60
Kelas VII SMP
Secara umum, membunuh dan menghancurkan sangat dilarang oleh semua agama di dunia. Semua tata nilai yang hidup di masyarakat juga melarang
pembunuhan dan penghancuran. Sistem budaya masyarakat yang dibangun pada hakikatnya untuk menghindari pembunuhan dan penghancuran. Semua
sistem nilai yang dibangun mengharapkan kehidupan yang penuh dengan rasa welas asih, saling melindungi, dan saling menjaga. Pada hakikatnya, semua
masyarakat sangat anti dengan kekerasan. Ketika ada masalah yang muncul, hendaknya diselesaikan secara musyawarah untuk mencapai mufakat.
Walaupun semua orang tidak menghendaki kekerasan, ternyata pembunuhan dan konlik selalu ada di masyarakat. Agama Hindu memperbolehkan adanya
pembunuhan yang disebut sebagai Pati Kawenang untuk alasan PancaWida, sebagai berikut:
1. membela diri, hal ini terjadi apabila sudah terdesak dan nyawa kita terancam.
Dalam situasi seperti ini, maka membunuh karena membela diri dibenarkan; 2. upacara Yajña, membunuh dalam Yajña bukan semata-mata menghilangkan
nyawa mahluk lain, tetapi mempunyai fungsi panyupatan, atau mengangkat derajat kemuliaan hewan atau tumbuhan yang dikorbankan untuk kepentingan
Yajña;
3. percobaan ilmu pengetahuan; 4. kesehatan tubuh kita; dan
5. menjaga keseimbangan populasi hewan. Hal ini dilakukan agar populasi
hewan tidak banyak sehingga tidak membahayakan keselamatan manusia.
B. Pengertian Sad Atatayi
Coba kamu amati sloka yang tertuang dalam kitab Sarascamuscaya, lalu cari berbagai informasi tentang maksud sloka Sarascamuscaya di bawah ini
Veda Vakya
Risakwehning sarwa bhuta, iking janma wwang juga wenang gumawayaken ikang
subhasubhakarma, kunang panentasaken ring subhakarma juga ikang asubhakarma phalaning dadi wwang.
saracamuscaya sloka, 2
Terjemahan
Di antara semua makhluk hidup hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah yang
melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk, leburlah ke dalam perbuatan baik segala perbuatan
yang buruk itu, demikian gunanya pahalanya menjadi manusia.
61
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Sad Atatayi terdiri dari kata sad dan atatayi. Sad berarti enam dan atatayi berarti cara melakukan pembunuhan. Dengan demikian, sad atatayi berarti
enam cara untuk melakukan pembunuhan. Sesungguhnya Veda sebagai kitab suci umat Hindu memberikan tuntunan tentang Ahimsakarma, yaitu larangan
untuk untuk melakukan pembunuhan terhadap sesama makhluk hidup dengan motivasi balas dendam dan kemarahan. Dalam ajaran Ahimsakarma, membunuh
manusia ataupun membunuh seekor semut berarti melakukan karma buruk yang pasti akan dipetik buahnya di kemudian hari.
Dalam Kitab disebutkan bahwa rusa-rusa yang sedang merumput di lapangan yang hijau, ikan-ikan yang sedang berenang di telaga yang jernih dipanah dan
dipancing oleh manusia untuk alasan kesenangan dan kesehatan. Akibat dari semua itu, tidak ada satu manusia pun di dunia ini yang terhindar dari penyakit.
Penyakit yang dimaksud adalah penyakit dengan kualitas rendah ataupun dengan kualitas tinggi yang bisa menguras banyak biaya.
C. Bagian-Bagian Sad Atatayi
1. Agnida
Agnida adalah cara membunuh orang dengan cara membakar rumahnya sehingga juga membakar orangnya, seperti pencuri yang tertangkap kemudian
di bakar hidup-hidup, orang yang ada dalam rumahnya mati terpanggang. Para teroris yang melakukan pengeboman termasuk dalam kelompok Agnida.
Contoh cerita tentang Agnida yang patut direnungkan untuk diambil hikmahnya dapat ditemukan dalam kisah Mahabharata, yang kisah singkatnya
sebagai berikut: “Pada suatu ketika, Duryadana mengundang Kunti dan Panca Pandawa
untuk berlibur. Di sana mereka menginap di sebuah rumah yang sudah disediakan oleh Duryadana. Duryadana mempunyai niat jahat untuk membakar
rumah yang dihuni Panca Pandawa pada malam hari. Bima diberitahu
oleh Widura bahwa rumah tempat menginap ibu Kunti dan Panca Pandawa
akan dibakar oleh Duryadana di malam hari. Kemudian, dibuatlah terowongan
agar dapat menyelamatkan diri. Ketika malam hari, rumah tempat Dewi Kunti
dan Panca Pandawa menginap dibakar. Dewi Kunti dan Panca Pandawa dapat
menyelamatkan diri ke hutan melalui terowongan.”
Sumber: http:www.kidnesia.comvar gramediastorageimageskidnesia2014
Gambar 4.1 ilustrasi menyelesaikan masalah
dengan musyawarah