PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA MATERI OPTIKA GEOMETRIS DI KELAS X SEMESTER II MAN 2 TANJUNG PURA T.P 2015/2016.

(1)

TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA MATERI OPTIKA GEOMETRIS DI KELAS X SEMESTER II

MAN 2 TANJU NG PU RA T.A 201 5/2016

Oleh: Retno Utami

4123121058

Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2017


(2)

(3)

RIWAYAT HIDUP

Retno Utami lahir di Medan pada tanggal 20 Oktober 1994. Ayah bernama Sugiono dan Ibu bernama Khairani dan merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Pada tahun 1999, penulis masuk TK Al- Anshar Tanjung Pura , dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2000, penulis masuk SD 4 No.050727 Tanjung Pura dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan sekolah di MTsN Tanjung Pura dan lulus pada 2009. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan sekolah di MAN 2 Tanjung Pura dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di Universitas Negeri Medan Jurusan Fisika Program Studi Pendidikan Fisika dan lulus pada tanggal 10 Januari 2017.


(4)

iii

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA MATERI

OPTIKA GEOMETRIS DI KELAS X SEMESTER II MAN 2 TANJUNG PURA

T.P 2015/2016

RETNO UTAMI (NIM: 4123121058) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar pada materi Optika Geometris di kelas X MAN 2 Tanjung Pura T.A 2015/2016. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimen dengan desain two group pretest-posttest. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X MAN 2 Tanjung Pura. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara clusster random sampling dengan mengambil 2 kelas yaitu kelas X-2 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-3 sebagai kelas kontrol yang berjumlah, 38 siswa untuk kelas eksprimen dan 39 siswa untuk kelas kontrol. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa adalah tes hasil belajar berbentuk essay tes dengan jumlah 10 soal. Tes hasil belajar di validkan oleh validator. Nilai sikap siswa, diamati dengan rubrik penilaian sikap. Nilai keterampilan siswa diamati dengan rubrik penilaian keterampilan.

Hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada materi pokok optika geometris kelas X semester II Man 2 Tanjung Pura T.A 2015/2016, didapatkan nilai rata-rata pretes 41,97dan nilai rata-rata postes 66,05. Nilai sikap pada kelas eksprimen didapatkan nilai rata-rata 68,71 (baik), dan nilai keterampilan didapatkan nilai rata-rata 53,62 (cukup baik).


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, skripsi berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Materi Optika Geometris di Kelas X Semester II MAN 2 Tanjung Pura T.A 2015/2016”, disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di jurusan fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak Drs. Khairul Amdani, M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga di sampaikan kepada bapak Dr. Wawan Bunawan, M.Pd.,M.Si, Ibu Dr. Eva M. Ginting, M.Si dan Ibu Dr. Mariati P Simanjuntak, M.Si , selaku dosen pembanding yang telah memberikan masukan dan saran-saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak Drs.Ratelit Tarigan, M.Pd, selaku dosen pembimbing Akademik dan, Dr.Alkhafi Maas Siregar, M.Si selaku ketua jurusan Fisika dan bapak Drs. Juru Bahasa Sinuraya, M.Pd, selaku ketua prodi pendidikan Fisika, juga kepada seluruh bapak dan ibu dosen beserta staf dan pegawai jurusan fisika FMIPA UNIMED yang telah banyak membantu penulis. Ucapan terima kasih di sampaikan juga kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd , selaku dekan FMIPA Unimed. Terima kasih juga kepada ibu Imaniza,S.Pd, selaku guru bidang studi fisika yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama penelitian dan bapak Drs. Sucipto Gito Siswanto selaku kepala sekolah MAN 2 Tanjung Pura atas ijin penelitian yang diberikan.

Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada Ayahanda Sugiono, dan Ibunda Khairani yang selalu memberikan dorongan, do’a, semangat dan dana kepada saya selama menyelesaikan studi di Unimed, juga teristimewa kepada saudara-saudariku Risky Elwisha, Fitri Rahma Nisa, Nabila Az-Zahra dan Ahmad Wahyudi yang selalu memberi semangat kepada saya sehingga saya bisa


(6)

v

menyelesaikan skripsi ini. Juga teristimewa saya ucapkan terima kasih kepada teman terbaik saya Nurhalimah Sirait, Sitty Sugma Aldila, Ramadani Mulia, Fitrah Yani Pasaribu, Siti Anisa, Utami Putri, Rizky Wardhani Lubis, dan Rahma Khairani Putri, yang selalu memberi semangat serta masukan kepada saya mulai dari penyusunan sampai dengan selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada senior Maulida Rahma dan Afrini Hidayati Bakri yang selalu memberi semangat dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga kepada semua teman saya di pendidikan fisika kelas Dik B 2012. Teristimewa untuk Aulia Ilham Prayitno yang telah memberikan semangat dan dorongan kepada saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih juga untuk teman-teman yang tidak sempat disebutkan namanya.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.

Medan, Pebruari 2017 Penulis

Retno Utami 4123121058


(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Pemantulan Teratur dan Baur 23

Gambar 2.2. Pemantulan 23

Gambar 2.3. Pemantulan pada Cermin Datar 24 Gambar 2.4. Pemantulan pada Cermin Lengkung 24 Gambar 2.5. Pemantulan pada Cermin Cembung 25

Gambar 2.6. Pemantulan Sempurna 26

Gambar 2.7. Sudut Kritis 27

Gambar 2.8. Pembiasan Cahaya 28

Gambar 2.9. Pembiasan pada Lensa Cekung 29 Gambar 2.10. Pembiasan pada Lensa Cembung 30 Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian 37 Gambar 4.1 Hasil Belajar Pretes Kelas Eksprimen dan Kontrol 46 Gambar 4.2 Hasil Belajar Postes Kelas Eksprimen dan Kontrol 47


(8)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Dimensi Proses Pengetahuan 9

Tabel 2.2. Aspek Sikap 14

Tabel 2.3. Aspek Keterampilan 14

Tabel 2.4. Sintak PBL 18

Tabel 2.5. Peneliti Terdahulu 31

Tabel 3.1. Two GroupPretest-Posttest Design 35

Tabel 3.2.Spesifikasi Tes Hasil Belajar 38

Tabel 3.3. Kategori Ketuntasan Penugasaan Materi Pelajaran 39 Tabel 4.1. Diskripsi Pre-test kelas eksperimen dan kontrol 45 Tabel 4.2. Hasil post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol 46 Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata, Standar Deviasi

dan Varians 47

Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol 48

Tabel 4.5. Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol 48

Tabel 4.6. Hasil Uji Hipotesis Pretes Siswa 49 Tabel 4.7. Hasil Uji Hipotesis Postes Siswa 49 Tabel 4.8. Perkembangan Keterampilan Siswa Kelas Eksperimen 50 Tabel 4.9. Perkembangan Sikap Siswa Kelas Eksperimen 50


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I 58 Lampiran 1 .Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II 71 Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III 82

Lampiran 2. Lembar Kerja Sisiwa I 95

Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa II 103

Lampiran 2. Lembar Kerja Sisiwa III 105

Lampiran 3. Lembar Validitas Soal 109

Lampiran 4. Instrumen penilaian pengetahuan 114 Lampiran 5. Distribusi Hasil Pretest Kelas Eksprimen 136 Lampiran 6. Distribusi Hasil Pretest Kelas Kontrol 138 Lampiran 7. Distribusi Hasil Pretest Kelas ksprimen 140 Lampiran 8. Distribusi Hasil Pretest Kelas Kontrol 142 Lampiran 9. Perhitungan Rata-Rata dan Standard Deviasi 144

Lampiran 10. Uji Normalitas Data 146

Lampiran 11. Uji Homogenitas 149

Lampiran 12. Uji Hipotesis 151

Lampiran 13. Lembar Sikap siswa pada kelas Eksperimen 156 Lampiran 14. Lembar Keterampilan siswa pada kelas Eksperimen 162

Lampiran 15. Dokumentasi Penelitian 171

Lampiran 16. Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors 174 Lampiran 17. Tabel Wilayah Luas Dibawah Kurva Normal 0 Ke Z 175 Lampiran 18. Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F 176 Lampiran 19. Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi T 178

Lampiran 20. Surat Persejutuan Dosen PS 179

Lampiran 21. Surat Izin Penelitian kepada MAN 2 Tanjung Pura 180 Lampiran 22. Surat Pernyataan Telah Selesai Penelitian 181


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi ini dibutuhkan manusisa berdaya saing tinggi yang di hasilkan dari pendidikan yang bermutu , untuk hal ini berbagai upaya telah banyak dilakukan baik dari pemerintah maupun pihak lain yang memperhatikan masalah pendidikan yang bermutu. Dengan pendidikan yang bermutu, akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Akan tetapi salah satu persoalan besar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah rendahnya kualitas pendidikan nasional. Rendahnya kualitas pendidikan tersebut disebabkan oleh banyak faktor (Hasbullah,1991).

Berdasarkan data dari Education for All Global Monitoring yang dikeluarkan oleh UNESCO untuk beberapa tahun terakhir, pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 untuk pendidikan di seluruh dunia dari 120 negara. Data Education Development Index (EDI) Indonesia, pada 2011 Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 127 negara (Education Development Index, 2011).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru fisika di sekolah MAN 2 Tanjung Pura, respon/minat siswa terhadap mata pelajaran fisika sangat rendah terlihat dari kurang memuaskannya hasil belajar yang diperoleh siswa. Hanya sebagian kecil siswa yang lulus Ujian Tengah Semester T.A. 2014/2015, dengan nilai rata-rata siswa 55.

Hasil observasi yang dilakukan peneliti di MAN 2 Tanjung Pura pada Maret 2016 dengan memberikan daftar pertanyaan kepada 40 siswa bahwa 50% (20 orang) menganggap fisika itu sulit dan 50% (20 orang) menganggap fisika itu kurang menarik dengan alasan terlalu banyak penggunaan rumus yang sukar untuk diselesaikan. Sebanyak 65% menyatakan praktikum jarang dilakukan karena ketersediaan peralatan laboratorium yang terbatas. Sebanyak 35% mengatakan guru jarang memberikan tugas dalam bentuk makalah atau karya ilmiah siswa hanya diberi tugas berupa soal – soal.


(11)

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di MAN 2 Tanjung Pura, guru fisika di sekolah itu masih menggunakan model pembelajaran konvensional (teacher centered), sehingga timbul rasa malas dan jenuh pada diri siswa. Selain itu siswa juga kurang mampu berfikir kritis dalam memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan pemeblajaran fisika.

Berdasarkan uraian diatas, perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang sesuai dan mampu meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan diterapkan adalah model problem based learning (PBL). Model PBL merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir kritis (Trianto, 2009). Model pembelajaran PBL ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berfikir tingkat tinggi (Shoimin, 2013 : 129-130).

Menurut Arends (2008:41), model PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Selain itu Finkle dan Torp (dalam Shoimin, 2014:130), menyatakan bahwa Problem Based Learning merupakan pengembangan kurikulum dan system pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik. Model pembelajaran berbasis masalah juga merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menyelesaikan suatu masalah melalui tahap – tahap metode ilmiah.

Model PBL ini memiliki kelebihan untuk mendorong siswa agar memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata dimana masalah – masalah pada PBL berhubungan dengan kehidupan sehari – hari dan dapat membantu mengatasi kesulitan siswa dalam pemecahan masalah , yaitu mengarahkan dan


(12)

3

menolong siswa dalam menanamkan pengetahuan baru melalui penyajian masalah yang memerlukan berpikir tingkat tinggi. Melalui masalah-masalah yang disajikan, model PBL juga dapat membantu siswa mengingat dan menghubungkan pengetahuan lama dengan materi yang baru dipelajari sehingga dapat ditemukan konsep yang sebenarnya.

Hasil penelitian Hamsah (2014) menunjukan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi pokok listrik dinamis mengalami peningkatan , dilihat dari nilai rata-rata Pretes = 40,60 dan nilai rata-rata Postes = 82,58.

Penelitian Afrini (2015) di SMAN 1 Tanjung Pura menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi pokok suhu dan kalor, memiliki nilai rata-rata Pretes = 24,58 dan nilai rata-rata Postes=73,13

Penelitian Hermanto (2013) di SMAN 1 Sei Bingai menunjukkan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi pokok listrik dinamis, juga menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa dari nilai rata Pretes = 41,79 dan nilai rata-rata Postes=65,32

Penelitian yang dilakukan oleh Kharida,dkk dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Elastisitas Bahan juga menunjukan bahwa terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar kognitif sebesar 0.26 atau 26%, dan peningkatan rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 0.33 atau 33%.

Berdasarkan uraian di atas, penulis berkeinginan melakukan suatu penelitian untuk mengetahui pengaruh hasil belajar siswa menggunakan model

Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Model Pembelajaran Konvensional . Dengan judul penelitian “ Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Materi Optika Geometris di Kelas X Semester II MAN 2 Tanjung Pura T.A 2015/2016 ” .


(13)

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Pembelajaran yang digunakan guru masih konvensional yang mana pembelajarannya berpusat pada guru ( teacher center ).

2. Rendahnya hasil belajar siswa.

3. Guru jarang menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. 4. Masih rendahnya keaktifan siswa.

5. Jarang melakukan praktikum.

6. Kurangnya ketertarikan siswa terhadap pelajaran fisika.

1.3.Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas batasan masalah adalah

1. Penelitian ini hanya dilakukan di kelas X semester II MAN 2 Tanjung Pura T.A 2015/2016

2. Hasil Belajar yang diamatai hanya pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

1.4. Rumusan Masalah

Dalam masalah ini perumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah hasil belajar fisika yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah pada materi optika geometris kelas X semester II MAN 2 Tanjung Pura T.A. 2015/2016?

2. Bagaimanakah hasil belajar fisika yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada materi optika geometris kelas X semester II MAN 2 Tanjung Pura T.A. 2015/2016?

3. Adakah perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional pada materi optika geometris kelas X semester II MAN 2 Tanjung Pura T.A. 2015/2016 ?


(14)

5

1.5.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hasil belajar fisika yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah pada materi optika geometris kelas X semester II MAN 2 Tanjung Pura T.A. 2015/2016.

2. Untuk mengetahui hasil belajar fisika yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada materi optika geometris kelas X semester II MAN 2 Tanjung Pura T.A. 2015/2016.

3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional pada materi optika geometris kelas X semester II MAN 2 Tanjung Pura T.A. 2015/2016.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi hasil belajar fisika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada materi optika geometris.

2. Sebagai bahan informasi alternatif pemilihan model pembelajaran pada materi optika geometris.

3. Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan penulis tentang model pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan nantinya untuk mengajar.


(15)

55 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan uji statistik serta pembahasan maka disimpulkan hasil belajar Fisika pada materi Optik Geometris kelas X semester II di MAN 2 Tanjung Pura T.A. 2015/2016 sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan pembelajaran berbasis masalah memberikan hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata pretes :41,97 dan nilai rata-rata postes: 66,05 .

2. Pembelajaran yang dilakukan secara konvensional memberikan hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata pretes :36,15 dan nilai rata-rata postes: 56,66 . 3. Ada perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan

pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada materi optika geometris kelas X semester II MAN 2 Tanjung Pura T.A 2015/2016

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Lebih berusaha untuk memotivasi siswa terhadap masalah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa lebih termotivasi dalam pemecahan masalah, untuk melakukan pembimbingan yang penuh pada saat melakukan praktikum agar lebih efektif dalam melakukan pembelajaran.

Proses penilaian sikap , seharusnya dilakukan juga di kelas kontrol. Untuk itu disarankan untuk peneliti selanjutnya harus melakukan penilaian sikap dan pengetahuan baik di kelas eksprimen maupun kelas kontrol.

Pengaturan waktu juga harus disesuaikan , dan ketika praktikum sebelum masuk jam pelajaran sudah tersedia alat praktikum yang akan digunakan.


(1)

1

Di era globalisasi ini dibutuhkan manusisa berdaya saing tinggi yang di hasilkan dari pendidikan yang bermutu , untuk hal ini berbagai upaya telah banyak dilakukan baik dari pemerintah maupun pihak lain yang memperhatikan masalah pendidikan yang bermutu. Dengan pendidikan yang bermutu, akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Akan tetapi salah satu persoalan besar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah rendahnya kualitas pendidikan nasional. Rendahnya kualitas pendidikan tersebut disebabkan oleh banyak faktor (Hasbullah,1991).

Berdasarkan data dari Education for All Global Monitoring yang dikeluarkan oleh UNESCO untuk beberapa tahun terakhir, pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 untuk pendidikan di seluruh dunia dari 120 negara. Data Education Development Index (EDI) Indonesia, pada 2011 Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 127 negara (Education Development Index, 2011).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru fisika di sekolah MAN 2 Tanjung Pura, respon/minat siswa terhadap mata pelajaran fisika sangat rendah terlihat dari kurang memuaskannya hasil belajar yang diperoleh siswa. Hanya sebagian kecil siswa yang lulus Ujian Tengah Semester T.A. 2014/2015, dengan nilai rata-rata siswa 55.

Hasil observasi yang dilakukan peneliti di MAN 2 Tanjung Pura pada Maret 2016 dengan memberikan daftar pertanyaan kepada 40 siswa bahwa 50% (20 orang) menganggap fisika itu sulit dan 50% (20 orang) menganggap fisika itu kurang menarik dengan alasan terlalu banyak penggunaan rumus yang sukar untuk diselesaikan. Sebanyak 65% menyatakan praktikum jarang dilakukan karena ketersediaan peralatan laboratorium yang terbatas. Sebanyak 35% mengatakan guru jarang memberikan tugas dalam bentuk makalah atau karya ilmiah siswa hanya diberi tugas berupa soal – soal.


(2)

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di MAN 2 Tanjung Pura, guru fisika di sekolah itu masih menggunakan model pembelajaran konvensional (teacher centered), sehingga timbul rasa malas dan jenuh pada diri siswa. Selain itu siswa juga kurang mampu berfikir kritis dalam memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan pemeblajaran fisika.

Berdasarkan uraian diatas, perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang sesuai dan mampu meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan diterapkan adalah model problem based learning (PBL). Model PBL merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir kritis (Trianto, 2009). Model pembelajaran PBL ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berfikir tingkat tinggi (Shoimin, 2013 : 129-130).

Menurut Arends (2008:41), model PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Selain itu Finkle dan Torp (dalam Shoimin, 2014:130), menyatakan bahwa Problem Based Learning merupakan pengembangan kurikulum dan system pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik. Model pembelajaran berbasis masalah juga merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menyelesaikan suatu masalah melalui tahap – tahap metode ilmiah.

Model PBL ini memiliki kelebihan untuk mendorong siswa agar memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata dimana masalah – masalah pada PBL berhubungan dengan kehidupan sehari – hari dan dapat membantu mengatasi kesulitan siswa dalam pemecahan masalah , yaitu mengarahkan dan


(3)

menolong siswa dalam menanamkan pengetahuan baru melalui penyajian masalah yang memerlukan berpikir tingkat tinggi. Melalui masalah-masalah yang disajikan, model PBL juga dapat membantu siswa mengingat dan menghubungkan pengetahuan lama dengan materi yang baru dipelajari sehingga dapat ditemukan konsep yang sebenarnya.

Hasil penelitian Hamsah (2014) menunjukan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi pokok listrik dinamis mengalami peningkatan , dilihat dari nilai rata-rata Pretes = 40,60 dan nilai rata-rata Postes = 82,58.

Penelitian Afrini (2015) di SMAN 1 Tanjung Pura menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi pokok suhu dan kalor, memiliki nilai rata-rata Pretes = 24,58 dan nilai rata-rata Postes=73,13

Penelitian Hermanto (2013) di SMAN 1 Sei Bingai menunjukkan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi pokok listrik dinamis, juga menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa dari nilai rata Pretes = 41,79 dan nilai rata-rata Postes=65,32

Penelitian yang dilakukan oleh Kharida,dkk dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Elastisitas Bahan juga menunjukan bahwa terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar kognitif sebesar 0.26 atau 26%, dan peningkatan rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 0.33 atau 33%.

Berdasarkan uraian di atas, penulis berkeinginan melakukan suatu penelitian untuk mengetahui pengaruh hasil belajar siswa menggunakan model

Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Model Pembelajaran Konvensional . Dengan judul penelitian “ Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Materi Optika Geometris di Kelas X Semester II MAN 2 Tanjung Pura T.A 2015/2016 ” .


(4)

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Pembelajaran yang digunakan guru masih konvensional yang mana pembelajarannya berpusat pada guru ( teacher center ).

2. Rendahnya hasil belajar siswa.

3. Guru jarang menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. 4. Masih rendahnya keaktifan siswa.

5. Jarang melakukan praktikum.

6. Kurangnya ketertarikan siswa terhadap pelajaran fisika.

1.3.Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas batasan masalah adalah

1. Penelitian ini hanya dilakukan di kelas X semester II MAN 2 Tanjung Pura T.A 2015/2016

2. Hasil Belajar yang diamatai hanya pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

1.4. Rumusan Masalah

Dalam masalah ini perumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah hasil belajar fisika yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah pada materi optika geometris kelas X semester II MAN 2 Tanjung Pura T.A. 2015/2016?

2. Bagaimanakah hasil belajar fisika yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada materi optika geometris kelas X semester II MAN 2 Tanjung Pura T.A. 2015/2016?

3. Adakah perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional pada materi optika geometris kelas X semester II MAN 2 Tanjung Pura T.A. 2015/2016 ?


(5)

1.5.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hasil belajar fisika yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah pada materi optika geometris kelas X semester II MAN 2 Tanjung Pura T.A. 2015/2016.

2. Untuk mengetahui hasil belajar fisika yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada materi optika geometris kelas X semester II MAN 2 Tanjung Pura T.A. 2015/2016.

3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional pada materi optika geometris kelas X semester II MAN 2 Tanjung Pura T.A. 2015/2016.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi hasil belajar fisika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada materi optika geometris.

2. Sebagai bahan informasi alternatif pemilihan model pembelajaran pada materi optika geometris.

3. Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan penulis tentang model pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan nantinya untuk mengajar.


(6)

55 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan uji statistik serta pembahasan maka disimpulkan hasil belajar Fisika pada materi Optik Geometris kelas X semester II di MAN 2 Tanjung Pura T.A. 2015/2016 sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan pembelajaran berbasis masalah memberikan hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata pretes :41,97 dan nilai rata-rata postes: 66,05 .

2. Pembelajaran yang dilakukan secara konvensional memberikan hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata pretes :36,15 dan nilai rata-rata postes: 56,66 . 3. Ada perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan

pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada materi optika geometris kelas X semester II MAN 2 Tanjung Pura T.A 2015/2016

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Lebih berusaha untuk memotivasi siswa terhadap masalah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa lebih termotivasi dalam pemecahan masalah, untuk melakukan pembimbingan yang penuh pada saat melakukan praktikum agar lebih efektif dalam melakukan pembelajaran.

Proses penilaian sikap , seharusnya dilakukan juga di kelas kontrol. Untuk itu disarankan untuk peneliti selanjutnya harus melakukan penilaian sikap dan pengetahuan baik di kelas eksprimen maupun kelas kontrol.

Pengaturan waktu juga harus disesuaikan , dan ketika praktikum sebelum masuk jam pelajaran sudah tersedia alat praktikum yang akan digunakan.