Perkembangan Perekonomian Daerah dan Infrastruktur

Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD 2007 BAB III - 5

3.1.4. Perkembangan Perekonomian Daerah dan Infrastruktur

Perkembangan pembangunan ekonomi pasca krisis dan pada akhir masa perjalanan pembangunan Jawa Timur tahun kelima berdasarkan Renstrada Jawa Timur 2001-2005, telah menunjukkan adanya trend peningkatan walaupun pada tahun terakhir beberapa indikator makro sosial ekonomi mengalami kontraksi. Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah Propinsi Jawa Timur melalui program- program yang diarahkan untuk memantapkan ekonomi kerakyatan, penguatan unit- unit usaha dan lembaga-lembaga ekonomi mulai dari tahun 2001 hingga 2005, walaupun belum didukung dengan alokasi anggaran publik yang memadai. Oleh karena itu untuk mendorong percepatan pemulihan pertumbuhan ekonomi maka fokus penanganan saat ini dikemas dalam kapasitas melihat tendensi permasalahan kewilayahan dan optimalisasi pemanfaatan serta pengelolaan potensi sumber- sumber daya lokal yang dimiliki. Pembangunan kewilayahan dan optimalisasi potensi sumber daya lokal di Jawa Timur dalam kurun waktu lima tahun ini secara khusus diarahkan pada berbagai program pembangunan ekonomi yang sesuai dengan kondisi dan permasalahan yaitu mencakup ketahanan pangan, agribisnis, pertanian terpadu, sumber daya kelautan, usaha pertambangan, tenaga listrik, migas, batu bara dan energi lainnya, hutan, usaha perkebunan rakyat, sumber daya sarana dan prasarana perkebunan, industri kecil menengah, iklim usaha, sumber daya produktif, wirausaha, penanaman modal, jalan dan jembatan, sumber daya air, angkutan darat, laut dan udara serta pariwisata dengan sasaran lebih diarahkan kepada komunitas masyarakat ekonomi lemah dan kaum miskin di perdesaan serta memperhatikan pelestarian lingkungan, yang pengelolaannya mencakup kebijaksanaan, sistem, prosedur, sumber daya manusia maupun pengendaliannya. Penekanan pembangunan kewilayahan ini dinilai penting karena upaya penanganan obyek permasalahan diarahkan secara spesifik dan mengutamakan perbedaan hubungan antar bagian wilayah yang memerlukan penanganan yang berbeda pula, akan tetapi hasilnya tetap bersifat “general region”. Indikasi atas pelaksanaan program-program pembangunan selama 2 tahun terakhir secara keseluruhan ditunjukkan oleh kinerja agregat ekonomi Jawa Timur yang antara lain PDRB per kapita tahun 2005 mencapai sebesar Rp. 10.854.000,00 Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD 2007 BAB III - 6 meningkat dibanding tahun 2004 sebesar Rp. 9.300.000,00 atau naik 16,71, Indeks Daya Beli Masyarakat mengalami kenaikan dari 117,91 pada tahun 2004 menjadi 119,45 pada tahun 2005. Tingkat efisiensi investasi yang dihitung dengan pendekatan ICOR, pada tahun 2005 mencapai sebesar 3,16 dibanding tahun 2004 sebesar 3,15; dan Nilai Tukar Petani tahun 2005 sebesar 122,45 sedangkan tahun 2004 sebesar 122,12 dan Jumlah Penduduk Miskin tahun 2005 sebesar 3.311.903 KK atau sekitar 8.390.996 jiwa, yang berarti meningkat dibanding tahun 2004 yaitu sebesar 6.979.565 jiwa. Kenaikan jumlah penduduk miskin tersebut disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah pusat yang menaikkan harga BBM sebanyak dua kali, yaitu pada bulan Maret dan Oktober 2005 dengan maksud untuk menyesuaikan dengan kenaikan harga BBM Internasional. Adapun Tingkat Pengangguran Terbuka pada tahun 2005 mencapai sebesar 5,82 dan tahun 2004 sebesar 5,72, dan Incremental Labour Output Ratio ILOR tahun 2005 sebesar - 0,01 sedangkan tahun 2004 sebesar – 0,03 angka sementara. Kinerja agregat ini sebenarnya membawa perubahan positip terhadap kondisi ekonomi Jawa Timur, namun karena adanya kebijakan pemerintah pusat mengenai kenaikan harga Bahan Bakar Minyak BBM nasional yang harus menyesuaikan dengan kenaikan harga minyak dunia, sehingga telah memicu tingkat inflasi PDRB year on year yoy Jawa Timur menurut lapangan usaha mencapai angka dua digit yaitu sebesar 11,63. Sumbangan inflasi untuk tiga pendukung utama perekonomian Jawa Timur nilainya diatas 10, yaitu sektor pertanian mencapai 11,67, sektor industri 14,50, dan sektor perdagangan mencapai 10,25. Inflasi terendah disumbangkan leh sektor listrik, gas dan air bersih yang mencapai 2,72. Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor listrik, gas dan air bersih tidak mengalami gejolak harga, hal ini antara lain disebabkan kanaikan harga sektor ini masih ditentukan oleh kebijakan pemerintah. Terjadinya kenaikan harga serta penyesuaian terhadap komponen produksi, secara umum masih memberikan nilai positif bagi perekonomian Jawa Timur tahun 2005, hal ini ditunjukkan dengan tumbuhnya ekonomi daerah sebesar 5,84. Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD 2007 BAB III - 7

3.1.5. Sumber Daya Alam dan Lingkungan hidup dan Penataan Ruang