1.4.4 Analisis Bahan Hukum
Metode analisis bahan hukum yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deduktif. Metode deduktif merupakan metode yang berpangkal
dari pengajuan premis mayor kemudian diajukan premis minor, dari kedua premis ini kemudian ditarik suatu kesimpulan atau conclusio. Premis mayor yang
dimaksud adalah aturan hukum, sedangkan premis minor adalah fakta hukum, dari kedua hal tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan.
10
Berdasarkan metode deduktif, langkah-langkah yang harus dilakukan oleh penulis terdiri atas :
1. mengidentifikasi fakta hukum dan mengeliminir hal-hal yang
tidak relevan untuk menetapkan isu hukum yang hendak dipecahkan;
2. mengumpulkan bahan-bahan hukum dan bahan non hukum
yang dipandang mempunyai relevansi; 3.
melakukan telaah atas isu hukum yang diajukan berdasarkan bahan-bahan yang telah dikumpulkan;
4. menarik kesimpulan dalam bentuk argumentasi yang menjawab
isu hukum; 5.
memberikan preskripsi berdasarkan argumentasi yang telah dibangun di dalam kesimpulan.
11
10
Ibid., hlm. 89-90.
11
Ibid., hlm. 213.
10
Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anak dan Pelaku Anak
2.1.1 Pengertian Anak
Peraturan perundang-undangan di Indonesia yang berkaitan dengan anak memberikan pengertian dan batasan berbeda tentang anak. Hal ini dapat dilihat
dari setiap pengertian anak dari peraturan perundang-undangan tersebut. Setiap peraturan perundang-undangan tersebut memiliki sudut pandang
yang berbeda tentang anak, tergantung dari kepentingan dari peraturan tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut, sebagai pertimbangan dalam analisis di bawah
ini dikemukakan beberapa pengertian anak berdasarkan undang-undang yang berlaku di Indonesia:
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak yang dimaksud anak adalah seseorang yang belum
mencapai umur 21 dua puluh satu tahun dan belum kawin. 2.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak Pengertian anak berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1997 tentang Pengadilan Anak memberikan pengertian anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 delapan tahun tetapi belum
mencapai umur 18 delapan belas tahun dan belum pernah kawin. Dari pengertian Anak berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak tersebut akhirnya dikeluarkannya suatu Putusan Mahkamah Konstitusi : 1PUU-VIII2010 yang menyatakan bahwa usia anak yang dapat di
ajukan di sidang Pengadilan dan dijatuhi dengan sanksi pidana adalah anak yang telah berusia 12 tahun dan belum mencapai 18 tahun.