Efisiensi Penyaluran Air Irigasi di Kawasan Sungai Ular Daerah Timbang Deli Kabupaten Deli Serdang

EFISIENSI PENYALURAN AIR IRIGASI DI KAWASAN
SUNGAI ULAR DAERAH TIMBANG DELI
KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

AZIZ ANHAR

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009

Universitas Sumatera Utara

EFISIENSI PENYALURAN AIR IRIGASI DI KAWASAN
SUNGAI ULAR DAERAH TIMBANG DELI
KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI


AZIZ ANHAR
040308025
TEP

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknologi pertanian
pada Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh,
Komisi Pembimbing

(Ir. Edi Susanto, M.Si)
Ketua

(Achwil P. Munir, STP, M.Si)
Anggota

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
Irrigation is an effort to bring water into agricultural irrigation that is carried out
regularly in the area of agriculture. Irrigation water availability is one of the
important matters in successing of an area of agriculture. The study of this thesis
was on the level of channelling efficiency of water in the area of Timbang Deli
irrigation. This research was carried out by measuring the inflow and the outflow
rate into each channel that is: the primary, secondary, and tertiary channel
using the float ball. The efficiency of the primary channel was 87.05%, the
secondary channel was 74.37%, and the tertiary channel was 70.13%.
Key word

: Water Distribution Efficiency, Water Loss, Evaporation, Seepage

ABSTRAK
Irigasi adalah suatu usaha untuk memberikan air guna keperluan pengairan
pertanian yang dilakukan secara teratur pada daerah pertanian. Ketersediaan air

irigasi merupakan salah satu hal penting dalam keberhasilan suatu daerah
pertanian. Studi yang disampaikan melalui skripsi ini adalah untuk mengkaji
tingkat efisiensi penyaluran air pada daerah irigasi Timbang Deli. Penelitian ini
dilakukan dengan mengukur debit masuk dan debit keluar pada setiap saluran
yaitu : saluran primer, sekunder, dan tersier dengan menggunakan bola
pelampung, sehingga didapat nilai efisiensi pada saluran primer 87,05%, sekunder
74,37%, tersier 70,13%.
Kata Kunci : Efisiensi Penyaluran Air, Kehilangan Air, Evaporasi, Rembesan

Universitas Sumatera Utara

RINGKASAN PENELITIAN
Aziz Anhar, “Efisiensi Penyaluran Air Irigasi di Kawasan Sungai Ular
Daerah Timbang Deli Kabupaten Deli Serdang”. Dibawah bimbingan
Edi Susanto sebagai ketua komisi pembimbing dan Achwil Putra Munir sebagai
anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai efisiensi penyaluran air di
saluran primer, sekunder dan tersier di daerah irigasi Timbang Deli Kabupaten
Deli Serdang. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur debit pangkal dan debit
ujung pada masing-masing saluran sehingga didapat nilai efisiensi penyaluran

airnya.
Efisiensi Primer
Panjang saluran primer adalah 0,825 km. Diperoleh debit di pangkal 1,390
m3/s setelah air mengalir sampai ke ujung dimana air akan masuk ke saluran
sekunder sebesar 1,210 m3/s sehingga terjadi kehilangan air pada saat penyaluran
sebesar 0,1800 m3/s. Maka efisiensi penyaluran didapat sebesar 87,05 % artinya
kehilangan air di saluran sebesar 12,95 %.
Efisiensi Sekunder
Terdapat 1 saluran sekunder yang memiliki panjang 2,250 km. Diperoleh
rata-rata debit di pangkal sebesar 0,398 m3/s dan di ujung sebesar 0,296 m3/s
sehingga kehilangan airnya sebesar 0,102 m3/s. Maka efisiensi penyalurannya
sebesar 74,37 % artinya kehilangan air disepanjang saluran 25,63 %.

Universitas Sumatera Utara

Efisiensi Tersier
Terdapat 7 saluran tersier yang masih aktif, yang memiliki panjang
keseluruhan 13,424 km. Pada penelitian ini didapat hasil rata-rata untuk saluran
tersier dengan debit pangkal 0,040 m3/s dan debit ujung 0,029 m3/s sehingga
kehilangan air pada saat penyaluran sebesar 0,011 m3/s. Maka efisiensinya sebesar

70,13 % artinya kehilangan air disepanjang saluran sebesar 29,87% .
Evaporasi
Evaporasi merupakan penguapan air yang terjadi akibat energi matahari.
Berdasarkan pengukuran dari stasiun sampali didapat pada bulan Juni 2009 ratarata suhu bola kering sebesar 28,1 °C dan suhu bola basah sebesar 25,4 °C yang
menghasilkan nilai evaporasi sebesar 2,22 mm/hari.
Rembesan
Rembesan merupakan faktor yang mempengaruhi kehilangan air pada
saluran melalui dinding saluran. Pada perhitungan perembesan ini nilai koefisien
rembesan pada irigasi Timbang Deli ini menurut Nikken Consultant, 1981 adalah
6,8x10-7 cm/detik. Sehingga didapat nilai rembesan pada saluran sekunder 9,452 x
10 −4 cm3/detik, nilai rembesan pada saluran tersier adalah 1,564 x 10 −4 cm3/detik
cm3/detik.
Efisiensi Penyaluran Air Irigasi
Efisiensi Irigasi diperoleh dengan mengalikan antara efisiensi di saluran
primer, sekunder dan tersier yaitu :
89,17 % x 71,61 % x 75,89 % = 48,46 %

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT PENULIS

Aziz Anhar, dilahirkan di Banda Aceh 04 Juli 1986, dari pasangan
Ayahanda Muzanni Lubis dan Ibunda Halijah, dan merupakan anak ke-2 dari 3
bersaudara, beragama Islam.
Tahun tahun 2004 lulus pendidikan di SMAN 4 Medan di tahun 2004
menempuh pendidikan di Fakultas Pertanian Departemen Teknologi Pertanian
Program Studi Teknik Pertanian melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru (SPMB).
Selama perkuliahan penulis pernah menjadi Pengurus Agriculture
Technology Moslem (ATM) tahun 2006-2007 dan Ikatan Mahasiswa Teknik
Pertanian (IMATETA) tahun 2007-2008. Penulis telah melakukan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) dari tanggal 10 Juli sampai 10 Agustus 2008 di PT. Latexinndo
Toba Perkasa, Medan Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “ Efisiensi Penyaluran Air Irigasi di

Kawasan Sungai Ular Daerah Timbang Deli Kabupaten Deli Serdang” yang
merupakan persyaratan untuk dapat memperoleh gelar Sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak
Ir. Edi Susanto, M.Si sebagai Ketua Pembimbing dan Bapak Achwil P. Munir,
STP, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah membantu dalam
pembuatan skripsi ini. Dan juga kepada kedua orang tua yang telah memberikan
dukungannya baik secara moril maupun materil.
Penulis menyadari di dalam pembuatan skripsi masih banyak terdapat
kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaannya.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2009

Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Hal

ABSTRAK ....................................................................................................... i
RINGKASAN PENELITIAN.......................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... x
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA
Daerah Aliran Sungai.............................................................................. 5
Sistem Irigasi........................................................................................... 6
Jaringan Irigasi ........................................................................................ 8
Efisiensi Irigasi ....................................................................................... 10
Debit Air ................................................................................................. 11
Pengukuran Debit.................................................................................... 12
Evaporasi................................................................................................. 13
Perkolasi.................................................................................................. 14

Rembesan ................................................................................................ 15
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 16
Bahan dan Alat Penelitian....................................................................... 16
Metode Penelitian ................................................................................... 16
Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ 17
Parameter Penelitian ............................................................................... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Jaringan Irigasi........................................................................ 22
Lokasi Pengukuran.................................................................................. 22
Efisiensi Primer....................................................................................... 23
Efisiensi Sekunder................................................................................... 25
Efisiensi Tersier ...................................................................................... 26
Evaporasi................................................................................................. 28
Rembesan ................................................................................................ 28
Efisiensi Penyaluran Air Irigasi .............................................................. 29

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ............................................................................................. 31
Saran........................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 32
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
Hal
1. Efisiensi pada saluran primer ..................................................................... 24
2. Efisiensi pada saluran sekunder ................................................................. 25
3. Efisiensi pada saluran tersier...................................................................... 26
4. Keterangan petak tersier............................................................................. 27
5. Rembesan pada saluran sekunder............................................................... 28
6. Rembesan pada saluran tersier ................................................................... 29
7. Efisiensi irigasi........................................................................................... 30

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR


Hal
1. Irigasi Timbang Deli .................................................................................. 55
2. Deskripsi jaringan irigasi Timbang Deli .................................................... 59
3. Peta daerah irigasi Timbang Deli............................................................... 60

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1. Diagram alir penelitian............................................................................... 34
2. Tabel tekanan uap jenuh............................................................................. 35
3. Tabel kelembaban ...................................................................................... 36
4. Gambar penampang saluran....................................................................... 37
5. Data efisiensi penyaluran air irigasi........................................................... 47
6. Data untuk menghitung evaporasi.............................................................. 50
7. Perhitungan evaporasi ................................................................................ 51
8. Perhitungan rembesan ................................................................................ 53
8. Tabel keterangan keadaan pintu pembagi air............................................. 54

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
Irrigation is an effort to bring water into agricultural irrigation that is carried out
regularly in the area of agriculture. Irrigation water availability is one of the
important matters in successing of an area of agriculture. The study of this thesis
was on the level of channelling efficiency of water in the area of Timbang Deli
irrigation. This research was carried out by measuring the inflow and the outflow
rate into each channel that is: the primary, secondary, and tertiary channel
using the float ball. The efficiency of the primary channel was 87.05%, the
secondary channel was 74.37%, and the tertiary channel was 70.13%.
Key word

: Water Distribution Efficiency, Water Loss, Evaporation, Seepage

ABSTRAK
Irigasi adalah suatu usaha untuk memberikan air guna keperluan pengairan
pertanian yang dilakukan secara teratur pada daerah pertanian. Ketersediaan air
irigasi merupakan salah satu hal penting dalam keberhasilan suatu daerah
pertanian. Studi yang disampaikan melalui skripsi ini adalah untuk mengkaji
tingkat efisiensi penyaluran air pada daerah irigasi Timbang Deli. Penelitian ini
dilakukan dengan mengukur debit masuk dan debit keluar pada setiap saluran
yaitu : saluran primer, sekunder, dan tersier dengan menggunakan bola
pelampung, sehingga didapat nilai efisiensi pada saluran primer 87,05%, sekunder
74,37%, tersier 70,13%.
Kata Kunci : Efisiensi Penyaluran Air, Kehilangan Air, Evaporasi, Rembesan

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air berubah dalam tiga bentuk/sifat menurut waktu dan tempat, yaitu air
sebagai bahan padat, air sebagai cairan dan air sebagai uap seperti gas. Keadaankeadaan ini kelihatannya adalah keadaan alamiah biasa karena selalu kelihatan
demikian. Tetapi sebenarnya keadaan-keadaan / sifat-sifat ini adalah keadaan
yang aneh diantara seluruh benda-benda. Tidak ada suatu benda yang berubah
kedalam tiga sifat dengan suhu dan tekanan yang terjadi dalam hidup kita seharihari (Sunaryo, dkk., 2004).
Air adalah segala-galanya bagi kehidupan, juga peradaban bagi manusia,
bagi tanaman dan bagi hewan; bagi pertanian, bagi industri dan bagi
keseimbangan alam. Persediaan air yang mencukupi pada saat yang tepat dan
dengan kualitas yang memadai adalah soal hidup dan mati. Manusia masih
mungkin dapat bertahan selama beberapa minggu tanpa makanan, akan tetapi
tanpa air ia akan hanya bertahan hidup paling lama 10 hari, demikian halnya
dengan tanaman selain dipengaruhi oleh faktor cuaca dan kandungan unsur hara
dalam tanah, tanaman hanya dapat hidup dengan subur apabila ia mendapat cukup
air. Pemberian air yang mencukupi merupakan faktor penting bagi pertumbuhan
tanaman. Setiap tanaman akan mencoba menyerap air secukupnya dari tanah
tempatnya tumbuh. Untuk menjamin pertumbuhannya maka perlu dilakukan
pengairan buatan yang sesuai dengan kebutuhan (Dumairy, 1992).
Perubahan kondisi lingkungan telah menyebabkan berubahnya kondisi
sumber daya air, khususnya air sungai. Permintaan di satu pihak baik untuk

Universitas Sumatera Utara

keperluan irigasi maupun untuk keperluan lain dan perubahan ketersediaan air di
pihak lain telah menghendaki perhatian yang lebih besar terhadap pemekaran air
sungai, khususnya dalam hubungan pemanfaatan air untuk irigasi
(Pasandaran, 1991).
Sungai mempunyai fungsi mengumpulkan curah hujan dalam suatu daerah
tertentu dan mengalirkannya ke laut. Sungai itu dapat digunakan juga untuk
berjenis-jenis aspek seperti pembangkit tenaga listrik, pelayaran, pariwisata,
perikanan, dan lain-lain. Dalam bidang pertanian sungai itu berfungsi sebagai
sumber air yang penting untuk irigasi hari (Sunaryo, dkk., 2004).
Perencanaan yang didasarkan keahlian serta pengelolaan yang seksama
merupakan hal yang penting untuk mencapai tingkat efisiensi pemanfaatan air
yang akan dibutuhkan di masa mendatang. Walaupu demikian, usaha-usaha ini
haruslah

mempunyai

lingkup

yang

lebih

luas

daripada

yang

dapat

dikonsolidasikan oleh konsep teknik yang umum. Investasi dalam pengembangan
sumber daya air dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomi, sosial,
dan politik serta kenyataan-kenyataan teknik dasar
(Linsley dan Franzini, 1991).
Irigasi adalah penambahan kekurangan kadar air tanah secara buatan yakni
dengan memberikan air secara sistematis pada tanah yang diolah. Sebaliknya
pemberian air yang berlebih pada tanah yang diolah itu akan merusakkan tanaman
(Sunaryo, dkk., 2004).
Peningkatan produksi pangan menuntut adanya peningkatan unsur-unsur
penunjangnya, baik secara kualitas maupun kuantitas. Areal persawahan

Universitas Sumatera Utara

merupakan lahan pertanian utama penghasil beras sebagai bahan pokok pangan,
sehingga diperlukan usaha-usaha secara intensif dan ektensif untuk peningkatan
produksinya, salah satunya adalah dengan mengatur pcmberian air. Besarnya
kehilangan air pada saluran selain dipengaruhi oleh musim, jenis tanah, keadaan
dan panjang saluran juga dipengaruhi oleh karateristik saluran. Sistem penyaluran
air ke areal persawahan menggunakan saluran tanah, dan mengakibatkan
rendahnya efesiensi pengairan. Pendugaan besarnya kehilangan air pada saluran
merupakan langkah awal dalam usaha pemanfaatan air secara efisien
(Syarnadi, 1985).
Mengingat ketersediaan air pengairan dan kepentingan-kepentingan yang
harus dipenuhi dengan air pengairan tersebut dan karena ketepatgunaan relatif
masih rendah, maka agar pemanfaatan air pengairan dapat memenuhi berbagai
kepentingan berbagai pembudidayaan tanaman ketepatgunaan pemanfaatannya
perlu ditingkatkan. Ketepatgunaan pengairan adalah suatu daya upaya pemakaian
yang benar-benar sesuai bagi keperluan budidaya tanaman dengan jumlah debit
air yang tersedia atau dialirkan sampai lahan-lahan tanaman sehingga
pertumbuhan tanaman dapat terjamin dengan baik dengan mencukupkan air
pengairan yang tersedia itu (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1994).
Efisiensi

irigasi

dapat

ditingkatkan

dengan

penjadwalan

irigasi.

Penjadwalan irigasi, berarti perencanaan waktu dan jumlah pemberian air irigasi
sesuai dengan kebutuhan air tanaman. Suplai air yang terbatas dapat menurunkan
produksi tanaman. Sedangkan suplai air yang berlebih selain dapat menurunkan
produksi tanaman juga dapat meningkatkan jumlah air irigasi yang hilang dalam
bentuk perkolasi (Raes, 1987).

Universitas Sumatera Utara

Suatu jaringan irigasi diharapkan memiliki tingkat efisiensi teknis yang
tinggi sehingga dapat menyalurkan air secara efektif dan efisien. Sesuai dengan
keterangan di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian efisiensi penyaluran
air irigasi di jaringan irigasi Timbang Deli yang sumber airnya berasal dari Sungai
Ular.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung nilai efisiensi
penyaluran air di saluran primer, sekunder dan tersier di daerah irigasi Timbang
Deli Kabupaten Deli Serdang.
Manfaat Penelitian
1. Alokasi pemberian air dari masing-masing saluran dapat dilakukan sesuai
dengan kebutuhan tanaman.
2. Sebagai bahan penulis untuk menyusun skripsi yang merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik Pertanian
Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara
3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Daerah Aliran Sungai
Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk
secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian
hilir. Air hujan yang jatuh diatas permukaan bumi dalam perjalanannya sebagian
kecil menguap dan sebagian besar mengalir dalam bentuk alur-alur kecil
kemudian menjadi alur-alur sedang seterusnya mengumpul menjadi satu alur
besar atau utama. Daerah dari mana sungai memperoleh air merupakan daerah
tangkap hujan yang biasa disebut dengan daerah aliran sungai (DAS). Dengan
demikian DAS dapat dipandang sebagai suatu unit kesatuan wilayah tempat air
hujan mengumpul kesungai menjadi aliran sungai (Lubis, dkk.,1993).
Sungai mempunyai peranan yang sangat besar bagi perkembangan
peradaban manusia di seluruh dunia ini, yakni dengan menyediakan daerah-daerah
subur yang umumnya terletak di lembah-lembah sungai dan sumber air sebagai
sumber kehidupan yang paling utama bagi manusia. Dalam bidang pertanian
sungai berfungsi sebagai sumber air yang penting untuk irigasi
(Sosrodarsono dan Tominaga, 1994).
Daerah aliran sungai (DAS) sesuai dengan pola-polanya dapat dibedakan
menjadi :
1) Daerah aliran sungai (DAS) dengan pola bulu burung, di daerah aliran
sungai ini selain terdapat sungai utama terdapat juga di sebelah kiri dan
kanannya pola-pola sungai kecil atau anak-anak sungai

Universitas Sumatera Utara

2) Daerah aliran sungai (DAS) dengan pola radial atau melebar, di daerah
aliran sungai ini terdapat sungai utama (besar dengan beberapa anak
sungainya), hanya anak-anak sungainya melingkar dan akan bertemu pada
satu titik daerah
3) Daerah aliran sungai (DAS) dengan pola paralel atau sejajar , daerah aliran
sungai ini memiliki 2 jalur daerah aliran, yang memang paralel, yang
dibagian hilir keduanya bersatu membentuk sungai besar
(Siregar, 1981).
Merisaukan pula keadaan di daerah-daerah aliran sungai (DAS) dengan
tekanan penduduk yang semakin besar dan sumber daya air dan lahan terbatas
sesuai dengan kondisi fisik dan hidrologinya. Keterbatasan lahan merupakan
kendala yang paling peka, karena sumber daya ini tetap sejumlah yang diwariskan
pendahulu dan sejumlah itu pula yang akan diwariskan pada generasi yang akan
datang (Pasadaran, 1991).
Sistem Irigasi
Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha untuk memberikan air guna
keperluan pertanian yang dilakukan dengan tertib dan teratur untuk daerah
pertanian yang membutuhkannya dan kemudian air itu dipergunakan secara tertib
dan teratur dan dibuang ke saluran pembuang. Istilah irigasi diartikan suatu
bidang pembinaan atas air dari sumber-sumber air, termasuk kekayaan alam
hewani yang terkandung didalamnya, baik yang alamiah maupun yang diusahakan
manusia. Pengairan selanjutnya diartikan sebagai pemanfaatan serta pengaturan
air dan sumber-sumber air yang meliputi irigasi, pengembangan daerah rawa,

Universitas Sumatera Utara

pengendalian dan pengaturan banjir, serta usaha perbaikan sungai, waduk, dan
penyediaan air minum, air perkotaan, dan air industri ( Ambler, 1991).
Sebagian besar sumber air untuk irigasi adalah air permukaan yang berasal
dari air hujan dan pencairan salju. Air ini secara alami mengalir di sungai-sungai
yang membawanya ke laut. Jika dimanfaatkan untuk irigasi, sungai dibendung dan
dialirkan melalui saluran-saluran buatan ke daerah pertanian, atau air terlebih
dahulu ditampung di dalam waduk yang selanjutnya dialirkan secara teratur
melalui jaringan irigasi ke daerah pertanian. Adapun faktor-faktor yang
menentukan pemilihan metode pemberian air irigasi adalah: distribusi musiman
hujan, kemiringan lereng dan bentuk permukaan lahan, suplai air, rotasi tanaman
dan permeabilitas tanah lapisan bawah. Metode pendistribusian air irigasi dapat
dibagi kedalam:
1) Irigasi permukaan
2) Irigasi lapisan bawah
3) Sprinkler
4) Drip atau trickle
(Hakim, dkk., 1986).
Berdasarkan sudut pandangnya irigasi di kelompokkan menjadi irigasi
aliran dan irigasi angkat yang lebih dikenal dengan sebutan irigasi pompa. Irigasi
aliran adalah tipe irigasi yang penyampaian airnya kedalam pertanian atau area
persawahan dilakukan dengan cara pengaliran. Sedangkan irigasi angkat adalah
tipe irigasi yang penyampaian airnya ke areal pertanaman dilakukan dengan cara
pemompaan bangunan airnya berumah pompa bukan bendungan atau waduk
(Dumairy, 1992).

Universitas Sumatera Utara

Dalam pembangunan irigasi paling tidak ada dua alternatif strategi yang
diperlukan yaitu: pertama adalah membangun proyek irigasi baru dan yang kedua
adalah rehabilitasi sarana irigasi yang ada. Selanjutnya kisaran alternatif ukuran
dari sistem irigasi yang akan dibangun, misalnya apakah akan diutamakan pada
proyek-proyek berukuran kecil seperti sistem irigasi sederhana atau proyekproyek dalam ukuran sedang dan besar (Pasadaran, 1984).
Jaringan Irigasi
Dari

segi

konstruksi

jaringan

irigasinya,

Pasandaran,

(1991)

mengklasifikasikan sistem irigasi menjadi empat jenis yaitu:
1) Irigasi sederhana
Irigasi sederhana adalah sistem irigasi yang sistem konstruksinya
dilakukan dengan sederhana, tidak dilengkapi dengan pintu pengatur dan
alat pengukur sehingga air irigasinya tidak teratur dan tidak terukur,
sehingga efisiensinya rendah
2) Irigasi setengah teknis
Irigasi setengah teknis adalah suatu sistem irigasi dengan konstruksi pintu
pengatur dan alat pengukur pada bangunan pengambilan (head work) saja,
sehingga air hanya teratur dan terukur pada bangunan pengambilan saja
dengan demikian efisiensinya sedang
3) Irigasi teknis
Irigasi teknis adalah suatu sistem irigasi yang dilengkapi dengan alat
pengatur dan pengukur air pada bangunan pengambilan, bangunan bagi
dan bangunan sadap sehingga air terukur dan teratur sampai bangunan
bagi dan sadap, diharapkan efisiensinya tinggi

Universitas Sumatera Utara

4) Irigasi teknis maju
Irigasi teknis maju adalah suatu sistem irigasi yang airnya dapat diatur dan
terukur pada seluruh jaringan dan diharapkan memiliki efisiensinya tinggi
sekali.
Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang
diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan,
pembagian, pemberian dan penggunaannya. Secara hirarki jaringan irigasi dibagi
menjadi jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan utama meliputi bangunan,
saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari
bangunan dan saluran yang berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah
yang mendapatkan air dari suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi.
Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas
kurang lebih 8 sampai dengan 15 hektar. Pembagian air, eksploitasi dan
pemeliharaan di petak tersier menjadi tanggung jawab para petani yang
mempunyai lahan di petak yang bersangkutan dibawah bimbingan pemerintah.
Petak tersier sebaiknya mempunyai batas-batas yang jelas, misalnya jalan, parit,
batas desa dan batas-batas lainnya. Ukuran petak tersier berpengaruh terhadap
efisiensi pemberian air. Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh dalam
penentuan luas petak tersier antara lain jumlah petani, topografi dan jenis
tanaman.
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang semuanya dialiri
oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan
bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder
pada umumnya berupa tanda topografi yang jelas misalnya saluran drainase. Luas

Universitas Sumatera Utara

petak sukunder dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi topografi daerah yang
bersangkutan. Saluran sekunder pada umumnya terletak pada punggung mengairi
daerah di sisi kanan dan kiri saluran tersebut sampai saluran drainase yang
membatasinya. Saluran sekunder juga dapat direncanakan sebagai saluran garis
tinggi yang mengairi lereng medan yang lebih rendah.
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil
langsung air dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer
yang mengambil air langsung dari bangunan penyadap. Daerah di sepanjang
saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap
air dari saluran sekunder (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).
Efisiensi Irigasi
Efisiensi pengairan merupakan suatu rasio atau perbandingan antar jumlah
air yang nyata bermanfaat bagi tanaman yang diusahakan terhadap jumlah air
yang tersedia atau yang diberikan dinyatakan dalam satuan persentase. Dalam hal
ini dikenal 3 macam efisiensi yaitu efisiensi penyaluran air, efisiensi pemberian
air dan efisiensi penyimpanan air (Dumairy, 1992).
Efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata
yang terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang
keluar dari pintu pengambilan (intake). Efisiensi irigasi merupakan faktor penentu
utama dari unjuk kerja suatu sistem jaringan irigasi. Efisiensi irigasi terdiri atas
efisiensi pengaliran yang pada umumnya terjadi di jaringan utama dan efisiensi di
jaringan sekunder yaitu dari bangunan pembagi sampai petak sawah. Efisiensi
irigasi didasarkan asumsi sebagian dari jumlah air yang diambil akan hilang baik

Universitas Sumatera Utara

di saluran maupun di petak sawah. Kehilangan air yang diperhitungkan untuk
operasi irigasi meliputi kehilangan air di tingkat tersier, sekunder dan primer.
Besarnya masing-masing kehilangan air tersebut dipengaruhi oleh panjang
saluran, luas permukaan saluran, keliling basah saluran dan kedudukan air tanah.
(Direktorat Jenderal Pengairan,1986).
Kebutuhan air pengairan adalah banyaknya air yang dibutuhkan untuk
menambah curah hujan efektif (sebagian dari curah hujan total yang jatuh pada
wilayah yang bersangkutan) guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Kebutuhan air pengairan adalah tergantung pada
banyaknya atau tingkat pemakaian dan efesiensi jaringan pengairan yang ada
(Kartasapoetra dan Sutedjo, 1994).
Jumlah air yang tersedia bagi tanaman di areal persawahan dapat
berkurang karena adanya evaporasi permukaan, limpasan air dan perkolasi.
Efisiensi irigasi adalah perbandingan antara air yang digunakan oleh tanaman atau
yang bermanfaat bagi tanaman dengan jumlah air yang tersedia yang dinyatakan
dalam satuan persentase (Lenka, 1991).
Debit Air
Untuk memenuhi kebutuhan air pengairan irigasi bagi lahan-lahan
pertanian, debit air di daerah bendung harus lebih cukup untuk disalurkan ke
saluran-saluran (induk-sekunder-tersier) yang telah disiapkan di lahan-lahan
pertanaman. Agar supaya penyaluran air pengairan ke suatu areal lahan
pertanaman dapat diatur dengan sebaik-baiknya (dalam arti tidak berlebihan atau
agar dapat dimanfaatkan seefisien mungkin, dengan mengingat kepentingan areal

Universitas Sumatera Utara

lahan pertanaman lainnya) maka dalam pelaksanaanya perlu dilakukan
pengukuran-pengukuran debit air (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1994).
Pengukuran Debit
Debit adalah suatu koefisien yang menyatakan banyaknya air yang
mengalir dari suatu sumber persatuan waktu, biasanya diukur dalam satuan liter
per detik. Pengukuran debit dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
1. Pengukuran debit dengan bendung
2. Pengukuran debit berdasarkan kerapatan larutan obat
3. Pengukuran kecepatan aliran dan luas penampang melintang, dalam hal ini
untuk mengukur kecepatan arus digunakan pelampung atau pengukur arus
dengan kincir
4. Pengukuran dengan menggunakan alat-alat tertentu seperti pengukur arus
magnetis, pengukur arus gelombang supersonis
(Dumairy, 1992).
Alat ukur arus adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran. Apabila alat
ini ditempatkan pada suatu titik kedalaman tertentu maka kecepatan aliran pada
titik tersebut akan dapat ditentukan berdasarkan jumlah putaran dan waktu
lamanya pengukuran. Apabila keadaan lapangan tidak memungkinkan untuk
melakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur arus maka pengukuran
dapat dilakukan dengan alat pelampung. Alat pelampung yang digunakan dapat
mengapung seluruhnya atau sebagian melayang dalam air (Lubis, dkk., 1993).
Pengukuran debit aliran yang paling sederhana dapat dilakukan dengan
metoda apung. Caranya dengan menempatkan benda yang tidak dapat tenggelam

Universitas Sumatera Utara

di permukaan aliran sungai untuk jarak tertentu dan mencatat waktu yang
diperlukan oleh benda apung tersebut bergerak dari suatu titik pengamatan ke titik
pengamatan lain yang telah ditentukan. Kecepatan aliran juga bisa diukur dengan
menggunakan alat ukur current meter. Alat berbentuk propeler tersebut
dihubungkan dengan kotak pencatat (alat monitor yang akan mencatat jumlah
putaran selama propeler tersebut berada dalam air) kemudian dimasukkan ke
dalam sungai yang akan diukur kecepatan alirannya. Bagian ekor alat tersebut
menyerupai sirip dan akan berputar karena gerakan aliran sungai. Tiap putaran
ekor tersebut akan mencatat oleh alat monitor, dan kecepatan aliran sungai akan
ditentukan oleh jumlah putaran per detik untuk kemudian dihitung dengan
menggunakan persamaan matematik yang khusus dibuat untuk alat tersebut untuk
lama waktu pengukuran tertentu (Asdak, 1995).
Evaporasi
Evaporasi adalah penguapan dari seluruh air, tanah, salju, es, tumbuhtumbuhan,

permukaan-permukaan

lain

ditambah

transpirasi.

Penggunaan

konsumtif adalah penguapan total dari seluruh daerah ditambah air yang
digunakan langsung dalam pembangunan jaringan tanaman (Linsley, dkk., 1989).
Evaporasi merupakan proses penguapan air yang berasal dari permukaan
bentangan air atau dari bahan padat yang mengandung air. Laju evaporasi sangat
bergantung pada masukan energi yang diterima, maka akan semakin banyak
molekul air yang diuapkan. Transpirasi merupakan penguapan air yang berasal
dari jaringan tumbuhan melalui stomata (Lakitan, 1994).

Universitas Sumatera Utara

Di lapangan proses evaporasi dan transpirasi terjadi secara bersamaan dan
sulit dipisahkan satu dengan lainnya. Oleh karena itu kehilangan air akibat kedua
proses

ini

pada

umumnya

disebut

evapotranspirasi,

dengan

demikian

evapotranspirasi merupakan jumlah air yang diperlukan tanaman
(Islami dan Wani, 1995).
Perkolasi
Perkolasi adalah gerakan air ke bawah zona tidak jenuh, yang terletak di
antara permukaan tanah sampai ke permukaan air tanah (zona jenuh). Daya
perkolasi adalah laju perkolasi maksimum yang dimungkinkan yang besarnya
dipengaruhi oleh kondisi tanah dalam zona tidak jenuh yang terletak diantara
permukaan tanah dengan permukaan air tanah (Soemarto, 1995).
Perkolasi dapat berlangsung secara vertikal dan horizontal. Perkolasi yang
berlangsung secara vertikal merupakan kehilangan air kelapisan tanah yang lebih
dalam, sedangkan yang berlangsung secara horizontal merupakan kehilangan air
kearah samping. Perkolasi ini sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik tanah antara
lain permeabilitas dan tekstur tanah. Pada tanah bertekstur liat laju perkolasi
mencapai 13 mm/hari, pada tanah bertekstur pasir mencapai 26,9 mm/hari, pada
tanah bertekstur lempung berpasir laju perkolasi mencapai 3-6 mm/hari, pada
tanah bertekstur lempung laju perkolasi mencapai 2-3 mm/hari, pada tanah
lempung berliat mencapai 1-2 mm/hari (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1994).

Universitas Sumatera Utara

Rembesan
Bentuk saluran pembawa irigasi yang sangat umum adalah bentuk saluran
tanah. Keuntungan utamanya adalah memiliki biaya awal yang rendah, namun
irigasi ini memiliki banyak kerugian yaitu :
a. Kehilangan air akibat rembesan yang besar
b. Debit air yang rendah
c. Bahaya kerusakan yang diakibatkan gerusan dan injakan hewan
d. Keadaan yang sesuai untuk pertumbuhan tanah dan rumput air
(Hansen, dkk., 1992).

Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2009 di Daerah Irigasi
Timbang Deli Kabupaten Deli Serdang.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Deskripsi jaringan irigasi Timbang Deli dan peta jaringan irigasi Timbang
Deli diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang, dan
Data kecepatan angin pada ketinggian 2 m diatas permukaan, suhu bola
kering dan bola basah diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Roll meter, Stopwatch, Bola pelampung, Tape, Kalkulator, Alat Tulis.
Metode Penelitian
Metode pengukuran yang dilakukan adalah Inflow - Outflow untuk setiap
saluran pengamatan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengukur debit inflow pada
pangkal saluran dan debit outflow pada ujung saluran dengan menggunakan bola
pelampung.

Universitas Sumatera Utara

Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian terdiri dari:
1. Deskripsi jaringan irigasi
a. Letak dan luas daerah irigasi
b. Keadaan iklim
2. Lokasi Pengukuran
3. Efisiensi Penyaluran Air Irigasi
a) Kecepatan aliran
Kecepatan aliran (m/s) diukur dengan menggunakan bola pelampung
dengan menggunakan rumus :
V=

Panjang
.................................................................................... (1)
Waktu

b) Luas penampang saluran
Dihitung luas penampang (m2) saluran dengan menggunakan rumus
Trapezoidal untuk saluran primer dan sekunder
Luas Penampang = A1 + A2 + A3 ................................................................................... (2)

ho
hn
+ Σhi + ).................................................................... (3)
2
2
d + ho
...................................................................................... (4)
A2 =
2
d + hn
A3 =
...................................................................................... (5)
2
A1 = d (

dimana : d

=

jarak antara h0 dengan h1, h1 dengan h2 dst

h0 =

ordinat pertama

hi =

penjumlahan dari h1, h2,..., hn

hn =

ordinat terakhir

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan untuk mengukur luas penampang pada saluran tersier
menggunakan rumus:
Untuk penampang bentuk trapesium
A = 2 (Luas Segitiga) + Luas Persegi Panjang ................................. (6)
Untuk penampang bentuk persegi panjang
A = Luas Persegi Panjang ................................................................. (7)
c) Debit
Dihitung debit air (m3/s) di pangkal dan di ujung dengan rumus :
Q = V.A............................................................................................. (8)
dimana :

V

=

kecepatan aliran air (m/s)

A

=

luas penampang (m2)

d) Efisiensi Penyaluran Air
Ef = Debit di Ujung x 100 % ...................................................... (9)
Debit di Pangkal
4. Evaporasi
Prosedur penghitungan evaporasi adalah sebagai berikut :
1) Dicari data kecepatan angin pada ketinggian 2 m diatas permukaan, suhu
bola kering dan bola basah pada Badan Meteorologi dan Geofisika
2) Dilihat pada lampiran 2 tekanan uap jenuh dari suhu bola kering
3) Dihitung selisih antara suhu bola kering dan suhu bola basah lalu dilihat
tabel kelembababan relatif pada lampiran 3 dan disesuaikan dengan suhu
bola basah
4) Dikalikan tekanan uap jenuh dengan kelembaban relatif maka didapat
tekanan uap sebenarnya

Universitas Sumatera Utara

5) Dihitung evaporasi dengan menggunakan persamaan empiris berdasarkan
hukum Dalton yaitu :
Eo = 0,35 (es – ed) ( 0,5 + 0,54 u2)........................................................ (10)
dimana :
Eo

= evaporasi air permukaan bebas (mm/hari)

es

= tekanan uap jenuh pada suhu udara (mm/Hg) lihat
lampiran 2

ed

= tekanan uap aktual dalam udara (mm/Hg) lihat lampiran 3

u2

= kecepatan angin pada ketinggian 2 m diatas permukaan
(m/detik)

(Seyhan, 1990).
5. Rembesan
Prosedur penghitungan rembesan adalah sebagai berikut :
1) Diukur lebar saluran irigasi
2) Diukur kedalaman saluran irigasi
3) Dihitung nilai rembesan dengan menggunakan rumus :
Q = k (B – 2d) ......................................................................................... (11)
dimana : Q = perembesan per satuan panjang (L3/T/L)
k = koeffisien perembesan (L/T)
B = lebar permukaan air dalam saluran (L)
d = kedalaman maksimal air dalam saluran (L)
(Kartasapoetra dan Sutedjo, 1994).

Universitas Sumatera Utara

Parameter Penelitian

1. Efisiensi distribusi
Efesiensi distribusi adalah suatu perhitungan untuk mengetahui besarnya
volume air yang dapat di distribusikan pada keseluruhan aliran air irigasi.
Ec = Ep x Es x Ets...................................................................................... (12)

2. Evaporasi
Evaporasi permukaan air terbuka (Eo) adalah penguapan permukaan air
bebas tumbuhan. Evaporasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
empiris berdasarkan hukum Dalton yaitu :
Eo = 0,35 (es – e) ( 0,5 + 0,54 u2) ............................................................... (13)

dimana :

Eo = evaporasi air permukaan bebas (mm/hari)
es = tekanan uap jenuh pada suhu udara (mm/Hg)
ed = tekanan uap aktual dalam udara (mm/Hg)
u2 = kecepatan angin pada ketinggian 2 m diatas permukaan
(m/detik)

3. Rembesan
Perembesan pada saluran pengairan adalah suatu kehilangan air pengairan
yang di pengaruhi oleh konduktivitas hidrolik tanah, kemiringan saluran serta
beberapa parameter. penghitungan perembesan air per satuan dari saluran
dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:
Q = K (B – 2d) ........................................................................................... (14)

Universitas Sumatera Utara

dimana :

Q = perembesan per satuan panjang (L3/T/L)
K = koeffisien perembesan (L/T)
B = lebar permukaan air dalam saluran (L)
d = kedalaman maksimal air dalam saluran (L).

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Jaringan Irigasi
Letak dan luas daerah irigasi

Secara administratif jaringan irigasi Timbang Deli terletak di Kecamatan
Pagar Merbau dan Galang Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara dan
secara Geografis terletak pada posisi 2°57” LU – 3°16” LS dan 98°33” BT –
99°27” BT.
Sumber air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air pada jaringan
irigasi ini bersumber dari Sungai Ular, luas jaringan irigasi Timbang Deli ini 520
ha, mengairi 2 desa yaitu K. Gajah dan Sidoharjo. Jaringan Irigasi Timbang Deli
merupakan jaringan irigasi semi teknis yang memiliki 1 saluran primer, 1 saluran
sekunder dan 7 saluran tersier.
Keadaan iklim

Untuk keadaan iklim Kabupaten Deli Serdang memiliki iklim tropis yaitu
musim hujan dan musim kemarau. Pengamatan stasiun sampali menunjukkan
rata-rata kelembaban udara 76,6 %/bulan. Curah hujan berkisar antara 12 – 348
mm/bulan dengan periode tertinggi pada bulan April dan September. Tingkat
penguapan 3,8 mm/hari temperatur udara per bulan minimum 23,4 °C dan
maximum 33,2 °C.
Lokasi Pengukuran

Pengukuran pada saluran primer dilakukan pada pangkal dan ujung
saluran. Untuk saluran sekunder di ukur sebanyak empat kali pegukuran.

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan untuk saluran tersier tidak diukur semuanya, yaitu dengan
mengukur pangkal saluran dimana air berasal dari saluran sekunder dan ujung
saluran dimana air akan masuk ke petakan sawah. Kemudian dilakukan
pengukuran kembali dengan mengambil pangkal saluran setelah air masuk ke
petakan sawah kemudian diambil ujung saluran dimana air akan masuk ke petakan
sawah dan seterusnya sampai 2 kali pengukuran untuk masing-masing saluran
tersier.
Efisiensi Primer

Berdasarkan data sekunder yang didapat dari Dinas Pekerjaan Umum
Propinsi Sumatera Utara untuk Daerah Aliran Sungai Ular efisiensi di saluran
primer sebesar 90 %, untuk efisiensi di saluran sekunder sebesar 90 % dan untuk
efisiensi di saluran tersier sebesar 90 %. Sehingga diperoleh efisiensi totalnya
adalah 0,90 x 0,90 x 0,85 = 68,85 %.
Efisiensi penyaluran irigasi ini merupakan perbandingan antara debit air
dari sumber dengan debit air yang masuk ke petakan. Dalam proses penyaluran air
sampai ke petakan terjadi kehilangan air di sepanjang saluran sehingga air yang
masuk tidak sama dengan air yang keluar. Kehilangan air ini disebabkan oleh
adanya evaporasi yaitu air menguap karena adanya sinar matahari, rembesan yaitu
air yang meresap ke bagian samping saluran disebabkan karena tidak dilapsi
bahan yang kedap air pada dinding saluran, perkolasi yaitu masuknya air ke
bawah saluran karena tanah tidak dilapisi bahan kedap air dan juga kehilangan air
karena kegiatan warga setempat yang memanfaatkan air irigasi untuk keperluan
sehari-hari.

Universitas Sumatera Utara

Dari hasil penelitian di lapangan diperoleh hasil pada saluran primer
sebagai berikut :
Tabel 1. Efisiensi pada saluran primer

Saluran

PRIMER

Debit
Pangkal
(m3/s)
1,39

Debit Ujung
(m3/s)

Kehilangan Air
(m3/s)

1,21

0,18

Efisiensi (%)
87,05

Pada saluran primer ini pengukuran luas penampang dilakukan dengan
menggunakan rumus Trapezoidal karena dasar saluran tidak rata dan memiliki
lebar saluran yang dapat dibagi dengan interval tertentu. Diperoleh debit di
pangkal 1,39 m3/s setelah air mengalir sampai ke ujung dimana air akan masuk ke
saluran sekunder sebesar 1,21 m3/s sehingga terjadi kehilangan air pada saat
penyaluran sebesar 0,18 m3/s. Maka efisiensi penyaluran didapat sebesar 87,05 %
artinya kehilangan air di saluran sebesar 12,95 %.
Saluran primer pada irigasi Timbang Deli ini sumber airnya berasal dari
Sungai Ular, kemudian dialirkan menuju ke saluran sekunder. Untuk
meningkatkan efisiensi pada saluran primer ini dinding dan dasar saluran telah
dilapisi bahan kedap air tetapi ada beberapa bagian dinding saluran yang retak
sehingga menyebabkan hilangnya air. Adapun faktor yang menyebabkan
kehilangan air, yaitu evaporasi sebesar 0,026 mm/hari. Nilai evaporasi ini dapat
bertambah di pengaruhi oleh luasnya permukaan air pada saluran karena evaporasi
terjadi sinar matahari yang mampu menguapkan air.

Universitas Sumatera Utara

Efisiensi Sekunder

Dari hasil penelitian di lapangan diperoleh hasil pada saluran sekunder
sebagai berikut :
Tabel 2. Efisiensi pada saluran sekunder

Saluran
S1 P1
S1 P2
S1 P3
S1 P4
Total
Rata-rata

Debit
Pangkal
(m3/s)
0,785
0,33
0,271
0,205
1,591
0,398

Debit
Ujung
(m3/s)
0,51
0.287
0,214
0,173
1,184
0,296

Kehilangan Air
(m3/s)
0,275
0,043
0,057
0,032
0,407
0,102

Efisiensi
(%)
64,97
86,97
78,97
84,39
74,41
74,37

Pada saluran sekunder ini pengukuran luas penampang dilakukan dengan
menggunakan rumus Trapezoidal juga karena dasar saluran tidak rata dan
memiliki lebar saluran yang dapat dibagi dengan interval tertentu. Karena saluran
sekunder memiliki saluran yang panjang maka dilakukan pengukuran di 4 lokasi
yang berbeda dengan saluran yang sama. Diperoleh rata-rata debit di pangkal
sebesar 0,398 m3/s dan di ujung sebesar 0,296 m3/s sehingga kehilangan airnya
sebesar 0,102 m3/s. Maka efisiensi penyalurannya sebesar 74,37 % artinya
kehilangan air disepanjang saluran 25,63 %.
Jumlah saluran sekunder pada irigasi Timbang Deli adalah 1 saluran. Pada
penelitian ini diambil sampel pada saluran sekunder sebanyak empat kali yang
mengaliri seluruh saluran tersier yang berjumlah 7 saluran.
Keadaan saluran juga mempengaruhi kehilangan air dimana semakin
panjang saluran maka semakin besar pula kehilangan airnya begitu juga dengan

Universitas Sumatera Utara

lebar saluran. Artinya semakin luas daerah yang terbasahi air pada saluran maka
semakin besar pula kehilangan airnya.
Efisiensi Tersier

Dari hasil penelitian di lapangan diperoleh hasil pada saluran Tersier
sebagai berikut :
Tabel 3. Efisiensi pada saluran tersier

Saluran

MC1Ka
P1
MC1Ka
P2
MC1Ki
P1
MC1Ki
P2
MC4Ka
P1
MC4Ka
P2
MC6Ka
P1
MC6Ka
P2

Debit Pangkal
(m3/s)

Debit Ujung
(m3/s)

Kehilangan Air
(m3/s)

Efisiensi (%)

0,056

0,044

0,012

78,57

0,039

0,027

0,012

69,23

0,057

0,043

0,014

75,44

0,056

0,045

0,011

80,36

0,035

0,027

0,008

77,14

0,046

0,03

0,016

65,22

0,029

0,019

0,01

65,52

0,023

0,017

0,006

73,91

SC1Ki P1

0,054

0,036

0,018

66,67

SC1Ki P2

0,043

0,034

0,01

79,07

SC2Ki P1

0,017

0,006

0,011

35,29

SC2Ki P2
SC2Ka
P1
SC2Ka
P2

0,018

0,013

0,005

72,22

0,037

0,025

0,012

67,57

0,045

0,034

0,011

75,56

Total

0,555

0,400

0,156

981,77

Rata-rata

0,040

0,029

0,011

70,13

Pada saluran tersier terdapat 2 cara pengukuran luas penampang yaitu
dengan menjumlahkan 2 kali luas segitiga dengan luas persegi panjang untuk
penampang yang berbentuk trapesium dan mengukur luas persegi panjang untuk

Universitas Sumatera Utara

penampang yang berbentuk persegi panjang. Karena pada saluran ini memiliki
lebar yang kecil sehingga tidak cukup untuk dibagi interval pada pemakaian
rumus trapezoidal. Pada penelitian ini didapat hasil rata-rata untuk saluran tersier
dengan debit pangkal 0,04 m3/s dan debit ujung 0,029 m3/s sehingga kehilangan
air pada saat penyaluran sebesar 0,011 m3/s. Maka efisiensinya sebesar 70,13 %
artinya kehilangan air disepanjang saluran sebesar 29,87 % .
Tabel 4. Keterangan petak tersier

NO

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah

NAMA
PETAK

LUAS
PETAK
TERSER
TERSIER
(ha)
MC1Ka
15
MC1Ki
23
MC2Ki
16
MC3Ka
8
MC4Ka
64
MC5Ki
4
MC6Ka
81
SC1Ki
9
SC2Ki
158
SC2Ka
142
10
520

panjang
JENIS
saluran TANAMAN
tersier
(km)
0,1
Padi
0,1
Padi
0
Padi
0
Padi
2,375
Padi
0
Padi
3,115
Padi
2,96
Padi
4,317
Padi
0,457
Padi
13,424

DESA

Kampung Gajah
Kampung Gajah
Kampung Gajah
Kampung Gajah
Kampung Gajah
Kampung Gajah
Sidoharjo
Sidoharjo
Sidoharjo
Sidoharjo

Pada daerah irigasi Timbang Deli ini terdiri dari 10 saluran tersier dimana
terdapat 3 saluran tidak berfungsi lagi yaitu pada Tersier III (MC2Ki), Tersier IV
(MC3Ka), Tersier VI (MC5Ki), karena lahan dialihfungsikan menjadi tanaman
karet, sehingga kebutuhan air pada tanaman diambil dari petakan-petakan yang
mengambil dari saluran tersier yang lain.
Dari Tabel 4. dapat dilihat saluran dengan efisiensi rendah sekitar 60%75% merupakan saluran yang tidak dilapisi dengan bahan kedap air sehingga

Universitas Sumatera Utara

kehilangan airnya besar karena sepanjang saluran mengalami kehilangan air.
Sedangkan saluran dengan efisiensi tinggi sekitar 70% - 95% merupakan saluran
yang dilapisi bahan kedap air sehingga kehilangan airnya dapat ditekan sekecil
mungkin.
Evaporasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kehilangan air pada saluran
primer ini diantaranya evaporasi, yang terjadi karena adanya energi panas dari
sinar matahari. Berdasarkan pengukuran dari Stasiun Sampali didapat pada bulan
Juni 2009 rata-rata suhu bola kering sebesar 28,1 °C dan suhu bola basah sebesar
25,4 °C yang