Kemampuan Retensi Air Dan Tahanan Penetrasi Tanah Pada Berbagai Tingkat Strata Tajuk Tanaman

KEMAMPUAN RETENSI AIR DAN TAHANAN PENETRASI
TANAH PADA BERBAGAI TINGKAT STRATA TAJUK
TANAMAN

SRI SUWARTINI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kemampuan Retensi
Air dan Tahanan Penetrasi Tanah pada Berbagai Tingkat Strata Tajuk Tanaman
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015

Sri Suwartini
NIM A14110050

ABSTRAK
SRI SUWARTINI. Kemampuan Retensi Air dan Tahanan Penetrasi Tanah pada
Berbagai Tingkat Strata Tajuk Tanaman. Dibimbing oleh DWI PUTRO TEJO
BASKORO dan ENNI DWI WAHJUNIE.
Penggunaan lahan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
karakteristik fisik tanah. Efektivitas penggunaan lahan dalam mempengaruhi
karakteristik fisik tanah tergantung pada karakteristik tajuk tanaman. Penggunaan
lahan yang sama terutama kebun campuran dapat memiliki karakteristik tajuk
tanaman yang berbeda-beda, sehingga karakteristik tanah dibawahnya berbedabeda pula. Tajuk tanaman yang bertingkat atau multistrata dengan tinggi tajuk
yang beragam akan mengintersepsi energi pukulan butir hujan. Kebanyakan air
hujan terlebih dahulu jatuh ke daun tanaman sebelum mencapai tanah sehingga
daya jatuh (energi potensial) sudah sangat berkurang. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis dan membandingkan kemampuan retensi air dan tahanan

penetrasi tanah pada berbagai tingkat strata tajuk tanaman. Karakteristik tajuk
tanaman diantaranya: kontrol, tajuk 2 strata, dan tajuk 3 strata. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan jenis parameter yang dianalisis.
Hasil yang diperoleh bahwa tanah di bawah tajuk tanaman memiliki karakteristik
fisik tanah lebih baik (seperti bobot isi rendah, kemampuan retensi air tinggi, dan
tahanan penetrasi rendah) dibandingkan dengan tanah tanpa tajuk tanaman. Tanah
di bawah tajuk 3 strata atau multistrata memiliki sifat fisik tanah seperti bobot isi
rendah, kemampuan retensi air tinggi, dan tahanan penetrasi rendah dibandingkan
tanah di bawah tajuk 1 strata dan tajuk 2 strata. Hal ini dikarenakan tanah di
bawah tajuk 3 strata memiliki tutupan tajuk yang lebih beragam dan bahan
organik tanah yang lebih tinggi, sehingga dapat mengurangi energi pukulan butir
hujan yang jatuh pada permukaan tanah. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah
strata lebih banyak (multistrata) dapat membuat sifat fisik tanah dibawah strata
tersebut menjadi lebih baik.
Kata kunci: bobot isi tanah, karakteristik tajuk tanaman, retensi air tanah,
tahanan penetrasi tanah

ABSTRACT
SRI SUWARTINI. Water Retention and Soil Penetrability at Various
Levels of the Plant Canopy Strata. Supervised by DWI PUTRO TEJO BASKORO

and ENNI DWI WAHJUNIE.
Land use is one of the factors that affect the physical characteristics of the
soil. The effectivity of land use in affecting soil physical characteristics depends
on the characteristics of the plant canopy. The same land use especially mixed
farms may have the different characteristics of the plant canopy. The multi storey
canopy plant can intercept rainfall energy effectivly. At first most rainwater that
fallen into the leaves of plants before reaching the ground, so that the kinetic
energy has been significantly reduced. The research aimed to analyze and
compare the soil water retention and soil penetrability at various levels of the
plant canopy. A various plant canopy characteristics examined and divide by : 1
strata canopy, 2 strata canopy, 3 strata canopy, and control (without canopy).
Method that used in this research suited to the analyzed parameters. The results
showed that the soil with plant canopy have better soil physical characteristics
(such as lower soil bulk density, higher soil water retention, and lower soil
penetrability) than soil without plant canopy. Soil under the 3 strata canopy have
better soil physical properties such as lower soil bulk density, higher soil water
retention, and lower soil penetrability than soil under 1 strata canopy and 2 strata
canopy. Also higher soil organic matter contents make it less energy from rainfall
that drops in ground. These results indicate that more strata (multi storey) of plant
canopy, can make better soil physical characteristic.

Keywords: characteristics of the plant canopy, soil bulk density, soil penetrability,
soil water retention capability

KEMAMPUAN RETENSI AIR DAN TAHANAN PENETRASI
TANAH PADA BERBAGAI TINGKAT STRATA TAJUK
TANAMAN

SRI SUWARTINI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah
Kemampuan Retensi Air dan Tahanan Penetrasi Tanah pada Berbagai Tingkat
Strata Tajuk Tanaman.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr Ir Dwi Putro Tejo Baskoro, MSc selaku dosen pembimbing pertama
yang telah memberikan bimbingan, arahan, waktu, kesabaran dalam
membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Dr Ir Enni Dwi Wahjunie, MSi selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan arahan, masukan, kesabaran, dan waktu sehingga karya
ilmiah ini dapat terselesaikan.
3. Dr Ir Yayat Hidayat, MSi selaku penguji yang telah banyak memberikan
saran dan masukan bagi penulis.
4. Keluarga tercinta Mama, Teh Erna, Teh Siska, A Wilin, dan A Waldi atas
doa, kasih sayang, motivasi serta dukungan moral dan spiritual yang tak
kunjung berhenti kepada penulis.
5. Bidikmisi IPB yang telah membantu saya dalam menyelesaikan studi dan

penelitian selama di IPB.
6. Pengelola kebun percobaan Cikabayan atas, pak Saipullah (Laboran Lab
fisika), ibu Siti Rustini (Staf perpustakaan Ilmu Tanah), dan ibu Hesti
(Staf komdik Ilmu Tanah) yang telah memberikan informasi demi
kelancaran penelitian.
7. May, Bunga, Nurul, Tiwi, Bang Ickhwan, Ade, Gunawan, Mirna, Azis,
Hasbi, Alam, Tian, Joshua, Deni, dan Rio atas dukungan dan bantuannya
selama penelitian ini berlangsung.
8. Teman-teman MSL 48 dan semua pihak yang membantu penulis dalam
menyelesaikan karya tulis ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015
Sri Suwartini

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan dan Alat
Pelaksanaan Penelitian
Analisis Data

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Sifat Fisik Tanah
Bobot Isi dan Porositas Total
Kemampuan Retensi Air Tanah
Pori Drainase
Tahanan Penetrasi Tanah
SIMPULAN DAN SARAN

1
1
1
2
2
2
2
3
3
3
5

5
6
8
8
10

Simpulan
Saran

10
11

DAFTAR PUSTAKA

11

LAMPIRAN

13


RIWAYAT HIDUP

24

DAFTAR TABEL
1. Parameter pengamatan dan metode analisis.
2. Kerapatan tajuk, bobot serasah dan tutupan serasah pada berbagai

3

tingkat strata tajuk tanaman.
3. Bobot isi, porositas total dan bahan organik pada berbagai tingkat strata
tajuk tanaman.
4. Kadar air kapasitas lapang dan pori drainase.

5
5
8

DAFTAR GAMBAR

1.
2.
3.

Karakteristik tingkat strata tajuk tanaman (a) Kontrol;
Kurva pF berdasarkan tingkat strata tajuk tanaman.
Tahanan penetrasi tanah pada berbagai kedalaman di beberapa tingkat
strata tajuk tanaman

4
6
9

DAFTAR LAMPIRAN
1. Penetapan titik contoh tanah pada Kontrol (1a); Tajuk 1 Strata (1b);
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Tajuk 2 strata (1c); Tajuk 3 Strata (1d).
Tekstur tanah pada berbagai tingkat strata tajuk tanaman
Tinggi tajuk bawah pada berbagai tingkat strata tajuk tanaman
Kerapatan tajuk pada setiap tingkat strata tajuk tanaman
Kandungan serasah pada berbagai tingkat strata tajuk tanaman
Presentasi tutupan serasah pada berbagai tingkat strata tajuk tanaman
Kadar air serasah pada berbagai tingkat strata tajuk tanaman
Kandungan bahan organik pada berbagai tingkat strata tajuk tanaman
Bobot isi pada berbagai tingkat strata tajuk tanaman
Bobot jenis partikel, porositas total, dan kadar air di berbagai pF pada
berbagai tingkat strata tajuk tanaman
Kadar air kapasitas lapang dan pori drainase pada berbagai tingkat strata
tajuk tanaman
Tahanan penetrasi dan kadar air tanah pada berbagai tingkat strata tajuk
tanaman
Tahanan penetrasi dan kadar air tanah pada kontrol
Tahanan penetrasi dan kadar air tanah pada tajuk 1 strata
Tahanan penetrasi dan kadar air tanah pada tajuk 2 strata.
Tahanan penetrasi dan kadar air tanah pada tajuk 3 strata.

12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
18
19
19
20
20

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan lahan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
karakteristik fisik tanah. Efektivitas penggunaan lahan dalam mempengaruhi
karakteristik fisik tanah tergantung pada karakteristik tajuk tanaman. Penggunaan
lahan yang sama terutama kebun campuran dapat memiliki karakteristik tajuk
tanaman yang berbeda-beda, sehingga karakteristik tanah dibawahnya dapat
berbeda-beda.
Pengaruh tajuk tanaman terhadap sifat fisik tanah dapat terjadi melalui
beberapa mekanisme diantaranya intersepsi energi hujan dan aliran permukaan.
Air hujan yang jatuh pada lahan atau kawasan yang memiliki tajuk tanaman akan
mengalami hambatan tajuk sebelum mencapai permukaan tanah dan menjadi
aliran permukaan, sehingga energi hujan pada saat mencapai permukaan tanah
menjadi lebih berkurang. Air hujan mencapai permukaan tanah melalui beberapa
proses yaitu aliran batang dan lolos tajuk (Asdak 2002).
Kemampuan tajuk tanaman untuk menahan air sebagai air intersepsi
ditunjukkan oleh jumlah air hujan yang diintersepsi, dinamai simpanan intersepsi
ditentukan oleh karakteristik tajuk tanaman. Karakteristik tajuk tanaman yang
mempunyai strata lebih banyak (multistrata) dan lebih rapat akan lebih efektif dari
pada strata tunggal (monostrata) dalam mengurangi energi hujan dan aliran
permukaan. Multistrata menyebabkan sistem ini menyerupai hutan dimana hanya
sebagian kecil saja air hujan yang langsung menerpa permukaan tanah.
Kebanyakan air hujan terlebih dahulu jatuh ke daun tanaman sebelum mencapai
tanah sehingga daya jatuh (energi potensial) sudah sangat berkurang (Agus et al.
2002). Oleh karena itu tanah di bawah tajuk multistrata lebih terlindungi
dibandingkan tanah di bawah tajuk monostrata.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dilakukan
penelitian untuk melihat pengaruh karakteristik tajuk tanaman terhadap sifat fisik
tanah seperti retensi air, bobot isi, dan tahanan penetrasi tanah pada penggunaan
lahan yang sama yaitu kebun campuran. Indikator karakteristik fisik tanah yang
buruk diantaranya (1) penurunan daya tanah menahan air atau retensi air, (2)
penurunan kualitas bobot isi yang menunjukkan kepadatan tanah, dan (3) tahanan
penetrasi tanah.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan
kemampuan retensi air dan tahanan penetrasi tanah pada berbagai tingkat strata
tajuk tanaman.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup analisis sifat-sifat fisik tanah pada
berbagai tingkat strata tajuk tanaman. Perbedaan sifat fisik tanah dilihat

2
berdasarkan tekstur, bahan organik, bobot isi, bobot jenis partikel, porositas total,
kadar air di berbagai pF, dan tahanan penetrasi tanah.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai bulan Mei 2015 di Kebun
Percobaan Cikabayan Institut Pertanian Bogor, Dramaga. Penetapan sifat fisik
tanah dilaksanakan di Laboratorium Konservasi Tanah dan Air, Departemen Ilmu
tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah contoh tanah agregat utuh dan contoh tanah
terganggu pada setiap karakteristik tajuk tanaman, serta bahan kimia untuk
analisis laboratorium. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah ring
sampler, penetrometer, pisau, cangkul, cutter, garpu, golok, aluminium foil,
timbangan digital, Pressure Membrane Apparatus, cawan, gelas ukur, penggaris,
densiometer, bambu 6 m, penggaris, benang, dan pita.
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di tanah latosol Dramaga pada kelas lereng yang
sama (0-3%) dengan penggunaan lahan yang sama yaitu kebun campuran. Pada
satu areal kebun campuran di tetapkan 4 lokasi dengan kondisi karakteristik tajuk
tanaman yang berbeda yaitu kontrol (tidak terdapat strata tanaman), tajuk 1 strata
(terdapat 1 strata tanaman dengan tinggi tajuk 1.2-2 m), tajuk 2 strata (terdapat 2
strata tanaman dengan tinggi tajuk strata 1 2.4-3.4 m dan strata 2 4.9-5.7) dan
tajuk 3 strata (terdapat 3 strata tanaman dengan tinggi tajuk strata 1 1-3.2 m, strata
2 4.8-5.7 m dan strata 3 >6 m). Pada 4 lokasi tersebut kemudian ditetapkan 3
tempat (subareal) sebagai ulangan. Pada setiap subareal dilakukan pengukuran
langsung dan pengambilan contoh tanah untuk diukur di laboratorium
(pengukuran tidak langsung) serta pengukuran kerapatan tajuk tanaman, tinggi
tajuk tanaman dan serasah.
Pengukuran kerapatan tajuk dengan menggunakan alat densiometer.
Prinsip alat densiometer adalah menghitung kotak atau grid yang tertutup atau
terbuka tajuk tanaman dengan bantuan sinar matahari yang telah diletakkan di
bawah tajuk. Densiometer memiliki 25 kotak atau grid, nilai satu grid yaitu 0-4
dengan 0(0x25) – 100(4x25). Pengukuran tinggi tajuk tanaman dilakukan dengan
menggunakan bambu 6 m. Bambu di tegakkan di samping pohon yang akan
dijadikan sampel. Tinggi tanaman dikelaskan sesuai dengan kriteria Moss dan
Green (1987) dalam Arsyad (2010). Disamping itu dilakukan juga pengukuran
tutupan serasah dan berat serasah. Pengukuran tutupan serasah dilakukan dengan
membuat kotak berukuran 1m x 1m didalamnya terdapat 100 simpul tali. Persen
penutupan serasah diukur dengan menghitung jumlah simpul tali yang terhimpit
dengan serasah. Pengukuran berat serasah dilakukan dengan mengumpulkan

3
serasah pada suatu areal dengan luas 1m2, kemudian menimbang dan mengukur
kadar air serasah.
Pengambilan contoh tanah setiap lokasi dilakukan pada kedalaman 0-20
cm. Jenis contoh tanah yang diambil terdiri dari contoh tanah agregat utuh dan
contoh tanah terganggu. Contoh tanah diambil tepat di bawah tajuk tanaman
seperti yang ditampilkan pada Lampiran 1. Analisis sifat-sifat fisik tanah yang
diteliti di laboratorium dilakukan dengan menggunakan metode seperti yang
ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Parameter pengamatan dan metode analisis
Parameter Sifat Fisik Tanah
C-Organik
Tekstur
Bobot Isi
Bobot Jenis Partikel
Retensi Air

Metode Analisis
Walkley & Black
Hidrometer
Clod
Koreksi Bahan Organik
Pleassure Membrane Aparatus

Sifat fisik tanah yang diukur langsung dilapang adalah tahanan penetrasi
tanah. Pengukuran tahanan penetrasi tanah dilakukan dengan menggunakan
penetrometer saku. Pada setiap subareal yang telah ditentukan, dibuat lubang kecil
dengan luas ½ m x ½ m dan kedalaman 40 cm. Pengukuran dilakukan pada salah
satu bidang dengan kedalaman 0-10 cm, 10-20 cm, 20-30 cm, dan 30-40 cm. Pada
setiap kedalaman dilakukan pengukuran 10 kali tusukan, nilai yang diperoleh dari
10 kali tusukan kemudian dirata-ratakan untuk mendapatkan nilai penetrasi tanah
setiap kedalaman. Pengukuran penetrasi tanah dilakukan selama 3 hari berturutturut tanpa kejadian hujan setelah kejadian hujan. Pada saat pengukuran penetrasi
tanah, diambil juga contoh tanah menggunakan aluminium foil untuk diukur kadar
air lapang di laboratorium.
Analisis Data
Data-data yang didapatkan dari hasil pengamatan di lapangan maupun
analisis di laboratorium diolah dengan menggunakan Microsoft Office Excell dan
selanjutnya dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kebun percobaan Cikabayan adalah salah satu kebun percobaan yang
dikembangkan oleh Institut Pertanian Bogor sebagai pusat penelitian dan
penanaman berbagai jenis tumbuhan, tanaman hortikultura, serta tanaman pangan.
Salah satu program yang dikembangkan adalah Integrated Farming System
(Sistem Pertanian Terpadu). Kebun percobaan Cikabayan memiliki luas 50 ha dari
total luas lahan Institut Pertanian Bogor 250 ha. Kebun percobaan Cikabayan
memiliki jenis tanah yang didominasi oleh tanah Latosol yang memiliki ciri fisik

4
utama, seperti warna coklat kemerahan, tekstur klei, memiliki solum dalam (>100
cm) dan struktur remah (Sofyan 2011) .
Lokasi penelitian terletak pada koordinat 06º38’07.35” LS dan
106º38’01.39” BT. Lahan ini sudah diperuntukkan untuk tanaman tahunan sejak
tahun 1990. Pengolahan tanah pada lahan ini berupa pemangkasan ranting,
pembersihan rumput, dan pemberian pupuk. Pengolahan tanah pada lahan ini
dilakukan pada setiap awal semester perkuliahan, kecuali pembersihan rumput
yang dilakukan setiap hari oleh para petani pencari rumput untuk makanan ternak
tetapi tidak ditempat yang sama. Setiap tahun lahan ini digunakan sebagai tempat
penelitian dan praktikum.

Gambar 1 Karakteristik tingkat strata tajuk tanaman (a) Kontrol;
(b) tajuk 1 strata ; (c) tajuk 2 strata ; (d) tajuk 3 Strata
Gambar 1 menunjukkan berbagai karakteristik tajuk tanaman. Tajuk 1 strata
terdiri dari pohon kopi, sedangkan tajuk 2 strata terdiri dari pohon kakao, dan
gamal. Tajuk 3 Strata terdiri dari pohon kopi, kakao, gamal, karet dan jeruk.
Secara umum kondisi bawah tajuk pada setiap tingkat strata memiliki penutup
tanah berupa rumput yang bersifat tidak permanen. Setiap strata memiliki tinggi
tajuk yang berbeda-beda. Kontrol tidak memiliki tajuk tanaman, tajuk 1 strata
memiliki 1 strata tanaman dengan tinggi tajuk 1.2-2 m, tajuk 2 strata memiliki 2
strata tanaman dengan tinggi tajuk strata 1 2.4-3.4 m dan strata 2 4.9-5.7 dan tajuk

5
3 strata memiliki 3 strata tanaman dengan tinggi tajuk strata 1 1-3.2 m, strata 2
4.8-5.7 m dan strata 3 >6 m. Moss dan Green (1987) dalam Arsyad (2010)
mengemukakan bahwa tinggi tajuk tanaman lebih dari 6 meter tidak
mempengaruhi status energi pukulan butir hujan yang terjadi, sedangkan tinggi
tajuk tanaman kurang dari 6 meter akan mempengaruhi energi pukulan butir hujan
terhadap tanah sehingga tanah mengalami kerusakan yang lebih sedikit.
Berdasarkan karakteristik tingkat tajuk tanaman, kerapatan tajuk paling
tinggi terdapat pada tajuk 3 strata yang memiliki jumlah vegetasi lebih banyak
dibandingkan yang lain sehingga tutupan tajuk lebih beragam atau banyak yang
diikuti oleh tajuk 2 strata, tajuk 1 strata, dan kontrol sedangkan nilai bobot serasah
dan tutupan serasah lebih tinggi terdapat pada tajuk 2 strata ditunjukkan pada
Tabel 2. Hal ini disebabkan pada beberapa hari sebelum pengambilan contoh
tanah kondisi lahan telah mengalami pembersihan serasah dan rumput pada tanah
yang ditanami pohon kopi.
Tabel 2 Kerapatan tajuk, bobot serasah dan tutupan serasah pada berbagai
tingkat strata tajuk tanaman
% Kerapatan
Tajuk
Kontrol
Tajuk 1 Strata
60.67
Tajuk 2 Strata
82.00
Tajuk 3 Strata
84.33
Keterangan : (-) tidak terdapat serasah
Tingkat Strata Tajuk

Serasah (g/m2)
54.46
389.05
152.23

% Tutupan
Serasah
37.00
98.33
46.33

Sifat Fisik Tanah
Bobot Isi dan Porositas Total
Bobot isi adalah rasio antara massa tanah kering terhadap volume tanah
(padatan dan ruang pori), sedangkan porositas total tanah merupakan bagian yang
tidak terisi bahan padatan tanah tetapi terisi oleh air dan udara (Hillel 1997;
Soepardi 1983; Hakim et al. 1986; Hardjowigeno 2007; Rachman et al. 2013).
Bobot isi dan porositas total tanah pada berbagai tingkat strata tajuk tanaman
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Bobot isi, porositas total dan bahan organik pada berbagai tingkat
strata tajuk tanaman
Tingkat Strata
Bobot Isi
Porositas Total Bahan Organik
Tajuk
(g/cm3)
(%)
(%)
Kontrol
0.96
62.53
3.81
Tajuk 1 Strata
0.91
64.46
4.19
Tajuk 2 Strata
0.93
63.84
4.15
Tajuk 3 Strata
0.86
66.19
4.70
Secara umum tanah di bawah tajuk tanaman (tajuk 1 strata, tajuk 2 strata,
dan tajuk 3 strata) memiliki nilai bobot isi tanah lebih rendah dan porositas total

6
tanah lebih tinggi dibandingkan tanah tanpa tajuk tanaman (kontrol). Hal ini
dikarenakan tanah di bawah tajuk tanaman memiliki perlindungan yang
mengakibatkan efek pukulan butir hujan menjadi kecil, sehingga kerusakan tanah
yang terjadi menjadi lebih kecil. Disamping itu secara umum kadar bahan organik
pada tanah di bawah tajuk tanaman lebih tinggi dibandingkan tanah tanpa tajuk
tanaman. Bahan organik tanah berperan penting dalam proses pembentukan
struktur tanah (Kay and Angers dalam Sumner 2000). Semakin tinggi kadar bahan
organik tanah semakin baik struktur tanah, sehingga bobot isi tanah semakin
rendah dan porositas total tanah semakin tinggi.
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai bobot isi dan porositas total tanah
berbeda untuk setiap karakteristik tajuk tanaman yang berbeda. Bobot isi tanah di
bawah tajuk 3 strata atau multistrata lebih rendah dan porositas total tanah di
bawah tajuk 3 strata atau multistrata lebih tinggi dibandingkan tanah di bawah
tajuk 1 strata maupun tajuk 2 strata. Hal ini berkaitan dengan kadar bahan organik
tanah, tanah di bawah tajuk 3 strata memiliki kadar bahan organik tanah lebih
tinggi dibandingkan yang lain. Bahan organik merupakan salah satu agen yang
berperan dan mempengaruhi proses agregasi atau pembentukan struktur tanah.
Bahan organik tanah membantu dalam pembentukan agregat tanah dengan
membentuk granul-granul dan memperbesar volume maupun pori-pori tanah yang
ada, sehingga menurunkan bobot isi tanah dan porositas tanah menjadi tinggi
(Sofyan 2011).
Tajuk 3 strata memiliki jumlah strata tajuk lebih banyak dengan variasi jenis
tanaman yang lebih tinggi. Hal ini mengakibatkan jenis serasah yang dihasilkan
menjadi lebih banyak dan laju dekomposisi lebih beragam. Namun demikian pada
penelitian ini serasah terbanyak justru dijumpai pada lokasi tajuk 2 strata. Hal ini
karena lokasi tajuk 2 strata memiliki jenis tanaman yang mendominasi yaitu kakao.
Tanaman kakao memiliki daun yang lebih lebar dibandingkan daun kopi. Menurut
Lukito et al. (2010) daun pada kakao mempunyai daging daun tebal, lebar, dan
kuat. Hal tersebut menyebabkan laju dekomposisi daun kakao membutuhkan
waktu yang lebih lama, sehingga serasah yang dihasilkan menjadi lambat tersedia
sebagai tambahan bahan organik tanah.
Kemampuan Retensi Air Tanah
Retensi air tanah yang diekspresikan dalam bentuk kurva hubungan antara
kadar air tanah dengan hisapan matriks disajikan pada Gambar 2.

pF

4.2
4
3

Kontrol

2.54
2

1 Strata

1

3 Strata

0
30.00

2 Strata

40.00

50.00

60.00

70.00

Kadar Air (%)

Gambar 2 Kurva pF berdasarkan tingkat strata tajuk tanaman.

7
Secara umum pada semua tingkat strata tajuk tanaman memiliki
kemampuan menahan air yang baik dikarenakan tekstur tanah yang digunakan
adalah klei. Air di dalam tanah berada dalam rongga pori, maka sifat tanah yang
mempengaruhi rongga pori akan berpengaruh terhadap kurva pF. Hal ini berarti
kurva pF tanah dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah. Kadar air pada tanah
tekstur klei lebih tinggi dibandingkan tanah lempung dan pasir (Islami dan Utomo
1995). Gambar 2 menunjukkan bahwa tanah di bawah tutupan tajuk (tajuk 1 strata,
tajuk 2 strata, dan tajuk 3 strata) mempunyai kemampuan retensi air tanah lebih
tinggi dibandingkan tanah tanpa tajuk tanaman (kontrol). Hal ini ditunjukkan oleh
nilai kadar air tanah di bawah tutupan tajuk yang selalu lebih besar pada semua
nilai pF dibandingkan tanah tanpa tajuk tanaman. Tanah di bawah tajuk tanaman
lebih terlindungi, energi pukulan butir hujan tidak merusak tanah akibat adanya
tajuk tanaman yang membuat air hujan mengalami intersepsi terlebih dahulu.
Dengan demikian struktur tanah tidak mengalami kerusakan. Adanya tajuk
vegetasi atau tanaman pada suatu lahan dapat meningkatkan kadar air kapasitas
lapang maupun kadar air maksimum yang terikat atau teretensi oleh tanah (Hakim
et al. 1986).
Gambar 2 juga menunjukkan bahwa tanah di bawah tajuk 3 strata atau
multistrata memiliki kemampuan retensi air tanah lebih baik dibandingkan tanah
di bawah tajuk 1 strata dan tajuk 2 strata, ditunjukkan dengan nilai kadar air yang
selalu lebih besar pada semua nilai pF. Hal ini dikarenakan pada multistrata
memiliki efek penutupan tanah yang lebih baik dan jenis tanaman yang beragam
dapat menghasilkan jenis serasah yang lebih beragam. Selain itu tanah di bawah
tajuk 3 strata atau multistrata mempunyai kadar bahan organik tanah lebih tinggi.
Bahan organik tanah merupakan bahan yang sangat mudah menyerap air dan
memiliki kemampuan menyimpan air yang baik (Bauer dan Black 1992; Dao
1993 dalam Murtilaksono dan Wahjunie 2004). Menurut Sudaryono (2001) bahwa
bahan organik tanah juga membuat struktur tanah lebih baik. Bahan organik tanah
berfungsi dalam pembentukan dan pemantapan agregat- agregat tanah yang
selanjutnya dapat meningkatkan kapasitas mengikat air.
Tajuk 3 strata atau multistrata juga memiliki naungan atau tajuk pohon yang
lebih banyak dengan ketinggian setiap strata yang beragam dibandingkan yang
lain, sehingga air hujan mengalami intersepsi terlebih dahulu yang mengakibatkan
energi pukulan butir hujan menjadi lebih rendah dan keadaan struktur tanah tetap
baik. Menurut Arsyad (2010) bahwa tajuk tanaman berperan dalam meredam
energi butir-butir hujan sehingga pada saat air hujan sampai permukaan tanah
kekuatan perusaknya telah berkurang dan menjadi lebih kecil. Semakin rendah
tinggi tajuk juga dapat mengurangi kerusakan agregat-agregat tanah. Tanah di
bawah tajuk 2 strata memiliki kemampuan tanah memegang air lebih baik dari
pada tanah di bawah tajuk 1 strata, hal ini dikarenakan tajuk tanaman yang lebih
rapat dan lindungan serasah yang sangat banyak membuat kondisi tanah pada
tajuk 2 strata menjadi lebih baik dibandingkan tanah tajuk 1 strata.

8
Pori Drainase
Pori drainase di berbagai tingkat strata tajuk tanaman disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Kadar air kapasitas lapang dan pori drainase pada berbagai tingkat
strata tajuk tanaman
Tingkat Strata
Tajuk

Kapasitas
Lapang

Kontrol
Tajuk 1 Strata
Tajuk 2 Strata
Tahuk 3 Strata

42.86
44.06
46.02
50.39

Pori
Drainase
Sangat
Cepat
12.84
10.01
10.15
10.86

Pori
Drainase
Cepat
4.27
4.46
4.09
2.58

Pori
Pori
Drainase
Drainase
Lambat
6.36
2.47
3.99
7.98

26.03
22.87
21.82
23.78

Pori drainase dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu (1) Pori
Drainase Sangat Cepat (PDSC) adalah pori yang berukuran ≥ 300 μm dan akan
kosong (tidak mengandung air) pada tekanan 10 cm (pF 1), (2) Pori Drainase
Cepat (PDC) adalah pori yang berukuran antara 300-30 μm dan akan kosong
antara tekanan 10 cm (pF 1) dan tekanan 100 cm (pF 2), dan (3) Pori Drainase
Lambat (PDL) adalah pori yang berukuran antara 30-9 μm dan akan kosong pada
tekanan 100 cm (pF 2) dan tekanan sekitar 1/3 atmosfer atau 330 cm (pF 2.54)
(Sitorus et al 1981).
Tabel 4 menunjukkan nilai pori drainase pada berbagai tingkat strata tajuk
tanaman. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa secara umum semua tingkat
strata tajuk memiliki distribusi ukuran pori tertinggi terdapat pada pori drainase
sangat cepat. Hal ini disebabkan oleh kondisi lahan yang memiliki tutupan
vegetasi lebih baik dengan perakaran yang banyak sehingga terbentuk pori-pori
yang baik. Hasil pengukuran juga menunjukkan nilai pori drainase pada kontrol
lebih tinggi dibandingkan yang lain, sedangkan kontrol hanya memiliki tutupan
tajuk berupa rumput tidak seperti tajuk 3 strata, tajuk 2 strata dan tajuk 1 strata.
Hal ini disebabkan oleh contoh tanah yang digunakan merupakan contoh tanah
agregat utuh yang banyak mengandung akar-akar. Kontrol memiliki perakaran
yang lebih halus karena berupa rumput, sedangkan tajuk 1 strata, tajuk 2 strata,
dan tajuk 3 strata memiliki perakaran yang lebih keras berupa akar kayu.
Perakaran yang halus pada kontrol dapat mengalami pelapukan lebih cepat
dibandingkan perakaran yang lebih keras seperti pada tajuk 1 strata, tajuk 2 strata,
dan tajuk 3 strata, sehingga bekas akar pada kontrol tersebut membentuk pori
drainase yang lebih cepat dibandingkan bekas akar pada tajuk 1 strata, tajuk 2
strata, maupun tajuk 3 strata.
Tahanan Penetrasi Tanah
Tahanan penetrasi dipengaruhi oleh beberapa sifat fisik tanah seperti kadar
air, struktur tanah, indeks plastisitas, adhesi, atau kombinasinya (Davidson 1965).
Pengaruh berbagai tingkat strata tajuk tanaman terhadap nilai tahanan penetrasi
tanah disajikan pada Gambar 3.

9

Gambar 3 Tahanan penetrasi tanah pada berbagai kedalaman di beberapa tingkat
strata tajuk tanaman
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa secara umum tahanan penetrasi
tanah pada berbagai tingkat strata tajuk tanaman untuk lapisan atas (kedalaman 010 dan 10-20 cm) memiliki nilai lebih rendah dibandingkan lapisan bawah
(kedalaman 20-30 dan 30-40 cm). Hal ini disebabkan oleh kadar bahan organik
yang semakin dalam mengalami penurunan. Menurut Hardjowigeno (2007) tanah
yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-tanah lapisan
atas atau top soil. Semakin ke lapisan bawah tanah maka kandungan bahan
organik tanah semakin berkurang. Oleh karena itu, kadar bahan organik lapisan
atas sangat penting untuk dipertahankan.
Semakin lama tidak terjadi hujan nilai tahanan penetrasi tanah semakin
meningkat pada semua perlakuan dan kedalaman tanah. Hal ini dikarenakan
kadar air tanah yang menurun dari hari pertama hingga hari ketiga setelah
kejadian hujan menyebabkan tanah menjadi lebih kering dan keras sehingga
tahanan penetrasi tanah meningkat (Lampiran 13). Tanah dengan kadar air yang
rendah menyebabkan ikatan kohesinya menjadi tinggi. Akibatnya tanah sulit
ditembus dan nilai tahanan penetrasi tanah menjadi tinggi. Hasil penelitian
Vepraskas (1984) memperlihatkan ketika kandungan air tanah meningkat maka
nilai tahanan penetrasi tanah menurun, dan sebaliknya. Penurunan kadar air dari
hari pertama hingga hari ketiga setelah kejadian hujan dapat disebabkan oleh
adanya penguapan dan air bebas (drainase dan gravitasi). Penguapan air dapat
dibedakan ke dalam penguapan internal dan penguapan eksternal. Penguapan

10
ekternal terjadi pada permukaan tanah (evaporasi) dan penguapan internal terjadi
dalam pori tanah. Adapun air bebas merupakan proses drainase dan pergerakan air
oleh gravitasi, air bebas mudah bergerak dan cepat hilang karena pengaruh
gravitasi (Hakim et al. 1986).
Berdasarkan Gambar 3 tanah di bawah tajuk tanaman (tajuk 1 strata, tajuk 2
strata, dan tajuk 3 strata) memiliki nilai tahanan penetrasi tanah yang lebih rendah
dibandingkan tanah tanpa tajuk tanaman (kontrol). Hal ini dikarenakan tanah di
bawah tajuk tanaman memiliki tutupan tajuk dan serasah yang dapat mengurangi
penguapan air pada tanah. Gambar 3 juga menunjukkan pada setiap karakteristik
tajuk tanaman nilai tahanan penetrasi tanah paling rendah yaitu tanah di bawah
tajuk 3 strata atau multistrata diikuti oleh tanah di bawah tajuk 2 strata, dan tajuk
1 strata. Hal ini dapat dikaitkan dengan rendahnya bobot isi tanah pada tanah di
bawah tajuk 3 strata dibandingkan yang lain membuat struktur tanah menjadi
remah akibat bahan organik tanah yang tinggi, sehingga membuat nilai tahanan
penetrasi tanah menjadi lebih rendah. Tahanan penetrasi tanah pada tanah di
bawah tajuk 2 strata lebih rendah dibandingkan tanah di bawah tajuk 1 strata. Hal
ini disebabkan oleh serasah yang lebih banyak dan tajuk yang lebih rapat pada
tajuk 2 strata membuat penguapan air tanah lebih sedikit.
Tanah dibawah tajuk 1 strata memiliki kurva tahanan penetrasi berbeda
dengan yang lain, ditunjukkan dengan adanya kondisi yang mengalami kenaikan
yang tinggi pada hari kedua setelah kejadian hujan. Hal ini disebabkan karena
pada saat dilaksanakan pengukuran tahanan penetrasi tanah di bawah tajuk 1 strata
tidak memiliki tanaman penutup tanah dasar (basal cover) dan serasah, sehingga
respon perubahan kadar air tanah terhadap tahanan penetrasi tanah menjadi lebih
tinggi.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Karakteristik tajuk tanaman pada penggunaan lahan yang sama membuat
karakteristik fisik tanah berbeda-beda. Secara umum tanah yang memiliki tutupan
tajuk mempunyai karakteristik fisik tanah seperti bobot isi rendah, retensi air
tinggi, dan tahanan penetrasi rendah dibandingkan tanah tanpa tajuk tanaman.
Karakteristik tajuk tanaman yang memiliki tajuk 3 strata atau multistrata
membuat tanah memiliki nilai porositas total dan retensi air lebih tinggi
dibandingkan tajuk 1 strata dan tajuk 2 strata. Sementara itu, nilai bobot isi dan
tahanan penetrasi tanah lebih rendah. Adanya jumlah tajuk tanaman yang beragam
membuat tajuk 3 strata atau multistrata dengan ketinggian tajuk yang beragam
dapat melakukan intersepsi lebih baik sehingga energi pukulan butir hujan
terhadap tanah menjadi lebih rendah dan sifat fisik tanah tidak mengalami
kerusakan.

11
Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah penutupan tanah
sangat penting untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Multistrata sangat baik
digunakan pada lahan karena membantu intersepsi air hujan sehingga air yang
jatuh pada tanah tidak membuat kondisi fisik tanah menjadi rusak.

DAFTAR PUSTAKA
F, Gintings AN, Noordwijk MV. 2002. Pilihan Teknologi
Agroforstri/Konservasi tanah untuk Area l Pertanian Berbasis Kopi di
Sumberjaya, Lampung Barat. Bogor (ID): ICRAF.
Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Press.
Asdak C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Davidson DT. 1965. Penetrometer measurement. pp. 472-483. In C. A. Black. &.
Methods of Soil Analysis. Part I. Monograph 9. Am. Soc.Agron. Inc.
Madison.
Hakim N, Nyakpa MY, Nugroho SG, Saul MR, Diha MA, Go Ban Hong, Bailey.
1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Palembang (ID): UNSRI Palembang
Press.
Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.
Hillel D. 1997. Pengantar Fisika Tanah. Susanto RH, Purnomo RH, Penerjemah.
Mitra Gama Widya. Penerjemah dari: Introduction to Soil Physics.
Islami T, Utomo WH. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Semarang (ID):
IKIP Semarang Press.
Lukito MY, Mulyono, Tetty Y, Iswanto H, dan Riawan N. (2010). Budidaya
Kakao. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka.
Murtilaksono K dan Wahjunie ED. 2004. Hubungan ketersediaan air tanah dan
sifat-sifat dasar fisika tanah. J Tanah dan Lingk 6(2): 46-50.
Rachman LM, Wahjunie ED, Brata KR, Purwakusuma, dan Murtilaksono K. 2013.
Fisika Tanah Dasar. Bogor (ID): IPB Press.
Sitorus SRP, Haridjaja O, dan Brata KR. 1981. Penuntun Praktikum Fisika Tanah.
Bogor (ID): Departemen Ilmu-Ilmu Tanah, Faperta IPB.
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): IPB Press.
Sofyan M. 2011. Pengaruh Pengolahan Tanah Konservasi Terhadap Sifat Fisik
dan Hidrologi Tanah (Studi Kasus di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). Skripsi. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Sudaryono. 2001. Pengaruh Pemberian Bahan Pengkondisi Tanah Terhadap Sifat
Fisik dan Kimia Tanah Pada Lahan Marginal Berpasir. J Teknologi Lingk
2(1): 106-112.
Sumner ME. 2000. Soil Sience. New York : CLC press.
Vepraskas MJ. 1984. Cone index of loamy sands as influenced by pore size
distribution and effective stress. Soil Sci. Soc. Am. J. 48:1220-1225.
Agus

12

13

LAMPIRAN

14

15

Lampiran 1 Penetapan titik contoh tanah pada Kontrol (1a); Tajuk 1 Strata (1b);
Tajuk 2 strata (1c); Tajuk 3 Strata (1d).
Lampiran 2 Tekstur tanah pada berbagai tingkat strata tajuk tanaman
Tingkat Strata Tajuk
Kontrol
Tajuk 1 Strata
Tajuk 2 Strata
Tajuk 3 Strata

Tekstur
Klei
Klei
Klei
Klei

16
Lampiran 3 Tinggi tajuk bawah pada berbagai tingkat strata tajuk tanaman
Tinggi Tajuk Tanaman Ke (m)
1
2
3
1
Kontrol
2
3
1
2
Tajuk 1 Strata
2
2
3
1.2
1
3.4
5.1
Tajuk 2 Strata
2
2.7
5.7
3
2.4
4.9
1
1.8
5.3
>6
Tajuk 3 Strata
2
3.2
5.7
>6
3
2
4.8
>6
Keterangan : (-) tidak terdapat pohon.
Tingkat Strata Tajuk

Ulangan

Lampiran 4 Kerapatan tajuk pada setiap tingkat strata tajuk tanaman
Tingkat Strata Tajuk

Ulangan % kerapatan tajuk
1
Kontrol
2
3
70
1
Tajuk 1 Strata
59
2
53
3
85
1
Tajuk 2 Strata
80
2
81
3
82
1
Tajuk 3 Strata
83
2
88
3
Keterangan : (-) tidak terdapat pohon.

Rata-rata
-

60.67

82.00

84.33

17
Lampiran 5 Kandungan serasah pada berbagai tingkat strata tajuk tanaman
Ulangan Serasah (g/m2)
1
Kontrol
2
3
1
30.48
Tajuk 1 Strata
2
76.98
3
55.91
1
252.01
Tajuk 2 Strata
2
255.97
3
659.16
1
242.76
Tajuk 3 Strata
2
111.71
3
102.23
Keterangan : (-) tidak terdapat serasah.
Tingkat Strata Tajuk

Rata-Rata
-

54.46

389.05

152.23

Lampiran 6 Presentasi tutupan serasah pada berbagai tingkat strata tajuk tanaman
Tingkat Strata Tajuk

Ulangan % Tutupan Serasah
1
Kontrol
2
3
1
43
Tajuk 1 Strata
2
26
3
21
1
95
Tajuk 2 Strata
2
100
3
100
1
67
Tajuk 3 Strata
2
11
3
61
Keterangan : (-) tidak terdapat serasah.

Rata-Rata
-

30.00

98.33

46.33

18
Lampiran 7 Kadar air serasah pada berbagai tingkat strata tajuk tanaman
Tingkat Strata Tajuk

Ulangan Kadar Air Serasah (%)
1
Kontrol
2
3
1
96.48
Tajuk 1 Strata
2
14.71
3
19.41
1
19.41
Tajuk 2 Strata
2
28.85
3
29.63
1
29.58
Tajuk 3 Strata
2
31.83
3
16.74
Keterangan : (-) tidak terdapat serasah.

Rata-rata
-

43.53

25.97

26.05

Lampiran 8 Kandungan bahan organik pada berbagai tingkat strata tajuk
tanaman
Tingkat Strata Tajuk
Kontrol

Tajuk 1 Strata

Tajuk 2 Strata

Tajuk 3 Strata

Ulangan
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

Bahan Organik (%)
3.96
4.16
3.33
4.55
3.29
4.73
3.59
4.23
4.63
4.08
5.08
4.95

Rata-rata
3.81

4.19

4.15

4.70

19
Lampiran 9 Bobot isi pada berbagai tingkat strata tajuk tanaman
Tingkat Strata Tajuk
Kontrol

Tajuk 1 Strata

Tajuk 2 Strata

Tajuk 3 Strata

Ulangan
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

Bobot Isi (g/cm3)
1.05
0.95
0.89
0.89
0.92
0.93
0.95
0.94
0.89
0.83
0.97
0.79

Rata-rata
0.96

0.91

0.93

0.86

Lampiran 10 Bobot jenis partikel, porositas total, dan kadar air di berbagai pF pada
berbagai tingkat strata tajuk tanaman
Tingkat Strata
Tajuk
Kontrol

Tajuk 1 Strata

Tajuk 2 Strata

Tajuk 3 Strata

Ulangan
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

Bobot Jenis
Porositas
Partikel (g/cm3) Total (%-v)
2.57
2.57
2.58
2.56
2.58
2.56
2.58
2.57
2.56
2.57
2.55
2.55

59.23
62.89
65.47
65.18
64.53
63.66
63.06
63.47
65.01
67.54
61.94
69.09

Kadar Air (%-v) pada pF
1
2
2.54
4.2
49.23 47.24 43.13 35.78
51.10 46.54 45.02 36.50
48.73 42.47 40.44 37.22
57.52 53.69 44.82 41.74
52.81 50.88 43.03 42.51
53.02 45.41 44.33 40.52
51.41 46.59 44.16 41.23
57.53 53.35 50.55 44.49
52.14 48.89 43.35 40.35
58.72 56.46 52.54 41.94
53.26 50.91 47.89 41.82
54.01 50.90 50.73 43.47

20
Lampiran 11 Kadar air kapasitas lapang dan pori drainase pada berbagai tingkat strata
tajuk tanaman
Tingkat Strata Tajuk

Ulangan

KAKL

1
43.13
Kontrol
2
45.02
3
40.44
1
44.82
Tajuk 1 Strata
2
43.03
3
44.33
1
44.16
Tajuk 2 Strata
2
50.55
3
43.35
1
52.54
Tajuk 3 Strata
2
47.89
3
50.73
Keterangan : KAKL = Kadar Air Kapasitas Lapang
PDSC = Pori Drainase Sangat Cepat
PDC
= Pori Drainase Cepat
PDL
= Pori Drainase Lambat
PD
= Pori Drainase

Pori Drainase
PDSC
PDC
PDL
9.99
1.99
7.34
11.79
4.55
8.52
16.73
6.26
3.23
7.66
3.84
3.08
11.73
1.92
0.53
10.64
7.61
3.80
11.65
4.82
2.93
5.93
4.19
6.05
12.87
3.25
3.00
8.82
2.26
10.59
8.68
2.36
6.08
15.08
3.11
7.26

PD
23.44
26.39
28.25
23.44
22.03
23.13
21.83
18.97
24.66
25.60
20.12
25.62

21
Lampiran 12 Tahanan penetrasi dan kadar air tanah pada berbagai tingkat strata tajuk
tanaman
Tingkat Strata
Tajuk

Kontrol

H+1
Kedalaman
0-10
10-20
20-30

TP
KA
(kg/cm2) (%)
1.09
45.51
1.88
46.40
2.53
45.51

H+2
TP
(kg/cm2)
1.53
2.43
2.67

H+3
KA
TP
(%) (kg/cm2)
43.86
1.71
43.97
2.64
46.59
2.88

30-40
2.72
48.81
2.78
49.33
0-10
1.03
51.98
1.18
47.63
10-20
1.75
47.60
2.13
45.29
Tajuk 1 Strata
20-30
2.43
45.90
2.68
45.23
30-40
2.59
46.20
2.69
46.01
0-10
1.20
46.36
1.35
44.17
10-20
1.52
45.23
1.98
45.87
Tajuk 2 Strata
20-30
1.85
48.74
2.22
47.60
30-40
2.39
48.44
2.52
48.57
0-10
0.61
54.65
0.78
51.93
10-20
1.22
49.12
1.73
48.57
Tajuk 3 Strata
20-30
1.75
47.54
2.13
45.97
30-40
1.63
49.18
2.05
48.11
Keterangan : H+1 artinya 1 hari setelah hujan berhenti dan seterusnya
TP = Tahanan penetrasi tanah
KA = Kadar air

2.97
2.02
2.78
3.14
3.18
1.67
2.24
2.36
2.62
1.11
1.90
2.33
2.28

KA
(%)
41.62
41.26
44.06
47.17
44.77
42.84
43.71
44.32
41.83
45.26
46.69
47.64
49.43
45.56
44.07
48.07

22
Lampiran 13 Tahanan penetrasi dan kadar air tanah pada kontrol
H+1
H+2
H+3
TP
KA
TP
KA
TP
KA
2
2
2
(kg/cm ) (%) (kg/cm ) (%) (kg/cm ) (%)
45.56
0-10
1.38
45.62
1.70
1.80
41.45
42.41
10-20
2.45
43.77
3.18
3.53
40.53
K1
45.49
20-30
3.08
42.58
3.18
3.33
42.05
48.35
30-40
3.20
45.90
3.25
3.48
46.84
0-10
1.15
43.34
1.40
43.79
1.68
41.51
10-20
1.75
45.18
1.83
43.94
1.90
41.53
K2
20-30
2.25
42.88
2.30
44.07
2.45
42.17
30-40
2.40
48.15
2.45
47.41
2.58
44.63
0-10
0.75
47.56
1.48
42.22
1.65
41.89
10-20
1.43
50.25
2.30
45.56
2.50
41.74
K3
20-30
2.28
51.06
2.53
50.21
2.88
47.95
30-40
2.55
52.37
2.65
52.24
2.85
50.05
Keterangan : H+1 artinya 1 hari setelah hujan berhenti dan seterusnya
TP = Tahanan penetrasi tanah ;
KA = Kadar air;
1,2,3 = Ulangan pada kontrol
Tingkat
Strata Tajuk

Kedalaman

Lampiran 14 Tahanan penetrasi dan kadar air tanah pada tajuk 1 strata
H+1
H+2
H+3
TP
KA
TP
KA
TP
KA
2
2
2
(kg/cm ) (%) (kg/cm ) (%) (kg/cm ) (%)
0-10
0.95
52.23
1.15
50.29
2.33
47.65
10-20
1.38
51.97
1.60
47.65
2.38
44.22
S1U1
20-30
2.03
44.59
2.38
44.10
3.00
43.51
30-40
2.30
45.44
2.43
44.60
3.10
43.17
0-10
1.00
51.81
1.23
47.20
1.70
43.48
10-20
1.70
48.43
2.25
47.09
2.63
44.57
S1U2
20-30
2.70
49.79
2.78
49.76
2.85
48.09
30-40
2.78
51.15
2.83
51.07
2.93
49.23
0-10
1.13
51.89
1.15
45.40
2.03
43.17
10-20
2.18
42.39
2.53
41.14
3.33
39.73
S1U3
20-30
2.55
43.33
2.90
41.82
3.58
39.53
30-40
2.70
42.01
2.83
42.37
3.53
40.55
Keterangan : H+1 artinya 1 hari setelah hujan berhenti dan seterusnya
TP = Tahanan penetrasi tanah ;
KA = Kadar air;
1,2,3 = Ulangan pada tajuk 1 strata.
Tingkat Strata
Kedalaman
Tajuk

23
Lampiran 15 Tahanan penetrasi dan kadar air tanah pada tajuk 2 strata.
H+1
H+2
H+3
TP
KA
TP
KA
TP
KA
2
2
2
(kg/cm ) (%) (kg/cm ) (%) (kg/cm ) (%)
0-10
0.63
49.62
0.70
46.78
1.33
43.22
10-20
0.73
47.61
1.58
47.67
1.88
45.44
S2U1
20-30
1.48
45.64
2.03
45.10
2.08
44.65
30-40
2.98
41.57
3.03
42.51
3.10
41.80
0-10
1.35
44.25
1.68
44.21
1.80
41.94
10-20
2.15
43.26
2.63
45.36
2.68
44.26
S2U2
20-30
2.18
50.20
2.65
47.39
2.78
48.11
30-40
2.20
51.17
2.48
51.67
2.50
50.10
0-10
1.63
45.22
1.68
41.51
1.88
40.32
10-20
1.68
44.83
1.73
44.59
2.18
46.09
S2U3
20-30
1.90
50.38
1.98
50.32
2.23
47.30
30-40
2.00
52.58
2.05
51.54
2.25
51.02
Keterangan : H+1 artinya 1 hari setelah hujan berhenti dan seterusnya
TP = Tahanan penetrasi tanah ;
KA = Kadar air;
1,2,3 = Ulangan pada tajuk 2 strata.
Tingkat Strata
Tajuk

Kedalaman

Lampiran 16 Tahanan penetrasi dan kadar air tanah pada tajuk 3 strata.
H+1
H+2
TP
KA
TP
KA
2
2
(kg/cm )
(%)
(kg/cm )
(%)
0-10
0.58
58.04
0.80
52.15
10-20
1.00
50.67
1.80
49.62
S3U1
20-30
1.45
47.35
2.00
47.34
30-40
1.38
49.96
2.25
51.28
0-10
0.68
54.88
0.88
52.63
10-20
1.18
47.90
1.78
45.81
S3U2
20-30
1.55
48.30
1.98
46.37
30-40
1.73
44.59
1.85
44.27
0-10
0.58
51.04
0.68
51.03
10-20
1.48
48.80
1.63
50.29
S3U3
20-30
2.25
46.99
2.40
44.19
30-40
1.78
52.99
2.05
48.78
Keterangan : H+1 artinya 1 hari setelah hujan berhenti dan seterusnya
TP = Tahanan penetrasi tanah ;
KA = Kadar air;
1,2,3 = Ulangan pada tajuk 3 strata.
Tingkat Strata
Tajuk

Kedalaman

H+3
TP
(kg/cm2)
1.15
1.95
2.08
2.43
1.23
1.95
2.05
1.90
0.95
1.80
2.88
2.50

KA
(%)
51.13
45.21
46.12
50.92
45.82
42.92
42.17
42.67
51.32
48.56
43.91
50.61

24

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 30 November 1993 dan
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ahmad Hudori
ZE (Alm) dan Ibu Tetih Heroyanti. Penulis memasuki jenjang pendidikan dasar
pada tahun 1999-2005 di SD Negeri Cibatok 2. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 1 Cibungbulang. Setelah lulus pada tahun 2008,
penulis melanjutkan pendidikan di SMA KORNITA hingga menyelesaikan
pendidikannya pada tahun 2011. Pada tahun yang sama, penulis diterima di
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan. Penulis pernah menjadi
asisten praktikum Fisika Tanah dan Biologi Tanah pada tahun ajaran 2015.
Penulis juga selama menjalani pendidikan di IPB, penulis aktif dalam kegiatankegiatan di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan yang diadakan.