Penahanan 0001 final paper position ruu terorisme 6 agustus 2016

9

2.2. Penahanan

RUU mendorong masa penahanan yang makin panjang, dari 6 bulan menjadi total maksimal 510 hari, lebih dari satu tahun. Ini merupakan jenis penahanan sebelum pengadilan pre trial detention yang sangat panjang. Ketentuan penahanan dalam RUU ini sangat eksesif karena tidak didasarkan atas prinsip-prinsip sebagaimana diatur dalam hukum acara pidana Indonesia. Salah satunya adalah melanggar prinsip agar tersangka untuk segera diajukan ke ruang sidang dan diproses perkaranya. Lamanya waktu ini juga bertentangan dengan ICCPR, sama dengan KUHAP, melanggar prinsip tersangka harus segera untuk dihadapkan pada hakim dan diproses hukum. Lamanya waktu penahanan ini akan mengakibatkan pengurangan hak dan pembatasan kemerdekaan yang berlebihan tanpa didasarkan atas pertimbangan prinsip hukum dan Hak Asasi Manusia Tabel 3. Perbandingan Pasal 25 UU terorisme RUU Pasal 25 1 Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan dalam perkara tindak pidana terorisme, dilakukan berdasarkan hukum acara yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- undang ini. 2 Untuk kepentingan penyidikan dan penuntutan, penyidik diberi wewenang untuk melakukan penahanan terhadap tersangka paling lama 6 enam bulan. 3 Ayat 2 4 Jangka waktu 6 enam bulan yang dimaksud dalam ketentuan ini terdiri dari 4 empat bulan untuk kepentingan penyidikan dan 2 dua bulan untuk kepentingan penuntutan Pasal 25 1 Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan dalam perkara Tindak Pidana Terorisme dilakukan berdasarkan hukum acara pidana yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini. 2 Untuk kepentingan penyidikan, penyidik berwenang melakukan penahanan terhadap tersangka dalam waktu paling lama 180 seratus delapan puluh hari. 3 Jangka waktu penahanan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat diperpanjang oleh penuntut umum dalam waktu paling lama 60 enam puluh hari. 4 Untuk kepentingan penuntutan, penahanan yang diberikan oleh penuntut umum berlaku paling lama 90 sembilan puluh hari. 5 Jangka waktu penahanan untuk kepentingan penuntutan sebagaimana dimaksud pada ayat 4 dapat diperpanjang oleh hakim pengadilan negeri dalam waktu paling lama 60 enam puluh hari. 6 Dikecualikan dari jangka waktu penahanan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dan ayat 5 guna kepentingan penyidikan atau penuntutan, jangka waktu penahanan dapat diperpanjang oleh ketua pengadilan negeri dalam waktu paling lama 60 enam puluh hari 10 Tabel 4. Total Penahanan dalam RUU Penahanan Lama Lama Perpanjangan Perpanjangan lanjutan Jumlah Penyidikan 180 hari oleh penyidik 60 hari oleh JPU 60 hari oleh ketua PN 300 hari Penuntutan 90 hari oleh JPU 60 hari oleh hakim PN 60 hari oleh ketua PN 210 hari Total 510 hari Kovenan Hak Sipil dan Politik serta Body Principles menjamin hak tersangkaterdakwa untuk diadili dalam waktu yang wajar atau dibebaskan. 30 Berdasarkan ketentuan tersebut negara seharusnya bertanggungjawab untuk memperhatikan bahwa seluruh proses persidangan agar diselesaikan tanpa penundaan. Komite HAM juga menegaskan bahwa negara tidak dapat menghindar dari tanggung jawab atas penundaan proses dengan mengatakan bahwa sebelum mengadili seharusnya tersangka menuntut haknya untuk segera disidangkan. Untuk meninjau peraturan sebuah negara, Komite HAM menyebutkan bahwa batas waktu enam bulan untuk penahanan pra-persidangan adalah terlalu panjang untuk dapat sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat 3 Kovenan Hak Sipil dan Politik. 31 Menurut ICJR Langkah awal yang harus dilakukan untuk merekomendasikan lamanya batas penahanan adalah dengan melakukan analisis mengenai berapa lama rata-rata waktu yang dibutuhkan penyidik dan penuntut umum untuk menyelesaikan suatu kasus. Apabila pendekatannya adalah pengembangan kasus, maka pada saat menjalani masa pidana, seharusnya terpidana masih bisa dimintai keterangannya. Sehingga waktu total penahanan penyidikan dan penahanan penuntutan maksimal 510 hari masa penahanan yang disusulkan denganargumen hanya untuk proses penyidikan dan penuntutan sesungguhnya sangat berlebihan, mengingat putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesua sudah menginsyaratkan minimal 2 alat bukti untuk melakukan penahanan. Atas dasar itu, maka seseorang seharusnya sudah ditahan seharusnya bisa dengan segera diajukan ke muka peengadilan, tanpa berlama-lama dip roses penahanan Pre trial. Oleh karena itu mak ICJR mendorong agar harus dihitung ulang rencana terkait Pasal 25 ayat 1 sampai dengan Pasal 25 ayat 5, ICJR merekomendasikan ketentuan tersebut dapat disesuaikan dengan ketentuan KUHAP, atau setidaknya tidak boleh melebihi ketentuan UU Terorisme saat ini UU Terorisme saat ini sudah memberikan waktu yang lebih dari wajar yaitu 6 bulan masa penahanan. 30 Pasal 19 ayat 3 Kovenan Hak Sipil dan Politik dan Prinsip 38 Body of Principles for the Protection of All Persons under Any Form of Detention and Imprisonment. 31 Forty-fifth Session, Suplement No. 40 A4440 vol 1 par 47 Democratic Yemen. DalamHuman Rights and Pre Trial Detention, A Handbook of International Standards Relating to Pre-trial Detention, UN, 1994, hal. 17. 11 Tabel 5. MASUKAN PENGATURAN PENAHANAN Pasal dalam RUU Catatan Rekomendasi Pasal 25 1 Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan dalam perkara Tindak Pidana Terorisme dilakukan berdasarkan hukum acara pidana yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini. Ketentuan penahanan dalam RUU ini sangat eksesif karena tidak didasarkan atas prinsip-prinsip sebagaimana diatur dalam hukum acara pidana. Salah satunya adalah hak untuk segera diajukan ke ruang sidang dan diproses perkaranya. Lamanya waktu ini juga bertentangan dengan ICCPR, sama dengan KUHAP, melanggar prinsip segera untuk dihadapkan pada hakim dan diproses hukum, lama nya waktu penahanan ini akan mengakibatkan pengurangan hak dan pembatasan kemerdekaan yang berlebihan tanpa didasarkan atas pertimbangan prinsip hukum dan Hak Asasi Manusia. Langkah awal yang harus dilakukan adalah analisis mengenai berapa lama rata-rata waktu yang dibutuhkan penyidik dan penuntut umum untuk menyelesaikan suatu kasus. Apabila pendekatannya adalah pengembangan kasus, maka pada saat dipidana, terpidana masih bisa dimintai keterangannya. Waktu total 410 hari masa penahanan hanya untuk proses penyidikan dan penuntutan ssesungguhnya sangat berlebihan, mengingat putusan MK sudah menginsyaratkan minimal 2 alat bukti untuk melakukan penahanan. Atas dasar itu, seseorang seharusnya sudah bisa dengan segera diajukan ke muka sidang. Harus dihitung ulang terkait Pasal 25 ayat 1 sampai dengan Pasal 25 ayat 5, dapat disesuaikan dengan ketentuan KUHAP, atau setidaknya tidak boleh melebihi ketentuan UU Terorisme saat ini UU Terorisme saat ini sudah memberikan waktu yang lebih dari wajar yaitu 6 bulan tahanan 2 Untuk kepentingan penyidikan, penyidik berwenang melakukan penahanan terhadap tersangka dalam waktu Idem Idem 12 paling lama 180 seratus delapan puluh hari. 2 Jangka waktu penahanan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat diperpanjang oleh penuntut umum dalam waktu paling lama 60 enam puluh hari. Idem Idem 3 Untuk kepentingan penuntutan, penahanan yang diberikan oleh penuntut umum berlaku paling lama 90 sembilan puluh hari. idem idem 4 Jangka waktu penahanan untuk kepentingan penuntutan sebagaimana dimaksud padaayat 4 dapat diperpanjang oleh hakim pengadilan negeri dalam waktu paling lama 60 enam puluh hari. idem Idem

2.3. Pencegahan