Suplementasi minyak lemuru dan seng ke dalam ransum yang mengandung silase Pod kakao dan urea untuk memacu pertumbuhan sapi holstein jantan

RINGKASAN
ERNA EIARTATI: Suplementasi Minyak Lemuru dan Seng ke dalam Ransum
yang Mengandung Silase Pod Kakao dan Urea untuk Memacu Pertumbuhan
Sapi Holstein Jantan (di bawah bimbingan Toha Sutardi

sebagai ketua,

Djokowoerjo Sastradipradja, Muhilal, Wasmen Manalu dan Jajat Jachja
masing-masing sebagai anggota).
Pemanfaatan pod kakao yang memiliki kualitas rendah sebagai sumber pakan
serat pada sapi, memerlukan sentuhan teknologi antara lain dengan pembuatan silase
(ensiling). Namun penggunaan silase pod kakao untuk pakan sapi, hams disertai

penambahan urea dalam jumlah yang cukup untuk mendukung sintesis protein
mikroba. Di samping itu yang tidak kalah pentingnya adalah kehadiran nutrien yang
besar peranannya dalam pemanfaatan nutrien tercerna bagi sapi antara lain lemak dan
mineral.
Pod kakao dan pakan berserat lainya pada umurnnya rnerniliki kandungan lemak
dan mineral rendah terutama seng. Lemak pakan adalah sumber asam lemak essensial

bagi ternak. Defisiensi lemak pada ternak akan mengakibatkan hiperkeratosis yang

dapat mengganggu penyerapan zat-zat nutrisi tercerna dan karena itu dapat
mempengaruhi produksi temak. Hal ini juga akan terjadi apabila ternak mengalami
defisiensi seng. Defisiensi seng juga akan mengganggu aktivitas enzim DNA
polmerase, karboksi peptidase dan alkalin fosfatase yang masing-masing berperan
dalam sintesis protein, pencernaan protein dan absorpsi asam amino serta metabolisme
energi. Untuk mengatasinya perlu peningkatan absorpsi seng. Sebagai sumber lemak
dan seng masing-masing digunakan suplementasi minyak lemum dan ZnS04.
Suplementasi minyak lemuru, sebagai sumber asam lemak tidak jenuh
omega-3, diduga akan mengarahkan fermentasi ke sintesis propionat. Selain itu,
minyak lemuru juga mengandung asam arakhidonat yang cukup tinggi yang dapat
digunakan sebagai prekursor PGE-2 yang berperan dalam peningkatan absorpsi
seng. Di samping itu, karena asam lemak tidak jenuh omega-3 tidak seluruhnya
1

terhidrogenasi di dalam rumen, terutama C20:5n-3 (EPA) dan C22:6n-3 (DHA),
diharapkan asam lemak tersebut akan diserap dan terdeposit di dalam fosfolipid daging.
Berdasarkan pemikiran itu, dilakukan penelitian yang bertujuan 1) untuk
meningkatkan manfaat pod kakao dengan memperbaiki kualitasnya melalui proses
errrilng dan penambahan urea,


serta 2) untuk m&nperbaiki status seng dengan

suplementasi minyak lemuru dan ZnS04 ke dalam

ans sum yang mengandung silase

pod kakao dan urea untuk memacu pertumbuhan sapi.
Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Perah, Fakultas Peternakan,
IPB, Bogor dalam dua tahap yaitu 1) percobaan in vifro untuk menelusuri taraf
penggunaan urea yang tepat pada pakan silase pod kakao, sehingga lebih mudah
terfermentasi dan sekaligus dapat memasok amonia (NH3) untuk sintesis protein
mikroba. Hasil yang diperoleh akan digunakan sebagai dasar pemberian urea dalam
ransum yang mengandung silase pod kakao pada percobaan tahap ke 2 (in vivo).
Percobaan ke 2) bertujuan untuk menelusuri taraf suplementasi minyak lemuru dan
seng yang dapat mengoptimalkan absorpsi seng dan aktivitas alkalin

fosfatase,

sehingga pemanfaatan zat-zat nutrisi tercerna meningkat yang pada gilirannya akan
memacu pertumbuhan sapi.

Pada percobaan in vitro digunakan materi silase pod kakao sebagai pakan,
cairan rumen sapi dicampur cairan penyangga sebagai media

dan urea sebagai

suplemen. Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)
dengan empat taraf urea (0, 0.5, 1.0 dan 1.5% dari BK silase pod kakao) sebagai
perlakuan dan lima ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik
ragarn dan dilanjutkan dengan uji kontras orthogonal polinomial.
Percobaan in vivo dilakukan dengan menggunakan sapi Holstein jantan,
umur 6-7 bulan dengan bobot 91 5 11.7 kg. Ransum basal yang digunakan adalah
silase pod kakao dan urea yang mempunyai fermentabilitas tertinggi (hasil
percobaan 1) dan konsentrat dengan perbandingan 25:75 yang disusun berberdasarkan
PK 16% dan TDN 70% atau sama dengan ME 10.88 MJ.kg-'.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok

berpola faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor A adalah suplemen seng
(ZnS04) dengan taraf 0, 25, 50 dan 75 mg.kg-' BK ransum, dan faktor B adalah
rninyak lemum dengan taraf 0, 1.5 dan 3%.kg-' BK ransum. Temak dibagi menjadi 3
kelompok dan pengelompokan didasarkan pada bobot sapi. Konsentrat yang

disediakan diberikan dua kali sehari, sedangkan silase pod kakao diberikan secara ad
libitum. Air minum disediakan sepanjang hari.

Sampel cairan rumen dan darah diambil 3 jam sesudah makan. Sampel darah
diambil melalui vena jugularis dengan menggunakan tabung venoject berheparin yang
steril untuk analisis urea plasma guna menentukan komposisi tubuh, sedangkan untuk
analisis konsentrasi prostaglandin dan seng serta aktivitas alkalin fosfatase
menggunakan tabung biasa. Cairan rumen diambil menggunakan stomach tube.
Peubah yang diukur selain parameter yang lazim digunakan untuk evaluasi
ransum juga pengukuran jurnlah koloni bakteri (pembiakan dalam media non selektif)
dan jurnlah sel protozoa hidup (preparat natif), konsentrasi VFA (khromatografi gas),
konsentrasi N-amonia cairan rumen (rnikrodifbsi Conway). Selain itu juga diukur
konsentrasi prostaglandin-E2 (kit Arnersham's PGE2 assay system No. kode RPA 530
dengan tracer

''' I), kadar seng dalam serum (spektrofotometri serapan atom), absorpsi

seng (balms trial), aktivitas alkalin fosfatase (Sigma Diagnostics kit No. 104),
konsentrasi asam lemak daging dan kadar alantoin urin (spektrofotometri) d m
pendugaan komposisi tubuh menggunakan teknik ruang urea. Data yang diperoleh

dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji kontras menggunakan paket
program SAS. 608 Win.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan urea (X, %. kg-' BK) pada
silase pod kakao dapat meningkatkan kecernaan bahan kering (Y1,%) maupun
=
dan
kecernaan bahan organik (Y2, %) berpola kuadratik (P