Evaluasi Skema Basis Data Akademik Terintegrasi Menggunakan Object-Oriented Metrics Dan Pengembangan Prototipe Pendaftaran Online Seminar.

EVALUASI SKEMA BASIS DATA AKADEMIK TERINTEGRASI
MENGGUNAKAN OBJECT-ORIENTED METRICS DAN
PENGEMBANGAN PROTOTIPE PENDAFTARAN
ONLINE SEMINAR

PUNGKI PRAYUGHI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Evaluasi Skema Basis Data
Akademik Terintegrasi Menggunakan Object-Oriented Metrics dan Pengembangan
Prototipe Pendaftaran Online Seminar adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2015
Pungki Prayughi
NIM G651130101

RINGKASAN
PUNGKI PRAYUGHI. Evaluasi Skema Basis Data Akademik Terintegrasi
Menggunakan Object-Oriented Metrics dan Pengembangan Prototipe Pendaftaran
Online Seminar. Dibimbing oleh IRMAN HERMADI dan HERU SUKOCO.
Dewasa ini peranan sistem informasi yang berkualitas di pendidikan tinggi
sangatlah penting, terutama dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan yang efektif
dan efisien bagi pemangku kepentingan. Sekolah Pascasarjana (SPs) Institut
Pertanian Bogor (IPB) merupakan penyelenggara pendidikan pascasarjana yang
mempunyai tanggung jawab dalam mengembangkan sistem informasi yang
berkualitas untuk mendukung proses bisnisnya.
Penelitian ini melakukan evaluasi sistem yang berjalan di SPs IPB dan
melakukan analisis dan perancangan sistem menggunakan pendekatan sistem
berorientasi objek berdasarkan skema kelas diagram terintegrasi yang telah
dibangun oleh Direktorat Integrasi Data dan Sistem Informasi (DIDSI) IPB.

Pengembangan prototipe pendaftaran seminar hasil penelitian secara online
dirancang dengan tujuan untuk mengurangi beban pelayanan administrasi
akademik, serta memberikan kemudahan pelayanan bagi mahasiswa dan pengelola.
Prototipe yang dikembangkan menggunakan skema basis data terintegrasi IPB yang
terlebih dahulu dilakukan pengujian menggunakan teknik tradisional dan ObjectOriented Metrics (OOM) dengan pendekatan Goal Questions Metrics (GQM) untuk
menghasilkan rancangan sistem yang berkualitas, lebih reliable, usable dan
maintainable.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat complexity, coupling dan
cohesion (CCC) rancangan kelas dengan menggunakan metrik, diantaranya: Lines
of Codes (LOC), Weighted Methods per Class (WMC), Coupling Between Objects
(CBO), Tight Class Cohesion (TCC), Loose Class Cohesion (LCC), dan Lack of
Cohesion on Method (LCOM). Penelitian ini menghasilkan kriteria pengukuran
tingkat metrik CCC, dengan hasil sembilan belas rancangan kelas bernilai sangat
baik dan baik, sembilan kelas dikategorikan sebagai rancangan yang kurang baik,
tiga rancangan kelas memperoleh nilai tidak baik. Hasil perancangan ulang
dilakukan terhadap tiga rancangan kelas yang tidak baik dengan membagi ke
beberapa kelas yang lebih kecil, dan memperoleh hasil nilai CCC yang lebih baik
setelah dilakukan pengujian ulang, serta dijadikan rekomendasi kepada pihak
pengelola. Hasil pengamatan pada sistem yang berjalan menyatakan bahwa sistem
belum berjalan optimal, serta responden juga sangat setuju pada penambahan fitur

pelayanan online kedepan.
Kata kunci: Coupling Between Objects, Goal Question Metrics, Lack Cohesion on
Metrics, Lines of Codes, Object-Oriented Metric

SUMMARY
PUNGKI PRAYUGHI. Evaluation of Integrated Academic Database Scheme
Using Object-Oriented Metrics and Online Registration Seminar Prototype
Development. Supervised by IRMAN HERMADI and HERU SUKOCO.
The importance of quality of information system in higher education is crucial
nowadays, especially in meeting the needs of an effective and efficient services for
the stakeholders. Bogor Agricultural University (IPB) Graduate School (SPs) as a
postgraduate education provider has a responsibility to develop quality information
systems to support the business processes.
This study evaluated the running system at the Graduate School of IPB and
performed analysis and design of systems using object-oriented approach based on
an integrated class diagram scheme that has been built by DIDSI IPB. Development
of prototype online registration seminar was designed to reduce the burden of
academic administrative services, as well as provided benefits service for students
and SPs. The prototype, using an integrated database schema IPB, was first tested
using traditional techniques and OOM with the approach of GQM to produce a

high quality system design, more reliable, usable and maintainable.
Testing was conducted to determine the level of complexity, coupling and
cohesion (CCC) design class by using metrics, such as Lines of Codes (LOC),
Weighted Methods per Class (WMC), Coupling Between Objects (CBO), Tight
Class Cohesion (TCC), Loose Class Cohesion (LCC), and Lack of Cohesion on
Method (LCOM). This research provided metrics measurement criteria CCC level,
with the results that nineteen-class design is excellent and well design, nine classes
categorized as not well design, three draft classes were received grades as poorly
designed. Observations on the running systems stating that the system was not yet
functionally optimal, and respondents also strongly agreed on the additional
features of online services in the future.
Keywords: Coupling Between Objects, Goal Question Metrics, Lack Cohesion on
Metrics, Lines of Codes, Object-Oriented Metric

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

EVALUASI SKEMA BASIS DATA AKADEMIK TERINTEGRASI
MENGGUNAKAN OBJECT-ORIENTED METRICS DAN
PENGEMBANGAN PROTOTIPE PENDAFTARAN
ONLINE SEMINAR

PUNGKI PRAYUGHI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Komputer
pada
Program Studi Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: DrEng Wisnu Ananta Kusuma, ST MT

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian berdasarkan atas apa yang dibutuhkan di institusi tempat
saya berkarir dan untuk memberikan kemudahan dalam menjalankan proses
administrasi dan layanan di Sekolah Pascasarjana IPB. Penelitian ini mulai pada
bulan September 2014 dengan judul Evaluasi Skema Basis Data Akademik
Terintegrasi Menggunakan Object-Oriented Metrics dan Pengembangan Prototipe
Pendaftaran Online Seminar.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Irman Hermadi, SKom MS PhD
dan DrEng Heru Sukoco, SSi MT selaku pembimbing, serta Bapak DrEng Wisnu
Ananta Kusuma, ST MT, Ibu Dr Yani Nurhadryani, SSi MT dan Bapak Toto
Haryanto, Skom MKom yang telah banyak memberi masukkan dan saran.
Penghargaan setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Dahrul
Syah, MScAgr beserta segenap Pimpinan Sekolah Pascasarjana IPB, Ibu Ir Ratu
Siti Zaenab, M.Si atas arahan dan dukungannya, serta seluruh rekan Tenaga
Kependidikan Sekolah Pascasarjana IPB atas kerjasamanya selama ini, tidak lupa

kepada mendiang Ibu Dr Dra Nastiti Kusumorini atas nasihat, dukungan dan
kepercayaannya.
Ungkapan terima kasih yang sangat kepada Almarhum ayah dan ibu tercinta,
serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Kepada istriku
tersayang Inge Julia Puspitahati and my angels Tabinazzahra, Muhammad Dhiaraja,
dan Rafa Reisya Rizki, terima kasih atas segalanya.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman seperjuangan yang
selalu membantu, antara lain; Puspa Eosina Hosen, Vidy Nalendra, Kana Saputra
Siregar, Tengku Khairil Ahsyar, Akbar Sugih Miftahul Huda, Pizaini, A. Muh.
Yakin Amin, Firmansyah Ibrahim, Rusdee Leekha, dan spesial untuk Wisard
Widsli Kalengkongan untuk bantuannya membangun SEMORA hingga dapat
terwujud, M. Syafiuddin Usman, Pangudi Citraning Putra, Riva Aktivia, Halimah
Tus Sa'diah, Indah Puji Astuti, Yuyun Khairunisa, Melly Br Bangun, Zakhi
Firmansyah, Irma Anggraeni, dan teman Sinergi (Fast-Track ILKOM), serta temanteman lain yang saya tidak dapat sebutkan satu per satu.
Bagaimanapun Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan
pada penelitian ini dan masih jauh dari sempurna, semoga karya ilmiah ini
bermanfaat.
Bogor, Oktober 2015
Pungki Prayughi


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian


1
1
3
3
3
3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Sekolah Pascasarjana IPB
Kuesioner dan Pengujian Instrumen Penelitian
Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek
Spesifikasi Kebutuhan Perangkat Lunak
Deskripsi Perancangan Perangkat Lunak
Deskripsi Uji Perangkat Lunak
Pengukuran Rancangan
Goal Question Metrics
Tradisional Metrics
Object Oriented Metrics
Kompleksitas
Coupling

Cohesion
User Acceptance Testing
Scrum Backlog Product

4
4
5
5
6
6
7
7
7
8
8
9
9
9
11
11


3 METODE
Evaluasi sistem yang berjalan
Pengumpulan Kebutuhan
Penyusunan kuesioner
Penyebaran kuesioner
Pengujian Instrumen Penelitian
Pengolahan dan Analisis Data Kuesioner
Analisis
Perancangan
Pengukuran Rancangan
Goal Question metrics
Object Oriented Metrics
Pengembangan Prototipe

12
12
12
13
13
13
14
14
14
15
15
15
16

User Acceptance Testing

16

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi sistem yang berjalan
Pengumpulan Kebutuhan
Penyusunan Kuesioner
Penyebaran Kuesioner dan Pengujian Instrumen Penelitian
Penyebaran kuesioner tahap satu
Pengujian Instrumen
Penyebaran kuesioner tahap dua
Pengolahan dan Analisis Data dengan Skala Likert
Analisa
Use Case Diagram Pelayanan Akademik
Use Case Description Pelayanan Akademik
Perancangan
Design Class Diagram Pendaftaran Online Seminar
Deskripsi Uji Perangkat Lunak
Object-oriented Measurement
Goal-Questions-Metrics
Scrum backlog product
Prototipe Pendaftaran Online Seminar Penelitian
Tujuan pengembangan prototipe
Prototipe pendaftaran online seminar
User Acceptance Testing
Pengujian prototipe

17
17
19
19
20
20
20
21
22
23
24
24
30
33
35
36
36
43
45
46
46
50
50

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

53
53
53

DAFTAR PUSTAKA

54

LAMPIRAN

57

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Pembagian kelas interval dan kriteria (Riduwan dan Akdon 2013)
14
Observasi jenis pelayanan administrasi akademik di SIMAK SPs berdasarkan
POB SPs IPB
17
Statistik frekuensi pelayanan SIMAK SPs berdasarkan POB SPs IPB
18
Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian
20
Hasil penilaian kuesioner tendik dengan skala Likert
22
Hasil penilaian kuesioner mahasiswa dengan skala Likert
23
Kode kelas sistem pelayanan akademik
34
Deskripsi uji perangkat lunak pendaftaran online seminar
35
Goal Question Metrics
36
Hasil pengukuran Object-Oriented measurement
37
Kompleksitas kelas
38
Klasifikasi kelas berdasarkan metrik CBO
39
Klasifikasi kelas berdasarkan metrik cohesion
39
Klasifikasi kategori penilaian rancangan
40
Pengukuran berdasarkan tingkat kompleksitas, coupling dan cohesion
40
Kode kelas usulan pembagian kelas
42
Hasil pengukuran OO Metrics terhadap kelas baru
43
Hasil pengukuran kelas baru
43
Scrum backlog product prototipe pendaftaran online seminar
44
Hasil pengujian prototipe
50

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

Arsitektur sistem informasi SPs yang berjalan
Metodologi penelitian
Grafik frekuensi pelayanan POB SPs 11
Jenis kelamin Tendik
Pengalaman dengan SIMAK
Jenis kelamin mahasiswa
Pengalaman menggunakan SI
Intensitas mengakses SIMAK SPs
Domain model class diagram
Use case pelayanan akademik berdasarkan POB
Use case diagram pendaftaran online seminar
Activity diagram pendaftaran seminar
Sequence diagram pendaftaran seminar
Design class diagram mahasiswa berdasarkan strata
Design class diagram status dan pekerjaan objek pegawai
Design class diagram kurikulum dan kegiatan perkuliahan
Design class diagram pendaftaran online seminar
Interaction diagram sistem pendaftaran online seminar hasil
Pemecahan dari kelas MataKuliah
Pemecahan dari kelas SeminarMahasiswa
Pemecahan dari kelas mayor

4
12
19
21
21
21
21
22
24
25
28
29
30
31
32
33
34
35
41
41
42

22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.

Arsitektur pendaftaran online seminar
Halaman muka pendaftaran online
Detail pemrasaran pada halaman muka
Fitur informasi jadwal seminar
Fitur informasi dan status akademik pemrasaran
Fitur pemilihan waktu seminar
Fitur mengunggah makalah seminar
Fitur persetujuan pendaftaran seminar
Fitur pemilihan moderator seminar

45
46
46
47
48
48
49
49
50

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.

Kuesioner peranan SIMAK dalam pelayanan terhadap mahasiswa
Kuesioner peranan SIMAK bagi Tendik
Daftar spesifikasi kebutuhan perangkat lunak SIMAK Multistrata DIDSI
IPB
4. Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen kuesioner responden Tendik
5. Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen kuesioner responden
mahasiswa
6. Hasil penilaian skala likert kuesioner Tendik
7. Hasil penilaian skala likert kuesioner Mahasiswa
8. Data hasil kuesioner responden mahasiswa
9. Data hasil kuesioner responden tendik
10. Fitur prototipe SEMORA

57
61
67
69
72
74
76
78
79
81

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penerapan teknologi informasi yang berkualitas di pendidikan tinggi saat ini
merupakan hal yang sangat penting dalam mendukung pelayanan kepada
stakehoders terutama tuntutan penyelenggaraan proses yang efektif dan efisien.
Implementasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Perguruan Tinggi dapat
memberikan manfaat nilai tambah bagi proses belajar mengajar (Tri Dharma
Perguruan Tinggi) dan aktivitas pengelolaan institusi Perguruan Tinggi (Indrajit
2014).
Pemanfaatan TIK di pendidikan tinggi yaitu untuk melengkapi bukan untuk
menggantikan, serta untuk memenuhi kebutuhan pendidikan tinggi yang selama ini
belum dapat terpenuhi, seperti yang dirumuskan oleh UNESCO (1998) dalam
(Indrajit 2014) yang mengatakan kehadiran TIK bagi dunia pendidikan sebagai “to
meet the unmeet educational needs”. Penerapan sistem informasi merupakan salah
satu pemanfaatan teknologi informasi di institusi pendidikan tinggi, seperti halnya
penerapan sistem informasi manajemen akademik (SIMAK) di Sekolah
Pascasarjana (SPs) Institut Pertanian Bogor (IPB).
SPs adalah penyelenggara administrasi akademik dan penjamin mutu
pendidikan pascasarjana di IPB (SK MWA No.17/MWA-IPB/2003), baik
penyelenggaraan program Magister Sains (S2), program Doktor (S3) dari sembilan
Fakultas, serta empat penyelenggaraan multidisiplin (Katalog SPs 2013). Jumlah
mahasiswa aktif kurang lebih 3800 setiap semesternya, dengan proses sistem
pelayanan administrasi loket berdasarkan 27 jenis pelayanan administrasi akademik
(Prosedur Operasional Baku (POB) SPs IPB 2006).
Dalam menjalankan proses bisnisnya SPs IPB ditopang oleh SIMAK, sistem
yang dibangun pada tahun 2011 ini berbasis web. SIMAK yang beroperasi saat ini
belum mengakomodir semua kebutuhan administrasi akademik dan secara sistem
tidak terintegrasi, sehingga menyebabkan timbulnya permasalahan yang fatal di
mana di antaranya terjadi kesalahan dan inkonsistensi data. Dalam memenuhi
kebutuhan pelayanan yang belum terakomodasi pada SIMAK, pihak SPs
diharuskan mengambil data langsung dari basis data dan mengolah secara manual.
Keterbatasan di atas berkontribusi pada waktu penyelesaian proses pelayanan
administrasi akademik yang terlalu lama, sehingga jarang digunakan bahkan dapat
ditinggalkan penggunanya.
Menurut Reddy et al. (2009) sistem informasi mempunyai kemampuan
menyimpan dan mengolah data menjadi informasi, serta menyebarkan informasi
kepada pemangku kepentingan untuk mendukung proses bisnis suatu organisasi.
Sistem informasi yang baik dapat memberikan dampak yang efektif dan efisien bagi
operasional suatu organisasi, sistem informasi dapat mengoptimalkan tenaga
(Tendik) dan biaya operasional, serta diharapkan mampu membantu organisasi
menjalankan proses bisnisnya secara cepat dan akurat (Suskamiyadi et al. 2014).
Pengembangan sistem yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk menjawab
permasalahan di atas, pengembangan dengan sistem berorientasi objek dapat
menjadikan produk lebih dapat diandalkan, lebih mudah diperbaiki, dan lebih dapat
digunakan kembali (Hermadi et al. 2002). Keunggulan lain yang ditawarkan dari

2
sistem berorientasi objek antara lain enkapsulasi, polymorphism, coupling, dan
cohesion yang menambah efisiensi perancangan (Khalid et al. 2010).
Dalam mengembangkan sistem yang perlu diperhatikan dan tidak kalah
pentingnya selain langkah analisis dan perancangan, yaitu pengujian perangkat
lunak, maka dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kualitas rancangan
perangkat lunak berorientasi objek dengan melakukan pengukuran tingkat
kompleksitas, coupling, dan cohesion dengan metode object oriented (OO) metrics.
Seperti pengujian dua model metrik, yaitu Tight Class Cohesion dan Loose Class
Cohesion sebagai alat kontrol yang efektif dalam pengukuran rekayasa perangkat
lunak berorientasi objek (Hermadi et al. 2002). Dalam pengukuran sistem
berorientasi objek class cohesion merupakan atribut penting, di mana pengujian
class cohesion dilakukan pada tahap perancangan merupakan cara yang tepat untuk
mendapatkan perangkat lunak yang mudah dipahami dan maintainable (Dallal dan
Briand 2010).
Penelitian terkait penggunaan OO measurements pada sistem berorientasi
objek dilakukan Suresh et al. (2012), dalam penelitiannya melakukan evaluasi
peranan traditional dan OO measurements untuk mengukur kehandalan dan
mengukur kompleksitas sistem Automated Teller Machine (ATM). Penelitian
terkait lainnya dilakukan oleh Chowdhury (2009) yang melakukan pengujian
metrics (complexity, coupling, dan cohesion) sebagai indikator untuk memprediksi
kerentanan rancangan sistem berorientasi objek Mozilla Firefox release (1.0 (R1.0)
sampai dengan 3.0.6 (R3.0.6)).
Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran terhadap rancangan kelas
dengan menggunakan tradisional metrics seperti Lines of Codes, Number of
Atribute, Number of Method, dan OO metrics di antaranya Weight Methods per
Class, Coupling Between Objects, Tight Cohesion Metrics, Loose Cohesion Metrics
serta Lack Cohesion on Metrics. Sebelumnya dilakukan evaluasi system yang
sedang berjalan dengan pendataan fitur-fitur yang terdapat pada SIMAK SPs sesuai
POB SPs, menganalisa data transaksi pelayanan di loket administrasi akademik SPs.
Pengumpulan kebutuhan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi,
wawancara, dan menggunakan kuesioner untuk dapat mengetahui harapan dan
kebutuhan para pemangku kepentingan.
Kuesioner menggunakan pertanyaan tertutup dengan teknik purposive
sampling dengan kriteria responden yang dipakai yaitu mahasiswa aktif IPB
program S2 dan S3, purposive sampling merupakan metode penetapan sampel
responden berdasarkan pada kriteria tertentu (Siregar 2013). Instrumen pada
kuesioner diuji validitas dan reliabilitas dengan Pearson Product Momen dan Alpha
Cronbach's, serta pengolahan dan analisis data dengan Skala Likert dengan interval
1-4. Pengujian instrumen kuesioner dilakukan untuk mengetahui apakah butir
pertanyaan kuesioner valid dan handal dalam mengukur variabel yang diukur.
Apabila dinyatakan tidak valid maka butir pertanyaan tesebut tidak akan
dipergunakan pada tahap analisis selanjutnya (Siregar 2013). Pada penelitian ini
disusun juga alat kontrol dan acuan pengerjaan pengembangan sistem dengan
menggunakan scrum backlog product dengan skala prioritas kebutuhan, backlog
product digunakan sebagai landasan bagi pengembang dalam proses implementasi.
Pada penelitian ini dikembangkan juga prototipe pendaftaran online seminar
hasil penelitian menggunakan basis data terintegrasi IPB. Hasil dari pengembangan
prototipe diharapkan dapat diimplementasikan guna meningkatkan efektifitas

3
pelayanan administrasi baik dari segi efisiensi waktu dan efektifitas proses
pekerjaan, dikarenakan pendaftaran online memberikan keuntungan bagi pihak
pengelola serta bagi mahasiswa dengan dapat menghemat waktu, dapat melakukan
pendaftaran kapan saja dan di mana saja (Farhan 2014).
Perumusan Masalah
SIMAK SPs IPB saat ini belum dapat membantu semua proses bisnis SPs IPB,
dan masih terjadi kesalahan dalam pelayanan karena masih dikerjakan secara
manual, seperti kesalahan jumlah penagihan biaya pendidikan yang disebabkan
oleh kesalahan perhitungan dan inkonsistensi data yang disebabkan sistem tidak
terintegrasi. Beban layanan administrasi akademik yang sangat besar
mengakibatkan proses bisnis SPs IPB khususnya pelayanan administrasi akademik
tidak optimal.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan evaluasi SIMAK SPs IPB,
menguji kualitas rancangan Sistem Terintegrasi IPB menggunakan OO metrics, dan
membuat prototipe pendaftaran online seminar hasil penelitian menggunakan basis
data terintegrasi IPB.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan adalah membantu meningkatkan kualitas
layanan akademik SPs IPB dengan membantu pelaksanaan proses bisnis, dan
memberikan layanan administrasi akademik online dengan harapan lebih banyak
mahasiswa yang terlayani dengan berbagai kemudahan.
Ruang Lingkup Penelitian
1.
2.
3.

4.
5.

Penelitian ini akan dilaksanakan dengan ruang lingkup, sebagai berikut:
Melakukan integrasi data antara Divisi Administrasi Akademik dan Divisi
Administrasi Keuangan SPs IPB,
Mahasiswa aktif penyelenggaraan kelas reguler program S2 dan S3,
Analisis dan perancangan sistem informasi dengan model pendekatan Object
Oriented (OO), pengukuran kualitas menggunakan OO metrics, dan
pengujian menggunakan user acceptance testing, serta scrum backlog
product sebagai alat kontrol,
Pengembangan prototipe difokuskan pada pendaftaran online pelaksanaan
seminar hasil penelitian,
Skema basis data terintegrasi menggunakan basis data terintegrasi yang telah
dikembangkan oleh DIDSI IPB.

4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Sekolah Pascasarjana IPB
SPs IPB merupakan penyelenggara pendidikan pascasarjana pertama di
Indonesia sejak tahun 1975, sampai dengan saat ini SPs IPB menjalankan perannya
sebagai penyelenggara administrasi akademik dan penjamin mutu pendidikan
pascasarjana di IPB yang merupakan sebagian dari tugas dan wewenang SPs IPB
(SK MWA No.17/MWA-IPB/2003). Dalam menjalankan perannya SPs IPB
dibantu 4 divisi pelaksana, namun keempat divisi tersebut tidak terintegrasi,
sehingga menyebabkan timbulnya permasalahan yang fatal di mana di antaranya
terjadi kesalahan dan inkonsistensi data. Dalam memenuhi kebutuhan pelayanan
yang belum terakomodasi pada SIMAK, pihak SPs diharuskan mengambil data
langsung dari basis data dan mengolah secara manual, seperti dapat dilihat pada
Arsitektur sistem informasi SPs IPB dapat dilihat pada Gambar 1.
Beban pelayanan administrasi SPs IPB saat ini meliputi seluruh Fakultas dan
Program Studi (PS) baik program Magister Sains (S2), program Doktor (S3), serta
multidisiplin (Katalog SPs 2013). Jumlah mahasiswa aktif kurang lebih 3800 setiap
semesternya dan proses pelayanan dilaksanakan dengan sistem pelayanan loket
dengan 27 jenis pelayanan administrasi akademik (Prosedur Operasional Baku
(POB) SPs IPB 2006).
Pemangku kepentingan SPs meliputi mahasiswa, dosen, staf administrasi di
SPs IPB dan di departemen sebagai pengguna, Pimpinan SPs sebagai pemilik
produk, dan pengelolaan sistem ditangani oleh DIDSI IPB. Menurut Satzinger
(2007), pemangku kepentingan ialah semua individu yang mempunyai kepentingan
pada suksesnya penerapan sistem. Pemangku kepentingan merupakan faktor kunci
dalam sukses atau tidaknya penerapan TIK dalam pendidikan, pembelajaran, dan
pengelolaan perguruan tinggi yang berkualitas, pentingnya peran pemangku
kepentingan dalam sukses atau tidaknya penerapan sistem informasi pada
Perguruan Tinggi dilakukan Perbawaningsih (2013).

Pengguna eksternal

Pengguna Internal

Pemilik produk
(Pimpinan SPs IPB)

Departemen

Divisi SPs

SIMAK SPs
Basis Data
SIMAK SPs
Mahasiswa

Gambar 1 Arsitektur sistem informasi SPs yang berjalan

5
Kuesioner dan Pengujian Instrumen Penelitian
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian
dan dimungkinkan untuk dianalisis dan dipelajari sifat-sifat, serta karekteristik
stakeholders suatu organisasi (Siregar 2013). Beberapa jenis kuesioner digunakan
untuk pengumpulan data, salah satunya berupa close ended question, di mana
responden tidak diberikan kesempatan berpendapat. Contoh close ended question
yaitu penggunaan kuesioner dengan penilaian skala Likert.
Skala Likert digunakan mengukur sikap, persepsi, dan pendapat seorang atau
sekelompok orang tentang gejala sosial (Riduwan dan Akdon 2013). Skala Lkert
mempunyai bentuk jawaban yang terdiri dari sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan
sangat tidak setuju, dengan bentuk pernyataan yang positif dan negatif. Pemberian
skor pada pernyataan yang positif adalah 4,3,2, dan 1; dan untuk pernyataan yang
negatif adalah 1,2,3, dan 4 (Siregar 2013).
Pengujian instrumen penelitian merupakan hal penting dari bagian baik atau
tidaknya, dan layak atau tidaknya kuesioner yang disusun. Pengujian validitas dan
reliabilitas instrumen penelitian termasuk dalam kriteria pengujian instrumen
(Siregar 2013):
Validitas Product Momen
Pengujian terhadap instrumen kuesioner pada tahap ini untuk mengetahui
apakah butir pertanyaan valid atau tidak. Instrumen dapat dikatakan valid apabila
hasil pengujian menggunakan uji validitas Product Momen memiliki nilai r hitung
> nilai r tabel dengan taraf signifikan (0,05 atau 0,01). Pengujian validitas dilakukan
untuk mengetahui apakah butir-butir pertanyaan dapat dipakai untuk mengukur
konsep yang dipakai dalam penelitian (Widoyoko 2012).
1.

Reliabilitas Alpha Cronbach's
Pertanyaan yang telah dinyatakan valid akan kembali dilakukan pengujian
dengan uji reliabilitas Alpha Cronbach's. instrumen dikatakan reliabel jika
memiliki koefisien alpha lebih besar dari r tabel (r hasil > r tabel), nilai signifikansi
yang dipergunakan didapat dari r tabel (0,05 atau 0,01) dengan N-2. Semakin besar
nilai Alpha Cronbach’s, maka semakin tinggi tingkat reliabilitas kuesioner
penelitian yang digunakan atau konsisten dari beberapa responden (Siregar 2013
dan Widoyoko 2012).

2.

Pengolahan dan analisis data hasil kuesioner akan ditentukan presentase
kelompok responden untuk setiap instrumen penelitian, dengan menghitung total
skor setiap instrumen dibandingkan dengan jumlah skor ideal (skor tertinggi)
(Riduwan dan Akdon 2013).
Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek
Analisis dan perancangan sistem dengan pendekatan berorientasi objek dapat
menciptakan sistem baru yang responsif dengan menawarkan teknik pendekatan
yang mendukung metode yang logik, cepat, serta teliti. Menurut Hermadi et al.
(2004) salah satu konsep dasar sistem berorientasi objek yaitu mengembangkan
perangkat lunak berkualitas tinggi, dengan produk yang lebih dapat diandalkan,

6
lebih mudah diperbaiki, dan lebih dapat digunakan kembali (reused) terutama pada
pengembangan industri perangkat lunak. Terdapat dua dokumentasi teknis yang
perlu dihasilkan, pada tahap analisis dokumen teknis berupa Spesifikasi Kebutuhan
Perangkat Lunak (SKPL), yang merupakan dokumen hasil analisis yang berisi
spesifikasi kebutuhan pengguna pada perangkat lunak yang akan dibangun.
Spesifikasi Kebutuhan Perangkat Lunak
Kebutuhan perangkat lunak terbagi atas kebutuhan fungsional, yaitu
kebutuhan berdasarkan aktifitas sistem, prosedur dan proses bisnis yang
didokumentasikan dalam bentuk model-model. Model tersebut menggambarkan
kebutuhan berdasarkan aktifitas sistem, prosedur dan proses bisnis, serta dapat
mempresentasikan aspek penting dari dunia nyata dapat berbentuk diagram dan
charts (Satzinger 2007). Hasil analisa kebutuhan fungsional sistem akan
divisualisasikan dengan model-model, yaitu use case diagrams (diagram kasus),
class diagrams (diagram kelas), diagram yang menggambarkan sejumlah informasi
yang dimiliki objek (atribut atau propertis), use case description yaitu langkahlangkah rinci dari setiap use case untuk menyelesaikan suatu proses bisnis.
Adapun manfaat mendeskripsikan langkah tersebut adalah untuk membuat
sistem yang kuat, komprehensif dan serta benar-benar memenuhi kebutuhan
pengguna (Satzinger 2007). Visualisasi kebutuhan fungsional sistem lainnya adalah
activity diagrams (diagram aktifitas) yang merupakan teknik dokumentasi arus
kerja sistem yang efektif dari setiap skenario use case (Satzinger 2007), dan
Sequence diagrams (diagram urutan) merupakan visualisasi kebutuhan fungsional
yang menggambarkan bagaimana aktor berinteraksi dengan memberikan input dan
menerima output dari sistem (Satzinger 2007). Dokumentasi hasil analisa tersebut
diperuntukan bagi kebutuhan konsumen yang selanjutnya akan dideskripsikan
dalam perancangan perangkat lunak.
Deskripsi Perancangan Perangkat Lunak
Pada tahap perancangan sistem berorientasi objek dideskripsikan
perancangan dari perangkat lunak yang akan dikembangkan, diperuntukan bagi
profesional pengembang perangkat lunak yang bertujuan untuk memberikan
landasan yang diperlukan dalam proses pengkodean, serta menggambarkan apa
yang dilakukan oleh sistem (Satzinger 2007), lain halnya dengan SKPL yang dibuat
untuk kebutuhan kostumer dan pengguna. Tahap perancangan merupakan jembatan
antara tahap analisis dan implementasi, di mana pengembang membuat program
berdasarkan model perancangan dan mengujinya (Satzinger 2007)
Model perancangan yang digunakan adalah design class diagrams,
merupakan sebuah set navigasi (antara kelas, atribut, propertis dan metode),
Interaction diagrams (diagram interaksi). Model perancangan design class
diagrams bertujuan untuk memberikan landasan yang diperlukan dalam proses
pengkodean, serta menggambarkan apa yang dilakukan oleh sistem (Satzinger
2007).

7
Deskripsi Uji Perangkat Lunak
Deskripsi Uji Perangkat Lunak (DUPL) merupakan dokumen yang
mendeskripsikan semua tahapan pengujian yang dilakukan terhadap perangkat
lunak yang akan kembangkan. Penyusunan dokumen uji ini berdasarkan dokumen
DPPL yang telah dirancang, dan dokumen ini menjadi acuan pada pelaksanaan user
acceptance testing.
Pengukuran Rancangan
Menurut Fenton (1997) measurement merupakan satu kesatuan dalam
rekayasa perangkat lunak, berdasarkan definisi rekayasa perangkat lunak yang
dikeluarkan IEEE, yang menyebutkan penerapan rekayasa perangkat lunak adalah
suatu aplikasi yang sistematik, disiplin, pengembangan dengan pendekatan
kuantitatif, pengerjaan dan pemeliharaan perangkat lunak.
Kegagalan rekayasa perangkat lunak dapat berupa melewati tenggat waktu,
dana yang membengkak, produk tidak sesuai fungsi (cacat), dan produk yang gagal.
Seperti laporan pengembangan perangkat lunak yang didanai pemerintah Amerika
Serikat: Berhasil (1.77%), Operasional melalui perbaikan (2.95%), Pengerjaan
ulang atau ditinggalkan (19.2%), pengembangan yang telah didanai namun tidak
pernah rampung (28.8%), dan tidak dapat digunakan (47.27%). Menurut Fenton
(1997), salah satu penyebab kegagalan di atas dikarenakan kegagalan dalam
mengukur dan menspesifikasi kualitas dari atribut produk perangkat lunak, seperti
reliability, dan maintainabilty.
Maintainable merupakan salah satu dari enam faktor pengukuran kualitas
perangkat lunak yang ditetapkan ISO 9126 tahun 1992 tentang penetapan standar
evaluasi produk perangkat lunak: Quality Characteristics and Guidelines for their
Use yang dirancang berdasarkan McCall model tahun 1977 (Fenton 1997).
Rancangan perangkat lunak dikatakan maintainable apabila dapat mudah
dimengerti, ditingkatkan, dan benar (Fenton 1997), maka pada penelitian ini akan
dilakukan pengukuran maintainability rancangan kelas. Sebelum melakukan
pengukuran metrik, langkah yang perlu ditempuh adalah menentukan apa yang
perlu diukur, langkah yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan
pendekatan Goal-Question-Metric (GQM) yang merupakan paradigma yang efektif
dalam penentuan dan implementasi penentuan metrik yang akan dipergunakan
(Fenton 1997).
Goal Question Metrics
Pendekatan GQM adalah berdasarkan asumsi bahwa untuk menentukan
tujuan suatu organisasi, pertama harus menetapkan tujuan operasional yang
diterjemahkan oleh kerangka pemikiran dan ditunjang oleh data-data (Basili et al.
1994). Metodologi GQM sebagai pengukuran kinerja perangkat lunak telah banyak
digunakan untuk memantau dan mengevaluasi kinerja perangkat lunak produk,
proses dan sumber daya (Mahmood et al. 2008). Pada penelitian ini GQM
digunakan untuk penentuan measurement perangkat lunak, yaitu untuk mengetahui
tingkat maintainability rancangan basis data terintegrasi IPB.
Menurut Basili et al. (1994), model pengukuran terdiri dari tiga level, yaitu:

8
1.

2.

3.

Level konseptual (Goal), di mana tujuan didefinisikan untuk sebuah objek
dengan berbagai alasan, di antaranya: sehubungan dengan kualitas model,
berbagai sudut pandang, relatif terhadap lingkungan tertentu. Objek
pengukuran berupa produk, proses, dan sumberdaya.
Level operasional (Question), merupakan satu set pertanyaan yang digunakan
untuk mengkarakterisasi cara penilaian / pencapaian tujuan tertentu.
Pertanyaan mencoba untuk mengkarakterisasi obyek pengukuran (produk,
proses, sumber daya) sehubungan dengan masalah kualitas dan menentukan
kualitas dari sudut pandang yang dipilih.
Level kuantitatif (Metric), merupakan satu set data yang terkait dengan setiap
pertanyaan dengan jawaban secara kuantitatif. Data terkait dapat berupa
obyektif maupun subyektif.

Tradisional Metrics
Pengukuran terhadap perangkat lunak dapat diklasifikasikan menjadi
tradisional dan OO metrics, di mana tradisional dan OO metrics berperan penting
dan menyediakan informasi yang berharga dalam pengembangan perangkat lunak,
seperti memberikan informasi dasar bagi penyusunan pengujian perangkat lunak
yang berkualitas dengan memprediksi fault dan mengukur kompleksitas dari sistem
yang sedang dikembangkan (Suresh et al. 2012).
Pengukuran secara tradisional dilakukan dengan menghitung atribut internal
dari entitas, yaitu lines of code (LOC). LOC adalah jumlah baris kode yang
dihasilkan pada setiap modul, perhitungan LOC merupakan cara tradisional yang
biasa digunakan dalam mengukur besaran suatu produk atau modul (Fenton 1997).
Hal yang perlu diperhatikan dalam perhitungan LOC, yaitu jumlah baris kosong,
dan baris komentar yang dalam beberapa perhitungan tidak dipakai karena menulis
komentar bisa dikatakan lebih mudah dibanding menuliskan sesuatu yang sulit
seperti menuliskan algoritma yang kompleks (Fenton 1997), demikan juga
penulisan pendeklarasian data, serta penulisan baris instruksi yg terpisah.
Fenton (1997) juga menyebutkan pengukuran dengan menghitung LOC juga
dipengaruhi oleh tujuan kegunaannya, seperti menghitung jumlah baris instruksi
yang dijalankan, mengetahui modul maintainability dan modul reability. LOC
termasuk dalam McCabe metrics suite (Kaur et al. 2006), jumlah LOC yang tinggi
mengindikasikan tingginya tingkat kompleksitas suatu aplikasi, dan
mengidentifikasikan banyaknya test cases yang diperlukan (Suresh et al. 2012).
Pengukuran tradisional lainnya yaitu dengan menghitung jumlah atribut, seperti
pengukuran number of atribut (NOA) pada setiap kelas, dan number of method
(NOM) yang digunakan. Namun LOC hanya dipergunakan untuk mengestimasi
besarnya effort, dan hanya dapat dibandingkan dengan perangkat lunak yang ditulis
menggunakan bahasa pemrograman yang sama (Suresh et al. 2012).
Object Oriented Metrics
Object oriented metrics merupakan cara tepat untuk mengukur kualitas
produk perangkat lunak, perangkat lunak yang lebih dapat diandalkan, mudah
dimengerti dan lebih maintainable merupakan tujuan utama pada rekayasa
perangkat lunak (Kaur et al. 2013). Menurut Suresh et al. (2012) keuntungan yang
didapat dari pengukuran perangkat lunak yaitu memberikan pengujian perangkat
lunak yang berkualitas dan menghasilkan evaluasi sistem yang efektif. Menurut

9
Fenton (1997) terdapat tiga dasar entitas kelas yang dapat diukur pada rekayasa
perangkat lunak, yaitu: proses, produk, dan sumberdaya (entitas yang dibutuhkan
pada aktifitas proses).
Kompleksitas
Untuk mengetahui tingkat kompleksitas hasil perancangan rangkaian selain
tradisional metrik digunakan juga pengukuran metrik berorientasi objek atau OO
metrics. Pengukuran yang biasa digunakan untuk metrik berorientasi objek adalah
rangkaian metrik Chidamber and Kemerer (CK) (Suresh et al. 2012), yaitu:
Weighted Methods per Class (WMC), dengan persamaan:


��� = ∑ ��

…………...……………………

(1)

�=1

Di mana untuk kelas C, dengan M1, M2, …, Mn adalah bobot, dan C1,C2,...,Cn
adalah kompleksitas.
Nilai WMC yang tinggi akan menghalangi penggunaan kembali kelas (reuse),
dan untuk menghindari tingginya nilai WMC diperlukan untuk mengurangi jumlah
metode pada kelas tersebut atau kompleksitasnya (Suresh et al. 2012). Sedangkan
untuk mengukur seberapa kompleks tingkat pengujian suatu rancangan, dapat
dilakukan dengan mengukur coupling rancangannya.
Coupling
Metrics yang digunakan untuk mengukur tingkat keterhubungan antar objek,
Coupling Between Object (CBO) merupakan pengukuran yang menghitung berapa
kelas yang berhubungan dengan kelas lain yang diukur atau menentukan tingkat
ketergantungan antar modul. Sebuah prosedur dikatakan mempunyai rancangan
yang baik apabila memiliki coupling yang rendah (Eder et al. 1992).
CBO sangat baik untuk mengukur kompleksitas tingkat pengujian rancangan
objek, semakin tinggi nilai CBO maka akan semakin tinggi tingkat ketelitian
pengujian (Suresh et al. 2012).
Cohesion
Hal penting lainnya pada pengukuran perangkat lunak berorientasi objek
yaitu mengukur tingkat keterikatan antar elemen pada suatu modul (cohesion). Eder
et al. (1992) menyebutkan tujuan umum dari perancangan metrik berorientasi objek
adalah mengukur coupling dan cohesion dari OO sistem. Cohesion adalah tingkat
keterikatan antar elemen pada suatu modul, semakin tinggi tingkat kohesi, maka
dapat diartikan sebuah prosedur telah mempunyai rancangan yang baik (Eder et al.
1992).
Sedangkan menurut Hermadi et al. (2004) cohesion merupakan hal penting
untuk menghasilkan perangkat lunak yang handal dan maintainable. Bieman and
Kang’s Class Cohesion Metrics mendefinisikan class cohesion merupakan sebuah
atribut kelas menggambarkan keterikatan antar komponen. Komponen itu adalah
instance variables metode, dan inherited methods (Hermadi et al. 2002).
Dua Class Cohesion Metrics Bieman and Kang’s mendefinisikan konektifitas
antar kelas, yang apabila dua metode mengakses satu atau lebih instance variables

10
yang sama disebut number of directly connected (NDC). Apabila dua metode
mengakses secara terhubung langsung atau tidak secara langsung dinamakan
number of indirectly connected (NIC), serta number of possible connected (NPC)
adalah jumlah maksimal koneksi yang memungkinkan dalam kelas dengan
persamaan (2):
NPC = (NOM x (NOM – 1)) / 2

…………………………….

(2)

Bieman dan Kang mengusulkan dua langkah Class Cohesion Metrics untuk
mengevaluasi hubungan antara kelas kohesi dan private reuse dalam sistem
(Hermadi et al. 2002). Untuk mengukur tingkat kohesi, digunakan dua persamaan
Class Cohesion Metrics Bieman and Kang’s, yaitu persamaan (3) dan (4):
a.

Tight Class Cohesion (TCC), didefinisikan sebagai presentase dari kelas yang
terkoneksi secara langsung. Diukur dengan persamaan ini:
TCC = NDC / NP

b.

…………………………….

(3)

Loose Class Cohesion (LCC), didefinisikan sebagai jumlah relatif dari kelas
yang tidak terkoneksi secara langsung. Diukur dengan persamaan:
LCC = (NDC+NIC) / (NP)

…………..…………………

(4)

Nilai LCC selalu lebih besar atau sama dengan nilai TCC. Class Cohesion
Metric dapat mengindikasikan besar derajat konektifitas antara visible methods
pada kelas, nilai TCC dan LCC yang lebih besar dari 0,5 memiliki tingkat kohesif
yang baik demikian sebaliknya apabila nilai lebih kecil (Beiman dan Kang 1995).
Cara lain untuk mengukur tingkat keterikatan pada kelas yaitu dengan Lack
of Cohesion on Method (LCOM), yang bertujuan untuk mendeteksi tinggi
rendahnya tingkat keterikatan pada kelas, nilai LCOM yang tinggi berarti
rendahnya tingkat keterikatan (Kaur et al. 2013). Menurut Hitz (1995) LCOM
merupakan jumlah pasangan metode yang beroperasi pada set yg terpisah yang
mengakses instace variable yang sama, dikurangi dengan jumlah pasangan metode
yang bekerjasama pada setidaknya satu instance variable.
Hitz dan Montazeri mendefinisikan LCOM4 yaitu jumlah komponen yang
terkoneksi pada suatu kelas, di mana komponen yang terkoneksi itu adalah satu
rangkaian metode yang terkait (variabel pada kelas). Nilai LCOM4 menunjukkan
apakah kelas kohesif atau tidak, yaitu:
LCOM4=1 mengindikasi kelas mempunyai tingkat kohesi yang baik.
LCOM4>=2 mengindikasikan terdapat masalah kohesi pada kelas, sebaiknya kelas
dibagi menjadi kelas yang lebih kecil (Shaik et al. 2010). Menurut Suresh et al.
(2012), kelas dibagi menjadi kelas yang lebih kecil untuk mengurangi kompleksitas
perancangannya.
LCOM4=0 terjadi dikarenakan tidak ada metode pada kelas, di mana metode hanya
mengakses variabelnya sendiri, hal ini juga diindikasikan kelas yang tidak kohesif
(Shaik et al. 2010).
Pada penelitian ini digunakan pengukuran secara tradisional dan OO metrics
dengan pengujian complexity, coupling, dan cohesion (CCC) metrics berkorelasi

11
positif dengan kerentanan kelas berkorelasi positif dengan kerentanan kelas pada
tahap perancangan (Chowdhury 2009), dan metrik tersebut merupakan indikator
terbaik mengukur reliabilitas sistem yang dapat memberikan informasi tak ternilai
bagi pengembang, coders, dan penguji sistem (Suresh et al. 2012). Metrik CBO
digunakan untuk memprediksi bugs pada sistem (Gupta et al. 2015) dan menilai
reuse, maintainability, testability suatu sistem (Hitz dan Montazeri 1996), dan
untuk mengukur kompleksitas sistem digunakan NOA, NOM, serta TCC dan LCC
untuk mengukur tingkat kohesif rancangan.
User Acceptance Testing
Perangkat lunak yang dikembangkan akan digunakan banyak penguna yang
mempunyai demografi yang beragam, dan tidak mungkin pengembang perangkat
lunak dapat memastikan bagaimana reaksi penguna terhadap perangkat lunak yang
telah dikembangkan (Pressman 2010). Untuk mengetahui apakah perangkat lunak
yang telah dikembangkan dapat diterima dengan baik oleh penguna digunakan beta
test atau User Acceptance Testing (UAT), UAT dilakukan pada lingkungan
langsung pengguna yang tidak terkontrol untuk menemukan defect dan error
(Pressman 2010). Terdapat langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam
melaksanakan UAT, yaitu: pemilihan atribut pengujian dilakukan untuk memenuhi
tujuan obyektif organisasi, dan hasil pengujian akan ditindaklanjuti oleh pihak
pengembang.
Scrum Backlog Product
Dokumen lainnya yang diperlukan pada pengembangan sistem yaitu Scrum
Backlog Product atau Produk Backlog, yang merupakan suatu mekanisme kontrol
yang dapat mengkoordinasikan jadwal, pemilihan jenis pekerjaan yang perlu
dilakukan, estimasi penyelesaian pekerjaan, dan prioritas pekerjaan kebutuhan
pengguna (Satzinger 2007). Untuk mekanisme kontrol, pembagian tugas, estimasi
waktu penyelesaian dan penentuan prioritas pekerjaan disusun scrum backlog
product sebagai pedoman pelaksanaan pengembang perangkat lunak pada tahap
implementasi (Satzinger 2007). Scrum backlog product akan disesuaikan dengan
kebutuhan pengembangan sistem pada penelitian ini dan ketersediaan sumberdaya
di SPs IPB.
Backlog product terdiri atas backlog item yang merupakan tugas yang harus
diselesaikan, dibagi menjadi beberapa jenis pekerjaan (task), di mana masingmasing task akan dikerjakan kepada pekerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dibagikan. Backlog product mempunyai target waktu penyelesaian, terdiri dari
estimasi awal waktu penyelesaian dan kontrol waktu pengerjaannya (day of sprint),
sedangkan untuk prioritas pekerjaan yang harus diselesaikan disusun atas urutan
pada daftar task.

12

3 METODE
Penelitian ini melakukan evaluasi sistem yang berjalan, analisis dan
perancangan sistem informasi pelayanan administrasi akademik SPs IPB dengan
menggunakan skema basis data terintegrasi, serta pengujian rancangan skema basis
data terintegrasi, pembuatan prototipe pelayanan administrasi akademik sesuai
kebutuhan guna mendukung proses bisnis SPs, adapun langkah-langkah penelitian
sebagai berikut, seperti pada Gambar 2.

Mulai

Evaluasi Sistem yang berjalan
(Fitur, ketersediaan dok teknis, dan
manual)

SKPL

DPPL, DUPL, produk
backlog

Hasil pengukuran

Pengumpulan kebutuhan
(POB, stakeholders)

Analisis

Perancangan

OO measurement

tidak

tidak

Sesuai
kebutuhan

ya
User Acceptance Testing

Pembuatan prototipe

Hasil pengukuran
ideal (best
practices)?

ya

Selesai

DUPL

Gambar 2 Metodologi penelitian
Evaluasi sistem yang berjalan
Pada tahap ini akan dilakukan pendataan fitur-fitur yang terdapat pada
SIMAK SPs sesuai POB SPs, menganalisa data transaksi pelayanan di loket
administrasi akademik SPs, dan mempelajari dokumen teknis SIMAK SPs.
Pengumpulan Kebutuhan
Pada tahap pengumpulan kebutuhan ini dilakukan observasi ke divisi
pelaksana, wawancara dengan tenaga kependidikan (SPs IPB dan pengelola
Program Studi). Pada tahap ini dilakukan identifikasi kebutuhan stakeholders
dengan menggunakan kuesioner, responden kuesioner terdiri dari responden Tendik
dan mahasiswa, pemilihan kedua responden karena mereka merupakan pengguna

13
utama SIMAK SPs, langkah selanjutnya yaitu mengidentifikasi prioritas
pengembangan sistem.
Penyusunan kuesioner
Penyusunan kuesioner digunakan close ended question, dengan
menggunakan penilaian skala likert dengan memakai interval 1-4. Penyusunan
kuesioner terdiri dari kuesioner bagi responden Tendik dan kuesioner yang
ditujukkan bagi mahasiswa aktif pascasarjana. Penyusunan kuesioner didasarkan
pada kuesioner Evaluasi Pengguna Sistem Aplikasi (EPSA) IPB-Program IMHERE B.2.C Direktorat Komunikasi dan Sistem Informasi (DKSI) IPB tahun
2012 (http://cris-evaluation.event.ipb.ac.id/jadwal) dengan dilakukan perubahan
sesuai kebutuhan penelitian.
Beberapa pertanyaan pada kuesioner EPSA IPB dijadikan satu kategori
pertanyaan pada penelitian ini karena dinilai masih relevan dalam satu kategori,
seperti pertanyaan pada kategori dukungan (support) dan kategori bantuan
manajemen. Kategori kepuasan user dalam menggunakan sistem informasi dan
kategori peningkatan kinerja user digabung menjadi satu kategori. Kategori reward
and punishment tidak dipakai pada penelitian ini karena dianggap tidak relevan.
Penyebaran kuesioner
Penyebaran kuesioner kepada responden dilakukan dengan dua tahap, pada
tahap awal penyebaran kuesioner diperlukan untuk mengetahui valid atau tidaknya
setiap instrumen yang dipakai dalam kuesioner tersebut. Penyebaran kuesioner
tahap ini akan diberikan kepada tendik dan mahasiswa masing-masing tigapuluh
responden. Kemudian hasil dari penyebaran kuesioner pertama akan dilakukan
pengujian instrumen penelitian.
Setelah didapatkan hasil pengujian instrumen tahap selanjutnya adalah
menyebarkan kuesioner tahap 2, pada tahap ini dilakukan penyebaran kuesioner
kepada responden tendik di lingkungan SPs maupun di lingkungan departemen,
serta penyebaran kuesioner bagi mahasiswa dilakukan ke berbagai program studi.
Penyebaran dilakukan dengan dua cara yaitu secara manual, dan dengan
menggunakan kuesioner secara online dengan fasilitas Google Form secara
bersamaan dengan teknik purposive sampling. Penyebaran kuesioner secara online
dilakukan untuk memaksimalkan penyebaran kuesioner responden mahasiswa, baik
yang berada dalam lingkungan kampus maupun diluar area kampus yang sedang
melakukan penelitian.
Pengujian Instrumen Penelitian
Tahap pengujian instrumen ini dilakukan setelah hasil dari penyebaran
kuesioner tahap awal diperoleh, untuk menentukan valid atau tidak instrumen yang
diuji. Pengujian dilakukan dengan menganalisa data hasil kuesioner, dengan
menguji validitas Product Momen dan reliabilitas Alpha Cronbach’s butir-butir
pertanyaan dengan menggunakan SPSS 19. Instrumen dalam kuesioner yang telah
dinyatakan valid dan reliabel akan disebarkan kepada responden Tendik dan
mahasiswa diberbagai PS.

14
Pengolahan dan Analisis Data Kuesioner
Pada tahap ini dilakukan pengujian data hasil kuesioner tahap kedua dengan
menggunakan penilaian skala Likert dengan interval 1-4, penentuan interval
ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut: I =100, maka I / jumlah maksimal
Likert = 100 / 4 = 25. Interval kelas seperti pada Tabel 1.
Tabel 1 Pembagian kelas interval dan kriteria (Riduwan dan Akdon 2013)
Kelas Interval
0% - 25%
26% - 50%
51% - 75%
76% - 100%

Kriteria
Sangat Tidak Setuju (STS)
Tidak Setuju (TS)
Setuju (S)
Sangat Setuju (SS)

Cara mendapatkan kelompok nilai interval masing-masing butir pertanyaan
dilakukan perhitungan untuk mendapatkan skor total, skor total masing-masing
instrumen penelitian diperoleh dari total dari perkalian jumlah responden yang
memilih item dengan bobot pilihan jawaban. Total skor masing-masing instrumen
dibagi dengan nilai Y (jumlah responden x skor maksimum) dikalikan 100% untuk
memperoleh nilai skala Likert. Hasil perhitungan kemudian dimasukkan kedalam
kelas interval untuk mendapatkan kriteria STS, TS, S, atau SS seperti pada Tabel 1,
kriteria tersebut memberikan gambaran tanggapan dari keseluruhan responden
terhadap masing-masing butir pertanyaan, serta pengelompokan berdasarkan
presentase jawaban pilihan responden akan ditampilkan sebagian dari instrumen
penelitian.
Analisis
Setelah informasi kebutuhan pengguna didapatkan, akan