RUANG WARNA

4.5. Endoscopy

Endoscopy (Endoskopi) adalah alat medis yang berguna untuk melihat rongga-rongga dalam tubuh dengan memasukan alat berupa selang panjang yang fleksibel yang ujungnya diberi kamera dan alat-alat medis lainnya yang kemudian selang tersebut akan dimasukkan tubuh kita. Cara memasukkannya selang tersebut tergantung dari organ mana yang ingin

diperiksa. Alat ini tidak hanya dapat melihat organ dalam tubuh secara langsung tetapi dapat juga sebagai alat tindakan untuk melakukan biopsi, mengambil benda asing.

Alat yang digunakan dalam endoskopi dinamakan endoskop, yang berbentuk pipa kecil panjang yang dapat dimasukan kedalam tubuh, seperti lambung, sendi atau rongga tubuh lainnya. Di dalam pipa tersebut terdapat dua buah serat optik yaitu serat optik yang satu untuk menghasilkan cahaya agar bagian tubuh di depan ujung endoskop terlihat jelas, sedangkan serat optik yang lain berfungsi sebagai penghantar gambar yang ditangkap oleh kamera. Selain kedua serat optik tersebut, terdapat satu buah bagian lagi

39 Bab : 4 Citra Medis 39 Bab : 4 Citra Medis

Gambar 4.7. Contoh Alat pemeriksaan Endoskopi (sumber : http://www.rs-antonius.com/endoskopi.php )

Manfaat dari Endoskopi antara lain adalah untuk mengetahui bagaimana keadaan bagian dalam saluran cerna (apakah ada luka, dagimg tumbuh atau kelainan bentuk saluran cerna, dan lain-lain) dan dapat digunakan untuk mengambil contoh jaringan bagian dalam (biopsi) untuk pemeriksaan.

Bab 4: Citra Medis 40

Beberapa jenis gangguan yang dapat dilihat dengan endoskopi antara lain adalah abses, sirosis biliaris, perdarahan, bronkhitis, kanker, kista, batu empedu, tumor, polip, tukak, dan lain-lain. Prosedur medis yang menggunakan endoskopi mempunyai berbagai macam nama, tergantung jenis dan organ yang diperiksa. Berikut beberapa contoh pengunaan endoskopi adalah:

1. Thorakoskopi, pemeriksaan pleura, rongga pleura, mediastinum dan perikardium (bagian-bagian paru-paru dan jantung).

2. Proktoskopi (sigmoidoskopi dan proktosigmoidoskopi), pemeriksaan rektum dan kolon sigmoid.

3. Laringoskopi, pemeriksaan laring (bagian saluran napas ).

4. Laparoskopi, untuk melihat lambung, hati, dan organ-organ lain di dalam rongga perut.

5. Gastroskopi, untuk melihat dinding dalam esofagus, lambung, dan usus halus.

6. Sistoskopi, untuk melihat saluran kencing, kandung kencing dan prostat.

7. Kolposkopi, untuk memeriksa vagina dan mulut rahim.

8. Kolonoskopi, untuk memeriksa usus besar.

9. Bronkhoskopi, untuk melihat trachea dan cabang-cabang bronkhus (bagian dari saluran napas).

10. Arthroskopi, untuk melihat sendi.

4.6. Computed Tomography (CT-Scan)

Computed Tomography (CT) scan atau tomografi terkomputerisasi aksial (CAT) adalah prosedur pencitraan medis yang menggunakan x-ray untuk melihat gambar penampang tubuh. Sebuah sistem pencitraan CT menghasilkan gambar penampang atau “irisan” dari area tubuh. CT scan menggunakan beberapa khusus sinar-X untuk melihat area tubuh dari sudut yang berbeda dan kemudian memberikan beberapa gambar penampang dari tubuh. Keuntungan visualisasi yang lebih baik yang ditawarkan oleh CT dibandingkan X-ray diimbangi dengan risiko paparan radiasi yang lebih besar, penambahan biaya dan

41 Bab : 4 Citra Medis 41 Bab : 4 Citra Medis

Gambar 4.8. Contoh Pemeriksaan menggunakan CT-Scan (sumber : https://www.radiologyinfo.org )

Kegunaan Computed Tomography (CT) scan atau tomografi adalah:

1. Mendiagnosis penyakit, trauma, atau kelainan.

2. Perencanaan, membimbing, dan pemantauan terapi.

3. Untuk diagnosis untuk menunjukkan detail dari bagian dalam tubuh Anda, seperti paru-paru, otak, organ-organ perut, tulang dan pembuluh darah.

4. Untuk melihat bagian dalam tubuh Anda daripada menggunakan operasi.

5. Tidak ada radiasi yang tersisa dalam tubuh setelah scan selesai dilakukan walaupun CT-Scan mengunakan radiasi.

6. Tidak menimbulkan rasa sakit, akurat dan cepat

Bab 4: Citra Medis 42

Contoh area kerusakan otak dari hasil pemeriksaan CT-Scan dapat dilihat pada Gambar 4.9. Infark serebal adalah kerusakan otak akibat berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.

Gambar 4.9. Hasil pemeriksaan CT-Scan (sumber : https://petunjuksehat.com/serangan-stroke/ )

4.7. Nuclear Medicine

Nuclear Medicine atau Kedokteran nuklir merupakan ilmu kedokteran yang dalam kegiatannya menggunakan radioaktif terbuka, baik untuk diagnosis maupun dalam pengobatan penyakit, atau dalam penelitian. Nuclear Medicine atau Kedokteran nuklir sudah dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1960-an (sumber: http://lifestyle.kompas.com ). Dalam mendiagnosis penyakit seseorang sangat dibutuhkan fasilitas penunjang yang baik dengan akurasi tinggi. Tujuannya adalah agar pasien mendapat penanganan terbaik, cepat dan tepat sehingga waktu perawatan lebih cepat, penderitaan pasien berkurang, serta biaya perawatan lebih hemat.

Teknik diangostik dengan kedokteran nuklir yang banyak dipakai dalam dunia kedokteran antara lain pencitraan medis PET (positron emission tomography), MRI (magnetic resonance imaging), CT-Scan (computed tomography), dan masih banyak lagi. Saat ini yang sedang dikembangkan adalah nano scan-PET.

43 Bab : 4 Citra Medis

Dengan mengunakan teknologi kedokteran nuklir ini, dapat mendeteksi berbagai jenis kanker serta gangguan jantung dan pembuluh darah bisa dideteksi lokasinya secara lebih tepat sehingga pengobatannya pun lebih efektif. Dalam penyakit kanker, prosedur diagnosis kanker bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan lokasi kanker. Setiap jenis kanker memiliki kecepatan laju pertumbuhan sendiri-sendiri, kecenderungan perkembangan, maupun jenis organ tubuh tertentu yang mudah terkena penyebarannya. Salah satu contoh instalasi kedokteran nuklir yang terdapat di salah satu rumah sakit di Indonesia dapat dilihat pada Gambar

Gambar 4.10. Instalasi Kedokteran Nuklir (sumber : http://www.rspp.co.id/penunjang.html )

Bab 4: Citra Medis 44

BAB 5

ANATOMI MATA DAN RETINA

Mata adalah organ dari sistem visual yang bereaksi terhadap cahaya dan memiliki dan memiliki beberapa fungsi. Mata mendeteksi cahaya dan mengubahnya menjadi impuls elektro kimia di neuron.

5.1. Anatomi Mata

Organ penglihatan yang terletak dalam rongga orbita dengan struktur sferis berdiameter 2,5 cm disebut Mata. Mata dilapisi oleh tiga lapisan yang membungkus cairan seperti dapat dilihat pada gambar 5.1. Ketiga Lapisan tersebut adalah sklera/ kornea, koroid (iris/ badan siliaris) dan retina.

Sklera/ kornea adalah tempat lewatnya berkas-berkas cahaya ke interior cahaya, Sklera/ kornea merupakan jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea dewasa rata-rata mempuyai tebal rata – rata 550 m dipusatnya tergantung dari variasi rasnya.

Koroid (iris/ badan siliaris) adalah segmen posteoror uvea, yang mengandung pembuluh-pembuluh darah untuk memberikan makan retina. Iris mata memberikan warna mata, dan mengatur perbesaran pupil (kondisi ini dilakukan untuk membatasi banyak nya jumlah cahaya yang dapat masuk ke iris). Pola iris mata mulai terbentuk sejak bulan ke-3 kehamilan melalui proses yang dikenal dengan kekacauan morfogenesis (chaotic morphogenesis) yaitu perkembangan dan reaksi jaringan secara random terhadap kondisi-kondisi lingkungan yang berubah. Setelah bayi berusia 1 tahun, pola iris tidak akan berubah sepanjang hidup. Tidak ada dua iris mata yang persis sama, bahkan iris mata kanan dan kiri dari orang yang sama pun berbeda dan bersifat unik. Anak kembar yang identik memiliki pola DNA yang sama tetapi mempunyai pola iris mata yang berbeda dan benar-benar unik. Contoh iris mata dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Bab 5: Anatomi dan Retina Mata 45

Gambar 5.1. Contoh Iris Mata

Retina terdiri dari lapisan yang sangat berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan saraf di dalam. Lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan semi tranparan yang melapisi bagian dalam dua pertiga posterior dinding bola mata dinamakan retina. (Vaughan, 2014).

Gambar 5.2. Anatomi Bola Mata (Vaughan, 2014)

5.2. Retina

Retina sebagai salah satu bagian penting dari organ mata digunakan untuk menangkap cahaya. Retina bergerak berdasarkan sinyal visual dari otak kiri untuk

memutuskan penglihatan terhadap suatu gambar. Retina memiliki bagian berupa

46 Bab 5: Anatomi dan Retina Mata 46 Bab 5: Anatomi dan Retina Mata

Retina manusia merupakan jaringan mata yang paling komplek. Mata transduser yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut dilapisan fotoreseptor mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf. Lapisan saraf pada retina memiliki 2 jenis sel fotoreseptor yaitu sel batang yang digunakan untuk melihat cahaya dengan intensitas rendah dan orientasi ruangan dan sel kerucut yang digunakan untuk melihat warna degan cahaya dengan intensitas tinggi dan penglihatan sentral (Vaughan, 2014).

5.3. Anatomi Retina

Bola mata ornag dewasa memiliki diameter sekitar 2m – 24.2mm (diameter dari depan ke belakang) sedangkan berdiameter 16.5mm untuk bola mata anak ketika lahir kemudian mencapai pertumbuhan secara maksimal sampai umur 7-8 tahun. Dalam bola mata, retina menempati dua pertiga sampai tiga

perempat bagian posterior dengan total area 1.100 mm 2 . Retina melapisi bagian posterior mata, dengan pengecualian bagian nervus optikus, dan memanjang

secara sirkumfrensial anterior 360 derajat pada ora serrata. Tebal retina rata-rata 250 µm, paling tebal pada area makula dengan ketebalan 400 µm, menipis pada fovea dengan ukuran 150 µm, dan lebih tipis lagi pada ora serrata dengan ketebalan 80 µm (Vaughan, 2014). Retina memiliki banyak pembuluh darah yang mensuplai nutrisi dan oksigen pada sel retina (Joussen, 2007) (Vaughan, 2014). Contoh citra fundus retina normal dapat dilihat pada gambar 5.2.

Bab 5: Anatomi dan Retina Mata 47

Gambar 5.3. Citra Fundus Retina Normal. Makula lutea terletak 3-4 mm ke arah temporal dan sedikit di bawah disk optik, Diameter vena ±2 kali lebih besar dari

arteri (Vaughan, 2014)

Dari gambar 5.3 dapat terlihat, Optic Nerve adalah saraf mata yang memasuki sel tali dan keruucut dalam retina dan untuk menghantarkan sinar ke otak yang menerjemahkan penglihatan yang dilihat pada saat ini. Daerah kecil yang berbentuk bulat dan terletak di bagian belakang retina dengan jarak sejauh 3 - 4 mm dari temporal serta 0,5 mm lebih kecil terhadap diskus disebut Makula. Makula terlihat jelas karena bebas dari pembuluh darah retina. Fovea adalah lekukan di pusat makula. Dari gambar 5.4 dapat dilihat diameter vena berukuran dua kali lebih besar dari arteri.

48 Bab 5: Anatomi dan Retina Mata

Gambar 5.4. Pembuluh Darah Retina (Bowling, 2016)

Bagian tengah retina makula berpigmen sangat padat kurang lebih 1,5 mm. Di tengahnnya terdapat fovea (daerah berbentuk lonjong dan avaskuler). Pusat fovea yang bergaung disebut Foveola. Bagian tengah retina ini terletak tepat pada sumbu penglihatan (Bowling, 2016). Bagian Retina yang penting adalah “Makula Lutea” (penglihatan disini adalah penglihatan yang paling tajam) dan papil optik

yang terdapat di sudut nasal. Bagian tengah retina makula ber pigmen sangat padat kuranglebih 1,5mm. Ditengahnya terdapat fovea (daerah yang berbentuk lonjong dan avaskuler). Pusat fovea yang bergaung disebut Foveola. Makula memiliki 2 reflek antara lain (Brad Bowling. 2016).

1. Reflek cincin / reflek tepi (terdapat di pinggir)

2. Reflek sentral terdapat di bagian tengah

Warna Makula kuning muda karena adanya pigmen xantofil karotenoid. Pigmen ini berperan melindungi kerucut makula terhadap cahaya yang menyilaukan,walaupun pupil telah menciut maksimal. Bagian tengah retina ini teletak tepat pada sumbu penglihatan, hanya berisi kerucut dan sebagian besar dari 6,5 juta kerucut retina memadati tempat yang sempit ini. Syaraf retina menyerap dan meneruskan menyebarkan impuls cahaya yang mencapai retina. Impuls cahaya berjalan melalui syaraf optik menuju visual korteks yang mana di interprestasikan sebagai penglihatan. Cahaya yang berjalan dalam garis lurus akan jatuh secara diagonal berlawanan dalam area di retina yang menjadi obyek

Bab 5: Anatomi dan Retina Mata 49 Bab 5: Anatomi dan Retina Mata 49

5.4. Pembuluh Darah Retina

Sistem Pembuluh darah terdiri dari dua bagian yaitu arteri dan vena. Arteri sentral sebagai pemasok dan vena sentral yang mengaliri retina berjalan melalui pusat saraf optik. Arteri retina berwarna meerah terang membawa darah yang mengandung oksigen, dan lapisan media mereka yang merefleksikan sinar, menghasilkan reflek cahaya yang berjalan sejajar dengan aksis arteri. Pembuluh darah vena retina lebih gelap dan lebih lebar dibandingkan pembuluh darah arteri retina (A/ V ratio 2 : 3). Pembuluh darah retina dinilai ukuran, bentuk, kaliber (contohnya: penyempitan, kompresi, sumbatan), kontur, pulsasi, dan kelokan, serta diperhatikan pula adanya anerisma, perdarahan, dan exudates. Arteri tampak berwarna merah, lebih sempit dibanding vena dengan rasio dua. Pembuluh vena lebih lebar dan gelap (Nema, 2009). Rata-rata diameter dari arteri sentral retinal adalah 163 ± 17 m (Guido, 2002). Pada citra fundus retina dibagi menjadi empat segmen (kuadran) yang berpusat di optic disc yaitu Upper Temporal, Upper Nasal, Lower Temporal dan Lower nasal seperti dapat dilihat pada ganbar 5.5. (Bowling, 2016).

50 Bab 5: Anatomi dan Retina Mata

Gambar 5.5. Kuadran Pada Retina Fundus (Bowling, 2016)

Vena retina merupakan pembuluh darah utama yang membawa darah dari retina. Penyumbatan pada vena retina menyebabkan vena membengkak dan berkelok- kelok (tortuosity), sehingga pemukaan vena menjadi bengkak dan darah bisa merembes ke dalam retina seperti dapat dilihat pada ganbar 5.6.

Gambar 5.6. Contoh Citra Fundus dengan Turtuosity

Bab 5: Anatomi dan Retina Mata 51

BAB 6 DIABETIK RETINOPATI

Diabetik Retinopati adalah penyakit mata yang disebabkan oleh diabetes. Kondisi kelainan pada kemampuan tubuh dalam menyimpan dan memproses gula dalam tubuh disebut dengan diabetes. Pada umumnya orang yang menderita diabetes menpunyai kadar gula yang tinggi sehingga aliran darah yang berkadar gula tinggi dapat menyebabkan kerusakan penglihatan. Lamanya seseorang menderita diabetes melitus membuat semakin besar resiko terkena Diabetik Retinopati. Penderita diabetes melitus tipe 2 lebih beresiko terkena Diabetik Retinopati jika dibandingkan dengan penderita diabetes melitus tipe 1 dan penderita diabetes melitus yang memiliki tekanan darah yang tinggi lebih beresiko terkena Diabetik Retinopati (hipertensi). Kehamilan pada wanita yang menderita Diabetes Melitus memiliki resiko yang lebih besar terkena Diabetik Retinopati dibandingkan wanita yang tidak hamil. Usia penderita diabetes melitus berusia 13 hingga 50 tahun lebih beresiko terkena diabetik retinopati. Perbedaan penglihatan orang normal dan penderita Diabetik Retinopati ditunjukkan pada gambar 6.1.

(a) Normal (b) Diabetik Retinopati Gambar 6.1. Jenis Penglihatan (NEI, 2016)

Diabetik Retinopati merupakan kelainan retina (retinopati) yang dapat ditemukan pada penderita diabetes melitus yang menderita selama 5 hingga 15

Bab 6: Diabetik Retinopati 52

tahun dan merupakan penyakit lanjutan dari diabetes melitus (DM) yang memiliki kasus cukup tinggi yaitu mencapai 40-50% penderita diabetes (Ilyas, 2003). Penyakit ini merupakan penyebab kebutaan paling sering ditemukan pada usia dewasa (penderita diabetes melitus) antara 20 sampai 74 tahun. Pasien diabetes memiliki risiko 25 kali rentan mengalami kebutaan dibanding dengan penderita non-diabetes. Hampir semua penyandang DM tipe 1 akan mengalami Diabetik Retinopati dengan berbagai derajat setelah 20 tahun dan 60% pada Diabetes Melitus tipe 2 (Nasution, 2011). Kerusakan pada lapisan saraf mata sampai pada kebocoran retina akibat Diabetik Retinopati akan mengakibatkan penglihatan menjadi buram sampai pada kebutaan. Penderita Diabetik Retinopati dapat menjadi buta secara permanen. Beberapa rumah sakit seperti RS Indera Denpasar dan RS. Sanglah mencatat ada sekitar 123 pasien Diabetes Melitus yang terdiri dari 57 perempuan dan yang terdiri dari 66 laki-laki mulai dari periode Oktober 2014 sampai dengan Januari 2015. Dari jumlah tersebut, sekitar 60,16% pasien mengidap Diabetik Retinopati (Ni Made Ari S, I Putu B, I Wayan Gede J, I Gede Raka, 2015). Di dunia terdapat sekitar 10% persen penduduk yang mengalami kebutaan akibat Diabetik Retinopati. Penyakit Diabetik Retinopati merupakan penyakit penyebab kebutaan paling tinggi yang menempati posisi keempat setelah katarak, glaukoma, dan degenerasi makula (Andi Arus Victor, 2008).

6.1 Klasifikasi Diabetik Retinopati

Retinopati diabetik adalah suatu mikroangiopati progresif yang ditandai oleh kerusakan dan sumbatan pembuluh –pembuluh kecil (Vaughan,2007). Kelainan patologik yang paling dini adalah penebalan membrane basal endotel kapiler dan berkurangnya jumlah perisit. Kapiler membentuk kantung-kantung kecil menonjol seperti titik-titik yang disebut dengan microaneursym.

Diabetik Retinopati ada dua jenis yaitu Non Proliferasi Diabetik Retinopati (NPDR) dan Proliferasi Diabetik Retinopati (PDR). Pada Diabetik Retinopati dengan tipe NPDR terjadi kelemahan pada pembuluh darah retina. Pada beberapa kasus, Kapiler membentuk kanterdapat cairan dan darah bocor pada retina. Diameter pembuluh darah menjadi membesar dengan bentuk tepi

53 Bab : 6 Diabetik Retinopati 53 Bab : 6 Diabetik Retinopati

Gambar 6.2. Contoh Citra Fundus NPDR (source: http://www.retinaeye.com/nonprodiabeticretinopathy.html)

Bab 6: Diabetik Retinopati 54

Gambar 6.3. Contoh Citra Fundus NPDR (source: http://www.retinaeye.com/prodiabeticretinopathy.html)

6.2 Gejala Diabetik Retinopati

Diabetik Retinopati tidak memiliki gejala yang signifikan hingga kerusakan terjadi pada retina. Beberapa gejala yang muncul adalah sebagai berikut:

1. Penglihatan menjadi kabur.

2. Muncul objek-objek hitam yang menghalangi penglihatan.

3. Kehilangan sebagian atau keseluruhan fungsi penglihatan.

4. Sakit pada area mata.

55 Bab : 6 Diabetik Retinopati

Pemeriksaan Diabetik Retinopati dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu (NEI, 2016) :

1. Visual acuity test . Pengukuran kemampuan penglihatan standar menggunakan eye chart

2. Tonometry. Pengukuran tekanan pada bagian dalam mata

3. Dilated eye exam. Pemeriksaan yang memberikan cairan ke mata untuk memperbesar pupil

4. Opthamoloscope/Fundus

Fundus photography memanfaatkan pantulan sinar cahaya pada gelombang tertentu yang dipancarkan ke pupil mata. Citra yang didapat dari fundus photography memberikan informasi tentang keadaan retina seperti microaneursym, exudates , pendarahan, dan pembuluh darah. Contoh alat pemeriksaan Opthamoloscope (Funduskopi) dapat dilihat pada Gambar 6.4.

photography .

Gambar 6.4. Contoh Opthamoloscope (sumber : www.welchallyn.com )

5. Fluorescein angiography Citra fluorescein angiography terbentuk dari sejumlah foton yang

dipancarkan dari zat pewarna fluorescein. Sebelum angiography dilakukan, zat pewarna fluorescein disuntikkan kepada penderita terlebih dahulu. Zat pewarna fluorescein akan beredar ke seluruh tubuh, termasuk retina. Ketika zat pewarna

Bab 6: Diabetik Retinopati 56 Bab 6: Diabetik Retinopati 56

Gambar 6.5. Citra Fluorescein angiography (NEI, 2006)

6. Optical Coherence Tomography (OCT) (Mahesh, 2013). Metode yang digunakan untuk menghitung ketebalan jaringan dengan cara mengukur waktu pembiasan dari satu lapisan jaringan ke lapisan jaringan berikutnya. OCT dapat dianalogikan sebagai ultrasonography yang menggunakan sinar cahaya, bukannya gelombang suara. Citra yang didapat dari OCT memberikan informasi mengenai saraf optik dan struktur retina. Citra OCT dapat digunakan untuk melihat lapisan retina, pembengkakan makula, kerusakan saraf optik, dan pembengkakan saraf optik.

6.3 Karakteristik Diabetik Retinopati

Epedemiologi Diabetik Retinopati terjadi kira-kira pada 1 dari 900 orang berusia 25 tahun mengidap diabetes dan kira-kira 1 dari 25 orang berusia 60 tahun adalah penyandang diabetes. Diabetik Retinopati diabetik jarang ditemukan pada anak-anak dibawah umur 10 tahun tanpa memperhatikan lamanya diabetes dengan

57 Bab : 6 Diabetik Retinopati 57 Bab : 6 Diabetik Retinopati

1. Perdarahan titik dan bercak (Dot and blot intraretinal hemorrhages). Perdarahan dapat terjadi pada semua lapisan retina dan berbentuk nyala api karena lokasinya didalam lapisan serat saraf yang berorientasi horizontal, sedangkan perdarahan bentuk titik-titik atau bercak terletak di lapisan retina yang lebih dalam tempat sel-sel akson berorientasi vertikal seperti dapat dilihat pada Gambar 6.6.

Gambar 6.6. Contoh Citra Fundus dengan Dot and blot intraretinal hemorrhages

( Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. 2007 )

2. Microaneursym. Kapiler membentuk kantung-kantung kecil menonjol seperti titik-titik yang disebut mikroaneurisme, sedangkan vena-vena mengalami dilatasi dan berkelok-kelok (Brad Bowling. 2016)

Bab 6: Diabetik Retinopati 58

Gambar 6.7. Contoh Citra Fundus dengan Microaneursym ( Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. 2007 )

3. Exudates. Merupakan sesuatu yang keluar dari luka, cairan luka, drainase luka dan kelebihan cairan normal tubuh. Produksi exudates dimulai sesaat setelah luka terjadi sebagai akibat adanya vasodilatasi pada fase inflamasi yang difasilitasi oleh mediator infalamasi seperti histamine dan bradikinin. Untuk mengetahui volume exudates maka salah satu tools yang dapat digunakan adalah wound exudates continuum yang dikembangkan oleh (Gray, 2005). Parameter tools ini adalah volume dan vikositas exudates yang dapat mengindikasikan proses penyembuhan berlangsung normal atau tidak.

6.4 Kudran dalam Diabetik Retinopati

Klasifikasi NPDR berdasarkan ETDRS (Khurana, 2007) dengan melihat keberadaan beberapa kelainan pada kuadran citra retina. Pembagian empat kuadran pada citra fundus dilakukan dengan aproksimasi sudut pengambilan Optic Disc (Field Of View). Kebocoran lemak pada vascular retina akan

59 Bab : 6 Diabetik Retinopati 59 Bab : 6 Diabetik Retinopati

Berdasarkan pengamatan visual seorang dokter spesialis mata (ophthalmologist) vitreo-retina, exudates muncul dalam warna putih kekuning- kuningan atau dengan berbagai ukuran, bentuk dan lokasi. Pada beberapa citra, exudates juga berwarna nampak kehijauan. Exudates kadang terlihat secara individual, atau dalam bentuk klaster. Exudates memiliki intensitas warna yang hampir sama dengan optic disc (titik buta pada retina). Ukuran dari exudates sangat bervariatif, dapat berukuran lebih kecil atau lebih besar dari optic disc. Kesulitan melihat exudates diakibatkan komposisi warna pada exudates mirip dengan warna pada objek optic disc citra retina. Kelainan lain pada citra fundus yang juga sulit untuk dilihat secara visual adalah venous beading yaitu terjadinya penggelembungan pada pembuluh vena retina (Bowling, 2016).

Penderita Diabetik Retinopati biasanya tidak menyadari kelainan yang terjadi pada retina sampai muncul keluhan seperti melihat bayangan benda hitam melayang mengikuti pergerakan mata atau lebih dikenal dengan istilah floaters. Pasien Diabetik Retinopati akan mengeluhkan penglihatannya terhalang secara mendadak (Andi Arus Victor, 2008).

Bab 6: Diabetik Retinopati 60

Pencegahan kebutaan akibat Diabetik Retinopati dapat dikurangi jika dilakukan pendeteksian secara dini terhadap beberapa penyebab Diabetik Retinopati. Penentuan Kuadran Citra Fundus pada diabetik retinopati dapat dilihat pada Gambar 6.8.

8. Gambar 6.8. Penentuan Kuadran Citra Fundus

Gambar 6.8 Penentuan Kuadran Citra Fundus

Tabel 6.1. Viskositas Exudates (Gray, 2005)

61 Bab : 6 Diabetik Retinopati

Apabila pada hari pertama didapatkan volume skor 3 (medium) dan vikositas

1 (low) maka total skor exudates 4. Pada hari ketiga didapatkan volume skor 5 (high) dan vikositasnya skor 3 (medium) sehingga total skor menjadi 8. Hal ini menunjukkan luka bertambah buruk dan memerlukan re-evaluasi termasuk penentuan dressing yang tepat (Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. 2007). Exudates dibagi menjadi 2 :

1. Soft Exudates. Soft exudate yang sering disebut cotton wool patches merupakan iskemia retina. Pada pemeriksaan Optlamoskopi akan terlihat bercak berwarna kuning bersifat difus dan berwarna putih. Biasanya terletak dibagian tepi daerah nonirigasi dan dihubungkan dengan iskemia retina. Contoh citra fundus dengan soft exudates dapat dilihat pada Gambar 6.9.

Gambar 6.9. Citra Fundus dengan Cotton Wool Spot

(Brad Bowling. 2016)

Bab 6: Diabetik Retinopati 62

2. Retinal edema (Hard exudates)

Gambar 6.10. Citra Fundus dengan Hard Exudates

(Brad Bowling. 2016)

Intraretinal Mikrovaskuler Abnormalities (IRMA). Berlokasi di retina superficial berdekatan dengan area non perfusi mengakibatkan venous beading seperti dapat dilihat pada Gambar 6.11.

63 Bab : 6 Diabetik Retinopati

Gambar 6.11. Contoh Venous Beading ( Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. 2007 )

Penentuan Stadium Diabetik Retinopati dapat dilihat pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Klasifikasi Retinopati Diabetik berdasarkan Early Treatment Diabetik

Retinopathy Study Research Group (ETDRS) (Brad Bowling. 2016)

Non Proliferatif Diabetik Retinopati

Proliferatif Diabetik Retinopati

Mild - T erdapat ≥ 1 tanda berupa dilatasi

vena - Mikroaneurisma - Dot and blot intraretinal hemorrhages - Soft exudates / cotton wool patches

(optional)

Moderate - T erdapat ≥ 1 tanda berupa dilatasi Bab 6: Diabetik Retinopati 64

Non Proliferatif Diabetik Retinopati

Proliferatif Diabetik Retinopati

vena derajat ringan, - Dot and blot intraretinal hemorrhages - Intraretinal Mikrovaskuler

Abnormalities (IRMA) - Soft / Hard Exudates (Optional) Severe

20 hemorrhages pada tiap kuadran atau terdapat veneous beading pada minimal dua kuadran atau terdapat intraretinal microvaskular abnormalities (IRMA) pada salah satu kuadran.

Sangat Berat

D itemukan ≥ 2 tanda pada retinopati non proliferative berat

65 Bab : 6 Diabetik Retinopati