau
4)
1995
tentang
Peraturan Pemerintah nomor 32
data sekunder belaka yang digunakan dalam
tahun 1999 tentang Syarat dan
penelitian hukum dalam skripsi ini tentunya
Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
yang berkaitan dengan permasalahan yang
Binaan Pemasyarakatan.
di bahas dalam penelitian hukum skripsi ini.
Bahan pustaka atau bahan sekunder belaka
b. Bahan hukum sekunder
tersebut juga harus saling berkaitan antara
Yaitu
satu dengan yang lainnya .
penjelasan mengenai bahan hukum
bahan
yang
memberikan
primer, seperti hasil-hasil seminar atau
2.
Sumber data
pertemuan
ilmiah
lainnya,
bahkan
Data yang digunakan dalam penelitian
dokumen pribadi atau pendapat dari
hukum dalam skripsi ini adalah data
kalangan pakar hukum yang relevan
sekunder, khususnya yang berupa bahan-
dengan objek telahaan penelitian ini.
bahan hukum yaitu:
c. Bahan hukum tersier
a. Bahan hukum primer
Yaitu bahan hukum penunjang yang
Bahan hukum primer adalah bahan-
memberi petunjuk dan penjelasaan
bahan yang mengikat, dan terdiri dari
norma
dasar
peraturan,
atau
peraturan
kaidah
terhadap bahan hukum primer dan
dasar,
bahan
perundang-
hukum
kamus
undangan, bahan-bahan hukum yang
sekunder,
hukum,
misalnya
biografi
dan
sebagainya.
tidak dikodifikasikan, yurisprodensi,
traktat dan bahan hukum dari zaman
penjajahan yang hinnga kini masih
3.
Cara pengumpulan data
berlaku. Bahan hukum primer dalam
skripsi yaitu berupa:
1)
a. Studi kepustakaan
Undang - Undang Dasar 1945
Pasal 28A-28I
Yaitu
dilakukan
pengumpulan
dengan
data
yang
mempelajari,
mengidentifikasi peraturan perundang-
undangan,
buku
maupun
dokumen-
menguatkan suatu gambaran yang sudah ada
dan sebaliknya. 1
dokumen lainnya yang berkaitan dengan
penelitiian (pustaka).
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
b. Wawancara
Sudah sepantasnya setiap orang yang
Wawancara adalah suatu bentuk
komunikasi
verbal.
ini
melakukan suatu bentuk pelangaran
wawancara
terhadap aturan yang ada wajib dihukum
Dalam
peneliti
mengadakan
langsung
dengan
hal
instansi
dengan sanksi yang sudah di sepakati.
lembaga
Begitu juga tindak kejahatan yang
Wawancara
berkaitan dengan Narkotika merupakan
dimaksudkan untuk mendapat informasi
tindakan yang melangar peraturan yang
yang berkaitan dengan permaslahaan
sudah dibuat oleh pemerintah untuk
yang
ditaati. Berkaitan juga dengan masalah
pemerintahaan
pejabat
seperti
pemasyarakatan.
diteliti.
Wawancara
dilakukan
dengan mengunakan daftar pertanyaan,
yan
baik
berkaitan dengan Narkotika sudah sangat
terbuka
pertugas/staff
lembaga
maupun
dengan
tertutup
mengenai
orangtua yang sangat takut anak-anak
mereka
3. Metode Analisis Datas
Metode analisi data yang digunakan dalam
penelitian hukum dalam skripsi ini adalah
kualitatif.
Pengertian
kejahatan
yang
berkaitan
dengan
Narkotika
merupakan
gambaran
baru
sudah
sepantasnya
Narkotika.
penyalahgunaan
tindak
untuk
pemakai
dan
Narkotika.
Dalam
Undang-Undang 35 tahun 2009 Tentang
untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu
sebaliknya,
sautu
pecandu Narkotika merupakan suatu
prosa
kemudian dikaitkan dengan data lainnya
memperoleh
kegiatan
pecandu
hal ini dilakukan terhadap data berupa
atau
semua
bagaimana dengan para pemakai dan
kuantitatif. Terhadap data kualitatif dalam
kebenaran
apakah
dihukum dengan sangat berat, tetapi
baik berupa data kualitatif maupun data
bentuk
walau
demikian
Narkotika
dalam
Narkotika.
sanksi. Para pengedar dan pembuat
Analisis kualitatif dilakukan terhadap data
uraian
terkena
kriminal yang harus dihukum dengan
analisis
kualitatif adalah:
informasi,
Indonesia
merisaukan masyarakat. Dimana para
fasilitas lembaga pemasyarakatan.
analisis
Negara
atau
instansi
pemasayarakatan
menimpa
Narkotika Pasal 54 sudah jelas diatur
sehinga
ataupun
1
Joko subagyo, p , 1999, metode penelitian dalam teori
dan praktek, PT. Rineka Cipta, jakarta , hlm 106
bahwa pecandu Narkotika dan korban
pelaku
penyalahgunaan
wajib
rehabilitasi tetapi malah mendapat sanksi
dan
hilang kemerdekaan. Seorang pecandu
menjalani
Narkotika
rehabilitasi
medis
kriminal.
Tidak
rehabilitasi sosial. Pasal 54 memang
Narkotika
sudah mengatur tentang reahabilitasi
untuk
pecandu tapi pada kenyataannya banyak
mengedarkan
pecandu Narkotika tidak melapor atau
dikonsumsi sendiri sebagai kebutuhan
takut untuk melaporkan dirinya bahwa
dirinya sendiri didalam Undang-Undang
dia adalah seorang pemakai Narkotika.
35 tahun 2009 tentang Narkotika pada
berkaitan
Pasal 112 ayat 1 dan 2 diatur yaitu:
dengan
Undang-Undang
pasti
mendapat
memiliki
dipakai,
Narkotika
bukan
untuk
melainkan
untuk
Narkotika no 35 tahun 2009 pada Pasal
a. Setiap orang yang tanpa hak atau
154 yaitu:
a. Pecandu Narkotika yang sudah cukup
umur
dan
degan
sengaja
melaporkandirinya
tidak
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2)
dipadan dengan kurungan paling lama
6 (enam) bulan atau dipidana denda
paling banyak Rp2.000.000,00 (dua
b. Keluarga dari pecandu Narkotika
sebagimana dimaksud pada ayat (1)
dengan
melaporkan
tesebut
sengaja
pecandu
dipidana
tidak
Narkotika
dangan
pidana
kurungan paling lama 3 (tiga) bulan
atau pidana denda paling banyak Rp
1000.000,00 (satu juta rupiah)
hukum
menyimpan,
memiliki,
menguasai,
atau
menyediakan Narkotika Golongan I
bukan tanaman, dipidana dengan
pidana
penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 12
(dua belas) tahun dan pidana denda
paling
juta rupiah).
yang
melawan
sedikit
Rp800.000.000,00
(delapan ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan
miliar rupiah).
b. Dalam
hal
menyimpan,
perbuatan
memiliki,
menguasai,
atau
menyediakan Narkotika Golongan I
bukan
tanaman
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) beratnya
melebihi 5 (lima) gram, pelaku
Didalam peraturan ini dikatakan
dipidana
dengan
pidana
penjara
bahwa pecandu yang tidak melapor akan
seumur hidup atau
dipidana dengan kurungan 6 bulan.
paling singkat 5 (lima) tahun dan
Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
pecandu Narkotika disamakan dengan
pidana
denda
pidana penjara
maksimum
2) Untuk membimbing agar terpidana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
insyaf
ditambah 1/3 (sepertiga).
dan
menjadi
angota
masyarakat yang berbudi baik
dan pecandu Nar
Seluruh
berguna.
Narkotika ketika memiliki Narkotika.
pecandu akan di jerat dengan Pasal
3) Untuk menghilangakan noda-noda
diatas sebagai kepemilikan Narkotika.
yang diakibatkan oleh tindak pidana.2
apabila pecandu Narkotika mendapat
Tujuan pidana yang dimaksutkan
sanksi hukuman hilang kemerdekaan di
dalam rancangan KUHP pada tahun 1972
lembaga pemasayrakatan apakah hakhak
mereka
dilaksanakan
utnuk
direhabilitasi
oleh
lembaga
sudah baik tetapi hanya mengarah kepada
apa yang telah diulakukan pelaku yang
melakukan kejahatan dan mengarah pada
pemasayarakatan.
agar tidak melakukan kejahatan saja tetapi
Tujuan merupakan suatu yang ingin
belum mengarah untuk perbaikan hukum
dicapai di akhir proses yang telah
itu sendiri tetapi untuk memperbaiki
dikerjakan dengan baik. Sama halnya
pelaku dan melindungi para korba dari
dengan pemidanaan. Membuat suatu
sebuah kejahatan saja. Pada tahun 1982
peraturan yang akan dijatuhan kepada
pelangar
peraturan
memiliki
suatu
tersebut
tujuan
dalam rancangan KUHP tujuan dari
pasti
pemidanaan dirumuskan sebgai berikut:
dibuatnya
hukuman atau sanksi tersebut. Begitu
juga
halnya
dengan
1)
pemidanaan
Mencegah
dilakukannya
tindak
pidana dengahn menegakkan norma
dibuatnya pemidanaan dan proses suatu
hukum
pemidanaan pasti memiliki tujuan yang
masyarakat.
penting atau hasil akhir yang ingin
2)
demi
Mengadakan
pengayoman
koreksi
terhadap
dicapai. Ada beberapa tujuan hukum
terpidana dan dengan demikina
pidana yangdirumuskan oleh undang-
menjadikanya orang yang baik dan
undang dari 1972 sampai sekarang.
berguna, serta mampu untuk hidup
Dalam rancangan KUHP yang disusun
bermasyarakat.
oleh LPHN pada tahun 1972 dirumuskan
3)
Menyelesaikan
konflik
yang
dalam Pasal 2 sabagai berikut:
ditibulkan
tindak
pidana,
1) Untuk mecegah dilakukannnya tindak
memulihkan
oleh
keseimbangan
dan
pidana demi pengayoman negara,
mendatangkan rasa damai dalam
masyarakat dan penduduk.
masyarakat.
2
Ibid hlm 24
4)
Membebaskan rasa bersalah pada
3
terpidana.
Dari sekian banyak tujuan pemidanaan
yang telah dipaparkan dulu hinga sekarang
mengarah atau yang dituju adalah pelaku
Dalam
tujuan
pemidanaan
yang
dirumuskan dalam rancangan KUHP 1982
ini telah lebih memenuhi kebutuhan
hukum dan para pelaku kejahatan serta
korban yang di timbulkan sudah di ikut
sertakan
untuk
menyelesaian
konflik
berkepanjangan antara pelaku dan korban.
Dalam rancangan KUHP pasl 51 tahun
2006
merumuskan
bahwa
tujuan
pemidanaan:
1)
2)
ditentukan oleh Undang-Undang dijerat
dengan
berbagai
sanksi
yang
sudah
ditentukan pula. Secara sempit Kejahatan
merupakan sesuatu yang dapat merugikan
oranglain dan dirinya sendiri. Pecandu
Narkotika selama ini disamakan dengan
pelaku-pelaku kriminal yang melakukan
tindak
korban dari para bandar-bandar Narkotika
pidana dengan menegakkan norma
dan orang-orang yang tidak bertangung
hukum
jawab untuk mencari keuntungan dirinya
Mencegah
dilakukannya
demi
pengayoman
masyarakat.
sendiri.
Memasyarakatkan terpidana dengan
seharunya dibebaskan dari segala tindak
mengadakan
sanksi pidana tapi harus menerima sanksi
pembinaan
sehingga
Pecandu
Narkotika
yang
pidana. Pecandu Narkotika merupaka
konflik
yang
orang yang tersesat yang seharunya di
tindak
pidana,
arahkan ke jalan yang benar, pecandu
dan
seharusya diberikan rehabilitasi medis dan
mendatangkan rasa damai dalam
rehabilitasi sosial agar tidak mengunakan
masyarakat dan
Narkotika terbebas dari ketergantungan
Membebaskan rasa bersalah pada
Narkotika.
Menyelesaikan
ditimbulkan
oleh
memulihkan
4)
bila seorang pelangar peraturan yang telah
kejahatan. Pecandu Narkotika merupakan
orang yang baik dan berguna.
3)
kehajatan atau kriminal. Sudah sepatutnya
kesimbangan,
4
sebaliknya
banyak
kasus
Narkotika yang tidak dapat menerima
terpidan.
rehabilitasi melainkan di beri sanksi hilang
Dalam rumusan tujuan pemidanaan
dalam rancangan KUHP tahun 2006 lebih
lengkap
dari
tujuan
pemidanaan
sebelumnya yang sudah dituliskan diatas.
kemerdakan yang menyebabkan meraka
semakin terpuruk, tidak mengobati .
lembaga pemasayarakatan seharusya tidak
membuat orang semakin lebih buruk dari
sebelumnya sesorang masuk ke lembaga
3
4
Ibid hlm 24
Teguh Prastyo, Op. Cit. hlm14-15
pemasyarakatan.
dapat
berhenti
mengunakan
Narkotika.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian,
penelitian
kepustakaan
baik
c.
Tujuan pemidanaan yang lain
maupun
adalah membuat pelaku menjadi
penelitian lapangan, serta analisis yang
jera. Tujuan ini juga belum
telah
tercapai
penulis
lakukan
pada
Bab
terhadapa
pecandu
terdahulu, berikut disajikan kesimpulan
narkotika
yang
Narkotika di Indonesia masih
merupakan
jawaban
terhadap
permasalahan dalam penelitian hukum
karena
pecandu
terus meningkat.
ini sebagai berikut:
1. Pemidanaan
Narkotika
terhadap
belum
pecandu
sesuai
dengan
tujuan pemidanaan karena:
a.
pemasyarakatan
sangat
belum
Salah satu tujuan pemidanaan
mendukung untuk upaya rehabilitasi
adalah
para pecandu Narkotika karena untuk
memasyarakatkan
terpidana dengan mengadakan
merehabilitasi
pembinaan
membutuhkan fasilitas khusus seperti
sehingga
menjadi
pecandu
narkotika
orang yang baik dan berguna,
obat-obatan
Tujuan ini belum dapat dicapai
methadone selain
terhadap
Narkotika
membutuhkan fasilitas medis siap
pecandu
siaga dalam 24 jam bila terjadi sakaw
dengan
terhadap pecandu narkotika. Dalam
karena
pecandu
pembinaan
narkotika
disamakan
salah
satunya
itu
juga
narapidana lain yang melakukan
lembaga
tindak
berbeda.
memiliki obat-obatan khusus untuk
yang
dilakukan
pecandu juga para dokter dan prawat
pecandu
narkotika
yang siap siaga 24 jam. Sumber daya
kriminal
Pembinaan
terhadap
b.
2. Sarana dan prasarana di lembaga
pemsayarakatan
belum
seharusnya lebih khusus.
manusianya
Fasilitas
terbatas karena untuk merehabilitasi
di
dalam
lembaga
pemasyarakan belum memadai
pecandu
untuk
dibutuhkan
membina
pecandu
juga
masih
narkotika
secara
orang-orang
Narkotika karena fasilitas di
memiliki
dalam lembaga pemasyarakatan
dibidangnya
sangat minim dan terbatas untuk
pemasyarakatan
membina pecandu narkotika agar
sumber
kemampuan
daya
sangat
tetapi
sosial
yang
khusus
lembaga
belum
memiliki
yang
khusus
membidangi
rehabilitasi
sosial
terhadap pecandu narkotika.
Leden Marpaung,2005, Asas-Teori-Praktik Hukum
Pidana , Sinar Grafika,. Jakarta
Mardani, 2008, Penyalahgunaan Narkoba , PT Raja
6. REFRENSI
Grafindo Persada, Bandung
Buku:
Moeljatno, 1985, Azas-Azas Hukum Pidana , PT.
Arif Hakim, 2004, Bahaya Narkoba , Cijambe
Bina Aksara, Jakarta
Teguh Prasetyo, 2010, Hukum Pidana , PT Raja
Indah, Maja Lengka
Wali Pers, Jakarta
Barda
nawawi
arief,
1992,
Teori-Teori
dan
Peraturan perundang-undangan:
Kebijakan Pidana ,alumni, Bandung
Undang - Undang Dasar 1945 Pasal 28A-28I
Bambang Waluyo, 2000, Pidana dan Pemidanaan,
Undang – Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang
Sinar Grafika, Jakarta
Dwidja Priyanto,2006, Sistem Pelaksanaan Pidana
Penjara di Indonesia , PT refikaaditama,
Bandung
Gatot
Supramono,
2004,
Hukum
Narkoba
Indonesia , Djabatan, Jakarta
Pidana ,
Undang – Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan
Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1999 tentang
Hari Sasangka, 2003, Narkotika Psikotropika dalam
Hukum
Narkotika
CV.
Mandar
Maju,
Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
Binaan Pemasyarakatan.
Bandung
Josias Simon R dan Thomas Sunaryo, 2011, Studi
Website:
Kebudyaan Lembaga Pemasyarakatan di
Indonesia , lubuk Agung, Bandung
Wikipedia,
https://id.wikipedia.org/wiki/Rehabilitasi,
tangal 11 mei 2016
diakses