Analisa Kinerja Waktu Pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih, Jakarta Timur Menggunakan Precedence Diagram Method.
ANALISA KINERJA WAKTU PEMBANGUNAN GEDUNG
RUMAH SAKIT BUDHI ASIH, JAKARTA TIMUR
MENGGUNAKAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD
GITA ANISTYA SARI
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisa Kinerja Waktu
Pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih, Jakarta Timur Menggunakan
Precedence Diagram Method adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Gita Anistya Sari
F44110052
ABSTRAK
GITA ANISTYA SARI. Analisa Kinerja Waktu Pembangunan Gedung Rumah
Sakit Budhi Asih, Jakarta Timur Menggunakan Precedence Diagram Method.
Dibimbing oleh MEISKE WIDYARTI.
Tingkat kesulitan untuk mengelola dan menjalankan proyek semakin
tinggi sehingga untuk keluar dari masalah tersebut dibutuhkan manajemen proyek.
Manajemen proyek menjadi kunci utama keberhasilan proyek yang berpegang
pada tiga kendala yaitu biaya, mutu dan waktu. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kinerja waktu dengan PDM (metode preseden diagram). Metode ini
merupakan salah satu teknik penjadwalan Network Planning atau rencana jaringan
kerja yang termasuk dalam klasifikasi AON (activity on node). Pengendalian
waktu dengan PDM dilakukan berdasarkan analisa jalur kritis. Pengambilan data
dilakukan di proyek pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih, Jakarta
Timur berupa jadwal rencana dan realisasi. Hasil analisis kinerja waktu didapat
pekerjaan yang mengalami keterlambatan. Keterlambatan maksimal terjadi pada
sub pekerjaan pelapis lantai basement 2 (pekerjaan arsitektur) dengan selisih start
-39 hari dan selisih finish -32 hari dari jadwal rencana. Kurangnya koordinasi dan
komunikasi merupakan faktor dominan penyebab keterlambatan. Hal ini
menunjukkan bahwa PDM tidak dimanfaatkan dengan optimal. Secara
keseluruhan pekerjaan selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Kata kunci: PDM, jalur kritis, kinerja waktu, manajement proyek
ABSTRACT
GITA ANISTYA SARI. Analysis of Time Performance In Budhi Asih Hospital
Building Project, East Jakarta Using Precedence Diagram Method. Supervised by
MEISKE WIDYARTI.
Difficulty level for managing and running a project increased so that
project management needs to be applied. Project management is the key success
of a project, consists of triple constrain which are cost, quality and time. The
purpose of this research is to analyze the performance of time with PDM
(precedence diagram method). This method is one of Network Planning or
network plan scheduling technique which included in the classification of AON
(activity on node). Time management with PDM is based on the critical path
analysis. The datas of this research took from Budhi Asih Hospital Building
Project in East Jakarta, consist of activity plan schedule and realization plan
schedule. As a result, time performance analysis show a belated project.
Maximum delay occurs in the 2nd basement floor coating work with start
difference up to 39 days and finish difference up to 32 days from the scheduled
plan. Lack of coordination and communication is a significant factor causing the
delay. It means that the PDM is not utilized optimally. However, overall work is
completed in accordance with a predetermined time.
Keywords: PDM, critical path, time performance, project management
ANALISA KINERJA WAKTU PEMBANGUNAN GEDUNG
RUMAH SAKIT BUDHI ASIH, JAKARTA TIMUR
MENGGUNAKAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD
GITA ANISTYA SARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang dengan
bantuan dan rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret-Juni 2015 adalah manajemen
konstruksi, dengan judul Analisa Kinerja Waktu Pembangunan Gedung Rumah
Sakit Budhi Asih, Jakarta Timur Menggunakan Precedence Diagram Method.
Penulisan karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
untuk menyelesaikan Program Sarjana di Fakultas Teknologi Pertanian
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Meiske Widyarti, M. Eng
selaku pembimbing. Disamping itu, penghargaan juga penulis sampaikan kepada
PT Adhi Karya yang telah membantu dalam proses pengumpulan data. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua serta seluruh rekan-rekan
SIL 48 atas segala doa dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Gita Anistya Sari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Manajemen Proyek Konstruksi
2
Sistem Manajemen dan Kinerja Waktu Proyek
3
Precedence Diagram Method
4
Jalur dan Kegiatan Kritis
4
METODE
5
Waktu dan Tempat
5
Bahan
6
Alat
6
Prosedur Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
7
Pengolahan Data Menggunakan Microsoft Project 2013
8
Analisis Kinerja Waktu
9
SIMPULAN DAN SARAN
21
Simpulan
21
Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
23
RIWAYAT HIDUP
38
DAFTAR TABEL
Master schedule pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih
Pekerjaan persiapan dan pekerjaan struktur yang tidak terlambat
Pekerjaan arsitektur dan pekerjaan interior yang tidak terlambat
Pekerjaan arsitektur yang mengalami keterlambatan
Faktor-faktor penyebab keterlambatan pada pekerjaan arsitektur
Pekerjaan mekanikal dan elektrikal serta non-konstruksi yang
mengalami keterlambatan
7 Faktor-faktor penyebab keterlambatan pada pekerjaan mekanikal dan
elektrikal serta pekerjaan non-konstruksi.
1
2
3
4
5
6
8
10
11
14
16
16
19
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Prinsip fungsional manajemen proyek
Ketergantungan biaya, mutu dan waktu
Node kegiatan PDM
Contoh jalur kritis dengan perhitungan maju dan perhitungan mundur
Lokasi penelitian
Diagram alir prosedur penelitian
Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan persiapan
Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pada pekerjaan struktur
basement 2
Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pada pekerjaan struktur STP,
ground tank, Sewage pit.
Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan arsitektur
dengan keterlambatan maksimal
Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan arsitektur dengan
keterlambatan minimal
Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan mekanikal dan
elektrikal dengan keterlambatan maksimal
Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan mekanikal
dan elektrikal dengan keterlambatan minimal
Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan non-konstruksi
2
3
4
5
5
7
12
13
13
15
15
18
18
19
DAFTAR LAMPIRAN
1 Pembagian zona pengerjaan bangunan Gedung
2 Kondisi lokasi penelitian
3 Hasil pengolahan jadwal rencana dan realisasi
23
24
25
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini membutuhkan
manajemen di berbagai bidang karena keterpaduan antara teknologi yang dipakai
dan manajemen yang diterapkan akan membuahkan hasil atau produk yang
optimum, salah satunya di bidang proyek konstruksi. Seiring dengan
perkembangan penduduk dan kemajuan ekonomi, tingkat kesulitan untuk
mengelola dan menjalankan sebuah proyek juga semakin tinggi sehingga untuk
keluar dari masalah tersebut dibutuhkan manajemen proyek yang baik.
Manajemen proyek yang baik menjadi kunci utama keberhasilan proyek
pembangunan yang berpegang pada tiga kendala (triple constrain) yaitu biaya,
mutu dan waktu.
Keterkaitan waktu dalam pelaksanaan proyek konstruksi perlu mendapat
perhatian serius untuk menghindari keterlambatan proyek. Dalam mengurangi
resiko keterlambatan proyek dapat dilakukan pemilahan metode pelaksanaan dan
jadwal yang tepat untuk memperoleh hasil yang optimum. Secara langsung hal ini
juga dapat mengurangi terjadinya pembengkakan biaya proyek serta pada
akhirnya memberikan keuntungan bagi kontraktor sebagai penanggungjawab
pelaksanaan proyek.
Performa yang kurang baik dalam ketepatan waktu banyak dijumpai pada
pelaksanaan proyek saat ini. Oleh karena itu, salah satu metode yang efektif untuk
merencanakan dan mengendalikan waktu pelaksanaan adalah precedence diagram
method (PDM) dengan perangkat lunak Microsoft Project. Metode ini dapat
mendeteksi sedini mungkin terjadinya keterlambatan waktu pelaksanaan sehingga
dapat dilakukan antisipasi dan langkah-langkah yang tepat agar proyek selesai
tepat waktu.
Kegiatan pengendalian proyek dengan PDM bertujuan untuk
mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan waktu penyelesaian total
proyek yang bersangkutan dengan analisa jalur kritis. Semakin sedikit jumlah
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek, semakin sedikit
biaya yang diperlukan. Untuk itu, pengoptimalan ketersediaan cadangan waktu
dapat menjadi solusi agar kegiatan proyek tidak terlambat.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana teknik mengidentifikasi keterlambatan proyek ?
2. Bagaimana mengetahui pekerjaan kritis ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keterlambatan?
2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menyusun kinerja waktu proyek pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi
Asih, Jakarta Timur menggunakan perangkat lunak Microsoft Project 2013 dan
menentukan pekerjaan yang bersifat kritis dan tidak kritis.
2. Menganalisis pekerjaan-pekerjaan yang mengalami keterlambatan atau
kemajuan.
3. Menentukan faktor-faktor penyebab keterlambatan.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk
menganalisis dan mengevaluasi kinerja waktu pada suatu proyek pembangunan,
khususnya pada pembangunan gedung.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian hanya dilakukan terhadap manajemen kinerja waktu pada proyek
pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih di Jakarta Timur.
2. Analisis dan evaluasi terhadap kinerja waktu hanya dilakukan terhadap 4
(empat) lantai dengan precedence diagram method (PDM) menggunakan
perangkat lunak Microsoft Project 2013.
TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen Proyek Konstruksi
Fungsi dari manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisasi,
melaksanakan, mengawasi dan mengendalikan sumber daya yang ada secara
efektif dan efesien agar tercapai tujuan proyek secara optimal. Sumber daya yang
dialokasikan dalam proyek pembangunan terdiri dari sumber daya manusia
(manpower), sumber daya peralatan (machiners), sumber daya bahan bangunan
(material), sumber daya modal (money) dan metode yang digunakan (method).
Prinsip fungsional manajemen proyek ditunjukkan pada Gambar 1.
Manajemen
proyek
Fungsi manajemen
proyek:
Planning
Organizing
Actuating
Monitoring
Controlling
Output:
Waktu
Biaya
Sumber Daya
Mutu
Gambar 1 Prinsip fungsional manajemen proyek
3
Penerapan manajemen proyek pada sebuah pembangunan ditujukan untuk
mendapatkan metode atau cara teknis yang paling baik agar dengan sumber daya
yang terbatas dapat diperoleh hasil maksimal dalam hal kecepatan, penghematan,
dan keselamatan kerja secara komperhensif. Untuk pencapaian hasil yang
maksimal diperlukan pengendalian mutu (Quality Control), pengendalian biaya
(Cost Control) dan pengendalian waktu pelaksanaan (Time Control).
Menurut Soeharto (1997), sasaran proyek yang merupakan tiga kendala
(triple constrain) dalam proyek memiliki hubungan yang saling tarik-menarik.
Artinya jika ingin mempercepat waktu konstruksi tetapi ingin mempertahankan
kualitas, maka pembiayaan akan naik. Sebaliknya jika ingin mempercepat waktu
konstruksi tapi tidak mau menaikkan penbiayaan maka kualitas tidak mungkin
dipertahankan. Ketiga hubungan tersebut disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Ketergantungan biaya, mutu dan waktu (Dipohusodo 1996)
Sistem Manajemen dan Kinerja Waktu Proyek
Manajemen waktu pada proyek konstruksi merupakan proses pengaturan,
pengawasan dan pengendalian jadwal dalam kegiatan proyek. Pengendalian
manajemen proyek yang terencana akan menghasilkan potensi dalam berbagai hal
sesuai sasaran (Kerzner 1995).
Standar kinerja waktu ditentukan dengan merujuk seluruh tahapan kegiatan
proyek beserta durasi dan penggunaan sumber daya (Mulatama 2012). Sistem
manajemen waktu berpusat pada berjalan atau tidaknya perencanaan dan
penjadwalan proyek. Penjadwalan proyek digunakan untuk mengontrol aktivitas
proyek setiap harinya. Menurut Clogh dan Sears (1991), aspek-aspek manajemen
waktu merupakan proses yang saling berurutan satu dengan lainnya. Aspek-aspek
tersebut berupa penjadwalan proyek, mengukur dan membuat laporan dari
kemajuan proyek, membandingkan penjadwalan dengan kemajuan realisasi
proyek, menentukan akibat yang ditimbulkan oleh perbandingan jadwal dengan
kemajuan realisasi proyek pada akhir penyelesaian proyek, merencanakan
penanganan untuk mengatasi akibat yang ditimbulkan dari perbandingan tersebut,
serta memperbaharui kembali penjadwalan proyek.
4
Sistem manajemen waktu dapat dilakukan dengan metode kurva S, barchart,
network planning, dan kurva earned value. Penggunaan metode tersebut
memberikan hasil yang perlu dievaluasi dan dikoreksi agar kinerja waktu berjalan
sesuai rencana. Pertimbangan penggunaan metode-metode tersebut didasarkan
atas kebutuhan dan hasil yang ingin dicapai terhadap kinerja penyelesaian proyek
(Husen 2010).
Precedence Diagram Method
Precedence Diagram Method (PDM) merupakan salah satu teknik
penjadwalan Network Planning atau rencana jaringan kerja yang termasuk dalam
klasifikasi AON (activity on node). Dalam PDM, kegiatan dituliskan di dalam
node yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak panah hanya sebagai
petunjuk hubungan antara kegiatan-kegiatan yang bersangkutan.
Informasi yang terdapat dalam node sama seperti pada CPM (critical path
method) berupa durasi, nomor kegiatan, deskripsi kegiatan, early start (ES), early
finish (EF), late start (LS), late finish (LF) dan float yang terjadi (Lenggogeni
2013). Di dalam kotak terkadang dibuat kolom kecil sebagai tempat
mencantumkan tanda persen (%) penyelesaian pekerjaan. Kolom ini akan
membantu mempermudah mengamati dan memonitor progres pelaksanaan
kegiatan (Setiyanto 2010). Hubungan antar kegiatan dalam metoda ini
ditunjukkan oleh sebuah garis penghubung yang dapat dimulai dari kegiatan kiri
ke kanan atau dari kegiatan atas ke bawah.
Gambar 3 Node kegiatan PDM
Keterangan:
ES (Earliest Start): waktu mulai paling awal suatu kegiatan.
EF (Earliest Finish): waktu selesai paling awal suatu kegiatan.
LS (Latest Start): waktu paling akhir kegiatan boleh mulai.
LF (Latest Finish): waktu paling akhir kegiatan boleh selesai.
TF (Total Float): waktu sebuah aktifitas dapat ditunda pelaksanaannya tanpa
menunda durasi total dari sebuah proyek (Fadjar 2009).
FF (Free Float): waktu yang tersedia tanpa mempengaruhi status awal.
Jalur dan Kegiatan Kritis
Jalur dan kegiatan kritis PDM mempunyai sifat yang sama dengan CPM
begitu juga dengan prinsip perhitungannya. Perhitungan tersebut terdiri dari
perhitungan maju dan perhitungan mundur. Menurut Sanjaya & Sahrizal (2010),
perhitungan maju menghasilkan ES, EF dan kurun waktu penyelesaian proyek
5
dengan cara diambil angka ES terbesar pada kegiatan terdahulu (predecessor) dan
waktu awal dianggap nol. Sedangkan perhitungan maju dapat menentukan LS, LF,
kurun waktu float dengan cara diambil angka LS terkecil (lebih dari satu kegiatan
bergabung). Jika nilai float adalah nol atau (ES=LS), (EF=LF) maka pekerjaan
tersebut bersifat kritis. Kegiatan-kegiatan dalam proyek diklasifikasikan menjadi
kegiatan kritis dan kegiatan nonkritis (Arifudin 2010). Apabila salah satu kegiatan
kritis mengalami keterlambatan maka penyelesaian seluruh pekerjaan juga akan
terlambat (Yunus & Wartinah 2013).
Gambar 4 Contoh jalur kritis dengan perhitungan maju dan perhitungan mundur
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2015. Pengambilan data
dilakukan di proyek pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih, Jakarta
Timur. Pengolahan dan analisa data dilakukan secara intensif bersama
pembimbing skripsi di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Gambar 5 Lokasi penelitian
6
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
diperoleh dari proyek pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih di Jakarta
Timur. Data tersebut berupa jadwal rencana dan realisasi kegiatan, kurva S
rencana dan realisasi, bar chart serta laporan kegiatan proyek pembangunan.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seperangkat komputer yang
dilengkapi dengan perangkat lunak Microsoft Project 2013, Microsoft Excel 2010
dan Microsoft Word 2010.
Prosedur Analisis Data
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain:
Persiapan penelitian
Tahap persiapan dilakukan untuk penentuan lokasi penelitian, penentuan data
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian dan dilakukan penginstalan
program Microsoft Project 2013.
Pengumpulan Data Penelitian
Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data jadwal kegiatan proyek
pembangunan (jadwal rencana, jadwal realisasi pembangunan dan laporan
harian serta mingguan).
Pengolahan Data Menggunakan Microsoft Project 2013
Pengolahan data dilakukan dengan menginput jadwal rencana dan realisasi
proyek pada Microsoft Project 2013 serta menentukan pekerjaan bersifat kritis.
Membandingkan Jadwal Rencana dan Realisasi Kegiatan
Pada tahap ini dilakukan perbandingan realisasi kegiatan terhadap kesesuaian
kegiatan pembangunan yang telah ditetapkan berdasarkan jadwal rencana dan
realisasi selama proyek berlangsung.
Menganalisis Kinerja Waktu
Analisis dilakukan dengan menentukan kesesuaian waktu kegiatan realisasi
dengan waktu kegiatan rencana proyek yang dianalisis berdasarkan jalur kritis
menggunakan PDM serta menentukan apakah terjadi keterlambatan atau
kemajuan dalam kinerja waktu pada proyek pembangunan. Analisis hanya
dilakukan pada 4 (empat) lantai yaitu basement 2, basement 1, lantai 1, lantai 2,
lantai 3 dan lantai 4.
Menentukan Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan
Pada tahapan ini, penelitian difokuskan untuk menentukan faktor-faktor yang
menyebabkan keterlambatan pada proyek pembangunan dan diberikan
tindakan perbaikan terhadap keterlambatan tersebut.
Penyusunan Laporan Akhir
Prosedur pelaksanaan penelitian dirangkum dalam bentuk diagram alir yang
disajikan pada Gambar 6.
7
Persiapan Penelitian
Pengumpulan Data
Jadwal rencana
Jadwal realisasi
Pengolahan Data Jadwal Rencana dan Realisasi
Pekerjaan (Ms. Project 2013)
Menganalisis Kinerja
Waktu
(Membandingkan
kesesuaian waktu
a
kegiatan)
Ya
Tidak
Menganalisis Faktor
Penyebab Keterlambatan
Tindakan Perbaikan
Terhadap Keterlambatan
Penyusunan Laporan
Gambar 6 Diagram alir prosedur penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian mengenai manajemen waktu dilakukan pada pembangunan
Gedung Rumah Sakit Budhi Asih di Jakarta Timur dengan menggunakan analisis
jalur kritis berupa PDM. Pembangunan ini merupakan proyek pengembangan dari
gedung lama yang memiliki luasan sebesar 13760,08 m2 dan terdiri dari 12 lantai
yaitu 2 lantai untuk basement, 1 lantai mezzanine, 8 lantai utama dan 1 lantai atap.
Pengerjaan bangunan dilakukan berdasarkan pembagian zona. Zona 1 dan
zona 2 merupakan bangunan utama untuk menjalankan operasional pemakaian
gedung rumah sakit. Jembatan yang menghubungkan gedung lama dan gedung
baru berada pada zona 3. Zona 4 hanya terdapat dari lantai dasar hingga lantai 3
8
sedangkan RAMP berada pada zona terpisah. Kondisi dari gedung ini sudah
mencapai 100%. Pembagian zona dan kondisi gedung disajikan dalam Lampiran 2
dan 3.
Pengolahan Data Menggunakan Microsoft Project 2013
Pengolahan data dilakukan dengan program Microsoft Project 2013.
Program ini dirancang untuk membantu manajer proyek dalam menentukan
rencana, menetapkan sumber daya untuk pekerjaan, pengawasan kemajuan,
pengelolaan anggaran, dan menganalisis beban kerja (Yunus & Wartinah 2013).
Program ini memiliki kemampuan untuk membuat jadwal dalam bentuk lintasan
kritis.
Pengolahan data dilakukan atas beberapa tahap. Tahap pertama, dijalankan
program Microsoft Project 2013 dan dilakukan pengaturan tanggal mulai
pembangunan sesuai dengan kalender kerja. Pengaturan kalender ditujukan untuk
menentukan hari kerja, waktu kerja dan hari libur. Pada proyek ini dimulai tanggal
9 Desember 2013 dengan waktu kerja jam 8.00-12.00 WIB, 13.00-17.00 WIB (7
hari kerja). Namun pada realisasinya jam kerja terkadang ditambah untuk
memenuhi target. Proyek ditargetkan selesai selama 360 hari. Tahap kedua,
dilakukan pengisian jadwal rencana pembangunan berupa daftar pekerjaan,
tanggal mulai dan selesai pekerjaan, serta durasi pekerjaan. Data rencana (master
schedule) disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Master schedule pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih
Durasi
Jenis Pekerjaan
Start
Finish
(days)
0
Mon 9/12/13
Mon 9/12/13
Start
Pekerjaan persiapan fisik
150 Mon 9/12/13
Sun 7/5/14
Pekerjaan struktur
190
Sat 21/12/13
Sat 28/6/14
Pekerjaan arsitektur
208
Thu 24/4/14
Mon 1/12/14
Pekerjaan interior
108
Sat 9/8/14
Mon 24/11/14
Pekerjaan sarana dan prasarana
112
Tue 12/8/14
Mon 1/12/14
Pekerjaan rehabilitasi gedung
112
Tue 12/8/14
Mon 1/12/14
Pekerjaan mekanikal dan elektrikal
208
Thu 24/4/14
Mon 1/12/14
Pekerjaan non Konstruksi
120
Mon 9/12/13
Mon 7/4/14
0
Wed 3/12/14
Wed 3/12/14
Finish
Tahap ketiga, diinput data predecessor dan successor yang digunakan untuk
membuat hubungan antar pekerjaan sehingga akan terbentuk suatu keterkaitan
pekerjaan satu dengan yang lainnya. Terakhir, menampilkan pekerjaan kritis dan
lintasan kritis. Pekerjaan kritis merupakan pekerjaan yang berpengaruh terhadap
waktu penyelesaian proyek (Irawan 2008). Output yang didapat dari penggunaan
Microsoft Project 2013 berupa diagram yaitu gant chart dan network diagram.
Hasil pengolahan jadwal rencana dengan Microsoft Project 2013,
diidentifikasi terdapat pekerjaan yang bersifat kritis, yaitu:
1. Pembersihan lapangan (pekerjaan persiapan)
9
2. Demobilisasi peralatan dan alat berat (pekerjaan persiapan)
3. Pondasi bored pile dan souldier pile (pekerjaan struktur)
4. Galian tanah basement ( pekerjaan struktur lantai basement 2)
5. Pile cap dan slab (pekerjaan struktur lantai basement 2)
6. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai basement 2)
7. Balok dan Plat (lantai basement 1)
8. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai basement 1)
9. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 1)
10. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai Mezzanine)
11. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 2)
12. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 3)
13. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai 3)
14. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 4)
15. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai 4)
16. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 5)
17. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai 5)
18. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 6)
19. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai 6)
20. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 7)
21. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai 7)
22. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 8)
23. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai 8)
24. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai atap)
25. Kolom (pekerjaan struktur lantai atap)
26. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai atap dan tangga)
27. Dinding dan plesteran (pekerjaan arsitektur lantai 8)
28. Dinding dan plesteran (pekerjaan arsitektur lantai atap)
29. Pelapis lantai homogenous (pekerjaan arsitektur lantai 8)
30. Plafond gypsum board (pekerjaan arsitektur lantai 8)
31. Kusen, daun pintu dan jendela (pekerjaan arsitektur lantai atap)
32. Sanitair (pekerjaan arsitektur lantai 8)
33. Pengecatan (pekerjaan arsitektur lantai atap)
Pekerjaan kritis tersebut akan saling berhubungan sehingga membentuk
suatu lintasan kritis. Dalam jaringan kerja terkadang ditemukan lebih dari satu
jalur kritis. Menurut Pranam et al. (2014), jalur kritis memerlukan perhatian
maksimal dari pengelola proyek, terutama pada periode perencanaan dan
implementasi pekerjaan yang bersangkutan, misalnya dengan memberikan
prioritas utama dalam alokasi sumber daya berupa tenaga kerja, peralatan dan
penyedia. Kegiatan kritis dari suatu proyek umumnya kurang dari 20% total
pekerjaan (Soeharto 1997) sehingga memberikan perhatian lebih dan dianggap
tidak akan mengganggu kegiatan lain jika direncanakan dengan baik.
Analisis Kinerja Waktu
Pada pembangunan ini diidentifikasi terjadi perbedaan pelaksanaan
dilapangan dengan rencana yang disepakati, terdapat beberapa pekerjaan
pembangunan yang dikerjakan lebih lambat dan terdapat beberapa pekerjaan yang
10
dikerjakan lebih awal dari rencana. Analisis kinerja waktu dilakukan terhadap 4
lantai mulai dari basement 2 - lantai 4. Berikut hasil analisis kinerja waktu :
Pekerjaan yang tidak mengalami keterlambatan
Pekerjaan yang tidak mengalami keterlambatan ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Pekerjaan persiapan dan pekerjaan struktur yang tidak terlambat
Nama
No
Jenis Pekerjaan
Pekerjaan
1.
Pekerjaan 1. Pembersihan lapangan
9. Penyediaan listrik kerja
persiapan
(kritis)
(kritis)
2. Pengukuran, dan
10. Mobilisasi peralatan dan
pemasangan bowplank
alat berat
3. Pagar sementara
11. Demobilisasi peralatan
4. Kantor direksi
dan alat berat (kritis)
5. Kantor dan gudang
12. Pondasi TC
6. Barak pekerja
13. Dewatering
7. Pessenger hoist (kritis) 14. Cleaning pit
8. Penyediaan air kerja
15. Anti rayap
(kritis)
2.
Pekerjaan 1. Pondasi bored pile dan
c. Lantai 1
struktur
souldier pile (kritis)
d. Lantai mezzanine
2. Pile cap dan slab
e. Lantai 2
basement 2 (kritis)
f. Lantai 3 (kritis)
3. Balok dan plat :
g. Lantai 4 (kritis)
a. Basement 1 (kritis)
5. Tangga:
b. Lantai 1 (kritis)
a. Basement 2
c. Lantai mezzanine
b. Basement 1
(kritis)
c. Lantai 1
d. Lantai 2(kritis)
d. Lantai mezzanine
e. Lantai 3 (kritis)
e. Lantai 2
f. Lantai 4(kritis)
f. Lantai 3
4. Kolom, dinding, SW:
g. Lantai 4
a. Basement 2 (kritis)
6. Ramp:
b. Basement 1 (kritis)
a. Basement 1
b. Lantai 1
c. Lantai mezzanine
d. Lantai 2
e. Lantai 3
f. Lantai 4
Hasil analisis kinerja waktu menunjukkan bahwa pelaksana telah
melakukan pekerjaan diatas sesuai dengan jadwal rencana pembangunan dan
memperhatikan kegiatan yang bersifat kritis selama pekerjaan berlangsung,
sehingga pekerjaan diatas berjalan dengan baik dan tepat waktu. Pekerjaan
persiapan dengan kemajuan maksimal terjadi pada pekerjaan pessenger hoist dan
pondasi TC dengan selisih finish +4 hari dari rencana. Artinya pekerjaan ini
selesai 4 hari lebih awal dari rencana. Sedangkan untuk perkerjaan struktur
11
dengan kemajuan maksimal terjadi pada pekerjaan ramp di lantai 4 dengan selisih
finish +6 hari dari rencana. Perkembangan pekerjaan persiapan, pekerjaan struktur
dan rentang durasi penyelesaian disajikan pada Lampiran 3. Selain pekerjaan
diatas, terdapat pekerjaan lain yang tidak mengalami keterlambatan yaitu
beberapa pekerjaan arsitektur dan interior. Pekerjaan tersebut disajikan pada Tabel
3.
Tabel 3 Pekerjaan arsitektur dan pekerjaan interior yang tidak terlambat
Nama
No
Jenis Pekerjaan
Pekerjaan
1.
Pekerjaan
1. Pekerjaan pelapis
7. Plafond spandrel
arsitektur
lantai homogenous:
lantai 1
a. Lantai 1
8. Pekerjaan kusen,
b. Lantai mezzanine
daun pintu, jendela:
c. Lantai 2
a. Basement 2
d. Lantai 3
b. Basement 1
e. Lantai 4
c. Lantai 1
2. lantai parkit: Lantai
d. Lantai
2
mezzanine
3. Rise floor : Lantai
e. Lantai 2
mezzanine
f. Lantai 3
4. Pelapis dinding
g. Lantai 4
sandwitch panel
9. Pekerjaan sanitair:
system:
a. Lantai 2
a. Lantai 1
b. Lantai 3
b. Lantai 2
10. Pengecatan:
c. Lantai 3
a. Basement 2
d. Lantai 4
b. Basement 1
5. Plafond gypsum:
c. Lantai 1
a. Lantai 1
d. Lantai
b. Lantai 3
mezzanine
c. Lantai 4
e. Lantai 2
6. Plafond calsiboard:
f. Lantai 3
a. Basement 2
g. Lantai 4
b. Basement 1
11. Pekerjaan railing
c. Lantai 2
tangga,void
2.
Pekerjaan
1. Pekerjaan kayu halus
interior
2. Pekerjaan dinding praktisi:
a. Lantai 1
b. Lantai 2
c. Lantai 3
d. Lantai 4
3. Pekerjaan pintu utama
4. Pekerjaan sarana dan prasarana
Pekerjaan diatas yang memiliki rentang waktu penyelesaian lebih cepat
adalah pekerjaan kayu halus dan dinding praktisi pada pekerjaan interior. Rentang
waktu penyelesaian dari kedua pekerjaan tersebut adalah kurang 29 hari dari
12
rencana. Pekerjaan yang diselesaikan lebih awal akan memberikan keuntungan
bagi pelaksana (Messah 2013). Perkembangan pekerjaan arsitektur, pekerjaan
interior dan rentang durasi penyelesaian dapat ditinjau pada Lampiran 3.
Pekerjaan yang mengalami keterlambatan
Pekerjaan yang terlambat terjadi pada pekerjaan persiapan, pekerjaan
struktur, pekerjaan arsitektur, pekerjaan mekanikal dan elektrikal serta pekerjaan
non konstruksi. Pekerjaan persiapan yang tidak sesuai dengan rencana adalah
sewa tower crane dan genset. Hal ini menunjukkan bahwa pada pekerjaan
persiapan berjalan kurang baik, namun karena pekerjaan sewa tower crane tidak
bersifat kritis, sehingga tidak berpengaruh terhadap waktu penyelesaian pekerjaan
persiapan seluruhnya. Untuk mengatasi hal ini perlu koordinasi yang baik dengan
bagian penyedia alat. Perkembangan pekerjaan persiapan disajikan pada Gambar
7.
Gambar 7 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan persiapan
Berdasarkan Gambar 7 ditunjukkan bahwa pada pekerjaan sewa tower
crane terjadi keterlambatan dengan selisih start -9 dan selisih finish -6, artinya
pekerjaan tersebut selesai lebih 6 hari dari rencana. Keterlambatan disebabkan
karena tower crane digunakan secara bergantian, selain itu adanya kerusakan pada
tower crane menyebabkan waktu yang ditargetkan dipergunakan untuk perbaikan.
Pekerjaan struktur yang mengalami keterlambatan terjadi pada pekerjaan
galian tanah dan urugan tanah basement 2. Keterlambatan ditunjukkan
berdasarkan Gambar 8.
Gambar 8 menunjukkan bahwa pada pekerjaan galian tanah terjadi
keterlambatan dengan selisih start -1 hari dan selisih finish -7 hari. Sedangkan
pada pekerjaan urugan tanah terjadi keterlambatan dengan selisih finish -6 hari.
Faktor penyebab keterlambatan tersebut karena di basement 2 terdapat sambungan
pipa PDAM yang banyak terpasang sehingga menjadi kendala dalam proses
galian dan urugan tanah terutama ketika alat berat yang digunakan untuk galian
dan urugan tanah bersinggungan dengan pipa PDAM tersebut.
13
Gambar 8 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pada pekerjaan struktur
basement 2
Keterlambatan pada galian dan urugan tanah di basement 2 menyebabkan
pekerjaan STP (Sewage Treatment Plant), pekerjaan ground tank dan pekerjaan
Sewage pit terlambat. Hal ini terjadi karena pekerjaan galian dan urugan basement
2 bersifat kritis yang memiliki jaringan pekerjaan dengan pekerjaan STP,
pekerjaan ground tank dan Sewage pit. Keterlambatan tersebut disajikan pada
Gambar 9.
Gambar 9 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pada pekerjaan struktur STP,
ground tank, sewage pit.
Berdasarkan Gambar 9 ditunjukkan bahwa terjadi keterlambatan yang
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pihak kontraktor tidak memperhatikan
schedule karena pekerjaan kritis yang mengalami keterlambatan sangat
mempengaruhi waktu penyelesaian pekerjaan lain. Seharusnya jika terjadi kondisi
seperti ini dilakukan perhatian lebih pada pekerjaan yang bersifat kritis dan
dilakukan percepatan penyelesaian pada pekerjaan berikutnya. Pekerjaan lainnya
yang mengalami keterlambatan disajikan dalam Tabel 4 dan 6.
Pada Tabel 4 dapat ditinjau bahwa pekerjaan-pekerjaan tersebut berjalan
tidak sesuai rencana. Hal ini menunjukkan pekerjaan arsitektur berjalan kurang
baik pada pembangunan. Keterlambatan dapat ditinjau pada Gambar 10 dan 11.
14
Tabel 4 Pekerjaan arsitektur yang mengalami keterlambatan
No
Nama
Jenis Pekerjaan
Pekerjaan
1. Pekerjaan
dinding a. Basement 2
e. Lantai 2
dan pelesteran
b. Basement 1
f. Lantai 3
c. Lantai 1
g. Lantai 4
d. Lantai mezzanine
2. Pekerjaan
a. Basement 1
waterproofing
b. Lantai 1
c. Lantai 2
d. Lantai 3
e. Lantai 4
3. Pekerjaan
pelapis a. Basement 2 (floor hardener, homogenous
lantai
tile, keramik)
b. Basement 1 (floor hardener, homogenous
tile, keramik)
c. Lantai 2 (lantai vynil)
d. Lantai 3 (lantai vynil)
e. Lantai 4 (lantai vynil)
f. Lantai 1 (lantai vynil)
4. Pekerjaan
pelapis a. Basement 2 (homogenous tile, homogenous
dinding
granit, cubicle kamar mandi)
b. Basement 1 (homogenous tile, homogenous
granit, cubicle kamar mandi)
c. Lantai mezzanine (pekerjaan pelapis dinding
homogenous tile, homogenous granit, cubicle
kamar mandi)
d. Lantai 1 (pekerjaan pelapis dinding
homogenous tile, homogenous granit, cubicle
kamar mandi)
e. Lantai 2 ((pekerjaan pelapis dinding
homogenous tile, homogenous granit, cubicle
kamar mandi)
f. Lantai 3 (pekerjaan pelapis dinding
homogenous tile, homogenous granit, cubicle
kamar mandi)
g. Lantai 4 (pekerjaan pelapis dinding
homogenous tile, homogenous granit)
5. Pekerjaan plafond
a. Basement 2 (gypsum board, calsiboard,
expose)
b. Basement 1 (gypsum board, calsiboard,
expose)
c. Lantai 1 (gypsum board, expose)
d. Lantai 2 (gypsum board, calsiboard, expose)
e. Lantai 3 (gypsum board, calsiboard, expose)
f. Lantai 4 (gypsum board, calsiboard, expose)
6. Pekerjaan sanitair
a. Basement 2
c. Lantai 1
b. Basement 1
15
Gambar 10 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan arsitektur dengan
keterlambatan maksimal
Berdasarkan Gambar 10, hasil analisis diketahui adanya keterlambatan
maksimal pada pekerjaan pelapis lantai basement 2 yaitu dengan selisih start -39
hari dan selisih finish -32 hari. Namun, keterlambatan tersebut tidak berpengaruh
pada aktivitas keseluruhan pekerjaan arsitektur karena pekerjaan pelapis lantai
basement 2 tidak berada pada lintasan kritis. Sedangkan untuk pekerjaan dengan
keterlambatan minimal terjadi pada pekerjaan dinding dan plesteran lantai
mezzanine, tepatnya pekerjaan plesteran. Pekerjaan tersebut memiliki selisih start
0 hari dan selisih finish -2 hari. Keterlambatan minimal disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan arsitektur dengan
keterlambatan minimal
Pekerjaan arsitektur yang mengalami keterlambatan disebabkan karena
beberapa faktor yang disajikan dalam Tabel 5. Menurut Najafabadi (2013),
keterlambatan pelaksanaan proyek menyebabkan konflik dan perdebatan tentang
apa dan siapa yang menjadi penyebab, juga tuntutan waktu dan biaya tambah.
Begitu juga yang terjadi pada pembangunan ini, keterlambatan pelaksanaan
menyebabkan kerugian bagi pemilik dan kontraktor. Kontraktor harus
16
mempercepat pekerjaan dengan menambah jam kerja. Penambahan jam kerja
dilakukan kontraktor pada pekerjaan struktur untuk antisipasi terjadinya
keterlambatan. Namun, penambahan jam kerja menyebabkan biaya pengeluaran
lebih besar karena diperlukan biaya tambah untuk upah pekerja.
No.
1.
2.
3.
4.
Tabel 5 Faktor-faktor penyebab keterlambatan pada pekerjaan arsitektur
Jenis
Faktor Keterlambatan
Solusi
Pekerjaan
Pekerjaan
1. Terlambatnya penyediaan
1. Mempercepat
dinding dan
material bata ringan karena
kedatangan
pelesteran
terlambat dipesan.
material.
2. Terdapat pekerjaan tangga
2. Harus lebih
yang terlambat karena terjadi
memperhatikan
kesalahan pemasangan
jadwal pelaksanaan
bordes akibat jumlah anak
pekerjaan.
tangga tidak sesuai sehingga 3. Menambah
mempengaruhi pekerjaan
pengawasan yang
dinding.
ketat di lapangan.
3. Tenaga kerja yang kurang
bertanggung jawab.
Pekerjaan
Pemilihan material
Harus dilakukan
waterproofing waterproofing untuk di kamar
koordinasi yang baik
mandi belum disetujui owner.
antara owner dengan
kontraktor dan harus
memperhatikan
jadwal.
Pekerjaan
Persetujuan material seperti
Harus dilakukan
pelapis
lantai keramik lantai, homogenous
koordinasi yang lebih
dan dinding
tile dan homogenous granit
baik lagi antara pihak
dinding yang belum disetujui owner dengan kontraktor,
oleh owner mengenai jenis,
harus lebih
warna, pola, ukuran, merk
memperhatikan jadwal
yang menyebabkan material
pelaksanaan pekerjaan
terlambat dipesan.
dan mempercepat
kedatangan material.
Pekerjaan
1. Terdapat pekerjaan
1. Harus lebih
plafond
dinding dan plesteran
memperhatikan
yang belum selesai,
jadwal pelaksanaan
keterlambatan karena
pekerjaan.
pekerja.
2. Perlunya peningkatan
2. Keterlambatan datangnya
pengawasan yang
plafond gypsum dan
ketat terhadap pekerja
calsiboard.
dilapangan.
3. Harus
mempercepat
kedatangan material.
17
No. Jenis Pekerjaan
5.
Pekerjaan
sanitair
Faktor Keterlambatan
1. Keterlambatan pengiriman
material pipa.
2. Keterlambatan karena
pemasangan jaringan pipa
oleh sub-kontraktor.
Solusi
1. Harus dilakukan
koordinasi yang lebih
baik dengan pihak
penyedia bahan
sehingga pengiriman
akan selalu tepat
waktu.
2. Harus bekerja dengan
lebih memperhatikan
jadwal pelaksanaan
dan memberikan
pengawasan yang
lebih ketat di
lapangan.
Selain pekerjaan arsitektur, terdapat pekerjaan mekanikal dan elektrikal
serta pekerjaan non-konstruksi yang mengalami keterlambatan. Pekerjaan tersebut
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Pekerjaan mekanikal dan elektrikal serta non-konstruksi yang mengalami
keterlambatan
No.
Nama
Jenis Pekerjaan
Pekerjaan
1. Pekerjaan
a. Sistem plumbing
mekanikal
b. Sistem fire fighting
c. Sistem gas medis
d. Sistem pneumatic tube
e. Sistem tata udara dan ventilasi mekanis
f. Sistem transportasi dalam
g. Gandola
2. Pekerjaan
a. Sistem listrik dan penangkal petir
elektrikal
b. Sistem diesel generating set
c. Sistem pengindera api
d. Sistem tata suara
e. Sistem teknologi informasi dan komunikasi
f. Sistem sirquit close televition (CCTV)
g. Sistem nurse call
h. Sistem antrian poly
3. Pekerjaan
a. Penambahan daya
nonb. Line telepone 10 line
konstruksi
c. Penyambungan air PAM
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa pekerjaan tersebut berjalan
dengan tidak baik, karena semua pekerjaan pada pekerjaan mekanikal dan
elektrikal serta pekerjaan non-konstruksi mengalami keterlambatan. Pekerjaan
tersebut tidak berada pada lintasan kritis sehingga, keterlambatan tidak
18
berpengaruh pada waktu penyelesaian proyek. Perkembangan pekerjaan
mekanikal dan elektrikal disajikan dalam Gambar 12.
Gambar 12 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan mekanikal dan
elektrikal dengan keterlambatan maksimal.
Pada Gambar 12 dapat ditinjau pekerjaan dengan keterlambatan maksimal
yaitu pekerjaan sistem transportasi dalam gedung (pekerjaan mekanikal) dengan
selisih start pekerjaan +2 hari dan selisih finish -28 hari. Artinya pekerjaan
tersebut dimulai lebih awal 2 hari namun mengalami keterlambatan dengan waktu
penyelesaian lebih 28 hari dari rencana. Keterlambatan ini cukup signifikan bila
dibandingkan dengan pekerjaan mekanikal lain yang mengalami keterlambatan.
Sedangkan pekerjaan mekanikal dan elektrikal yang mengalami keterlambatan
minimal terjadi pada pekerjaan mekanikal berupa pekerjaan sistem plumbing
dengan selisih start -4 hari, fire fighting dan fire supression dengan selisih start
+2 hari, serta pekerjaan gas medis, pneumatic tube, tata udara dan ventilasi
dengan selisih start -18 hari. Pekerjaan tersebut memiliki selisih finish yang sama
yaitu -2 hari. Selain itu, semua pekerjaan elektrikal memiliki keterlambatan
minimal dengan selisih finish -2 hari. Pekerjaan ini disajikan pada Gambar 13.
Gambar 13 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan mekanikal dan
elektrikal dengan keterlambatan minimal.
19
Keterlambatan pada pekerjaan elektrikal disebabkan pekerjaan
sebelumnya yaitu pekerjaan dinding bata ringan basement 2 dimulai terlambat 18
hari dari jadwal rencana. Pekerjaan elektrikal dan pekerjaan dinding bata ringan
basement 2 memiliki hubungan start to start yang artinya pekerjaan elektrikal
tidak dapat dimulai sebelum pekerjaan dinding bata ringan basement 2 dimulai.
Oleh karena itu, pekerjaan elektrikal juga terlambat dimulai selama 18 hari dari
jadwal rencana (Gambar 13). Beberapa faktor penyebab keterlambatan pada
pekerjaan ini disajikan pada Tabel 7.
Gambar 14 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan non-konstruksi.
Berdasarkan Gambar 14 dapat ditinjau bahwa semua pekerjaan nonkonstruksi mengalami keterlambatan dengan selisih start 0 hari dan selisih finih -6
hari. Keterlambatan terjadi karena beberapa faktor pengaruh yang disajikan pada
Tabel 7.
Tabel 7 Faktor-faktor penyebab keterlambatan pada pekerjaan mekanikal dan
elektrikal serta pekerjaan non-konstruksi.
Nama Pekerjaan
Faktor Penyebab Keterlambatan
Solusi
Pekerjaan
1. Ventilasi mekanik ,gas medis, 1. Penambahan jam
mekanikal dan
material untuk pemasangan
kerja dan tenaga
elektrikal
pneumatic tube dan pompa serta
kerja pada minggu
pipa untuk instalasi plumbing,
berikutnya dan
instalasi fire fighting dan fire
mempercepat
supression terlambat dalam
kedatangan alat.
pengiriman.
2. Harus lebih
2. Adanya perbaikan saluran dan
memperhatikan
relokasi pipa.
jadwal pelaksanaan.
3. Terjadi genangan di lokasi
proyek karena hujan sehingga
menyebabkan pemasangan pipa
untuk saluran terkendala.
Pekerjaan non1. Birokrasi terhadap pihak PAM 1. Perlu dilakukan
konstruksi
dan PLN lama.
koordinasi yang baik
2. Untuk sambungan pipa dibagian
pihak-pihak lain
bawah cukup banyak sehingga
yang terlibat.
waktu yang ditargetkan kurang. 2. Harus
memperhatikan
pelaksanaan
pekerjaan.
20
Jika ditinjau berdasarkan bobot pekerjaan, keterlambatan terjadi pada
bulan 6 – bulan 11. Hal ini selaras dengan hasil identifikasi menggunakan PDM
dimana pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai rencana adalah pekerjaan arsitektur,
pekerjaan mekanikal dan elektrikal yang dilaksanakan pada bulan Oktober hingga
Desember.
Keterlambatan dengan perbedaan bobot yang signifikan terjadi pada bulan
11 mencapai -8,37%. Namun, pada bulan ke-12 pelaksanaan kegiatan proyek
dapat mengejar keterlambatan sehingga total bobot kumulatif pada bulan 12 telah
mencapai 100% artinya pelaksanaan kegiatan proyek telah selesai. Kondisi ini
diperoleh kontraktor dengan mempercepat pekerjaan tepatnya dengan cara
mempercepat penyelesaian pada pekerjaan kritis. Beberapa pekerjaan yang
dilakukan pada bulan 12 adalah pekerjaan pengecatan dari lantai 6-lantai atap,
pekerjaan sarana dan prasarana teridiri dari pekerjaan finishing kanopi, finishing
tangga trap halaman, pekerjaan pagar, finishing dinding GWT, pekerjaan
perkerasan jalan dan parkir, finishing pekerjaan luar, bangunan pos jaga, serta
pekerjaan penghijauan. Selain itu pekerjaan yang dilakukan pada bulan 12 juga
ditambah dengan pekerjaan rehabilitasi pada gedung lama dimulai dengan
pekerjaan pembongkaran dilanjutkan dengan pekerjaan pasangan dinding.
Hasil analisis kinerja waktu secara keseluruhan menunjukkan bahwa
penyebab keterlambatan waktu pelaksanaan proyek didominasi pada kontraktor
terutama pada aspek kesiapan atau penyiapan sumber daya dan material serta
aspek perencanaan dan penjadwalan pekerjaan. Aspek kesiapan material
dipengaruhi karena proses pemesanan material konstruksi yang tidak dilakukan
sesuai rencana serta ketergantungan alat yang digunakan secara bergantian.
Penyebab lainnya, keterlambatan oleh pemilik proyek terutama pada aspek sistem
organisasi, koordinasi dan komunikasi serta aspek lingkup dan dokumen
pekerjaan. Salah satunya, pemilik proyek terlambat dalam menyetujui jenis
material pelapis lantai dan dinding pada pekerjaan arsitektur yang menyebabkan
keterlambatan pemesanan material. Hal ini menjunjukkan terjadi kurangnya
koordinasi dan komunikasi sehingga waktu pelaksanaan tidak terkontrol.
Penyebab keterlambatan pada pembangunan ini memiliki kesesuaian
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ismael (2013), keterlambatan pada
umumnya terjadi karena beberapa faktor yaitu
pencapaian spesifikasi,
ketersediaan material, sumber daya manusia tidak memadai, keterlambatan alat,
sistem pengendalian proyek dan metoda pelaksanaan. Beberapa faktor tersebut
merupakan kendala yang sering terjadi di lokasi proyek. Oleh karena itu,
penerapan fungsi manajemen kontruksi (planning, organizing, actuating,
monitoring, controlling) dalam pelaksanaan proyek adalah hal yang penting untuk
menunjang keberhasilan proyek.
Keterlambatan ini tidak akan terjadi jika dilakukan perencanaan dengan
baik. Seharusnya, pada proses perencanaan dan penjadwalan proyek, kontraktor
perlu memahami semua faktor yang melatarbelakangi pembuatan jadwal proyek
diantaranya identifikasi aktivitas-aktivitas proyek, estimasi durasi aktivitas,
penyusunan rencana kerja proyek, penjadwalan aktivitas proyek, peninjauan
kembali dan analisa terhadap jadwal yang telah dibuat, serta penerapan jadwal.
Solusi lain untuk menanggulangi keterlambatan ini diperlukan koordinasi yang
lebih baik lagi dengan bagian mekanikal, elektrikal, penyedia material serta
pemilik proyek agar tidak terjadi keterlambatan yang signifikan. Adanya
21
keterlambatan tersebut tidak menyebabkan waktu penyelesaian seluruh pekerjaan
terlambat sehingga pelaksanaan kegiatan proyek telah mencapai sasaran sesuai
dengan schedule.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan dari penelitian ini adalah:
1. Hasil penyusunan jadwal rencana dan realisasi pada Microsoft Project 2013
didapat pekerjaan yang bersifat kritis terdiri dari pekerjaan persiapan,
pekerjaan struktur dan pekerjaan arsitektur.
2. Hasil analisis kinerja waktu diketahui adanya pekerjaan kritis yang mengalami
keterlambatan yaitu pada pekerjaan galian dan urugan tanah basement 2
(pekerjaan struktur) dengan selisih start -1 hari dan selisih finish -7 hari dari
jadwal rencana. Sedangkan pekerjaan non-kritis terdiri dari pekerjaan arsitektur,
pekerjaan mekanikal dan elektrikal serta pekerjaan non-konstruksi.
keterlambatan maksimal terjadi pada sub pekerjaan pelapis lantai basement 2
(pekerjaan arsitektur) dengan selisih start -39 hari dan selisih finish -32 hari
dari jadwal rencana.
3. Faktor dominan penyebab keterlambatan adalah pelaksanaan manajerial di
proyek ini kurang memperhatikan schedule sehingga keterlambatan beberapa
pelaksanaan pekerjaan terjadi dan komunikasi dengan pihak-pihak terkait
kurang terlaksana dengan baik.
Saran
Proyek selanjutnya diharapkan dapat lebih memperhatikan schedule
pelaksanaan pekerjaan. Sehingga kemungkinan terjadinya keterlambatan sangat
kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Arifudin R. 2010. Optimasi penjadwalan proyek dengan penyeimbangan biaya
menggunakan kombinasi CPM dan algoritma genetika. Informatika. 2(4).
Clough, Richard H. And Sears, Glenn A. 1991. Construction Project Management.
Canada: John Willey & Sons Inc.
Dipohusodo S. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi. Yogyakarta (ID):
Penerbit Kanisius.
Fadjar. 2009. Aplikasi metode hubungan tumpang tindih pada network diagram
preseden. SMARTEK. 7(3): 166 – 175.
Husen A. 2010. Manajemen Proyek. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi.
Irawan B. 2008. Peningkatan Kualitas Metode I-J dan PDM dengan Pendekatan
Metode Penjadwalan Berdasarkan Progress pada Penjadwalan Proyek
22
Konstruksi Bangunan Gedung Bertingkat [jurnal]. Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Depok (ID).
Ismael. 2013. Keterlambatan proyek konstruksi gedung faktor penyebab dan tindakan
pencegahan. Momentum. 17(1): 46-55.
Kerzner, Harold. 1995. Project Management : A System Approach to Planning,
Schedulling and Controlling. Van Nostrand Reinhold. New York.
Lenggogeni, M.T. 2013. Manajemen Konstruksi. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Messah, Lona, Sina. 2013. Pengendalian waktu dan biaya konstruksi sebagai
dampak dari perubahan desain. Teknik Sipil. 2(2): 121-132.
Mulatama, Bayu. 2012. Analisis Kinerja Waktu Pada Proyek Pembangunan
Gedung Perpustakaan Dengan Menggunakan Metode Jalur Kritis (Studi
Kasus : Proyek X Oleh PT. ABC) [Skripsi]. Bogor. IPB.
Najabafadi, & Pimplikar. 2013. The significant Causes and effects of delays in
Ghadir 2206 residential project. IOSR-JMCE[internet]. [diunduh 2015 Juny
18]; 7(4): 75-81. Tersedia pada: www.iosrjournals.org
Pranam, Khalibat M, Sudharsan . 2014. A Comparison study between event chain
methodology and critical path method in the construction industry. IJRDET
[internet].[diunduh 2015 Juny 4]; 2(4): 69-73. Tersedia pada: www.ijrdet.com.
Setiyanto, Djoko. 2010. Metode Diagram Preseden. Fakultas Teknik. Bandung.
Unikom.
Soeharto I. 1997. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional.
Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.
Yunus, & Wartinah. 2013. Penjadwalan Proyek Pembangunan Gedung Research
Centre Universitas Tadulako Dengan Menggunakan Microsoft Project.
infrastruktrur. 3(1).
23
Lampiran 1 Pembagian zona pengerjaan bangunan Gedung Rumah Sakit Budhi
Asih
24
Lampiran 2 Kondisi lokasi penelitian
(a) Perbaikan saluran dan relokasi pipa
(b) Lokasi proyek tergenang air hujan
(c) Relokasi kabel TM-PLN.
(d) Pemasangan tulangan kolom.
(e) Pekerjaan struktur basement 2.
(f) Kondisi gedung rumah sakit 100%
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Cianjur pada tanggal 17 April 1993 dari ayah Surya Hidayat
dan Ibu Sulasih. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis
menyeleseikan pendidikan dasar di SD Negeri Bojongherang, kemudian
dilanjutkan di SMP Negeri 1 Cianjur pada tahun 2008. Pendidikan menengah atas
diselesaikan penulis pada tahun 2011 di SMA Negeri 1 Cianjur, dan pada tahun
yang sama diterima di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri
RUMAH SAKIT BUDHI ASIH, JAKARTA TIMUR
MENGGUNAKAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD
GITA ANISTYA SARI
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisa Kinerja Waktu
Pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih, Jakarta Timur Menggunakan
Precedence Diagram Method adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Gita Anistya Sari
F44110052
ABSTRAK
GITA ANISTYA SARI. Analisa Kinerja Waktu Pembangunan Gedung Rumah
Sakit Budhi Asih, Jakarta Timur Menggunakan Precedence Diagram Method.
Dibimbing oleh MEISKE WIDYARTI.
Tingkat kesulitan untuk mengelola dan menjalankan proyek semakin
tinggi sehingga untuk keluar dari masalah tersebut dibutuhkan manajemen proyek.
Manajemen proyek menjadi kunci utama keberhasilan proyek yang berpegang
pada tiga kendala yaitu biaya, mutu dan waktu. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kinerja waktu dengan PDM (metode preseden diagram). Metode ini
merupakan salah satu teknik penjadwalan Network Planning atau rencana jaringan
kerja yang termasuk dalam klasifikasi AON (activity on node). Pengendalian
waktu dengan PDM dilakukan berdasarkan analisa jalur kritis. Pengambilan data
dilakukan di proyek pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih, Jakarta
Timur berupa jadwal rencana dan realisasi. Hasil analisis kinerja waktu didapat
pekerjaan yang mengalami keterlambatan. Keterlambatan maksimal terjadi pada
sub pekerjaan pelapis lantai basement 2 (pekerjaan arsitektur) dengan selisih start
-39 hari dan selisih finish -32 hari dari jadwal rencana. Kurangnya koordinasi dan
komunikasi merupakan faktor dominan penyebab keterlambatan. Hal ini
menunjukkan bahwa PDM tidak dimanfaatkan dengan optimal. Secara
keseluruhan pekerjaan selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Kata kunci: PDM, jalur kritis, kinerja waktu, manajement proyek
ABSTRACT
GITA ANISTYA SARI. Analysis of Time Performance In Budhi Asih Hospital
Building Project, East Jakarta Using Precedence Diagram Method. Supervised by
MEISKE WIDYARTI.
Difficulty level for managing and running a project increased so that
project management needs to be applied. Project management is the key success
of a project, consists of triple constrain which are cost, quality and time. The
purpose of this research is to analyze the performance of time with PDM
(precedence diagram method). This method is one of Network Planning or
network plan scheduling technique which included in the classification of AON
(activity on node). Time management with PDM is based on the critical path
analysis. The datas of this research took from Budhi Asih Hospital Building
Project in East Jakarta, consist of activity plan schedule and realization plan
schedule. As a result, time performance analysis show a belated project.
Maximum delay occurs in the 2nd basement floor coating work with start
difference up to 39 days and finish difference up to 32 days from the scheduled
plan. Lack of coordination and communication is a significant factor causing the
delay. It means that the PDM is not utilized optimally. However, overall work is
completed in accordance with a predetermined time.
Keywords: PDM, critical path, time performance, project management
ANALISA KINERJA WAKTU PEMBANGUNAN GEDUNG
RUMAH SAKIT BUDHI ASIH, JAKARTA TIMUR
MENGGUNAKAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD
GITA ANISTYA SARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang dengan
bantuan dan rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret-Juni 2015 adalah manajemen
konstruksi, dengan judul Analisa Kinerja Waktu Pembangunan Gedung Rumah
Sakit Budhi Asih, Jakarta Timur Menggunakan Precedence Diagram Method.
Penulisan karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
untuk menyelesaikan Program Sarjana di Fakultas Teknologi Pertanian
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Meiske Widyarti, M. Eng
selaku pembimbing. Disamping itu, penghargaan juga penulis sampaikan kepada
PT Adhi Karya yang telah membantu dalam proses pengumpulan data. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua serta seluruh rekan-rekan
SIL 48 atas segala doa dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Gita Anistya Sari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Manajemen Proyek Konstruksi
2
Sistem Manajemen dan Kinerja Waktu Proyek
3
Precedence Diagram Method
4
Jalur dan Kegiatan Kritis
4
METODE
5
Waktu dan Tempat
5
Bahan
6
Alat
6
Prosedur Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
7
Pengolahan Data Menggunakan Microsoft Project 2013
8
Analisis Kinerja Waktu
9
SIMPULAN DAN SARAN
21
Simpulan
21
Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
23
RIWAYAT HIDUP
38
DAFTAR TABEL
Master schedule pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih
Pekerjaan persiapan dan pekerjaan struktur yang tidak terlambat
Pekerjaan arsitektur dan pekerjaan interior yang tidak terlambat
Pekerjaan arsitektur yang mengalami keterlambatan
Faktor-faktor penyebab keterlambatan pada pekerjaan arsitektur
Pekerjaan mekanikal dan elektrikal serta non-konstruksi yang
mengalami keterlambatan
7 Faktor-faktor penyebab keterlambatan pada pekerjaan mekanikal dan
elektrikal serta pekerjaan non-konstruksi.
1
2
3
4
5
6
8
10
11
14
16
16
19
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Prinsip fungsional manajemen proyek
Ketergantungan biaya, mutu dan waktu
Node kegiatan PDM
Contoh jalur kritis dengan perhitungan maju dan perhitungan mundur
Lokasi penelitian
Diagram alir prosedur penelitian
Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan persiapan
Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pada pekerjaan struktur
basement 2
Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pada pekerjaan struktur STP,
ground tank, Sewage pit.
Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan arsitektur
dengan keterlambatan maksimal
Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan arsitektur dengan
keterlambatan minimal
Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan mekanikal dan
elektrikal dengan keterlambatan maksimal
Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan mekanikal
dan elektrikal dengan keterlambatan minimal
Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan non-konstruksi
2
3
4
5
5
7
12
13
13
15
15
18
18
19
DAFTAR LAMPIRAN
1 Pembagian zona pengerjaan bangunan Gedung
2 Kondisi lokasi penelitian
3 Hasil pengolahan jadwal rencana dan realisasi
23
24
25
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini membutuhkan
manajemen di berbagai bidang karena keterpaduan antara teknologi yang dipakai
dan manajemen yang diterapkan akan membuahkan hasil atau produk yang
optimum, salah satunya di bidang proyek konstruksi. Seiring dengan
perkembangan penduduk dan kemajuan ekonomi, tingkat kesulitan untuk
mengelola dan menjalankan sebuah proyek juga semakin tinggi sehingga untuk
keluar dari masalah tersebut dibutuhkan manajemen proyek yang baik.
Manajemen proyek yang baik menjadi kunci utama keberhasilan proyek
pembangunan yang berpegang pada tiga kendala (triple constrain) yaitu biaya,
mutu dan waktu.
Keterkaitan waktu dalam pelaksanaan proyek konstruksi perlu mendapat
perhatian serius untuk menghindari keterlambatan proyek. Dalam mengurangi
resiko keterlambatan proyek dapat dilakukan pemilahan metode pelaksanaan dan
jadwal yang tepat untuk memperoleh hasil yang optimum. Secara langsung hal ini
juga dapat mengurangi terjadinya pembengkakan biaya proyek serta pada
akhirnya memberikan keuntungan bagi kontraktor sebagai penanggungjawab
pelaksanaan proyek.
Performa yang kurang baik dalam ketepatan waktu banyak dijumpai pada
pelaksanaan proyek saat ini. Oleh karena itu, salah satu metode yang efektif untuk
merencanakan dan mengendalikan waktu pelaksanaan adalah precedence diagram
method (PDM) dengan perangkat lunak Microsoft Project. Metode ini dapat
mendeteksi sedini mungkin terjadinya keterlambatan waktu pelaksanaan sehingga
dapat dilakukan antisipasi dan langkah-langkah yang tepat agar proyek selesai
tepat waktu.
Kegiatan pengendalian proyek dengan PDM bertujuan untuk
mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan waktu penyelesaian total
proyek yang bersangkutan dengan analisa jalur kritis. Semakin sedikit jumlah
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek, semakin sedikit
biaya yang diperlukan. Untuk itu, pengoptimalan ketersediaan cadangan waktu
dapat menjadi solusi agar kegiatan proyek tidak terlambat.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana teknik mengidentifikasi keterlambatan proyek ?
2. Bagaimana mengetahui pekerjaan kritis ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keterlambatan?
2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menyusun kinerja waktu proyek pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi
Asih, Jakarta Timur menggunakan perangkat lunak Microsoft Project 2013 dan
menentukan pekerjaan yang bersifat kritis dan tidak kritis.
2. Menganalisis pekerjaan-pekerjaan yang mengalami keterlambatan atau
kemajuan.
3. Menentukan faktor-faktor penyebab keterlambatan.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk
menganalisis dan mengevaluasi kinerja waktu pada suatu proyek pembangunan,
khususnya pada pembangunan gedung.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian hanya dilakukan terhadap manajemen kinerja waktu pada proyek
pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih di Jakarta Timur.
2. Analisis dan evaluasi terhadap kinerja waktu hanya dilakukan terhadap 4
(empat) lantai dengan precedence diagram method (PDM) menggunakan
perangkat lunak Microsoft Project 2013.
TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen Proyek Konstruksi
Fungsi dari manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisasi,
melaksanakan, mengawasi dan mengendalikan sumber daya yang ada secara
efektif dan efesien agar tercapai tujuan proyek secara optimal. Sumber daya yang
dialokasikan dalam proyek pembangunan terdiri dari sumber daya manusia
(manpower), sumber daya peralatan (machiners), sumber daya bahan bangunan
(material), sumber daya modal (money) dan metode yang digunakan (method).
Prinsip fungsional manajemen proyek ditunjukkan pada Gambar 1.
Manajemen
proyek
Fungsi manajemen
proyek:
Planning
Organizing
Actuating
Monitoring
Controlling
Output:
Waktu
Biaya
Sumber Daya
Mutu
Gambar 1 Prinsip fungsional manajemen proyek
3
Penerapan manajemen proyek pada sebuah pembangunan ditujukan untuk
mendapatkan metode atau cara teknis yang paling baik agar dengan sumber daya
yang terbatas dapat diperoleh hasil maksimal dalam hal kecepatan, penghematan,
dan keselamatan kerja secara komperhensif. Untuk pencapaian hasil yang
maksimal diperlukan pengendalian mutu (Quality Control), pengendalian biaya
(Cost Control) dan pengendalian waktu pelaksanaan (Time Control).
Menurut Soeharto (1997), sasaran proyek yang merupakan tiga kendala
(triple constrain) dalam proyek memiliki hubungan yang saling tarik-menarik.
Artinya jika ingin mempercepat waktu konstruksi tetapi ingin mempertahankan
kualitas, maka pembiayaan akan naik. Sebaliknya jika ingin mempercepat waktu
konstruksi tapi tidak mau menaikkan penbiayaan maka kualitas tidak mungkin
dipertahankan. Ketiga hubungan tersebut disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Ketergantungan biaya, mutu dan waktu (Dipohusodo 1996)
Sistem Manajemen dan Kinerja Waktu Proyek
Manajemen waktu pada proyek konstruksi merupakan proses pengaturan,
pengawasan dan pengendalian jadwal dalam kegiatan proyek. Pengendalian
manajemen proyek yang terencana akan menghasilkan potensi dalam berbagai hal
sesuai sasaran (Kerzner 1995).
Standar kinerja waktu ditentukan dengan merujuk seluruh tahapan kegiatan
proyek beserta durasi dan penggunaan sumber daya (Mulatama 2012). Sistem
manajemen waktu berpusat pada berjalan atau tidaknya perencanaan dan
penjadwalan proyek. Penjadwalan proyek digunakan untuk mengontrol aktivitas
proyek setiap harinya. Menurut Clogh dan Sears (1991), aspek-aspek manajemen
waktu merupakan proses yang saling berurutan satu dengan lainnya. Aspek-aspek
tersebut berupa penjadwalan proyek, mengukur dan membuat laporan dari
kemajuan proyek, membandingkan penjadwalan dengan kemajuan realisasi
proyek, menentukan akibat yang ditimbulkan oleh perbandingan jadwal dengan
kemajuan realisasi proyek pada akhir penyelesaian proyek, merencanakan
penanganan untuk mengatasi akibat yang ditimbulkan dari perbandingan tersebut,
serta memperbaharui kembali penjadwalan proyek.
4
Sistem manajemen waktu dapat dilakukan dengan metode kurva S, barchart,
network planning, dan kurva earned value. Penggunaan metode tersebut
memberikan hasil yang perlu dievaluasi dan dikoreksi agar kinerja waktu berjalan
sesuai rencana. Pertimbangan penggunaan metode-metode tersebut didasarkan
atas kebutuhan dan hasil yang ingin dicapai terhadap kinerja penyelesaian proyek
(Husen 2010).
Precedence Diagram Method
Precedence Diagram Method (PDM) merupakan salah satu teknik
penjadwalan Network Planning atau rencana jaringan kerja yang termasuk dalam
klasifikasi AON (activity on node). Dalam PDM, kegiatan dituliskan di dalam
node yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak panah hanya sebagai
petunjuk hubungan antara kegiatan-kegiatan yang bersangkutan.
Informasi yang terdapat dalam node sama seperti pada CPM (critical path
method) berupa durasi, nomor kegiatan, deskripsi kegiatan, early start (ES), early
finish (EF), late start (LS), late finish (LF) dan float yang terjadi (Lenggogeni
2013). Di dalam kotak terkadang dibuat kolom kecil sebagai tempat
mencantumkan tanda persen (%) penyelesaian pekerjaan. Kolom ini akan
membantu mempermudah mengamati dan memonitor progres pelaksanaan
kegiatan (Setiyanto 2010). Hubungan antar kegiatan dalam metoda ini
ditunjukkan oleh sebuah garis penghubung yang dapat dimulai dari kegiatan kiri
ke kanan atau dari kegiatan atas ke bawah.
Gambar 3 Node kegiatan PDM
Keterangan:
ES (Earliest Start): waktu mulai paling awal suatu kegiatan.
EF (Earliest Finish): waktu selesai paling awal suatu kegiatan.
LS (Latest Start): waktu paling akhir kegiatan boleh mulai.
LF (Latest Finish): waktu paling akhir kegiatan boleh selesai.
TF (Total Float): waktu sebuah aktifitas dapat ditunda pelaksanaannya tanpa
menunda durasi total dari sebuah proyek (Fadjar 2009).
FF (Free Float): waktu yang tersedia tanpa mempengaruhi status awal.
Jalur dan Kegiatan Kritis
Jalur dan kegiatan kritis PDM mempunyai sifat yang sama dengan CPM
begitu juga dengan prinsip perhitungannya. Perhitungan tersebut terdiri dari
perhitungan maju dan perhitungan mundur. Menurut Sanjaya & Sahrizal (2010),
perhitungan maju menghasilkan ES, EF dan kurun waktu penyelesaian proyek
5
dengan cara diambil angka ES terbesar pada kegiatan terdahulu (predecessor) dan
waktu awal dianggap nol. Sedangkan perhitungan maju dapat menentukan LS, LF,
kurun waktu float dengan cara diambil angka LS terkecil (lebih dari satu kegiatan
bergabung). Jika nilai float adalah nol atau (ES=LS), (EF=LF) maka pekerjaan
tersebut bersifat kritis. Kegiatan-kegiatan dalam proyek diklasifikasikan menjadi
kegiatan kritis dan kegiatan nonkritis (Arifudin 2010). Apabila salah satu kegiatan
kritis mengalami keterlambatan maka penyelesaian seluruh pekerjaan juga akan
terlambat (Yunus & Wartinah 2013).
Gambar 4 Contoh jalur kritis dengan perhitungan maju dan perhitungan mundur
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2015. Pengambilan data
dilakukan di proyek pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih, Jakarta
Timur. Pengolahan dan analisa data dilakukan secara intensif bersama
pembimbing skripsi di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Gambar 5 Lokasi penelitian
6
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
diperoleh dari proyek pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih di Jakarta
Timur. Data tersebut berupa jadwal rencana dan realisasi kegiatan, kurva S
rencana dan realisasi, bar chart serta laporan kegiatan proyek pembangunan.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seperangkat komputer yang
dilengkapi dengan perangkat lunak Microsoft Project 2013, Microsoft Excel 2010
dan Microsoft Word 2010.
Prosedur Analisis Data
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain:
Persiapan penelitian
Tahap persiapan dilakukan untuk penentuan lokasi penelitian, penentuan data
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian dan dilakukan penginstalan
program Microsoft Project 2013.
Pengumpulan Data Penelitian
Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data jadwal kegiatan proyek
pembangunan (jadwal rencana, jadwal realisasi pembangunan dan laporan
harian serta mingguan).
Pengolahan Data Menggunakan Microsoft Project 2013
Pengolahan data dilakukan dengan menginput jadwal rencana dan realisasi
proyek pada Microsoft Project 2013 serta menentukan pekerjaan bersifat kritis.
Membandingkan Jadwal Rencana dan Realisasi Kegiatan
Pada tahap ini dilakukan perbandingan realisasi kegiatan terhadap kesesuaian
kegiatan pembangunan yang telah ditetapkan berdasarkan jadwal rencana dan
realisasi selama proyek berlangsung.
Menganalisis Kinerja Waktu
Analisis dilakukan dengan menentukan kesesuaian waktu kegiatan realisasi
dengan waktu kegiatan rencana proyek yang dianalisis berdasarkan jalur kritis
menggunakan PDM serta menentukan apakah terjadi keterlambatan atau
kemajuan dalam kinerja waktu pada proyek pembangunan. Analisis hanya
dilakukan pada 4 (empat) lantai yaitu basement 2, basement 1, lantai 1, lantai 2,
lantai 3 dan lantai 4.
Menentukan Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan
Pada tahapan ini, penelitian difokuskan untuk menentukan faktor-faktor yang
menyebabkan keterlambatan pada proyek pembangunan dan diberikan
tindakan perbaikan terhadap keterlambatan tersebut.
Penyusunan Laporan Akhir
Prosedur pelaksanaan penelitian dirangkum dalam bentuk diagram alir yang
disajikan pada Gambar 6.
7
Persiapan Penelitian
Pengumpulan Data
Jadwal rencana
Jadwal realisasi
Pengolahan Data Jadwal Rencana dan Realisasi
Pekerjaan (Ms. Project 2013)
Menganalisis Kinerja
Waktu
(Membandingkan
kesesuaian waktu
a
kegiatan)
Ya
Tidak
Menganalisis Faktor
Penyebab Keterlambatan
Tindakan Perbaikan
Terhadap Keterlambatan
Penyusunan Laporan
Gambar 6 Diagram alir prosedur penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian mengenai manajemen waktu dilakukan pada pembangunan
Gedung Rumah Sakit Budhi Asih di Jakarta Timur dengan menggunakan analisis
jalur kritis berupa PDM. Pembangunan ini merupakan proyek pengembangan dari
gedung lama yang memiliki luasan sebesar 13760,08 m2 dan terdiri dari 12 lantai
yaitu 2 lantai untuk basement, 1 lantai mezzanine, 8 lantai utama dan 1 lantai atap.
Pengerjaan bangunan dilakukan berdasarkan pembagian zona. Zona 1 dan
zona 2 merupakan bangunan utama untuk menjalankan operasional pemakaian
gedung rumah sakit. Jembatan yang menghubungkan gedung lama dan gedung
baru berada pada zona 3. Zona 4 hanya terdapat dari lantai dasar hingga lantai 3
8
sedangkan RAMP berada pada zona terpisah. Kondisi dari gedung ini sudah
mencapai 100%. Pembagian zona dan kondisi gedung disajikan dalam Lampiran 2
dan 3.
Pengolahan Data Menggunakan Microsoft Project 2013
Pengolahan data dilakukan dengan program Microsoft Project 2013.
Program ini dirancang untuk membantu manajer proyek dalam menentukan
rencana, menetapkan sumber daya untuk pekerjaan, pengawasan kemajuan,
pengelolaan anggaran, dan menganalisis beban kerja (Yunus & Wartinah 2013).
Program ini memiliki kemampuan untuk membuat jadwal dalam bentuk lintasan
kritis.
Pengolahan data dilakukan atas beberapa tahap. Tahap pertama, dijalankan
program Microsoft Project 2013 dan dilakukan pengaturan tanggal mulai
pembangunan sesuai dengan kalender kerja. Pengaturan kalender ditujukan untuk
menentukan hari kerja, waktu kerja dan hari libur. Pada proyek ini dimulai tanggal
9 Desember 2013 dengan waktu kerja jam 8.00-12.00 WIB, 13.00-17.00 WIB (7
hari kerja). Namun pada realisasinya jam kerja terkadang ditambah untuk
memenuhi target. Proyek ditargetkan selesai selama 360 hari. Tahap kedua,
dilakukan pengisian jadwal rencana pembangunan berupa daftar pekerjaan,
tanggal mulai dan selesai pekerjaan, serta durasi pekerjaan. Data rencana (master
schedule) disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Master schedule pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih
Durasi
Jenis Pekerjaan
Start
Finish
(days)
0
Mon 9/12/13
Mon 9/12/13
Start
Pekerjaan persiapan fisik
150 Mon 9/12/13
Sun 7/5/14
Pekerjaan struktur
190
Sat 21/12/13
Sat 28/6/14
Pekerjaan arsitektur
208
Thu 24/4/14
Mon 1/12/14
Pekerjaan interior
108
Sat 9/8/14
Mon 24/11/14
Pekerjaan sarana dan prasarana
112
Tue 12/8/14
Mon 1/12/14
Pekerjaan rehabilitasi gedung
112
Tue 12/8/14
Mon 1/12/14
Pekerjaan mekanikal dan elektrikal
208
Thu 24/4/14
Mon 1/12/14
Pekerjaan non Konstruksi
120
Mon 9/12/13
Mon 7/4/14
0
Wed 3/12/14
Wed 3/12/14
Finish
Tahap ketiga, diinput data predecessor dan successor yang digunakan untuk
membuat hubungan antar pekerjaan sehingga akan terbentuk suatu keterkaitan
pekerjaan satu dengan yang lainnya. Terakhir, menampilkan pekerjaan kritis dan
lintasan kritis. Pekerjaan kritis merupakan pekerjaan yang berpengaruh terhadap
waktu penyelesaian proyek (Irawan 2008). Output yang didapat dari penggunaan
Microsoft Project 2013 berupa diagram yaitu gant chart dan network diagram.
Hasil pengolahan jadwal rencana dengan Microsoft Project 2013,
diidentifikasi terdapat pekerjaan yang bersifat kritis, yaitu:
1. Pembersihan lapangan (pekerjaan persiapan)
9
2. Demobilisasi peralatan dan alat berat (pekerjaan persiapan)
3. Pondasi bored pile dan souldier pile (pekerjaan struktur)
4. Galian tanah basement ( pekerjaan struktur lantai basement 2)
5. Pile cap dan slab (pekerjaan struktur lantai basement 2)
6. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai basement 2)
7. Balok dan Plat (lantai basement 1)
8. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai basement 1)
9. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 1)
10. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai Mezzanine)
11. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 2)
12. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 3)
13. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai 3)
14. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 4)
15. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai 4)
16. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 5)
17. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai 5)
18. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 6)
19. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai 6)
20. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 7)
21. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai 7)
22. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 8)
23. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai 8)
24. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai atap)
25. Kolom (pekerjaan struktur lantai atap)
26. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai atap dan tangga)
27. Dinding dan plesteran (pekerjaan arsitektur lantai 8)
28. Dinding dan plesteran (pekerjaan arsitektur lantai atap)
29. Pelapis lantai homogenous (pekerjaan arsitektur lantai 8)
30. Plafond gypsum board (pekerjaan arsitektur lantai 8)
31. Kusen, daun pintu dan jendela (pekerjaan arsitektur lantai atap)
32. Sanitair (pekerjaan arsitektur lantai 8)
33. Pengecatan (pekerjaan arsitektur lantai atap)
Pekerjaan kritis tersebut akan saling berhubungan sehingga membentuk
suatu lintasan kritis. Dalam jaringan kerja terkadang ditemukan lebih dari satu
jalur kritis. Menurut Pranam et al. (2014), jalur kritis memerlukan perhatian
maksimal dari pengelola proyek, terutama pada periode perencanaan dan
implementasi pekerjaan yang bersangkutan, misalnya dengan memberikan
prioritas utama dalam alokasi sumber daya berupa tenaga kerja, peralatan dan
penyedia. Kegiatan kritis dari suatu proyek umumnya kurang dari 20% total
pekerjaan (Soeharto 1997) sehingga memberikan perhatian lebih dan dianggap
tidak akan mengganggu kegiatan lain jika direncanakan dengan baik.
Analisis Kinerja Waktu
Pada pembangunan ini diidentifikasi terjadi perbedaan pelaksanaan
dilapangan dengan rencana yang disepakati, terdapat beberapa pekerjaan
pembangunan yang dikerjakan lebih lambat dan terdapat beberapa pekerjaan yang
10
dikerjakan lebih awal dari rencana. Analisis kinerja waktu dilakukan terhadap 4
lantai mulai dari basement 2 - lantai 4. Berikut hasil analisis kinerja waktu :
Pekerjaan yang tidak mengalami keterlambatan
Pekerjaan yang tidak mengalami keterlambatan ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Pekerjaan persiapan dan pekerjaan struktur yang tidak terlambat
Nama
No
Jenis Pekerjaan
Pekerjaan
1.
Pekerjaan 1. Pembersihan lapangan
9. Penyediaan listrik kerja
persiapan
(kritis)
(kritis)
2. Pengukuran, dan
10. Mobilisasi peralatan dan
pemasangan bowplank
alat berat
3. Pagar sementara
11. Demobilisasi peralatan
4. Kantor direksi
dan alat berat (kritis)
5. Kantor dan gudang
12. Pondasi TC
6. Barak pekerja
13. Dewatering
7. Pessenger hoist (kritis) 14. Cleaning pit
8. Penyediaan air kerja
15. Anti rayap
(kritis)
2.
Pekerjaan 1. Pondasi bored pile dan
c. Lantai 1
struktur
souldier pile (kritis)
d. Lantai mezzanine
2. Pile cap dan slab
e. Lantai 2
basement 2 (kritis)
f. Lantai 3 (kritis)
3. Balok dan plat :
g. Lantai 4 (kritis)
a. Basement 1 (kritis)
5. Tangga:
b. Lantai 1 (kritis)
a. Basement 2
c. Lantai mezzanine
b. Basement 1
(kritis)
c. Lantai 1
d. Lantai 2(kritis)
d. Lantai mezzanine
e. Lantai 3 (kritis)
e. Lantai 2
f. Lantai 4(kritis)
f. Lantai 3
4. Kolom, dinding, SW:
g. Lantai 4
a. Basement 2 (kritis)
6. Ramp:
b. Basement 1 (kritis)
a. Basement 1
b. Lantai 1
c. Lantai mezzanine
d. Lantai 2
e. Lantai 3
f. Lantai 4
Hasil analisis kinerja waktu menunjukkan bahwa pelaksana telah
melakukan pekerjaan diatas sesuai dengan jadwal rencana pembangunan dan
memperhatikan kegiatan yang bersifat kritis selama pekerjaan berlangsung,
sehingga pekerjaan diatas berjalan dengan baik dan tepat waktu. Pekerjaan
persiapan dengan kemajuan maksimal terjadi pada pekerjaan pessenger hoist dan
pondasi TC dengan selisih finish +4 hari dari rencana. Artinya pekerjaan ini
selesai 4 hari lebih awal dari rencana. Sedangkan untuk perkerjaan struktur
11
dengan kemajuan maksimal terjadi pada pekerjaan ramp di lantai 4 dengan selisih
finish +6 hari dari rencana. Perkembangan pekerjaan persiapan, pekerjaan struktur
dan rentang durasi penyelesaian disajikan pada Lampiran 3. Selain pekerjaan
diatas, terdapat pekerjaan lain yang tidak mengalami keterlambatan yaitu
beberapa pekerjaan arsitektur dan interior. Pekerjaan tersebut disajikan pada Tabel
3.
Tabel 3 Pekerjaan arsitektur dan pekerjaan interior yang tidak terlambat
Nama
No
Jenis Pekerjaan
Pekerjaan
1.
Pekerjaan
1. Pekerjaan pelapis
7. Plafond spandrel
arsitektur
lantai homogenous:
lantai 1
a. Lantai 1
8. Pekerjaan kusen,
b. Lantai mezzanine
daun pintu, jendela:
c. Lantai 2
a. Basement 2
d. Lantai 3
b. Basement 1
e. Lantai 4
c. Lantai 1
2. lantai parkit: Lantai
d. Lantai
2
mezzanine
3. Rise floor : Lantai
e. Lantai 2
mezzanine
f. Lantai 3
4. Pelapis dinding
g. Lantai 4
sandwitch panel
9. Pekerjaan sanitair:
system:
a. Lantai 2
a. Lantai 1
b. Lantai 3
b. Lantai 2
10. Pengecatan:
c. Lantai 3
a. Basement 2
d. Lantai 4
b. Basement 1
5. Plafond gypsum:
c. Lantai 1
a. Lantai 1
d. Lantai
b. Lantai 3
mezzanine
c. Lantai 4
e. Lantai 2
6. Plafond calsiboard:
f. Lantai 3
a. Basement 2
g. Lantai 4
b. Basement 1
11. Pekerjaan railing
c. Lantai 2
tangga,void
2.
Pekerjaan
1. Pekerjaan kayu halus
interior
2. Pekerjaan dinding praktisi:
a. Lantai 1
b. Lantai 2
c. Lantai 3
d. Lantai 4
3. Pekerjaan pintu utama
4. Pekerjaan sarana dan prasarana
Pekerjaan diatas yang memiliki rentang waktu penyelesaian lebih cepat
adalah pekerjaan kayu halus dan dinding praktisi pada pekerjaan interior. Rentang
waktu penyelesaian dari kedua pekerjaan tersebut adalah kurang 29 hari dari
12
rencana. Pekerjaan yang diselesaikan lebih awal akan memberikan keuntungan
bagi pelaksana (Messah 2013). Perkembangan pekerjaan arsitektur, pekerjaan
interior dan rentang durasi penyelesaian dapat ditinjau pada Lampiran 3.
Pekerjaan yang mengalami keterlambatan
Pekerjaan yang terlambat terjadi pada pekerjaan persiapan, pekerjaan
struktur, pekerjaan arsitektur, pekerjaan mekanikal dan elektrikal serta pekerjaan
non konstruksi. Pekerjaan persiapan yang tidak sesuai dengan rencana adalah
sewa tower crane dan genset. Hal ini menunjukkan bahwa pada pekerjaan
persiapan berjalan kurang baik, namun karena pekerjaan sewa tower crane tidak
bersifat kritis, sehingga tidak berpengaruh terhadap waktu penyelesaian pekerjaan
persiapan seluruhnya. Untuk mengatasi hal ini perlu koordinasi yang baik dengan
bagian penyedia alat. Perkembangan pekerjaan persiapan disajikan pada Gambar
7.
Gambar 7 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan persiapan
Berdasarkan Gambar 7 ditunjukkan bahwa pada pekerjaan sewa tower
crane terjadi keterlambatan dengan selisih start -9 dan selisih finish -6, artinya
pekerjaan tersebut selesai lebih 6 hari dari rencana. Keterlambatan disebabkan
karena tower crane digunakan secara bergantian, selain itu adanya kerusakan pada
tower crane menyebabkan waktu yang ditargetkan dipergunakan untuk perbaikan.
Pekerjaan struktur yang mengalami keterlambatan terjadi pada pekerjaan
galian tanah dan urugan tanah basement 2. Keterlambatan ditunjukkan
berdasarkan Gambar 8.
Gambar 8 menunjukkan bahwa pada pekerjaan galian tanah terjadi
keterlambatan dengan selisih start -1 hari dan selisih finish -7 hari. Sedangkan
pada pekerjaan urugan tanah terjadi keterlambatan dengan selisih finish -6 hari.
Faktor penyebab keterlambatan tersebut karena di basement 2 terdapat sambungan
pipa PDAM yang banyak terpasang sehingga menjadi kendala dalam proses
galian dan urugan tanah terutama ketika alat berat yang digunakan untuk galian
dan urugan tanah bersinggungan dengan pipa PDAM tersebut.
13
Gambar 8 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pada pekerjaan struktur
basement 2
Keterlambatan pada galian dan urugan tanah di basement 2 menyebabkan
pekerjaan STP (Sewage Treatment Plant), pekerjaan ground tank dan pekerjaan
Sewage pit terlambat. Hal ini terjadi karena pekerjaan galian dan urugan basement
2 bersifat kritis yang memiliki jaringan pekerjaan dengan pekerjaan STP,
pekerjaan ground tank dan Sewage pit. Keterlambatan tersebut disajikan pada
Gambar 9.
Gambar 9 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pada pekerjaan struktur STP,
ground tank, sewage pit.
Berdasarkan Gambar 9 ditunjukkan bahwa terjadi keterlambatan yang
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pihak kontraktor tidak memperhatikan
schedule karena pekerjaan kritis yang mengalami keterlambatan sangat
mempengaruhi waktu penyelesaian pekerjaan lain. Seharusnya jika terjadi kondisi
seperti ini dilakukan perhatian lebih pada pekerjaan yang bersifat kritis dan
dilakukan percepatan penyelesaian pada pekerjaan berikutnya. Pekerjaan lainnya
yang mengalami keterlambatan disajikan dalam Tabel 4 dan 6.
Pada Tabel 4 dapat ditinjau bahwa pekerjaan-pekerjaan tersebut berjalan
tidak sesuai rencana. Hal ini menunjukkan pekerjaan arsitektur berjalan kurang
baik pada pembangunan. Keterlambatan dapat ditinjau pada Gambar 10 dan 11.
14
Tabel 4 Pekerjaan arsitektur yang mengalami keterlambatan
No
Nama
Jenis Pekerjaan
Pekerjaan
1. Pekerjaan
dinding a. Basement 2
e. Lantai 2
dan pelesteran
b. Basement 1
f. Lantai 3
c. Lantai 1
g. Lantai 4
d. Lantai mezzanine
2. Pekerjaan
a. Basement 1
waterproofing
b. Lantai 1
c. Lantai 2
d. Lantai 3
e. Lantai 4
3. Pekerjaan
pelapis a. Basement 2 (floor hardener, homogenous
lantai
tile, keramik)
b. Basement 1 (floor hardener, homogenous
tile, keramik)
c. Lantai 2 (lantai vynil)
d. Lantai 3 (lantai vynil)
e. Lantai 4 (lantai vynil)
f. Lantai 1 (lantai vynil)
4. Pekerjaan
pelapis a. Basement 2 (homogenous tile, homogenous
dinding
granit, cubicle kamar mandi)
b. Basement 1 (homogenous tile, homogenous
granit, cubicle kamar mandi)
c. Lantai mezzanine (pekerjaan pelapis dinding
homogenous tile, homogenous granit, cubicle
kamar mandi)
d. Lantai 1 (pekerjaan pelapis dinding
homogenous tile, homogenous granit, cubicle
kamar mandi)
e. Lantai 2 ((pekerjaan pelapis dinding
homogenous tile, homogenous granit, cubicle
kamar mandi)
f. Lantai 3 (pekerjaan pelapis dinding
homogenous tile, homogenous granit, cubicle
kamar mandi)
g. Lantai 4 (pekerjaan pelapis dinding
homogenous tile, homogenous granit)
5. Pekerjaan plafond
a. Basement 2 (gypsum board, calsiboard,
expose)
b. Basement 1 (gypsum board, calsiboard,
expose)
c. Lantai 1 (gypsum board, expose)
d. Lantai 2 (gypsum board, calsiboard, expose)
e. Lantai 3 (gypsum board, calsiboard, expose)
f. Lantai 4 (gypsum board, calsiboard, expose)
6. Pekerjaan sanitair
a. Basement 2
c. Lantai 1
b. Basement 1
15
Gambar 10 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan arsitektur dengan
keterlambatan maksimal
Berdasarkan Gambar 10, hasil analisis diketahui adanya keterlambatan
maksimal pada pekerjaan pelapis lantai basement 2 yaitu dengan selisih start -39
hari dan selisih finish -32 hari. Namun, keterlambatan tersebut tidak berpengaruh
pada aktivitas keseluruhan pekerjaan arsitektur karena pekerjaan pelapis lantai
basement 2 tidak berada pada lintasan kritis. Sedangkan untuk pekerjaan dengan
keterlambatan minimal terjadi pada pekerjaan dinding dan plesteran lantai
mezzanine, tepatnya pekerjaan plesteran. Pekerjaan tersebut memiliki selisih start
0 hari dan selisih finish -2 hari. Keterlambatan minimal disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan arsitektur dengan
keterlambatan minimal
Pekerjaan arsitektur yang mengalami keterlambatan disebabkan karena
beberapa faktor yang disajikan dalam Tabel 5. Menurut Najafabadi (2013),
keterlambatan pelaksanaan proyek menyebabkan konflik dan perdebatan tentang
apa dan siapa yang menjadi penyebab, juga tuntutan waktu dan biaya tambah.
Begitu juga yang terjadi pada pembangunan ini, keterlambatan pelaksanaan
menyebabkan kerugian bagi pemilik dan kontraktor. Kontraktor harus
16
mempercepat pekerjaan dengan menambah jam kerja. Penambahan jam kerja
dilakukan kontraktor pada pekerjaan struktur untuk antisipasi terjadinya
keterlambatan. Namun, penambahan jam kerja menyebabkan biaya pengeluaran
lebih besar karena diperlukan biaya tambah untuk upah pekerja.
No.
1.
2.
3.
4.
Tabel 5 Faktor-faktor penyebab keterlambatan pada pekerjaan arsitektur
Jenis
Faktor Keterlambatan
Solusi
Pekerjaan
Pekerjaan
1. Terlambatnya penyediaan
1. Mempercepat
dinding dan
material bata ringan karena
kedatangan
pelesteran
terlambat dipesan.
material.
2. Terdapat pekerjaan tangga
2. Harus lebih
yang terlambat karena terjadi
memperhatikan
kesalahan pemasangan
jadwal pelaksanaan
bordes akibat jumlah anak
pekerjaan.
tangga tidak sesuai sehingga 3. Menambah
mempengaruhi pekerjaan
pengawasan yang
dinding.
ketat di lapangan.
3. Tenaga kerja yang kurang
bertanggung jawab.
Pekerjaan
Pemilihan material
Harus dilakukan
waterproofing waterproofing untuk di kamar
koordinasi yang baik
mandi belum disetujui owner.
antara owner dengan
kontraktor dan harus
memperhatikan
jadwal.
Pekerjaan
Persetujuan material seperti
Harus dilakukan
pelapis
lantai keramik lantai, homogenous
koordinasi yang lebih
dan dinding
tile dan homogenous granit
baik lagi antara pihak
dinding yang belum disetujui owner dengan kontraktor,
oleh owner mengenai jenis,
harus lebih
warna, pola, ukuran, merk
memperhatikan jadwal
yang menyebabkan material
pelaksanaan pekerjaan
terlambat dipesan.
dan mempercepat
kedatangan material.
Pekerjaan
1. Terdapat pekerjaan
1. Harus lebih
plafond
dinding dan plesteran
memperhatikan
yang belum selesai,
jadwal pelaksanaan
keterlambatan karena
pekerjaan.
pekerja.
2. Perlunya peningkatan
2. Keterlambatan datangnya
pengawasan yang
plafond gypsum dan
ketat terhadap pekerja
calsiboard.
dilapangan.
3. Harus
mempercepat
kedatangan material.
17
No. Jenis Pekerjaan
5.
Pekerjaan
sanitair
Faktor Keterlambatan
1. Keterlambatan pengiriman
material pipa.
2. Keterlambatan karena
pemasangan jaringan pipa
oleh sub-kontraktor.
Solusi
1. Harus dilakukan
koordinasi yang lebih
baik dengan pihak
penyedia bahan
sehingga pengiriman
akan selalu tepat
waktu.
2. Harus bekerja dengan
lebih memperhatikan
jadwal pelaksanaan
dan memberikan
pengawasan yang
lebih ketat di
lapangan.
Selain pekerjaan arsitektur, terdapat pekerjaan mekanikal dan elektrikal
serta pekerjaan non-konstruksi yang mengalami keterlambatan. Pekerjaan tersebut
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Pekerjaan mekanikal dan elektrikal serta non-konstruksi yang mengalami
keterlambatan
No.
Nama
Jenis Pekerjaan
Pekerjaan
1. Pekerjaan
a. Sistem plumbing
mekanikal
b. Sistem fire fighting
c. Sistem gas medis
d. Sistem pneumatic tube
e. Sistem tata udara dan ventilasi mekanis
f. Sistem transportasi dalam
g. Gandola
2. Pekerjaan
a. Sistem listrik dan penangkal petir
elektrikal
b. Sistem diesel generating set
c. Sistem pengindera api
d. Sistem tata suara
e. Sistem teknologi informasi dan komunikasi
f. Sistem sirquit close televition (CCTV)
g. Sistem nurse call
h. Sistem antrian poly
3. Pekerjaan
a. Penambahan daya
nonb. Line telepone 10 line
konstruksi
c. Penyambungan air PAM
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa pekerjaan tersebut berjalan
dengan tidak baik, karena semua pekerjaan pada pekerjaan mekanikal dan
elektrikal serta pekerjaan non-konstruksi mengalami keterlambatan. Pekerjaan
tersebut tidak berada pada lintasan kritis sehingga, keterlambatan tidak
18
berpengaruh pada waktu penyelesaian proyek. Perkembangan pekerjaan
mekanikal dan elektrikal disajikan dalam Gambar 12.
Gambar 12 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan mekanikal dan
elektrikal dengan keterlambatan maksimal.
Pada Gambar 12 dapat ditinjau pekerjaan dengan keterlambatan maksimal
yaitu pekerjaan sistem transportasi dalam gedung (pekerjaan mekanikal) dengan
selisih start pekerjaan +2 hari dan selisih finish -28 hari. Artinya pekerjaan
tersebut dimulai lebih awal 2 hari namun mengalami keterlambatan dengan waktu
penyelesaian lebih 28 hari dari rencana. Keterlambatan ini cukup signifikan bila
dibandingkan dengan pekerjaan mekanikal lain yang mengalami keterlambatan.
Sedangkan pekerjaan mekanikal dan elektrikal yang mengalami keterlambatan
minimal terjadi pada pekerjaan mekanikal berupa pekerjaan sistem plumbing
dengan selisih start -4 hari, fire fighting dan fire supression dengan selisih start
+2 hari, serta pekerjaan gas medis, pneumatic tube, tata udara dan ventilasi
dengan selisih start -18 hari. Pekerjaan tersebut memiliki selisih finish yang sama
yaitu -2 hari. Selain itu, semua pekerjaan elektrikal memiliki keterlambatan
minimal dengan selisih finish -2 hari. Pekerjaan ini disajikan pada Gambar 13.
Gambar 13 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan mekanikal dan
elektrikal dengan keterlambatan minimal.
19
Keterlambatan pada pekerjaan elektrikal disebabkan pekerjaan
sebelumnya yaitu pekerjaan dinding bata ringan basement 2 dimulai terlambat 18
hari dari jadwal rencana. Pekerjaan elektrikal dan pekerjaan dinding bata ringan
basement 2 memiliki hubungan start to start yang artinya pekerjaan elektrikal
tidak dapat dimulai sebelum pekerjaan dinding bata ringan basement 2 dimulai.
Oleh karena itu, pekerjaan elektrikal juga terlambat dimulai selama 18 hari dari
jadwal rencana (Gambar 13). Beberapa faktor penyebab keterlambatan pada
pekerjaan ini disajikan pada Tabel 7.
Gambar 14 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan non-konstruksi.
Berdasarkan Gambar 14 dapat ditinjau bahwa semua pekerjaan nonkonstruksi mengalami keterlambatan dengan selisih start 0 hari dan selisih finih -6
hari. Keterlambatan terjadi karena beberapa faktor pengaruh yang disajikan pada
Tabel 7.
Tabel 7 Faktor-faktor penyebab keterlambatan pada pekerjaan mekanikal dan
elektrikal serta pekerjaan non-konstruksi.
Nama Pekerjaan
Faktor Penyebab Keterlambatan
Solusi
Pekerjaan
1. Ventilasi mekanik ,gas medis, 1. Penambahan jam
mekanikal dan
material untuk pemasangan
kerja dan tenaga
elektrikal
pneumatic tube dan pompa serta
kerja pada minggu
pipa untuk instalasi plumbing,
berikutnya dan
instalasi fire fighting dan fire
mempercepat
supression terlambat dalam
kedatangan alat.
pengiriman.
2. Harus lebih
2. Adanya perbaikan saluran dan
memperhatikan
relokasi pipa.
jadwal pelaksanaan.
3. Terjadi genangan di lokasi
proyek karena hujan sehingga
menyebabkan pemasangan pipa
untuk saluran terkendala.
Pekerjaan non1. Birokrasi terhadap pihak PAM 1. Perlu dilakukan
konstruksi
dan PLN lama.
koordinasi yang baik
2. Untuk sambungan pipa dibagian
pihak-pihak lain
bawah cukup banyak sehingga
yang terlibat.
waktu yang ditargetkan kurang. 2. Harus
memperhatikan
pelaksanaan
pekerjaan.
20
Jika ditinjau berdasarkan bobot pekerjaan, keterlambatan terjadi pada
bulan 6 – bulan 11. Hal ini selaras dengan hasil identifikasi menggunakan PDM
dimana pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai rencana adalah pekerjaan arsitektur,
pekerjaan mekanikal dan elektrikal yang dilaksanakan pada bulan Oktober hingga
Desember.
Keterlambatan dengan perbedaan bobot yang signifikan terjadi pada bulan
11 mencapai -8,37%. Namun, pada bulan ke-12 pelaksanaan kegiatan proyek
dapat mengejar keterlambatan sehingga total bobot kumulatif pada bulan 12 telah
mencapai 100% artinya pelaksanaan kegiatan proyek telah selesai. Kondisi ini
diperoleh kontraktor dengan mempercepat pekerjaan tepatnya dengan cara
mempercepat penyelesaian pada pekerjaan kritis. Beberapa pekerjaan yang
dilakukan pada bulan 12 adalah pekerjaan pengecatan dari lantai 6-lantai atap,
pekerjaan sarana dan prasarana teridiri dari pekerjaan finishing kanopi, finishing
tangga trap halaman, pekerjaan pagar, finishing dinding GWT, pekerjaan
perkerasan jalan dan parkir, finishing pekerjaan luar, bangunan pos jaga, serta
pekerjaan penghijauan. Selain itu pekerjaan yang dilakukan pada bulan 12 juga
ditambah dengan pekerjaan rehabilitasi pada gedung lama dimulai dengan
pekerjaan pembongkaran dilanjutkan dengan pekerjaan pasangan dinding.
Hasil analisis kinerja waktu secara keseluruhan menunjukkan bahwa
penyebab keterlambatan waktu pelaksanaan proyek didominasi pada kontraktor
terutama pada aspek kesiapan atau penyiapan sumber daya dan material serta
aspek perencanaan dan penjadwalan pekerjaan. Aspek kesiapan material
dipengaruhi karena proses pemesanan material konstruksi yang tidak dilakukan
sesuai rencana serta ketergantungan alat yang digunakan secara bergantian.
Penyebab lainnya, keterlambatan oleh pemilik proyek terutama pada aspek sistem
organisasi, koordinasi dan komunikasi serta aspek lingkup dan dokumen
pekerjaan. Salah satunya, pemilik proyek terlambat dalam menyetujui jenis
material pelapis lantai dan dinding pada pekerjaan arsitektur yang menyebabkan
keterlambatan pemesanan material. Hal ini menjunjukkan terjadi kurangnya
koordinasi dan komunikasi sehingga waktu pelaksanaan tidak terkontrol.
Penyebab keterlambatan pada pembangunan ini memiliki kesesuaian
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ismael (2013), keterlambatan pada
umumnya terjadi karena beberapa faktor yaitu
pencapaian spesifikasi,
ketersediaan material, sumber daya manusia tidak memadai, keterlambatan alat,
sistem pengendalian proyek dan metoda pelaksanaan. Beberapa faktor tersebut
merupakan kendala yang sering terjadi di lokasi proyek. Oleh karena itu,
penerapan fungsi manajemen kontruksi (planning, organizing, actuating,
monitoring, controlling) dalam pelaksanaan proyek adalah hal yang penting untuk
menunjang keberhasilan proyek.
Keterlambatan ini tidak akan terjadi jika dilakukan perencanaan dengan
baik. Seharusnya, pada proses perencanaan dan penjadwalan proyek, kontraktor
perlu memahami semua faktor yang melatarbelakangi pembuatan jadwal proyek
diantaranya identifikasi aktivitas-aktivitas proyek, estimasi durasi aktivitas,
penyusunan rencana kerja proyek, penjadwalan aktivitas proyek, peninjauan
kembali dan analisa terhadap jadwal yang telah dibuat, serta penerapan jadwal.
Solusi lain untuk menanggulangi keterlambatan ini diperlukan koordinasi yang
lebih baik lagi dengan bagian mekanikal, elektrikal, penyedia material serta
pemilik proyek agar tidak terjadi keterlambatan yang signifikan. Adanya
21
keterlambatan tersebut tidak menyebabkan waktu penyelesaian seluruh pekerjaan
terlambat sehingga pelaksanaan kegiatan proyek telah mencapai sasaran sesuai
dengan schedule.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan dari penelitian ini adalah:
1. Hasil penyusunan jadwal rencana dan realisasi pada Microsoft Project 2013
didapat pekerjaan yang bersifat kritis terdiri dari pekerjaan persiapan,
pekerjaan struktur dan pekerjaan arsitektur.
2. Hasil analisis kinerja waktu diketahui adanya pekerjaan kritis yang mengalami
keterlambatan yaitu pada pekerjaan galian dan urugan tanah basement 2
(pekerjaan struktur) dengan selisih start -1 hari dan selisih finish -7 hari dari
jadwal rencana. Sedangkan pekerjaan non-kritis terdiri dari pekerjaan arsitektur,
pekerjaan mekanikal dan elektrikal serta pekerjaan non-konstruksi.
keterlambatan maksimal terjadi pada sub pekerjaan pelapis lantai basement 2
(pekerjaan arsitektur) dengan selisih start -39 hari dan selisih finish -32 hari
dari jadwal rencana.
3. Faktor dominan penyebab keterlambatan adalah pelaksanaan manajerial di
proyek ini kurang memperhatikan schedule sehingga keterlambatan beberapa
pelaksanaan pekerjaan terjadi dan komunikasi dengan pihak-pihak terkait
kurang terlaksana dengan baik.
Saran
Proyek selanjutnya diharapkan dapat lebih memperhatikan schedule
pelaksanaan pekerjaan. Sehingga kemungkinan terjadinya keterlambatan sangat
kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Arifudin R. 2010. Optimasi penjadwalan proyek dengan penyeimbangan biaya
menggunakan kombinasi CPM dan algoritma genetika. Informatika. 2(4).
Clough, Richard H. And Sears, Glenn A. 1991. Construction Project Management.
Canada: John Willey & Sons Inc.
Dipohusodo S. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi. Yogyakarta (ID):
Penerbit Kanisius.
Fadjar. 2009. Aplikasi metode hubungan tumpang tindih pada network diagram
preseden. SMARTEK. 7(3): 166 – 175.
Husen A. 2010. Manajemen Proyek. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi.
Irawan B. 2008. Peningkatan Kualitas Metode I-J dan PDM dengan Pendekatan
Metode Penjadwalan Berdasarkan Progress pada Penjadwalan Proyek
22
Konstruksi Bangunan Gedung Bertingkat [jurnal]. Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Depok (ID).
Ismael. 2013. Keterlambatan proyek konstruksi gedung faktor penyebab dan tindakan
pencegahan. Momentum. 17(1): 46-55.
Kerzner, Harold. 1995. Project Management : A System Approach to Planning,
Schedulling and Controlling. Van Nostrand Reinhold. New York.
Lenggogeni, M.T. 2013. Manajemen Konstruksi. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Messah, Lona, Sina. 2013. Pengendalian waktu dan biaya konstruksi sebagai
dampak dari perubahan desain. Teknik Sipil. 2(2): 121-132.
Mulatama, Bayu. 2012. Analisis Kinerja Waktu Pada Proyek Pembangunan
Gedung Perpustakaan Dengan Menggunakan Metode Jalur Kritis (Studi
Kasus : Proyek X Oleh PT. ABC) [Skripsi]. Bogor. IPB.
Najabafadi, & Pimplikar. 2013. The significant Causes and effects of delays in
Ghadir 2206 residential project. IOSR-JMCE[internet]. [diunduh 2015 Juny
18]; 7(4): 75-81. Tersedia pada: www.iosrjournals.org
Pranam, Khalibat M, Sudharsan . 2014. A Comparison study between event chain
methodology and critical path method in the construction industry. IJRDET
[internet].[diunduh 2015 Juny 4]; 2(4): 69-73. Tersedia pada: www.ijrdet.com.
Setiyanto, Djoko. 2010. Metode Diagram Preseden. Fakultas Teknik. Bandung.
Unikom.
Soeharto I. 1997. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional.
Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.
Yunus, & Wartinah. 2013. Penjadwalan Proyek Pembangunan Gedung Research
Centre Universitas Tadulako Dengan Menggunakan Microsoft Project.
infrastruktrur. 3(1).
23
Lampiran 1 Pembagian zona pengerjaan bangunan Gedung Rumah Sakit Budhi
Asih
24
Lampiran 2 Kondisi lokasi penelitian
(a) Perbaikan saluran dan relokasi pipa
(b) Lokasi proyek tergenang air hujan
(c) Relokasi kabel TM-PLN.
(d) Pemasangan tulangan kolom.
(e) Pekerjaan struktur basement 2.
(f) Kondisi gedung rumah sakit 100%
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Cianjur pada tanggal 17 April 1993 dari ayah Surya Hidayat
dan Ibu Sulasih. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis
menyeleseikan pendidikan dasar di SD Negeri Bojongherang, kemudian
dilanjutkan di SMP Negeri 1 Cianjur pada tahun 2008. Pendidikan menengah atas
diselesaikan penulis pada tahun 2011 di SMA Negeri 1 Cianjur, dan pada tahun
yang sama diterima di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri