PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPA MATERI FISIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP WIYATA KARYA NATAR
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA MATERI FISIKA
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DI SMP WIYATA KARYA NATAR
(Skripsi)
Oleh
IKHWAN ROBI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
(2)
ABSTRAK
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPA MATERI FISIKA
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF DI SMP WIYATA
KARYA NATAR
Oleh
Ikhwan Robi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata peningkatan hasil
belajar kognitif materi fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Penelitian ini dilakukan di SMP Wiyata Karya Natar Kelas IX. Penelitian ini
menggunakan dua kelas, yaitu kelas 9a dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah dan kelas 9b dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif . Berdasarkan hasil uji
Independent Sample
t-test
didapat nilai
sig
pada hasil belajar IPA materi fisika siswa adalah sebesar 0.128,
ini berarti nilai signifikansinya lebih besar dari nilai
α (0.025) sehingga terima H
0dan H
1ditolak. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar fisika siswa yang
(3)
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran
kooperatif. Selanjutnya hasil uji independent sample t-test juga dapat mengetaui
rata-rata peningkatan hasil belajar. Berdasarkan hasil uji didapat data bahwa
untuk pembelajaran berbasis masalah memperoleh skor rata-rata 0.35 dan
pembelajaran kooperatif memperoleh skor rata-rata 0.41.
Kata kunci : pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran kooperatif,
dan hasil belajar.
(4)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Merak Batin pada tanggal 21 November 1987, anak pertama
dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Ahmad Nasbi dan Ibu Herdawati.
Pendidikan yang pernah ditempuh Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 4
Candimas pada tahun 1999, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di
SLTPN 1 Natar pada tahun 2002, Sekolah Menengah Umum (SMA) di SMAN 1
Natar pada tahun 2005.
Pada tahun 2005, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Non SPMB.
Tahun 2009, penulis melaksanakan praktek mengajar melalui Program
(5)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap Alhamdulillah dan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT
berikan, penulis persembahkan karya kecil ini untuk:
1. Ayah dan mama yang sangat penulis hormati dan sayangi, yang telah sabar
dalam
do’a dan harapan yang tulus demi
keberhasilan penulis, terima kasih
yang tak terhingga untuk segalanya.
2. Adik-adik penulis tersayang: Amir Hakim, Alvin Aziz, Taufiqurrahman,
Rafiudin Ahmad, dan Fahrizal yang t
urut berdo’a demi keberhasilan
penulis.
3. Almamater tercinta yang mendewasakan penulis dalam berpikir, bertutur, dan
(6)
MOTO
“Tidaklah sama orang berilmu dengan orang yang tak berilmu,
hanyalah orang-orang yang berakal yang mau menerima
pelajaran” (Q.S. Az-Zumar : 9).
“Sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar”.
( Nabi Muhammad SAW)
“Bukan kesulitan yang membuat kita takut, melainkan ketakutanlah yang
membuat kita sulit. Jangan katakan Ya Allah masalah saya terlalu besar, tapi
katakan kepada masalah bahwa saya masih punya Allah SWT yang maha besar.
”
(7)
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim...
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas
Lampung.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd. selaku ketua program studi pendidikan fisika
dan Pembimbing akademik yang telah memberikan bantuanya kepada penulis
selama menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Undang Rosidin, M. Pd. selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi
ini.
5. Ibu Viyanti, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, saran dan motivasi dalam proses penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Dr. H. Agus Suyatna, M.Si. selaku pembahas yang banyak memberikan
kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif.
(8)
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.
8. Ibu Tati Maulidawati, S.P. selaku Kepala SMP Wiyata Karya Natar beserta
jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah.
9. Ibu Dora Yusnita, S.Pd selaku Guru Mitra dan siswa kelas IX
adan IX
bSMP
Wiyata Karya Natar atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian
berlangsung.
10. Rekan seperjuangan di Pendidikan Fisika 2005: Daud Simanjuntak, Edi Hardi,
Nanang Setiawan, Joko Nugroho, Fitria Merasari, Evi Yuliani, Sigit
Triwibowo, Lia Astria Dewi, Tsamaniaryati Hidayah, Joni Andriyanto,
Marjana, Bernadet Ani, Putri, Leni, Aryanti, Widiana, Ina Agustina, atas
kebersamaan dan kekompakannya. Semoga kita menjadi generasi yang sukses.
11. Rekan-rekan di Keluarga Besar UKM Fotografi ZOOM Universitas
Lampung : Para Senior, Angkatan 11, Angkatan 12, dan angkatan 13, terima
kasih atas canda tawa dan kebersamaanya selama ini. Tetap semangat dan
terus berkarya.
12. Novita Ayu Gustari, S.Pd. terima kasih atas semangat yang diberikan serta
do’anya. Jazak
illah Khairan katsiron.
13. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat Program Studi Pendidikan Fisika
angkatan 2005, 2007, 2008, 2009, dan 2010 semoga selalu menjadi keluarga
besar pendidikan fisika yang solid dan bersahabat.
(9)
Semoga Allah SWT. melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua,
serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Bandar Lampung, 29 Juni 2015
Penulis
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...
1
B. Rumusan Masalah ...
3
C. Tujuan Penelitian ...
3
D. Manfaat Penelitian ...
4
E. Ruang Lingkup Penelitian ...
4
II.
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Model Pembelajaran...
6
2.2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah ...
8
2.3 Model Pembelajaran Kooperatif ...
11
2.4 Hasil Belajar ...
14
2.5 Hasil Belajar Kognitif ...
16
2.6 Kerangka Pemikiran ...
17
2.7 Hipotesis ...
20
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ...
21
B. Jenis Data dan Sumber Data ...
22
(11)
D. Teknik Tes ...
23
E. Teknik Pengumpulan Data ...
24
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ...
25
1) Teknik Analisis Data ...
25
2) Perumusan Hipotesis ...
27
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ...
29
a) Tahapan Pelaksanaan Penelitian Kelas 9a
...
29
b) Tahapan Pelaksanaan Penelitian Kelas 9
b...
30
4.2 Persyaratan Analisis ...
30
a. Uji Normalitas ...
31
b. Uji Beda ...
31
c. Uji Signifikansi
...
32
4.3 Pembahasan ...
35
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ...
42
B. Saran ...
42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Observasi Pra Penelitian ... ...
45
2. Daftar Nama Kelompok Kelas Eksperimen ...
47
3. Hasil Postest ...
48
4. Data Rekapitulasi N-gain dan analisis
pretest dan postest
...
50
5. Hasil Uji Normalitas ...
54
6. Hasil Uji Homogenitas dan Uji
Independent Sample t-test
...
57
7. Kisi-Kisi Pretest dan Postest Materi Listrik Dinamis ...
58
8. Soal
Pretest
dan
Postest
. ...
62
10. RPP Model Pembelajaran Berbasis masalah...
65
11. LKK Pembelajaran Berbasis Masalah ...
88
(12)
(13)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Tingkatan Penghargaan ...
12
2. Borang Data Rekapitulasi
N-gain
Hasil Belajar Siswa ...
24
3. Hasil Uji Normalitas ...
31
4. Hasil Uji Homogenitas ...
31
(14)
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
(15)
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA MATERI FISIKA
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DI SMP WIYATA KARYA NATAR
Oleh
IKHWAN ROBI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
(16)
(17)
(18)
(19)
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai proses yang terus menerus mengalami perubahan, dunia pendidikan kian hari menunjukan ke arah perubahan. Salah satu ciri perubahan dalam dunia pendidikan yaitu adanya perubahan dalam berbagai komponen sistem pendidikan, misalnya kurikulum, sarana belajar mengajar, media belajar dan sumber belajar lainnya, demi kelancaran kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Pendidikan tidak pernah lepas dari istilah belajar. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan yang dialami bisa berupa
pemahaman, pengetahuan, dan kebiasaan. Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru untuk membantu siswa agar dapat menerima pengetahuan yang diberikan dan membantu memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran.
Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa adalah melalui model pembelajaran. Guru seharusnya mampu menentukan model pembelajaran yang dipandang dapat mengaktifkan proses belajar siswa agar tujuan
(20)
2 pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan hasil belajar diharapkan dapat menjadi lebih baik.
Hasil observasi awal penelitian pada SMP Wiyata Karya Natar menunjukan bahwa model pembelajaran untuk materi fisika ialah dominan menggunakan model pembelajaran kooperatif, walaupun terkadang menggunakan model-model pembelajaran yang lain. Penerapan model pembelajaran kooperatif pada sebagian materi fisika SMP diketahui belum efektif. Fakta tersebut dapat dilihat dari hasil belajar kognitif siswa pada materi fisika masih banyak yang tidak mencapai KKM yang ditetapkan sekolah. Pembelajaran kooperatif selama ini yang diterapkan masih belum mampu memperbaiki hasil belajar siswa.
Model pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu model pembelajaran untuk menuntun siswa belajar secara aktif. Peran guru dalam pembelajaran ini adalah menuntun siswa untuk menemukan masalah apa yang harus dipecahkan. Pembelajaran berbasis masalah mengajak siswa melakukan pengajuan hipotesis dan kemudian masalah tersebut dipecahkan sehingga didapat kesimpulan dari hasil belajar siswa.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menuntun siswa bekerjasama di dalam sebuah kelompok. Langkah-langkah yang diterapkan didalam model pembelajaran kooperatif yang diantaranya adalah dengan memberi bahan belajar yang disertai dengan poin-poin pertanyaan. Kemudian, siswa diarahkan kedalam pembentukan kelompok dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan dengan cara berdiskusi. Penerapan pembelajaran baik
(21)
3 menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA Terpadu SMP Wiyata Karya Natar, maka Model pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan dalam pembelajaran IPA terpadu materi Fisika SMP. Untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran berbasis masalah sebagai perbandingan model pembelajaran kooperatif, maka penelitian ini adalah mengenai “perbandingan Hasil belajar Kognitif siswa menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran kooperatif di SMP Wiyata Karya Natar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah.
1) Apakah ada perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar materi fisika siswa menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran kooperatif ?
2) Manakah rata-rata hasil belajar kognitif yang lebih tinggi antara model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran kooperatif ?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah.
1) Mengetahui perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar kognitif materi fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran kooperatif.
(22)
4 2) Mengetahui hasil belajar kognitif yang paling tinggi antara model
pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran kooperatif.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi terutama. 1) Memberikan sumbangan pemikiran dalam memilih antara model
pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran kooperatif mata pelajaran IPA Terpadu materi fisika SMP.
2) Bagi peneliti lain, proses dan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian, rujukan, atau pembanding bagi peneliti yang sedang atau akan melakukan penelitian.
E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini yaitu
1) Perbandingan pada penelitian ini adalah perbandingan hasil belajar kognitif siswa pada materi fisika SMP Wiyata Karya Natar
2) Materi yang diberikan pada penelitian ini adalah mengenai listrik dinamis, materi kelas IX semester ganjil.
3) Hasil belajar adalah penilaian atau pengukuran yang ditandai huruf atau nilai sebagai bukti hasil belajar yang telah dilalui siswa.
4) Hasil belajar kognitif pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang didapat dari tes uji blok.
5) Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah, yang terdiri dari Orientasi siswa kepada masalah, Membimbing penyelidikan individual dan kelompok,
(23)
5 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
6) Pembelajaran kooperatif adalah belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
(24)
6
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Model Pembelajaran
Model pembelajaran menurut Sudrajat dalam Suryani dan Leo ( 2012:8) adalah bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran. Masih terkait dengan model pembelajaran, Syaiful Sagala dalam Suryani dan Leo ( 2012:8 ), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta diddik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Syahza dan Irianti (2008) model pembelajaran adalah Pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap kegiatan (sintaks) keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan rangkaiankegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa.
.Dalam Ismail (2003:9) istilahmodel pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau metode tertentu yaitu:
rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang di perlukan agar model tersebut dapat dilakukan secara berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
(25)
7 Model-model pembelajaran dapat cirikan dari hal-hal berikut yaitu tujuan
pembelajaran, sintaks pembelajaran, dan lingkungan belajar. Sebagai contoh pengklasifikasian berdasarkan tujuan adalah pembelajaran langsung, suatu model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari alat-alat, misalkan alat untuk mengukur arus listrik yaitu amperemater.
Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari bermacam-macam model pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama. Contoh, setiap model pembelajaran diawali dengan upaya pembukaan pelajaran, menanyakan kondisi siswa, dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pelajaran, misalkan meminta siswa memberi kesimpulan dari proses pembelajaran yang dilakukan.
Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Model pembelajaran berbasis masalah, misalkan memerlukan alat-alat belajar, misal amperemeter pada materi fisika listrik dinamis, alat-alat belajar tersebut untuk mendukung model pembelajaran berbasis masalah.
Model pembelajaran terdiri dari bermacam macam model. Di antara macam-macam model pembelajaran yaitu, model pembelajaran kooperatif, model
(26)
8 pembelajaran kooperatif tipe STAD, model pembelajaran berbasis Masalah, dan lain sebagainya.
2.2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah (PBL) merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan pengetahuan baru. Model ini juga berfokus pada keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Vygotsky dalam Muslimatun (2006) mengemukakan bahwa perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru yang menantang dan ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan oleh pengalamannya sendiri. Selain itu juga menambahkan bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan
memperkaya perkembangan intelektual siswa.
Dari pendapat di atas bahwa pembelajaran yang berorientasikan pada masalah menuntun siswa ke dalam pengalaman baru sehingga dapat memperkaya ide, pemikiran dan cara menyelesaikan masalah. Siswa dihadapkan pada kondisi yang nyata dialami. Dari masalah yang diberikan siswa dituntut untuk memecahkan masalah yang diberikan, mereka berusaha menyelidiki dan memecahkan masalah berdasarkan sumber yang telah mereka dapatkan sebelumnya baik dari guru, pengalaman dan referensi-referensi buku yang siswa miliki.
Proses pembelajaran di kelas sekarang telah berubah dari pembelajaran berpusat pada guru beralih ke pembelajaran berpusat pada siswa. Ketika mengajar di kelas, guru harus berupaya menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat
(27)
9 membelajarkan siswa, dapat mendorong siswa belajar, atau memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif. Santyasa (2008) menyatakan bahwa Kondisi belajar dimana siswa hanya menerima materi dari pengajar, mencatat, dan menghafalkannya harus diubah menjadi saling berbagi pengetahuan, mencari (inkuiri), menemukan pengetahuan secara aktif sehingga terjadi peningkatan pemahaman (bukan ingatan), Untuk mencapai tujuan tersebut, pengajar dapat menggunakan pendekatan, strategi, model, atau metode pembelajaran inovatif.
Pembelajaran yang dimaksudkan di atas adalah salah satunya pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan
masalah (Stepien dkk. dalam Santyasa (2008))
Keterangan di atas menjelaskan bahwa dengan pembelajaran berbasis masalah menjadikan suasana belajar siswa aktif. Siswa tidak terpusat dari penjelasan guru saja, melainkan merasakan langsung proses masalah yang diberikan.
Pembelajaran berbasis masalah menuntun siswa menerapkan keterampilan
memecahkan masalah. Pemecahan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan demikian siswa belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana.
(28)
10 Masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Dengan pembelajaran berbasis masalah justru pemecahan masalah mencari atau menemukan cara penyelesaian masalah. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah dijelaskan Fogarty dalam Santyasa (2008) sebagai berikut.
a. Menemukan masalah
Pebelajar diberikan masalah berstrukturill-definedyang diangkat dari konteks kehidupan sehari-hari. Pernyataan permasalahan diungkapkan dengan kalimat-kalimat yang pendek dan memberikan sedikit fakta fakta di seputar konteks permasalahan.
b. Mendefinisikan masalah
Pebelajar mendefinisikan masalah menggunakan kalimatnya sendiri. Permasalahan dinyatakan dengan parameter yang jelas. Pebelajar membuat beberapa definisi sebagai informasi awal yang perlu disediakan.
c. Mengumpulkan fakta-fakta
Pebelajar membuka kembali pengalaman yang Sudah diperolehnya dan pengetahuan awal untuk mengumpulkan fakta-fakta.
d. Menyusun dugaan sementara
Pebelajar menyusun jawaban-jawaban sementara terhadap permasalahan dengan melibatkan kecerdasanlogic-mathematical.
e. Menyelidiki
Pebelajar melakukan penyelidikan terhadap data-data dan informasi yang diperolehnya berorientasi pada permasalahan
f. Menyimpulkan alternatif-alternatif pemecahan secara kolaboratif Pebelajarberkolaborasi mendiskusikan data dan informasi yang relevan dengan permasalahan.
Tahapan pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa melalui pertemuan-pertemuan di dalam kelas. Pembelajaran berbasis masalah ini bertujuan antara lain untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan
keterampilan pemecahan masalah (Ismail, 2002 : 2). Penerapan pembelajaran masalah mengajak siswa secara langsung untuk benar-benar aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diajak berpikir untuk mengidentifikasikan masalah, serta dituntun untuk menemukan jawaban setiap permasalahan yang diberikan dalam
(29)
11 proses pembelajaran. Masalah yang diberikan dalam pembelajaran ikut melatih kreatifitas siswa dalam memecahkan masalahnya.
Materi untuk mendukung pembelajaran pemecahan masalah ini , guru perlu memilih bahan ajar yang memiliki permasalahan. Materi pembelajaran tidak terbatas hanya pada buku teks saja, tetapi dapat juga diambil dari sumber-sumber lingkungan. Menurut Gullo (2002 : 114) Pemilihan materi seperti ini memerlukan beberapa kriteria sebagai berikut.
a) Bahan yang dipilih bersifatconflict issueataucontroversial.Bahan-bahan seperti itu dapat direkam dari peristiwa-peristiwa konkret dalam bentuk audio visual atau kliping atau disusun sendiri oleh guru.
b) Bahan yang dipilih bersifat umum sehingga tidak terlalu asing bagi siswa. c) Bahan tersebut mencakup kepentingan orang banyak dalam masyarakat. d) Bahan tersebut mendukung tujuan pengajaran dan pokok bahasan dalam
kurikulum sekolah.
e) Bahan tersebut merangsang perkembangan kelas yang mengarah pada tujuan yang dikehendaki
f) Bahan tersebut menjamin kesinambungan pengalaman belajar siswa.
2.3 Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2009:17) adalah mengelompokan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang meeka miliki an mempelajari satu sama lain dalam kelompok tesebut. Lie (2008:12) menyatakan bahwa model pembelajaan kooperatif meupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa kedalam tugas yang terstuktur. Pembelajaran kooperatif menurut pendapat di atas adalah pembelajaran yang menuntun manusia dalam hal ini siswa menjadi makhluk sosial dalam bekerjasama dan berhubungan dengan siswa lainnya.
(30)
12
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kerjasama tersebut dibagi dalam beberapa kelompok yang berkemampuan heterogen. Guru yang menggunakan pembelajaran kooperatif juga mengacu pada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah (Isjoni 2007:125).
Model pembelajaran Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran seperti yang dikatakan Muslimin Ibrahim (2000:7), yaitu :
(a) Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki hasil belajar peserta didik atau tugas-tugas akademis penting lainnya.
(b) Penerimaan terhadap keberagaman
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penenrimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.
(c) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting lainnya adalah mengajarkan kepada peserta didik dalam keterampilan bekerja sama dan berkolaborasi.
(31)
13 Berdasar pendapat di atas, pembelajaan kooperatif bertujuan memperbaiki hasil belajar siswa melalui kerjasama dengan kelompok lainya. Selain itu,
pembelajaran kooperatif memberikan pengalaman belajar siswa melalui kerjasama dan berkolaborasi dengan sesama siswa lainnya.
Menurut Santyasa (2008), langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut
1) Guru menjelaskan ringkasan materi selama 10-15 menit 2) Guru membagi siswa kedalam kelompok
3) Semua kelompok disuruh menyelesaikan tugas-tugas yang ada di dalam LKS sampai tuntas dengan alokasi waktu yang disediakan
4) Masing-masing siswa berdiskusi dan saling bertukar pendapat untuk memformulasikan jawaban
5) Guru mempersilahkan kelompok mengumpulkan laporan masing-masing 6) Laporan siswa dikoreksi, dikomentari, dinilai, dikembalikan, pada
pertemuan berikutnya.
Dari penjelasan diatas bahwa pembelajaran kooperatif mengarahkan siswa kedalam pembelajaran kerjasama dalam sebuah kelompok. Hasil dari
pembelajaran tersebut langsung di evaluasi oleh guru saat akhir pembelajaran. Berdasarkan pendapat di atas, langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
a) Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
b) Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan.
c) Guru membagi siswa kedalam kelompok 4-5 siswa dengan kemampuan yang heterogen.
(32)
14 d) Guru membagi Lembar kerja kelompok untuk dikerjakan secara
bersama-sama.
e) Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas secara berkelompok.
f) Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
2.4 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tahapan akhir pada proses pembelajaran untuk
mengetahui bagaimana hasil akhir belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar siswa dapat dinyatakan dengan nilai berupa angka atau huruf sebagai pernyataan berhasil atau tidaknya siswa didalam proses pembelajaran. Menurut Arikunto (2007:59) bahwa: Nilai yang diperoleh waktu ulangan bukan menggambarkan partisipasi tetapi menggambarkan hasil belajar.
Menurut Djamarah dan Zain (2006: 121)
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999):
Hasil belajar merupakan hasil proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Dengan tujuan mengetahui tingkat keberhasilan yang ditandai dengan huruf atau kata atau simbol yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
(33)
15 Pendapat-pendapat di atas menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan rangkaian proses kegiatan akhir belajar yang ditandai dengan huruf atau kata yang
menunjukan baik atau tidaknya dalam mengikuti proses pembelajaran . Secara umum hasil belajar dapat dinyatakan dalam penilaian atau pengukuran yang ditandai huruf atau nilai sebagai bukti hasil belajar yang telah di lalui siswa. Dengan mengetahui hasi belajar yang dinyatakan lewat huruf ataupun angka membuat siswa paham sampai sejauh mana perubahan sikap dan pengetahuan siswa dari proses pembelajaran.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor . Ranah hasil belajar dalam Munawar (2009) yaitu sebagai berikut.
1) Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2) Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3) Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular(menghubungkan, mengamati).
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
(34)
16 2.5 Hasil Belajar Kognitif
Aspek kognitif dalam proses belajar mengajar selalu ada, hal ini dapat diketahui dikarenakan dalam belajar siswa diharapkan mampu menghafal berbagai konsep teoritis yang disampaikan oleh guru. Guru seharusnya mampu mengarahkan siswa dalam konsep-konsep teori ke dalam dunia nyata.
Aspek kognitif berkenaan dengan prilaku yang berhubungan dengan berpikir , mengetahui dan memecahkan masalah. Dalam Nana (2010) aspek kognitif memiliki enam tingkatan sebagai berikut.
a. Remember(mengingat), yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.
b. Understand(Memahami), yaitu menentukan makna dari pesan dalam pelajaran-pelajaran meliputi oral, tertulis ataupun grafik.
c. Apply(menerapkan), yaitu mengambil atau menggunakan suatu prosedur tertentu bergantung situasi yang dihadapi.
d. Analyze(menganalisa), yaitu memecah-mecah materi hingga ke bagian yang lebih kecil dan mendeteksi bagian apa yang berhubungan satu sama lain menuju satu struktur atau maksud tertentu.
e. Evaluate(mengevaluasi), yaitu membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar.
f. Create(menciptakan), yaitu menyusun elemen-elemen untuk membentuk sesuatu yang berbeda atau mempuat produk original.
Seorang guru dituntut mendesain program atau rencana pembelajaran termasuk di dalamnya rencana diantaranya membuat soal-soal berdasarkan kisi kisi soal dan komposisi yang telah ditetapkan. Menurut Sofa (2008) bahwa Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8) performans. Dari pilihan bentuk tes tersebut memudahkan guru dalam menentukan tes yang akan diberikan kepada siswa.
(35)
17
2.5 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan dua kelompok kelas. Pada penelitian ini dilakukan dua pengujian pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran kooperatif , kemudian dibandingkan hasil belajar kognitif antara keduanya. Penelitian ini terdapat dua variabel peubah yaitu.
1) Variabel bebas : pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif.
2) Variabel terikat : hasil belajar fisika dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah dan hasil belajar fisika dengan model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran berbasis masalah yang digunakan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa langkah-langkah pembelajaran yaitu di antaranya siswa di tuntun dalam menemukan masalah, kemudian mendefinisikan masalah yang ditemukan, merumuskan hipotesis, Melakukan uji coba dan pengujian hipotesis, kemudian menarik kesimpulan. Sedangkan untuk pembelajaran kooperatif menggunakan langkah-langkah pembelajaran yaitu penjelasan materi baik melalui ceramah atau dengan cara demosntrasi alat, siswa di bagi dalam beberapa kelompok, siswa diberikan Lembar kerja untuk diselesaikan bersama-sama teman satu kelompok, guru meminta tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi bersama teman satu kelompok, kemudian guru memberikan penilaian dan menentukan kelompok yang terbaik.
(36)
18
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Pembelajaran dimulai dengan pengajuan masalah, kemudian masalah tersebut dirumuskan dan diperoleh kesimpulan. Penerapan pembelajaran berbasis masalah ini membutuhkan alat praktikum. Dengan demikian pemahaman tentang materi menggunakan pembelajaran berbasis masalah menjadi tidak abstrak, karena siswa langsung mengalami dan menemukan sendiri masalah yang harus di pecahkan.
Pembelajaran kooperatif hanya menekankan pada kerjasama kelompok dalam memecahkan masalah. Masalah yang diberikan hanya dalam bentuk soal. Soal diberikan dalam bentuk lembar kerja. Setelah siswa selesai mengerjakan, maka kemudian siswa menunjukan hasil kerjasamanya dengan mepresentasikan kepada seluruh temanya dalam satu kelas. Jika dibandingkan antara pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran kooperatif pada penelitian ini maka pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat memperbaiki hasil belajar kognitif siswa.
(37)
19 Berikut diagram kerangka pemikiran pada penelitian ini.
Siswa
Merumuskan hipotesis
Melakukan uji coba dan pengujian hipotesis
kesimpulan Mengumpulkan data Mendefinisikan masalah
Menemukan masalah
Pembelajaran berbasis masalah Pembelajaran kooperatif
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan
Guru membagi siswa ke dalam kelompok 4-5 siswa dengan kemampuan yang heterogen
Guru membagi Lembar kerja kelompok untuk dikerjakan secara bersama-sama
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
secara berkelompok
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Tes akhir
Gambar 1. Diagram kerangka pemikiran penelitian Tes awal
Tes akhir
(38)
20 2.6 Hipotesis
Hipotesis Umum
Ada perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar fisika yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran kooperatif.
Hipotesis Statistik
0
H : tidak ada perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran kooperatif.
1
H
: ada perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar fisika yangmenggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran kooperatif.
(39)
21
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi Dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 9 SMP Wiyata Karya Natar Lampung Selatan semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknikcluster random sampling. Margono (2005)
menjelaskan teknikcluster random samplingdigunakan untuk sampel yang terdiri dari kelompok kelompok individu atau kelas. Populasi yang terdiri dari 3 kelas diambil 2 kelas secara acak atau random sebagai sampel.
Sampel yang diperoleh dari kelas 9a yang berjumlah 30 siswa dan kelas 9b berjumlah 32 siswa, sehingga jumlah yang dipakai dalam sampel sebanyak 62 siswa. Kemudian dari kedua kelas tersebut ditentukan kelas yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
(40)
22 B. Jenis dan Sumber Data
Dalam mengumpulkan data untuk penelitian ini, penulis menggunakan teknik sebagai berikut.
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar aspek kognitif yang diberikan dalam bentukpretestdanpostest.
2. Sumber data
Sumber data dari satu kali tespretestdan satu kali tespostest kognitif siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data diambil dalam bentuk angka atau nilai yang diperoleh dengan mengadakanpretestdanpostestsesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Perlakuan untuk masing-masing kelompok sebagai berikut.
1. Untuk kelompok I menggunakan pembelajaran berbasis masalah dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.
1) Menemukan masalah 2) Mendefinisikan masalah 3) Menyusun dugaan sementara 4) Menyelidiki
(41)
23 2. Untuk kelompok II menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
2) Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan.
3) Guru membagi siswa kedalam kelompok 4-5 siswa dengan kemampuan yang heterogen
4) Guru membagi Lembar kerja kelompok untuk dikerjakan secara bersama-sama
5) Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka bekerjasama secara berkelompok
6) Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
D. Teknik tes
Tes diberikan kepada siswa dalam bentuk ujipretestdanpostest, teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang peningkatan perbedaan hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPA terpadu materi fisika. SkorN- gainternormalisasi pada kedua subyek akan dibandingkan.
(42)
24 E. Teknik pengumpulan data
Data berupa data hasil belajar fisika siswa pada aspek kognitif yang diperoleh dari skorpretestdanpostest. Adapun bentuk pengumpulan datanya berupa tabel yang dijelaskan pada Tabel 1.
Tabel 2. Borang Data RekapitulasiN-gain Hasil Belajar Siswa
No Nama
Siswa
Skor Nilai
N-Gain Kategori Pretest Postest
1 Siswa 1 2 Siswa 2 3 Siswa 3 4 Siswa … Jumlah
Skor tertinggi Skor terendah Skor rata-rata
Untuk menganalisis hasil belajar siswa digunakan skor gain yang
ternormalisasi.N-gaindiperoleh dari pengurangan skor pretes dengan postes dibagi oleh skor maksimum dikurang skor pretes. Jika dituliskan dalam persamaan adalah:
Keterangan:
g =N-gain Spost = Skor postes Spre = Skor pretes Smax = Skor maksimum Kategori: Tinggi : 0,7≤N-gain≤1
Sedang : 0,3≤N-gain< 0,7 Rendah :N-gain< 0,3
(43)
25 F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1) Teknik Analisis Data
Analisis data dimulai dengan uji normalitas , homogenitas,Uji Independet_ Sample T Test. Dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas mengunakan metode analisis dikategorikan sebagai uji analisis statistik nonparametrik. Uji yang dilakukan menggunakan metode one-sampel kolmogorov smirnov. Berdasarkan Ghazali ( (30:2006) cara mendeteksi normalitas data adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujian yaitu H0data berdistribusi normal dan Ha data tidak berdistribusi normal. Dasar pengambilan keputusan adalah berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai asymp. Sig (2-tiled) dengan menggunakan tingkat kepercayaan 5% (0,05) , dengan demikian kriteria uji sebagai berikut :
a) jika nilai asymp.Sig (2-tiled) atau signifikasi nilai probabilitas > 0,05 maka H0 di terima.
b) Jika nilai asymp.Sig (2-tiled)atau signifikasi atau nilai probabilitas < 0,05 ; maka tidak cukup bukti untu menerima H0.
b. Uji Homogenitas
Syarat dalam analisis varians adalah homogenitas sampel. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kehomogenan dari prilaku yang diberikan kepada sampel. Kriteria yang diujikan adalah.
1. Jika nilai sig. > 0,05 maka H0 diterima 2. Jika nilai sig. < 0,05 maka H0ditolak
(44)
26 c. UjiIndependet Sample T Test
Ujiindependet_ sample t testdipergunakan untuk membandingkan dua kelompokmeandari dua sampel yang berbeda (independent). Prinsip dari uji ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaanmeansamplenya sehingga
belum di uji denganindependent_samlpe T testmaka syaratnya data tersebut harus berdistribusi normal dan homogen.
Rumus independent sample T test.
2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 __ 2 __ 11
1
2
)
1
(
)
1
(
n
n
n
n
s
n
s
n
X
X
t
Dengan : t nilai t hitung
1
X
= nilai rata-rata kelompok 12
X
= nilai rata-rata kelompok 21
n
= jumlah sampel kelompok 12
n
= jumlah sampel kelompok 22 1
S = varian kelompok 1
2 2
S = varian kelompok 2
Untuk menginpretasikan t- test terlebih dahulu harus ditentukan : 1) Nilai α
2) df (degree of freedom) = N-k
a. untukindependent sample t-testdf = N-2 b. bandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel
untuk mengetahui efisiensi perhitungan analisis data uji independent sample T-test digunakan aplikasi program SPSS 17,0for windows. Kriteria uji yang digunakan adalah.
(45)
27 1) Jika nilai sig. (2-tailed) > α (0,025) maka diterima H0
2) Jika nilai sig. (2-tailed) < α (0,025) maka tolak H0
Di samping menggunakan perbandingan nilai probabilitas signifikasisig. (2-tailed)dapat juga melakukan perbandingan nilai t dengan kriteria .
Jika thitung < dari ttabel, maka h0 diterima
Jika thitung > dari ttabel, maka H0ditolak, dimana nilai t nilai mutlak.
2)PPerumusan Hipotesis Hipotesis pertama
0
H : tidak ada perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
1
H
: ada perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar fisika yangmenggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Hipotesis kedua
: Rata-rata hasil belajar kognitif materi fisika siswa menggunakan model pembelajaran berbasis masalah tidak berbeda dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
: Rata-rata hasil belajar kognitif materi fisika siswa menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
(46)
28
Semua analisis data menggunakan alat bantu SPSS (statistical product and service solutions) versi 17.0
(47)
42
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil data penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1. Tidak ada perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar fisika siswa yang
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran kooperatif.
2. Rata-rata hasil belajar kognitif yang menggunakan model pembelajaran kooperatif. tidak berbeda dengan hasil belajar kognitif pembelajaran berbasis masalah.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai berikut
1. Guru harus menyampaikan tujuan dan indikator pembelajaran kepada siswa sehingga siswa mengerti apa yang diharapkan guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. Guru harus memperhatikan dan memotivasi kekompakan tiap kelompok sehingga dapat bekerja sama dengan baik dan masing-masing individu dalam satu kelompok tidak melakukan aktivitas diluar pembelajaran.
(48)
43 3. Menyesuaikan pembelajaran dengan pengaturan waktu yang tepat dan
harus mampu menyesuaikan pengelolaan waktu yang didasari pada RPP sehingga pembelajaran berlangsung dengan baik dan waktu yang digunakan sesuai dengan yang direncanakan.
(49)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2007.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT Bina Aksara, Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 1999.Belajar dan Pembelajaran. Dep. Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain. 2006.Eds Revisi : Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang
Gullo,W. 2002.Strategi Belajar Mengajar. PT Grasindo. Jakarta Isjoni. 2009.Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung
Isjoni. 2007.Saatnya Pendidikan Kita Bangkit. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Ismail. 2002.Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction): Apa,
bagaimana, dan Contoh pada Sub Pokok Bahasan Statistika. Surabaya. Ismail. 2003. Model-Model Pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional.
Jakarta.
Kurniasih, Ary Woro. 2005.Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Mengembangkan Kecakapan Matematika Siswa Pendidikan Dasar Kelas VII Sebagai Implementasi KBK.Skripsi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang 2005
Lie, Anita. 2002.Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Grasindo. Jakarta
Margono, S. 2005.Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka cipta. Jakarta Munawar, Indra. 2009.Hasil Belajar (Pengertian dan Definisi).
http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html. di akses pada 21 April 2011.
(50)
Muslimatun. 2006.Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Penekanan Representasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kerjasama Dalam Kelompok Pokok Bahasan Dalil Pythagoras Siswa SMP N I Semarang Kelas VIII Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang 2006
Muslimin, Ibrahim. (2000).Pembelajaran Kooperatif. University Press. Surabaya Nana, Kim.2010.Revisi Taksonomi BloomError! Hyperlink reference not
valid..diakses pada tanggal 19 Maret 2012.
Puriyatno, Dwi.2010. Paham Analisa Statistik Data Dengan SPSS. Media Kom. Jogjakarta
Santyasa, I Wayan. 2008.Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Kooperatif.Universitas Pendidikan Ganesha. Nusa Penida
Slavin, Robert E. 2010.Cooperative Leraning, Teori, Riset, dan Praktik. Nusa Media Bandung
Sofa. 2008.Aspek Penilaian Dalam KTSP Bag 1 ( Aspek Kognitif).
http://massofa.wordpress.com/2008/08/04/aspek-penilaian-dalam-ktsp-bag-1-aspek-kognitif/. Diakses pada 25 April 2011
Suryani, Nunuk, dan Leo Agung. 2012.Strategi Belajar Mengajar. Ombak. Yogyakarta
Syahza, Almasdi, dan Irianti. 2008.Model-model Pembelajaran.FKIP Universitas Riau.
(1)
1) Jika nilai sig. (2-tailed) > α (0,025) maka diterima H0 2) Jika nilai sig. (2-tailed) < α (0,025) maka tolak H0
Di samping menggunakan perbandingan nilai probabilitas signifikasisig. (2-tailed)dapat juga melakukan perbandingan nilai t dengan kriteria .
Jika thitung < dari ttabel, maka h0 diterima
Jika thitung > dari ttabel, maka H0ditolak, dimana nilai t nilai mutlak.
2)PPerumusan Hipotesis Hipotesis pertama
0
H : tidak ada perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
1
H : ada perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar fisika yang
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Hipotesis kedua
: Rata-rata hasil belajar kognitif materi fisika siswa menggunakan model pembelajaran berbasis masalah tidak berbeda dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
: Rata-rata hasil belajar kognitif materi fisika siswa menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
(2)
28 Semua analisis data menggunakan alat bantu SPSS (statistical product and
(3)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil data penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1. Tidak ada perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar fisika siswa yang
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran kooperatif.
2. Rata-rata hasil belajar kognitif yang menggunakan model pembelajaran kooperatif. tidak berbeda dengan hasil belajar kognitif pembelajaran berbasis masalah.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai berikut
1. Guru harus menyampaikan tujuan dan indikator pembelajaran kepada siswa sehingga siswa mengerti apa yang diharapkan guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. Guru harus memperhatikan dan memotivasi kekompakan tiap kelompok sehingga dapat bekerja sama dengan baik dan masing-masing individu dalam satu kelompok tidak melakukan aktivitas diluar pembelajaran.
(4)
43 3. Menyesuaikan pembelajaran dengan pengaturan waktu yang tepat dan
harus mampu menyesuaikan pengelolaan waktu yang didasari pada RPP sehingga pembelajaran berlangsung dengan baik dan waktu yang digunakan sesuai dengan yang direncanakan.
(5)
Arikunto, Suharsimi. 2007.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT Bina Aksara, Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 1999.Belajar dan Pembelajaran. Dep. Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain. 2006.Eds Revisi : Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang
Gullo,W. 2002.Strategi Belajar Mengajar. PT Grasindo. Jakarta Isjoni. 2009.Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung
Isjoni. 2007.Saatnya Pendidikan Kita Bangkit. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Ismail. 2002.Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction): Apa,
bagaimana, dan Contoh pada Sub Pokok Bahasan Statistika. Surabaya. Ismail. 2003. Model-Model Pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional.
Jakarta.
Kurniasih, Ary Woro. 2005.Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Mengembangkan Kecakapan Matematika Siswa Pendidikan Dasar Kelas VII Sebagai Implementasi KBK.Skripsi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang 2005
Lie, Anita. 2002.Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Grasindo. Jakarta
Margono, S. 2005.Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka cipta. Jakarta Munawar, Indra. 2009.Hasil Belajar (Pengertian dan Definisi).
http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html. di akses pada 21 April 2011.
(6)
Muslimatun. 2006.Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Penekanan Representasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kerjasama Dalam Kelompok Pokok Bahasan Dalil Pythagoras Siswa SMP N I Semarang Kelas VIII Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang 2006
Muslimin, Ibrahim. (2000).Pembelajaran Kooperatif. University Press. Surabaya Nana, Kim.2010.Revisi Taksonomi BloomError! Hyperlink reference not
valid..diakses pada tanggal 19 Maret 2012.
Puriyatno, Dwi.2010. Paham Analisa Statistik Data Dengan SPSS. Media Kom. Jogjakarta
Santyasa, I Wayan. 2008.Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Kooperatif.Universitas Pendidikan Ganesha. Nusa Penida
Slavin, Robert E. 2010.Cooperative Leraning, Teori, Riset, dan Praktik. Nusa Media Bandung
Sofa. 2008.Aspek Penilaian Dalam KTSP Bag 1 ( Aspek Kognitif).
http://massofa.wordpress.com/2008/08/04/aspek-penilaian-dalam-ktsp-bag-1-aspek-kognitif/. Diakses pada 25 April 2011
Suryani, Nunuk, dan Leo Agung. 2012.Strategi Belajar Mengajar. Ombak. Yogyakarta
Syahza, Almasdi, dan Irianti. 2008.Model-model Pembelajaran.FKIP Universitas Riau.