1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi, serta
proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan reproduksi merupakan komponen penting kesehatan bagi pria maupun
wanita, tetapi lebih dititik beratkan pada wanita Kusmiran, 2011 : 93. Kesehatan reproduksi identik dengan kehidupan seorang wanita, banyak sekali perempuan
mengalami permasalahan kesehatan reproduksi yang salah satunya adalah kanker serviks.
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker
serviks merupakan pembunuh nomer satu pada wanita di dunia Heffner Schust, 2008 : 94. Kanker serviks adalah kanker yang berkembang pada serviks atau mulut
rahim, khususnya berasal dari lapisan epitel atau lapisan terluar permukaan serviks Samadi, 2011 : 4. Kanker serviks merupakan penyebab kesakitan dan kematian
perempuan yang paling tinggi di dunia Misra, et al, 2013 : 66. Kanker serviks merupakan penyakit yang angka kejadiannya tinggi, perempuan
meninggal karena kanker serviks setiap 2 menit di dunia, di asia-pasifik setiap 4 menit perempuan meninggal karna kanker serviks dan di indonesia, setiap 1 jam perempuan
meninggal karena kanker serviks Samadi, 2011 : 4. Kanker serviks di Afrika merupakan urutan ke empat yang sering dialami oleh perempuan setelah kanker
payudara, colorectal dan kanker paru-paru. Perempuan meninggal karena penyakit kanker serviks sekitar 266.000 pada tahun 2012 Masand Dubey, 2014 : 444.
Kanker serviks di pakistan sekitar 3.6 dari semua penyakit kanker lainnya yang dialami perempuan, setiap tahunnya lebih dari 530.000 perempuan yang menderita
kanker serviks dan 275.000 diantaranya meninggal dan kanker serviks mayoritas sering terjadi pada negara-negara yang status ekonominya berpenghasilan tinkat
rendah dan menengah Naz Hanif, 2014 : 228. Kanker serviks di Indonesia merupakan kasus terbanyak dan hampir 70 di
temukan dalam kondisi stadium lanjut stadium IIB, karena masih rendahnya skrining yaitu 5 dan pelaksanaan yang ideal skrining kanker serviks adalah 80 .
Seseorang mengalami kanker serviks mencapai 40-45hari dan jumlah kematian yang disebabkan kanker serviks mencapai 20-25hari Samadi, 2011 : 7. Penderita yang
terkena kanker serviks setiap tahunnya mengalami peningkatan dari laporan STP RS sentinel rawat jalan se-jawa timur mulai tahun 2007-2011, tahun 2007 tercatat 771
orang, tahun 2008 tercatat 821 orang, tahun 2009 tercatat 671 orang, tahun 2010 terdapat 868 dan tahun 2011 terdapat 901 orang yang menderita kanker serviks
sedangkan penderita kanker serviks yang meninggal 29 orang pada tahun 2011 Dinkes Jatim, 2011.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 24-25 Juni 2015 kepada kelompok perempuan yang beresiko tinggi terkena kanker serviks di
desa Tlangoh kecamatan Tanjungbumi kabupaten Bangkalan Madura, dari 15 orang yang di wawancarai oleh peneliti ditemukan 7 orang mengetahui tentang pemeriksaan
IVA, tetapi tidak penah melakukan pemeriksaan IVA dengan alasan merasa kondisinya sehat dan tidak perlu untuk melakukan pemeriksaan tersebut, 7 orang
tidak mengetahui tentang pemeriksaan IVA dan 1 orang mengetahui tentang pemeriksaan IVA tetapi takut untuk melakukan pemeriksaan IVA.
Berdasarkan data kecamatan Tanjungbumi terdapat sebanyak 677 perempuan yang menikah pada usia dibawah 20 tahun dari 14 desa di kecamatan Tanjungbumi
pada periode 20142015 dan data dari puskesmas Tanjungbumi perempuan yang melakukan pemeriksaan IVA hanya sebanyak 65 perempuan 12 orang dari desa
banyusangkah, 4 orang dari desa larangan timur, 2 orang dari desa pelanggiran, 3 orang dari tambak pocok, 2 orang dari bandang daya, 19 orang dari desa telaga biru, 2
orang dari desa tanjungbumi, 6 orang dari desa macajah, 4 orang dari desa paseseh, 8 orang dari desa bumianyar, 3 orang dari desa planggiran. Dari data tersebut
didapatkan bahwa perempuan atau masyarakat desa Tlangoh tidak pernah melakukan pemeriksaan IVA. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait
pengaruh metode VLM video learning multimedia terhadap motivasi deteksi dini kanker serviks.
Kanker serviks bisa dicegah dengan melakukan deteksi dini atau skrining kanker serviks yaitu, 1 Pemeriksaan IVA; 2 Pemeriksaan Pap smear; 3 Kolposkopi.
Pemeriksaan IVA sangat cocok dilakukan pada masyarakat atau perempuan yang ekonomi menengah kebawah Bradford, et al,P 2012 : 140
Inspeksi visual asam asetat IVA adalah pemeriksaan dasar deteksi dini kanker serviks untuk melihat adanya lesi pada serviks. Pemeriksaan IVA ini menggunakan
asam asetat 3-5 yang di oleskan pada mulut serviks Mustafa, Jindal Singh, 2010 : 382. Deteksi dengan metode IVA ini sangat cocok diaplikasikan di negara
berkembang karena selain mudah, murah, efektif, tidak invasif, juga dapat dilakukan oleh semua tenaga medis seperti dokter, bidan, atau paramedik. Skrining dengan tes
Inspeksi Visual Asam Asetat IVA ini membutuhkan waktu sosialisasi yang tidak singkat, sehingga diperlukan sosialisasi deteksi dini kanker serviks tentang
pemeriksaan IVA dari tenaga medis kepada masayarakat khususnya perempuan yang beresiko tinggi karena pemeriksaan IVA saat ini sudah menjadi program pemerintah
yang diharapkan bisa menurunkan angka kejadian kanker serviks Samadi, 2011 : 31. Deteksi dini kanker serviks merupakan program yang terorganisir dengan
sasaran pada kelompok usia yang tepat dan kelompok rujukan yang efektif di seluruh pelayanan kesehatan. Program pemerintah mengenai deteksi dini kanker serviks
sudah tercantum di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 796MENKESSKVII2010 tentang pedoman teknis pengendalian kanker
payudara dan kanker serviks. Program deteksi dini kanker serviks yang dimaksud dalam peraturan ini yaitu pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Dewi, Supriati
Dewi, 2014 : 2. Pemeriksaan IVA pada saat ini sudah menjadi program pemerintah, namun sosialisasi tentang pemeriksaan IVA ini masih belum tersosialisasi lebih luas
kepada masyarakat khususnya pada perempuan resiko tinggi dan sampai saat ini masih banyak ditemukan kanker serviks pada stadium lanjut.
Perempuan yang beresiko tinggi mengalami kanker serviks yaitu perempuan dengan mitra seksual multiple atau mempunyai mitra seksual resiko tinggi, aktivitas
seksual dini, smegma atau substansi berlemak, perempuan yang merokok, perempuan yang sering melahirkan, tingkat sosial ekonomi yang rendah, penggunaan obat
imunosupresanpenekan kekebalan tubuh, dan riwayat terpapar inspeksi menular seksual Samadi, 2011 : 20. Menurut Owoeye Ibrahim 2013 : 48 perempuan yang
beresiko tinggi terkena kanker serviks antara lain, melakukan hubungan seksual pada usia muda, melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan, merokok dll. pada
saat ini jarang sekali perempuan yang beresiko tinggi berminat dan termotivasi untuk melakukan pemeriksaan Pap smear dan IVA, sehingga dalam upaya meningkatkan
motivasi perempuan untuk melakukan deteksi dini kanker serviks yaitu dengan cara memberikan penyuluhan dengan media VLM Video Learning Multimedia tentang IVA
sebagai deteksi dini kanker serviks. VLM Video Learning Multimedia adalah sebuah alat atau media pembelajaran
yang menggunakan video atau tampilan bergerak, media ini adalah sebuah alat pembelajaran modern di kalangan masyarakat. Multimedia adalah penyampaian
informasi menggunakan gabungan dari teks, grafik, suara, video, animasi. Pembelajaran dengan mempergunakan teknologi audiovisual akan meningkatkan
kemampuan belajar sebesar 50, dari pada tanpa mempergunakan media Munir, 2013 : 148. Peneliti dalam penelitian ini memilih media video atau VLM video learning
multimedia , karena jika dilihat dari sasaran dan karakteristik partisipan yang akan
dijadikan sebagai responden oleh peneliti yang respondennya rata-rata umur 18 tahun dan pendidikan terakhirnya adalah SD dianggap lebih efisien dan lebih modern
serta diharapkan dengan media VLM tersebut pembelajaran bisa cepat terserap dan dimengerti.
Peran perawat dalam meningkatkan motivasi deteksi dini kanker serviks dengan metode
IVA antara
lain perawat
sebagai advocat
yaitu membantu
menginterpretasikan berbagai informasi kesehatan, perawat sebagai edukator yaitu meningkatkan pengetahuan klien sampai dengan tahap perubahan perilaku, perawat
sebagai koordinator yaitu mengarahkan, merencanakan, serta mengorganisasikan pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan
dapat terarah dan sesuai dengan kebutuhan klien, dan perawat sebagai pembaharu
yaitu mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan Ali, 2008 : 2258.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakuakan penelitian tentang pengaruh video learning multimedia tentang IVA terhadap motivasi deteksi dini
kanker serviks di Bangkalan-Madura.
1.2 Rumusan Masalah