9
2.2. Penahanan
RUU mendorong masa penahanan yang makin panjang, dari 6 bulan menjadi total maksimal 510 hari, lebih dari satu tahun. Ini merupakan jenis penahanan sebelum pengadilan pre trial detention
yang sangat panjang. Ketentuan penahanan dalam RUU ini sangat eksesif karena tidak didasarkan atas prinsip-prinsip sebagaimana diatur dalam hukum acara pidana Indonesia. Salah satunya adalah
melanggar prinsip agar tersangka untuk segera diajukan ke ruang sidang dan diproses perkaranya.
Lamanya waktu ini juga bertentangan dengan ICCPR, sama dengan KUHAP, melanggar prinsip tersangka harus segera untuk dihadapkan pada hakim dan diproses hukum. Lamanya waktu
penahanan ini akan mengakibatkan pengurangan hak dan pembatasan kemerdekaan yang berlebihan tanpa didasarkan atas pertimbangan prinsip hukum dan Hak Asasi Manusia
Tabel 3. Perbandingan Pasal 25
UU terorisme RUU
Pasal 25
1 Penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan dalam perkara tindak pidana terorisme,
dilakukan berdasarkan hukum acara yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- undang ini.
2 Untuk kepentingan penyidikan dan
penuntutan, penyidik diberi wewenang untuk melakukan penahanan terhadap
tersangka paling lama 6 enam bulan.
3 Ayat 2
4 Jangka waktu 6 enam bulan yang
dimaksud dalam ketentuan ini terdiri dari 4 empat bulan untuk kepentingan
penyidikan dan 2 dua bulan untuk kepentingan penuntutan
Pasal 25
1
Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan dalam perkara Tindak
Pidana Terorisme dilakukan berdasarkan hukum acara pidana yang berlaku, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-Undang ini.
2
Untuk kepentingan penyidikan, penyidik berwenang melakukan penahanan terhadap
tersangka dalam waktu paling lama 180 seratus delapan puluh hari.
3
Jangka waktu penahanan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat diperpanjang
oleh penuntut umum dalam waktu paling lama 60 enam puluh hari.
4
Untuk kepentingan penuntutan, penahanan yang diberikan oleh penuntut umum berlaku
paling lama 90 sembilan puluh hari.
5 Jangka waktu penahanan untuk kepentingan
penuntutan sebagaimana dimaksud pada ayat 4 dapat diperpanjang oleh hakim
pengadilan negeri dalam waktu paling lama 60 enam puluh hari.
6
Dikecualikan dari jangka waktu penahanan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dan
ayat 5 guna kepentingan penyidikan atau penuntutan, jangka waktu penahanan dapat
diperpanjang oleh ketua pengadilan negeri dalam waktu paling lama 60 enam puluh
hari
10
Tabel 4. Total Penahanan dalam RUU
Penahanan Lama
Lama Perpanjangan
Perpanjangan lanjutan
Jumlah
Penyidikan 180
hari oleh
penyidik 60 hari oleh JPU
60 hari
oleh ketua PN
300 hari
Penuntutan 90 hari oleh JPU
60 hari oleh hakim PN
60 hari
oleh ketua PN
210 hari
Total 510 hari
Kovenan Hak Sipil dan Politik serta Body Principles menjamin hak tersangkaterdakwa untuk diadili dalam waktu yang wajar atau dibebaskan.
30
Berdasarkan ketentuan tersebut negara seharusnya bertanggungjawab untuk memperhatikan bahwa seluruh proses persidangan agar diselesaikan tanpa
penundaan. Komite HAM juga menegaskan bahwa negara tidak dapat menghindar dari tanggung jawab atas
penundaan proses dengan mengatakan bahwa sebelum mengadili seharusnya tersangka menuntut haknya untuk segera disidangkan. Untuk meninjau peraturan sebuah negara, Komite HAM
menyebutkan bahwa batas waktu enam bulan untuk penahanan pra-persidangan adalah terlalu panjang untuk dapat sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat 3 Kovenan Hak Sipil dan Politik.
31
Menurut ICJR Langkah awal yang harus dilakukan untuk merekomendasikan lamanya batas penahanan adalah dengan melakukan analisis mengenai berapa lama rata-rata waktu yang
dibutuhkan penyidik dan penuntut umum untuk menyelesaikan suatu kasus. Apabila pendekatannya adalah pengembangan kasus, maka pada saat menjalani masa pidana, seharusnya terpidana masih
bisa dimintai keterangannya. Sehingga waktu total penahanan penyidikan dan penahanan penuntutan maksimal 510 hari masa penahanan yang disusulkan denganargumen hanya untuk
proses penyidikan dan penuntutan sesungguhnya sangat berlebihan, mengingat putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesua sudah menginsyaratkan minimal 2 alat bukti untuk melakukan
penahanan. Atas dasar itu, maka seseorang seharusnya sudah ditahan seharusnya bisa dengan segera diajukan ke muka peengadilan, tanpa berlama-lama dip roses penahanan Pre trial.
Oleh karena itu mak ICJR mendorong agar harus dihitung ulang rencana terkait Pasal 25 ayat 1 sampai dengan Pasal 25 ayat 5, ICJR merekomendasikan ketentuan tersebut dapat disesuaikan
dengan ketentuan KUHAP, atau setidaknya tidak boleh melebihi ketentuan UU Terorisme saat ini UU Terorisme saat ini sudah memberikan waktu yang lebih dari wajar yaitu 6 bulan masa
penahanan.
30
Pasal 19 ayat 3 Kovenan Hak Sipil dan Politik dan Prinsip 38 Body of Principles for the Protection of All Persons under Any Form of Detention and Imprisonment.
31
Forty-fifth Session, Suplement No. 40 A4440 vol 1 par 47 Democratic Yemen. DalamHuman Rights and Pre Trial Detention, A Handbook of International Standards Relating to Pre-trial Detention, UN, 1994, hal. 17.
11
Tabel 5. MASUKAN PENGATURAN PENAHANAN
Pasal dalam RUU Catatan
Rekomendasi Pasal 25
1 Penyidikan, penuntutan,
dan pemeriksaan di sidang pengadilan dalam perkara
Tindak Pidana Terorisme dilakukan
berdasarkan hukum acara pidana yang
berlaku, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang
ini. Ketentuan penahanan dalam RUU ini
sangat eksesif karena tidak didasarkan atas prinsip-prinsip sebagaimana diatur
dalam hukum acara pidana. Salah satunya adalah hak untuk segera
diajukan ke ruang sidang dan diproses perkaranya.
Lamanya waktu ini juga bertentangan dengan ICCPR, sama dengan KUHAP,
melanggar prinsip
segera untuk
dihadapkan pada hakim dan diproses hukum, lama nya waktu penahanan ini
akan mengakibatkan pengurangan hak dan pembatasan kemerdekaan yang
berlebihan tanpa
didasarkan atas
pertimbangan prinsip hukum dan Hak Asasi Manusia.
Langkah awal yang harus dilakukan adalah analisis mengenai berapa lama
rata-rata waktu
yang dibutuhkan
penyidik dan penuntut umum untuk menyelesaikan suatu kasus. Apabila
pendekatannya adalah pengembangan kasus, maka
pada saat dipidana,
terpidana masih
bisa dimintai
keterangannya. Waktu total 410 hari masa penahanan
hanya untuk proses penyidikan dan penuntutan
ssesungguhnya sangat
berlebihan, mengingat putusan MK sudah menginsyaratkan minimal 2 alat
bukti untuk melakukan penahanan. Atas dasar itu, seseorang seharusnya sudah
bisa dengan segera diajukan ke muka sidang.
Harus dihitung ulang terkait Pasal 25 ayat 1 sampai
dengan Pasal 25 ayat 5, dapat disesuaikan dengan
ketentuan KUHAP,
atau setidaknya
tidak boleh
melebihi ketentuan
UU Terorisme saat ini UU
Terorisme saat ini sudah memberikan waktu yang
lebih dari wajar yaitu 6 bulan tahanan
2 Untuk kepentingan
penyidikan, penyidik
berwenang melakukan
penahanan terhadap
tersangka dalam
waktu
Idem Idem
12
paling lama 180 seratus delapan puluh hari.
2 Jangka waktu penahanan
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat diperpanjang
oleh penuntut umum dalam waktu paling lama 60 enam
puluh hari. Idem
Idem
3 Untuk
kepentingan penuntutan,
penahanan yang
diberikan oleh
penuntut umum
berlaku paling lama 90 sembilan
puluh hari. idem
idem
4 Jangka waktu penahanan
untuk kepentingan
penuntutan sebagaimana
dimaksud padaayat 4 dapat diperpanjang
oleh hakim
pengadilan negeri
dalam waktu paling lama 60 enam
puluh hari. idem
Idem
2.3. Pencegahan