Sanksi Pidana Jenis Sanksi Terhadap Anak

7. Tindak Pidana berkaitan dengan penyalahgunaan Narkotika untuk diri sendiri maupun orang lain sebagaimana diatur dalam Pasal 116 ayat 1 dan 2, 121 ayat 1 dan 2, 126 ayat 1 dan 2, Pasal 127 ayat 1. 8. Tindak Pidana pelaporan penyalahguna Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 128 ayat 1, 2, 3, dan 4. 23 Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Bulukumba Nomor : 94Pid.B 2014PN.BLK. Hakim memutus Terdakwa dengan ketentuan pada angka 7 di atas di mana melakukan Tindak Pidana berkaitan dengan penyalahgunaan Narkotika untuk diri sendiri maupun orang lain sebagaimana telah diatur dalam Pasal 116 ayat 1 dan 2, Pasal 121 ayat 1 dan 2, Pasal 126 ayat 1 dan 2, dan Pasal 127 ayat 1.

2.4 Jenis Sanksi Terhadap Anak

2.4.1 Sanksi Pidana

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, sanksi yang dijatuhkan terhadap anak yang melakukan tindak pidana diatur dalam ketentuan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak “terhadap anak nakal hanya dapat dijatuhkan Pidana atau Tindakan yang ditentukan dalam undang- undang ini”. Ketentuan Pasal 22 tersebut memuat beberapa aturan bahwa yang dapat diberikan sanksi baik berupa Pidana ataupun Tindakan adalah anak nakal. Sedangkan yang dimaksud dengan anak nakal dalam Pasal 1 butir 2 mempunyai dua pengertian, yaitu : 24 a. anak yang melakukan tindak pidana; b. anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. 23 Sujono Bony Daniel, 2013, Komentar Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 124. 24 Gatot Supramono, 2000, Hukum Acara Pengadilan Anak, Djambatan, Jakarta, hlm. 21. Sanksi yang berupa Pidana terdiri atas pidana pokok dan pidana tambahan. Pidana pokok yang diberlakukan ada empat 4 macam, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 23 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, yaitu : 1. Pidana Penjara Pidana penjara adalah suatu bentuk pemidanaan dengan cara menghilangkan kemerdekaan orang lain untuk sementara waktu atau seumur hidup. Sifat dari pidana penjara ialah menghilangkan dan atau membatasi kemerdekaan bergerak, dalam arti menempatkan terpidana dalam suatu tempat Lembaga Pemasyarakatan Lapas di mana terpidana tidak bebas untuk keluar masuk dan didalamnya wajib untuk tunduk, menaati dan menjalankan semua peraturan tata tertib yang berlaku. 25 Ancaman maksimum umum dari pidana penjara yaitu 15 lima belas tahun berdasarkan Pasal 12 Ayat 2 KUHP dalam terjemahan Moeljatno, jika tindak pidana yang dilakukan dalam keadaan yang memberatkan, misalnya perbarengan dan pengulangan tindak pidana dijatuhi pidana penjara dengan ditambah sepertiganya, yang karena itu bagi tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara maksimum 15 lima belas tahun bertambah menjadi maksimum 20 dua puluh tahun. 26 2. Pidana Kurungan Pidana kurungan merupakan salah satu bentuk pidana perampasan kemerdekaan yang diatur dalam Pasal 18 sampai dengan Pasal 29 KUHP, namun dalam berbagai hal ditentukan lebih ringan bila dibandingkan dengan pidana penjara. Menurut Adami Chazawi beberapa ketentuan tentang pidana kurungan adalah sama dengan pidana penjara sebagai berikut : 1. berupa pidana hilang kemerdekaan bergerak. 2. mengenal maksimum umum, maksimum khusus dan minimum umum dan tidak mengenal minimum khusus. Maksimum pidana kurungan 1 satu tahun yang dapat diperpanjang maksimum 1 25 Adami Chazawi, 2005, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, P.T. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 32. 26 Ibid., hlm. 33. satu tahun 4 empat bulan. Minimum umum pidana kurungan sama dengan pidana penjara yaitu 1 satu hari. 3. orang yang dipidana kurungan dan pidana penjara diwajibkan untuk menjalankan bekerja pekerjaan tertentu walaupun narapidana kurungan lebih ringan daripada narapidana penjara. 4. berdasarkan Pasal 28 KUHP terjemahan Moeljatno, tempat menjalani pidana penjara sama dengan tempat menjalani pidana kurungan walaupun ada sedikit perbedaan, yaitu harus dipisah. 5. pidana kurungan mulai berlaku apabila terpidana tidak ditahan, yaitu pada hari Putusan Hakim setelah mempunyai kekuatan hukum tetap dijalankan atau dieksekusi, yaitu pada saat pejabat kejaksaan mengeksekusi dengan cara melakukan tindakan paksa memasukkan terpidana ke dalam Lapas. 27 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, jika pelaku tindak pidana adalah anak nakal berlaku ketentuan Pasal 27 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak bahwa pidana kurungan yang dijatuhkan kepada anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, paling lama setengah dari maksimum ancaman pidana kurungan bagi orang dewasa. 3. Pidana Denda Pidana denda merupakan salah satu jenis pidana pokok yang berdiri sendiri sebagaimana ketentuan Pasal 10 KUHP. Berdasarkan Pasal 30 ayat 2 KUHP “jika denda tidak dibayar, lalu diganti dengan kurungan”, maka sering dalam Putusan Hakim membuat pidana alternatif selain kurungan juga dengan pidana kurungan pengganti, dalam hal ini terpidana bebas memilihnya apakah harus membayar denda atau menjalani pidana kurungan. Pidana denda perlu adanya jaminan penggantinya karena dalam pelaksanaan pidana denda tidak dapat dijalankan dengan paksaan secara langsung seperti penyitaan atas barang- barang terpidana. Menurut Adami Chazawi dalam praktik hukum selama ini, pidana denda jarang sekali dijatuhkan. Hakim selalu menjatuhkan pidana kurungan atau penjara jika pidana denda itu diancamkan sebagai alternatif saja dalam rumusan tindak 27 Ibid., hlm. 38-39. pidana yang bersangkutan, kecuali apabila tindak pidana itu memang hanya diancam dengan pidana denda saja, yang tidak memungkinkan Hakim menjatuhkan pidana lain selain pidana denda. 28 4. Pidana Pengawasan Pengertian Pidana Pengawasan menurut penjelasan Pasal 30 Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1997 adalah pidana yang khusus dikenakan untuk anak, yakni pengawasan yang dilakukan oleh jaksa terhadap perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari di rumah anak tersebut dan pemberian bimbingan yang dilakukan oleh Bapas. Gatot Supramono mengatakan : “salah satu dari keempat macam pidana pokok yang ada dalam undang-undang Pengadilan Anak, pidana pengawasan merupakan jenis pidana baru yang khusus untuk terpidana anak, yang dimaksud dengan “pidana pengawasan”, adalah pidana yang khusus dikenakan untuk anak, yakni pengawasan yang dilakukan oleh jaksa terhadap perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari di rumah anak tersebut, dan pemberian bimbingan yang dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan, jadi pidana pengawasan, bukan berupa pidana penjara atau pidana kurungan yang dilaksanakan di rumah terpidana, tetapi berupa pengawasan terhadap terpidana selama beberapa waktu yang ditetapkan oleh putusan pengadilan ”. 29 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak juga mengatur tentang pidana Tambahan terhadap anak nakal selain keempat pidana pokok tersebut. Berdasarkan Pasal 23 ayat 3 undang-undang Pengadilan Anak ada 2 dua macam pidana tambahan, yaitu perampasan barang-barang tertentu dan pembayaran ganti rugi. Penjelasan Pasal 23 ayat 3 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak menyebutkan bahwa “pembayaran ganti rugi yang dijatuhkan sebagai pidana tambahan merupakan tanggungjawab dari orang tua atau orang tua lain yang menjalankan kekuasaan orang tua ”. Berdasarkan sanksi pidana terhadap anak nakal di atas, baik berupa pidana pokok maupun pidana tambahan, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak tidak menghendaki seorang anak nakal dijatuhkan pidana pokok berupa pidana mati. 28 Ibid., hlm. 41. 29 Gatot Supramono, Op. Cit.,hlm. 31.

2.4.2 Sanksi Tindakan