Ketenteraman, Ketertiban, Hukum dan HAM Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD 2007 BAB III - 9

3.1.6. Ketenteraman, Ketertiban, Hukum dan HAM

Keberhasilan pembangunan dalam pencapaian pemantapan ketentraman dan ketertiban masyarakat salah satunya dapat dilihat dari besaran indeks kejahatankriminalitas. Pada tahun 2004 jumlah tidak kejahatan di Jawa Timur sebanyak 11.910 kasus atau menurun 29,85 dibanding tahun 2003 16.979 kasus. Sementara pada tahun 2005 sampai dengan bulan Nopember jumlah tindak kejahatan di Jawa Timur sebanyak 11.614 kasus. Hampir semua wilayah mengalami sedikit peningkatan kecuali Wiltabes Surabaya dan Wilayah Madura yang mengalami penurunan masing-masing sebesar 14,35 dan 9,06. Di Bidang Hukum, kondisi penegakan hukum di Jawa Timur sudah berjalan dengan baik, namun masih perlu ditingkatkan. Produk hukum seperti Peraturan Daerah yang merupakan implementasi dari otonomi daerah ditingkatkan agar dapat mencerminkan aspirasi kebutuhan masyarakat Jawa Timur, sehingga dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. Dengan demikian, produk hukum daerah yang dihasilkan benar–benar dapat mencerminkan kebutuhan dan aspirasi rakyat. Situasi kemanan dan ketertiban yang cukup baik dalam tahun 2004, dan semakin membaik pada akhir tahun 2005 diharapkan terus meningkat pada akhir tahun 2006. Angka kriminalitas, penyalahgunaan obat-obat terlarang narkoba, perdagangan perempuan dan tindakan kekerasan terhadap perempuan yang kenyataannya meningkat diharapkan dapat menurun. Demikian pula dibidang hukum pada akhir tahun 2006, diharapkan kondisi penegakan hukum di Jawa Timur sudah semakin baik. Produk hukum seperti Peraturan Daerah juga lebih aspiratif dan mencerminkan aspirasi kebutuhan masyarakat Jawa Timur.

3.1.7. Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah merupakan pelaksanaan dari salah satu tuntutan reformasi pada tahun 1998. Kedua Undang- undang tersebut diperbaiki kembali melalui Undang-undang Nomo 32 tahun 2004 trntang pemerintahan daerah dan Undang-unang No. 33 tahun trntang perimbangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD 2007 BAB III - 10 keuangan Pusat-Daerah. Kebijakan ini merubah penyelenggaraan pemerintahan dari yang sebelumnya bersifat terpusat menjadi terdesentralisasi meliputi antara lain penyerahan kewenangan pemerintah pusat ke pemerintah daerah kecuali politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, agama, fiskal moneter, dan kewenangan bidang lain dan perubahan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Melalui kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah maka pengambilan keputusan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan penyediaan pelayanan publik diharapkan akan menjadi lebih sederhana dan cepat karena dapat dilakukan oleh pemerintah daerah terdekat sesuai kewenangan yang ada. Kebijakan ini dibutuhkan untuk menghadapi perkembangan keadaan, baik di dalam maupun di luar negeri. Dengan terbitnya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun tentang perimbangan keuangan Pusat-Daerah, diharapkan dapat merubah penyelenggaraan pemerintahan dari yang sebelumnya bersifat terpusat menjadi terdesentralisasi meliputi antara lain penyerahan kewenangan pemerintah pusat ke pemerintah daerah kecuali politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, agama, fiskal moneter, dan kewenangan bidang lain dan perubahan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.

3.2. PERMASALAHAN POKOK TAHUN 2007