KERJASAMA LUAR NEGERI ANTARA PEMERINTAH KOTA BANDUNG DENGAN KOTA BRAUNSCHWEIG TAHUN 2000-2015

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan kehendak, berkat, serta karunia-Nya lah penyusunan skripsi yang berjudul “Kerjasama Luar Negeri Antara Pemerintah Kota Bandung Dengan Kota BraunschweigTahun 2000-2015” ini dapat terselesaikan.

Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana ilmu politik atas jenjang studi S1 pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan yang perlu disempurnakan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran maupun kritik yang membangun agar tidak terjadi kesalahan yang sama dikemudian hari dan dapat meningkatkan kualitas ke tahap yang lebih baik.

Yogyakarta,05 September 2016

Penulis,

Fitri Navisah Fauziah

vi   


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... i

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kerangka Teori ... 8

E. Hipotesa ... 11

F. Batasan Penelitian ... 12

G.Metode Penelitian ... 12

H.Sistematika Penulisan ... 14

BAB II ... 15

DINAMIKA KERJASAMA LUAR NEGERI KOTA BANDUNG ... 15

A. Kota Bandung ... 15

1.Kota Braunschweig, Jerman ... 24

2.Yingkou, Tiongkok ... 27

3. Fort Worth, Amerika Serikat ... 28

4. Kota Suwon, Korea Selatan ... 31

5. Kota Liuzhou, Tiongkok ... 34

6. Kota Shenzen, Tiongkok ... 36

7. Kota Petaling Jaya, Malaysia ... 37

BAB III ... 38

KEMIRIPAN KOTA BANDUNG DENGAN KOTA BRAUNSCHWEIG ... 38

ix   


(7)

A. Profil Kota Bandung ... 39

1. Geografis ... 39

2. Ekonomi ... 41

3. Kebudayaan ... 45

4. Dinamika Kerjasama Luar Negeri Kota Bandung ... 45

B. Profil Kota Braunschweig ... 52

1. Geografis ... 52

2. Ekonomi ... 53

3. Kebudayaan ... 54

C. Kemiripan Karakteristik Kota Bandung Degan Kota Braunschweig ... 55

1. Kota Pusat Industri ... 55

2. Perguruan Tinggi ... 55

D. Kepentingan Kota Bandung Melakukan Kerjasama Dengan Kota Braunschweig ... 56

BAB IV ... 58

ALASAN KOTA BANDUNG BEKERJASAMA DENGAN KOTA BRAUNSCHWEIG ... 58

1. Dinamika Kerjasama Kota Bandung dan Kota Braunschweig ... 61

A. Dalam Bidang Kebudayaan (Culture) ... 63

B. Dalam Bidang Olahraga (Sport) ... 64

C. Dalam Bidang Penataan Kota (Urban Construction) ... 64

D. Dalam Bidang Ekonomi Perdagangan (Economy and Commerce)... 65

E. Dalam Bidang Pendidikan dan Pelatihan (Education and Training) ... 66

F. Dalam Bidang Pertukaran Pemuda (Youth Exchange) ... 67

G.Dalam Bidang Sarana dan Prasarana (Infrastructures mencakup teknologi dan bantuan) ... 67

BAB V ... 76

KESIMPULAN ... 76

1. Komplementaris ... 77

2. Pembagunan Ekonomi ... 78

3. Saran ... 79

x   


(8)

DAFTAR PUSTAKA ... 80 LAMPIRAN ... 83 

xi   


(9)

DAFTAR TABEL  

Tabel 3.1 Cluster-cluster metropolitan Bandung ... 44 Tabel 3.2 Kerjasama Sister City Kota Bandung Sampai Bulan Desember tahun 2012 ... 46 Tabel 4.1 Kerjasama Sister City Kota Bandung dengan Kota Braunshweig Sampai Bulan Desember tahun 2012 ... 69

xii   


(10)

xiii   

DAFTAR GAMBAR  

Gambar 1 1 Peta Negara Indonesia ... 4 

Gambar 1 2 Peta Negara Jerman ... 4 

Gambar 1 3 Peta Kota Bandung ... 5 

Gambar 1 4 Peta Kota Braunschweig ... 6 

Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi Sekretariat Daerah Kota Bandung ... 17 

Gambar 2 2 Monumen Sister City Kota Bandung-Kota Braunschweig ... 27 

Gambar 2.3 Monumen Sister City Kota Bandung-Kota Forth Worth ... 31 

Gambar 2.4 Monumen Sister City Kota Bandung-Kota Suwon ... 33 

Gambar 2.5 Monumen Sister City Kota Bandung-Kota Liuzhou ... 35 

Gambar 3.1 Lambang Kota Bandung ... 39

Gambar 3.2 Pewilayahan ekonomi metropolitan Bandung berdasarkan cluster yang berpusat di Kota Bandung ... 43


(11)

KERJASAMA LUAR NEGERI ANTARA PEMERINTAH KOTA BANDUNG DENGAN KOTA BRAUNSCHWEIG TAHUN 2000-2015

ABSTRAK

Di era globalisasi banyak pilar pembangunan yang harus ditelaah dengan baik agar sebuah negara atau kota-kotanya mampu menikmati arti perkembangan dan kesejahteraan yang sesungguhnya. Salah satu upaya agar ini terwujud adalah kerjasama antar kota yang disebut dengan “Sister City”.

Kota Bandung dan Kota Braunschweig memahami akan kepentingan sister city dan telah bekerjasama selama puluhan tahun. Kedua kota terus meningkatkan kerjsama di bidang ekonomi, kepemudaan, kesehatan, teknologi dan lain-lain. Hingga saat ini hubungan kerjasama kedua kota tersebut masih aktif dan saling menguntungkan.

Namun, mengemukannya permasalahan dalam kerjsama ini tidak menjadi sebuah rintangan yang besar karena kedua kota terus berupaya untuk bekerjsama dengan baik dan efektif

Hasil penelitian ini, kerjasama yang dilakukan Kota Bandung dengan Kota Braunschweig telah terjalin selama 56 tahun terhitung sejak 2 Juni 1960 dan di perbaharui pada 19 Juni 2000 dan menghasilkan banyak kerjasama, diantaranya dalam bidang budaya, olahraga, penataan kota, ekonomi perdagangan, pendidikan dan pelatihan, pertukaran pemuda, sarana dan prasarana mencakup teknologi. Meski mengalami banyak problematika.


(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Peluang kerjasama dalam era globalisasi saat ini sangat diperlukan dalam konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan meningkatkan hubungan bilateral atau multilateral. Salah satu bentuk kerjasama bilateral yang dapat dilakukan adalah sister city dan dapat menjadi sebuah fenomena tersendiri yang dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan kerjasama internasional. Sister city adalah suatu bentuk kerjasama yang melibatkan kota di suatu negara dengan kota di negara lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan rasa persaudaraan yang erat dan saling menguntungkan. Berdasarkan pendapat di atas, sister city dapat meningkatkan volume kerjasama dengan pengembangan di berbagai bidang seperti bidang sosial kemasyarakatan, industri, ekonomi dan perdagangan, pariwisata, pemuda dan olah raga, budaya, pendidikan serta ilmu pengetahuan dan berbagai macam kerjasama yang dianggap perlu bagi kesejahteraan masyarakat di suatu kota.

Sister City atau kota kembar adalah sebuah fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam dunia kerjasama internasional. Fenomena sister city sendiri umumnya memiliki persamaan keadaan demografi, dan persamaan lainnya. Istilah sister city di Indonesia digunakan oleh Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Luar Negeri, dengan keluarnya Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 193/1652/PUOD tanggal 26 April 1993 perihal Tata Cara Pembentukan


(13)

2 Hubungan Kerjasama Atar Kota baik di dalam maupun luar negeri (http://penataanruang.pu.go.id).

Fenomena sister city membuktikan bahwa efek dari globalisasi telah melahirkan perkembangan dalam bentuk kerjasama di dunia. Munculnya aktor-aktor selain negara menunjukkan perubahan interaksi internasional yang semakin kompleks. Hal ini juga membuktikan bahwa sebenarnya setiap Negara di dunia mengandalkan potensi dalam negerinya untuk memenuhi kebutuhannya, maka dari itu dibutuhkannya kerjasama antar negra. Kerjasama ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah pusat, namun akan tetapi juga pemerintah daerah dapat secara aktif ikut serta dalam kerja sama luar negeri. Hal itu yang mendasari terjadinya hubungan kemitraan antar kota/sister city (Fitri, 2013).

Situasi internasional yang mengglobal membuat aktor-aktor baru muncul. Salah satu aktor tersebut adalah Sub state actors atau pemerintah daerah yang hadir kedalam situasi interaksi internasional. Dalam konteks ini, aktor Sub state actors diperankan oleh pemerintahan regional atau lokal yang secara tradisional bertindak sebagai aktor dalam negeri. Namun, pada era transnasional, pemerintah regional juga melakukan interaksi yang melintasi batas-batas negara mereka, dan dalam taraf tertentu, mereka juga menyusun kebijakan kerjasama luar negerinya, yang dalam banyak kasus, tidak selalu berkonsultasi secara baik dengan pemerintah pusat. Dukungan dari pemerintah pusat terkait siter city sangatlah besar karena banyak sekali keuntungan yang akan diperoleh ketika melakukan kerjasama ini. Fenomena pemerintah regional membangun hubungan internasional ini sangat


(14)

3 tampak di Negara-negara industri maju di Barat, seperti di Flander-Belgia, Catalonia-Spanyol, the Besque Country, Quebec-Canada (Mukti, 2013).

Terdapat beberapa pola dan variasi kerjasama sister city yang dilakukan antara pemerintah daerah dengan pemerintah daerah atau pemerintah negara lain yaitu dalam hal:

1. Ekonomi, diantaranya perdagangan, investasi, industri, dan pariwisata; 2. Ilmu Pengetahuan, diantaranya teknologi, dan administrasi;

3. Pendidikan, diantaranya kebudayaan, kesejahteraan, sosial, pemuda dan olahraga;

4. Bidang-bidang lain yang kemudian disetujui oleh kedua belah pihak. Adapun manfaat baik dari kerjasama sister city ini, diantaranya adalah: 1. Kesempatan untuk tukar menukar pengetahuan dan pengalaman

pengelolaan pembangunan bidang-bidang yang dikerjasamakan.

2. Mendorong tumbuhnya prakarsa dan peran aktif pemerintah daerah kota, masyarakat dan swasta.

3. Mempererat persahabatan pemerintah dan masyarakat kedua belah pihak. 4. Kesempatan untuk tukar menukar kebudayaan dalam rangka

memperkaya kebudayaan daerah.

Indonesia menggunakan istilah sister city pada tahun 1993, padahal sebenarnya Indonesia memulai kerjasama seperti sistem sister city pada Juni 1960 dalam penandatanganan MoU kerjasama sister city antara pemerintah Kota Bandung dengan Kota Braunschweig, Jerman (Mukti, 2013).


(15)

4 Gambar 1.1 Peta Negara Indonesia

Sumber: http://www.mapsofworld.com/indonesia/ Gambar 1.2 Peta Negara Jerman


(16)

5 Kota Bandung adalah kota terbesar ke-3 di Indonesia, Kota Bandung juga merupakan Ibu Kota Jawa Barat. Kota Bandung merupakan kota yang baik dalam bidang perekonomian, letaknya yang begitu strategis menyebabkan Kota Bandung lebih diminati oleh investor. Kota Bandung juga merupakan salah satu kota yang teraktif yang melakukan kerjasama sister city. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah kerjasama sister city Kota Bandung merupakan terbanyak ke-2 setelah Jakarta yang mempunyai total 49 sister city sedangkan Kota Bandung memiliki total 25 sister city, kota yang menjadi sister city Kota Bandung berada hampir di setiap benua diantaranya, Asia, Afrika, Amerika, dan Eropa., hal ini tidak dapat dipungkiri karena peran aktif pemerintah kota yang melakukan kerjasama internasional yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat kota. (www.infobdg.com)

Gambar 1 3 Peta Kota Bandung

Sumber :https://ppdbkotabandung.wordpress.com/pustaka/peta-kota-bandung/


(17)

6 Kerjasama sister city Kota Bandung dimulai pada tahun 1960 pada masa walikota R. Priatnakusumah, berawal dari terdapatnya Perguruan Tinggi yang serupa di kedua kota tersebut, yakni; Padagogische Hochschule di Kota Braunschweig Jerman dan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP, atau Universitas Pendidikan Indonesia) di Kota Bandung.

Gambar 1.4 Peta Kota Braunschweig

Sumber: https://goo.gl/NsMgOI

Kerjasama yang terbentuk antar kedua kota tersebut berawal dari hubungan kerjasama universitas atau dalam hal pendidikan. Pada 24 Mei 1960 dilakukan peresmian kerjasama persahabatan antar kedua kota tersebut, dari pihak Indonesia diwakili oleh; Duta Besar Republik Indonesia Dr. Zairin Zain, dan untuk pihak Jerman diwakili oleh Direktur Kota Hans Gunther Weber dan Walikota


(18)

7 Braunschweig sebagai Oberburgermeister Ny. Martha Fuch. Peresmian disempurnakan dengan ditandatanganinya piagam tanda persahabatan antar kedua kota tersebut oleh Walikota Bandung, Bapak R. Priatnakusumah dan disaksikan oleh 300 tokoh Kota Bandung beserta utusan Kota Braunschweig yaitu Prof. Dr. George Eckert pada tanggal 2 Juni 1960 di Kota Bandung (Mukti, 2013).

Kerjasama yang terjalin tentunya sempat tersendat dan mengalami vacum pada saat krisis di Eropa dan melanda Jerman. Melihat bahwa kerjasama adalah suatu kebutuhan dan memunculkan banyak sekali dampak positif sehingga pada tanggal 19 Juni 2000 Piagam Persahabatan kedua kota tersebut diperbaharui dengan MoU (Memorandum of Understanding) dan ditandatangani oleh Walikota Bandung dan Walikota Braunschweig di Kota Braunschweig, Jerman dengan perluasan kerjasama.

Kerjasama antar kota juga mampu memicu problematika bagi kedua kota atau salah satunya, maka dari itu, menganalisa segala sarana dan kebutuhan kedua kota sangat diperlukan agar mampu berjalan dengan lancar. Kota Bandung dan Kota Braunschweig juga mengalami problematika sebelum dan setelah tahun 2000, kedua kota hingga sekarang masih menjalin kerjasama, bahkan ingin memperluas bidang kerjsamanya di tahun 2017. Alasan serta dinamika kerjasama kedua kota ini akan ditelaah dalam penilitian ini.


(19)

8 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin menemukan jawaban dari pertanyaan berikut ini:

Mengapa Kota Bandung melakukan keerjasama dengan Kota Braunschweig?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui alasan kerjasama sister city Kota Bandung dengan Kota Braunschweig dalam hal pembangunan dalam berbagai sektor di daerah Kota Bandung

2. Untuk menganalisis kerjasama antara Kota Bandung dan Kota Braunschweig.

3. Dengan adanya pengetahuan tersebut dapat menjadi tambahan pengetahuan untuk dunia pendidikan, dan tujuan utamanya adalah agar mengetahui lebih lanjut perihal kelanjutan hubungan diplomatik dan bilateral antar kedua kota.

D. Kerangka Teori

Teori adalah sarana pokok yang digunakan sebagai alat untuk menyatakan hubungan antara fenomena sosial ataupun alami yang akan diteliti dengan landasan pemikiran sebagai pijakan. Dengan adanya permasalahan diatas, makapenulis menggunakan tinjauan teori sebagai berikut:


(20)

9 1. Konsep Kerjasama Internasional

Dewasa ini semua negara tidak bisa berdiri sendiri, diperlukannya kerjasama dengan negara lain, kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bersama, hubungan kerjasama antar negara juga dapat mempercepat proses peningkatan kesejahteraan dan penyelesaian masalah diantara dua negara atau lebih. Kerjasama Internasional menurut K.J Holsti dapat didefinisikan sebagai dua kepentingan atau lebih, nilai atau juga tujuan yang saling bertemu dan juga menghasilkan sesuatu, dipromosikan atau dipenuhi oleh semua pihak sekaligus, pandangan atau harapan dari suatu negara bahwa kebijakan yang diputuskan oleh negara lainnya akan membantu negara itu untuk mencapai kepentingan dan nilai-nilainya, persetujuan atau masalah-masalah tertentu antara dua negara atau lebih dalam rangka memanfaatkan persamaan kepentingan atau benturan kepentingan, aturan resmi atau tidak resmi mengenai transaksi di masa depan yang dilakukan untuk melaksanakan persetujuan, transaksi antar negara untuk memenuhi persetujuan mereka. (Holsti, 1992)

Kerjasama Internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan oleh suatu Negara dengan lain yang bertujuan memenuhi kebutuhan rakyatnya dan untuk kepentingan Negara-negara di dunia.


(21)

10 Koesnadi Kartasasmita mengatakan bahwa:

“Kerjasama Internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya hubungan interdependensi dan bertambah kompleksitas kehidupanmanusia dalam masyarakat internasional.”

Kerjasama internasional dapat dilakukan di dalam segala aspek kehidupan, antara lain dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan, kesehatan, keamanan dan aspek lainnya. Dengan adanya ketergantungan ini, maka akan menimbulkan suatu hubungan timbal balik yang diharapkan mampu memberikan keuntungan bagi pihak-pihak yang melakukan kerjasama maupun masyarakat internasional pada umumnya.

Kemudian KJ. Holsti menyatakan bahwa transaksi dan interaksi diantara Negara-negara dalam sistem Internasional saat ini adalah bersifat rutin dan hampir bebas konflik. Timbul berbagai masalah nasional, regional, atau global yang memerlukan perhatian dari banyak negara. Dalam kebanyakan khusus, sejumlah pemerintahan saling mendekati dengan penyelesaian yang diusulkan, merundingkan atau membahas masalah, mengenukakan bukti teknis untuk menyetujui atau penyelesaian atau lainnya, dan mengakhiri perundingan dengan perjanjian atau pengertian tertentu yang menguatkan kedua belah pihak. Proses ini disebut kolaborasi atau kerjasama (Holsti, 1989).

Kerjasama internasional diartikan sebagai upaya suatu negara untuk memanfaatkan negara lain atau pihak lain dalam proses pemenuhan kebutuhannya dalam tatanan hubungan internasional. Kerjasama antar negara


(22)

11 dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing dan untuk mencapai kepentingan kedua negara. Kerjasama internasional dewasa ini tidak hanya dilakukan oleh negara, namun dapat dilakukan dalam tingkatan pemerintah kota, Tujuan dari diadakannya kerjasama internasional ialah guna memenuhi kebutuhan atau pencapaian sebuah tujuan tersendiri oleh pihak tersebut.

E. Hipotesa

Berdasarkan aplikasi pada kerangka teori dan rumusan masalah yakni “Mengapa Kota Bandung melakukan kerjasama dengan Kota Braunschweig?, penulis merumuskan hipotesa yaitu:

a. Keunggulan Kota Brauscweig dalam Infrastruktur dan Tata Letak Kota

Kota Braunschweig termasuk kota dengan tata letak kota dan infrastruktur yang sangat baik, sehingga Kota Bandung ingin mengimplementasikan keunggulan Kota Braunschweig ini, dan akan sangat mendorong kedua kota untuk menjalin kerjasama di bidang pembangunan.

b. Menjalin Hubungan Yang Bersifat Komplementaris, Saling Mengisi Di Berbagai Bidang Pembangunan.

Kerjasama ini memiliki dampak yang signifikan bagi Kota Bandung untuk terus mengembangkan berbagai bidang yang tertera di atas. Kota Bandung memaksimalkan kerjasama luar negeri agar mampu mencapai segala tujuan untuk menjadi kota terstruktur dengan baik.


(23)

12 c. Meningkatkan Pembagunan Bidang Ekonomi Dan Investasi

Kerjasama yang dilakukan oleh Kota Bandung dengan Kota Braunschweig berdampak pula pada bidang ekonomi khususnya dalam bidang UKM.

F. Batasan Penelitian

Batasan penelitian dalam sebuah penelitian sangat diperlukan sebagai langkah untuk menghindari luasnya pembahasan atas objek yang diteliti. Hal ini dimakudkan agar objek penelitian lebih jelas dan spesifik.

Dalam penelitian ini penulis akan membatasi kajian pada kerjasama Kota Bandung-Kota Braunschweig pada tahun 2000-2015. Namun demikian, pembatasan penelitian tidak menutup kemungkinan untuk membahas kajian diluar batas sepanjang kajian tersebut masih mempunyai ikatan erat dengan pokok permasalahan.

G. Metode Penelitian a. Unit Analisa

Melihat dari objek penelitian yang di analisa oleh penulis, maka Unit Analisa dari penelitian ini adalah Pemerintah kota, berupa lembaga BAPEDA (Badan Pembangunan Daerah-Kota). b. Jenis Penelitian dan Jenis Data

Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatandeskriptif. Pendekatan deskriktif yang penulis gunakan


(24)

13 bertujuan untuk membuat deskripsi, penjelasan dan gambaran secara sistematis dan akurat terkait fakta, sifat dan hubungan antara fenomena yang dianalisa. Sedangkan, data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau data yang tersusun dalam bentuk tidak langsung. Seperti halnya dokumen ataupun literatur yang relevan terkait dengan rumusan masalah yang diteliti.

c. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu melalui studi kepustakaan yang sumbernya berasal dari berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian, berupa buku, jurnal ilmiah, surat kabar, laporan media, serta artikel-artikel yang terkait dengan objek penelitian yang sedang diteliti. d. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang akan menganalisa permasalahan secara induktif. Teknik induktif memungkinkan temuan-temuan penelitian muncul dalam keadaan umum dan tema-tema yang dominan. Dengan menggunakan metode deskriptif, penulis mengumpulkan data-data yang umum dan tema-tema yang bersifat dominan dari telaah pustaka dokumen, dan literatur yang terkait. Kemudian diinterpretasikan menjadi pola-pola hubungan dan keterkaitan konsep atau fenomena satu dengan yang lainnya. Lalu dideskripsikan melalui penggambaran dari umum ke khusus.


(25)

14 H. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan yang terdiri dari : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Landasan Teoritis, Hipotesa, Metode Penelitian, Batasan Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab II Dalam bab ini, penulis akan memaparkan tentang dinamika kerjasama luar negeri Kota Bandung.

Bab III Dalam bab ini penulis akan membahas tentang kemiripan antara Kota Bandung dengan Kota Braunschweig.

Bab IV Bab ini berisi pembahasan Alasan Kota Bandung melakukan kerjasama dengan Kota Braunschweig.

Bab V Pada bab ini berisi Penutup/Kesimpulan dan saran, yang berisi ringkasan secara keseluruhan tentang penelitian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya.


(26)

15 BAB II

DINAMIKA KERJASAMA LUAR NEGERI KOTA BANDUNG

A. Kota Bandung

Pemerintah Kota Bandung merupakan kota pertama di Indonesia yang melakukan kerjasama dengan kota lain di luar negeri, serta kota kedua yang memiliki hubungan luar negeri terbanyak setelah ibu kota Indonesia, Kota Jakarta. Kota Bandung merupakan Ibu Kota dari Jawa Barat, dan sebagai kota yang memiliki keunggulan baik secara komparatif maupun kompetitif. Kota Bandung terletak pada letak geografis yang strategis dan menjadikan Kota Bandung sebagai pusat perekonomian di Jawa Barat. Tersedianya transportasi baik darat maupun udara telah memberikan kemudahan akses untuk berkunjung ke Kota Bandung, secara domestik dan internasional. Kota Bandung dikenal sebagai Kota Pariwisata, dengan berbagai penawaran di bidang pariwisata; baik untuk berbelanja, wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, serta wisata teknologi dan arsitektur.

Kota Bandung memiliki visi yang berbunyi “Terwujudnya Kota Bandung yang Unggul, Nyaman, dan Sejahtera”, Pemerintahan Kota Bandung ingin menjadi kota yang terbaik dan terdepan dengan mempertahankan pencapaian sebelumnya serta menjadi contoh bagi daerah lain dalam upaya terobosan perubahan bagi kenyamanan dan kesejahteraan warga Kota Bandung. (Bandung K. ) Adapun misi Kota Bandung sebegai berikut;


(27)

16 1. Mewujudkan Bandung nyaman melalui perencanaan tataruang,

pembangunan

infrastruktur serta pengendalian pemanfaatan ruang yang berkualitas dan berwawasan lingkungan,

2. Menghadirkan tata kelola pemerintahan yang akuntabel, bersih dan melayani,

3. Membangun masyarakat yang mandiri, berkualitas dan berdaya saing, dan

4. Membangun perekonomian yang kokoh, maju, dan berkeadilan. (Bandung K. )

Salah satu cara agar mampu memaksimalkan pengimplesentasian visi dan misi tersebut adalah memperluas dan memaksimalkan menjalin kerjasama dengan kota-kota lain di luar negeri. Dalam era globalisasi ini, keterbukaan akan kerjasama luar negeri seakan-akan tidak memiliki batas (borderless), keterbukaan tersebut tidak hanya di manfaatkan oleh negara (state), tapi juga dimanfaatkan oleh pemerintahan daerah, NGO’s, individu, serta aktor-aktor hubungan internasional lainnya. Kota Bandung menyadari akan kepentingan Kota Bandung yang perlu diraih di luar negeri agar mampu memaksimalkan pengimplementasian visi dan misinya.


(28)

17 Pemerintahan Kota Bandung memiliki Bagian Kerjsama Daerah yang membawahi Sub Bagian Kerjsama Luar Negeri dalam Struktur Organisasi Sekretariat Daerah Kota Bandung yang berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 03 tahun 2013.

Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi Sekretariat Daerah Kota Bandung

Berdasarkan Riviu Pencapaian Kinerja Pelayanan Sekretariat Daerah Kota Bandung Tahun 2009-2013, bentuk kerjasama antara Pemerintah Kota Bandung dengan Pemerintah Daerah Lain, Instansi Pemerintah Pusat, dan Kota Sahabat (Sister City) telah meningkatkan kualitas dan kuantitas kerjasama Sister City. (Bandung K. , Rencana Strategis (RENSTRA) Sekretariat Daerah Kota Bandung tahun 2013-2018)

Istilah kerjasama antar kota atau sister city digunakan di Indonesia, mengacu pada surat edaran Menteri Dalam Negeri No. 193/1652/PUOD pada tahun 26 April 1993 mengenai Tata Cara Pembentukan Hubungan Kerjasama Antar Kota/Sister City mencakup dalam dan luar negeri. Konsep siter city di Indonesia difokuskan dalam hal pembangunan ekonomi, namun selain pembangunan ekonomi terdapat bidang-bidang lainnya seperti bidang pendidikan dan budaya juga tidak kalah pentingnya dalam kerjasama sister city.


(29)

18 Kota Bandung mengiplementasikan istilah sister city didasari oleh PERMENDAGRI Nomor I tahun 1992,yang menyebutkan bahwa kerjasama sister city adalah hubungan kerjasama kota bersaudara yang dilaksanakan antara Pemerintah Kota, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota Administratif dengan Pemerintah Kota setingkat di luar negeri. (Negeri)

Kerjasama sister city dalam praktiknya harus berpedoman sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2008 mengenai Pedoman Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak Luar Negeri. Pelaksanaan kerjasama sendiri harus melihat kondisi kemampuan daerah dalam hal ketersediaan sumber daya manusia aparatur, keuangan, serta harus sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah dan tidak lupa mengenai kebijakan pihak mitra asing.

Kerjasama Sister city di Kota Bandung merupakan kerjasama tertua di Indonesia dimulai pada tahun 1960 dengan Kota Braunschweig, Jerman. Kota Bandung mempuanyai Misi terkait melakukan kerjasama Sister City, yaitu “Meningkatkan Hubungan yang Memiliki Keuntungan Bermutu Untuk Kedua Belah Pihak (Kedua Kota)” tidak hanya misi, tentu saja Kota Bandung memlikiki tujuan serta manfaat melakukan kerjasama sister city.

Tujuan dari sister city Kota Bandung adalah:

1. Mengembangkan program kerjasama yang sedang berjalan, biasanya meliputi manajemen dari kedua pemerintah lokal.


(30)

19 2. Meningkatkan peranan masyarakat kota kedua Negara yang melakukan

program ini dalam kerjasama yang dilakukan.

Selain melakukan kerjasama sister city dengan Kota Braunschweig, tentunya Kota Bandung juga melakukan kerjasama sister city dengan kota-kota lain di dunia, diantaranya:

1. Fort Worth,Texas, Amerika Serikat 2. Miami, Florida, Amerika Serikat 3. LasVegas, Nevada, Amerika Serikat 4. Nelspruit, Afrika Selatan

5. Tshwane, Afrika Selatan 6. Kuantan, Malaysia 7. Saremban, Malaysia 8. Pelitang Jaya, Malaysia 9. Bari, Italia

10.Klagenfur, Austria 11.Cebu, Philiphina 12.Braunschweig, Jerman 13.Udon Thani, Thailand 14.Bangalore, India 15.Maribor, Slovenia 16.Topolcianky, Slovakia 17.Hamamatsu, Jepang 18.Suwon, Korea Selatan


(31)

20 19.Liuzhou, Tiongkok

20.Hangzhou, Tiongkok 21.Yingkou, Tiongkok 22.Almaty, Kazagstan 23.Mandalay,Myanmar

Sedangkan manfaat dari sister city adalah:

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah.

2. Tukar menukar pengetahuan dan pengalaman tentang pengolahan pembangunan bidang-bidang yang dikerjasamakan.

3. Mendorong tumbuhnya prakarsa dan peran aktif pemerintah daerah, masyarakat dan swasta.

4. Meningkatkan optimalisasi pengelolaan potensi daerah.

5. Mempererat persahabatan pemerintah dan masyarakat kedua pihak.

6. Tukar menukar kebudayaan dalam rangka memperkaya kebudayaan daerah. (Bandung S. B.)

Untuk melakukan kerjasama sister city tentu memerlukan prosedur yang harus dilakukan, yaitu:

1. Adanya hubungan diplomatik antara kedua negara dan tidak mengganggu keamanan politik serta keamanan dalam Negeri. Saling menghormati kedaulatan masing-masing Negara, serta saling menguntungkan

2. Memberitahukan kepada Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri dan instansi terkait untuk mendapatkan pertimbangan.


(32)

21 3. Mengadakan penjajangan oleh Pemerintah Daerah bersama Departemen Luar Negeri untuk mengetahui tanggapan dari pihak Pemerintah Kota atau Provinsi di Luar Negeri.

4. Jika mendapatkan tanggapan positif dari kedua Pemerintah Daerah, akan melakukan kesepakatan awal yang berbentuk penandatanganan Letter of Intent (LoI).

5. Letter of Intent disiapkan oleh Pemerintah Daerah, Departemen Luar Negeri atau Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri untuk disampaikan dan dimintakan tanggapan kepada mitra asing.

6. Naskah Letter of Intent yang telah disepakati lalu ditandatangani oleh pimpinan atau pejabat setingkat dari kedua pihak.

7. Tingkat lanjut dari Letter of Intent, kedua pihak akan menyiapkan naskah Memorandum of Understanding (MoU).

8. Setelah penandatanganan Mou, akan dimintakan surat kuasa (Full Powers) kepada Menteri Luar Negeri.

9. Naskah asli dari Letter of Intent (LoI) dan Memorandum of Understanding (MoU) kerjasama Sister City yang telah ditandatangani akan diserahkan kepada Departemen Luar Negeri c.q. DIrektorat Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya, untuk disimpan di ruang perjanjian (Treaty Room). Tahap selanjutnya adalah Direktorat Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya akan membuat salinan naskah resmi (Certified True Copy) untuk arsip Pemerintah Daerah. (Juhaeni)


(33)

22 Program sister city Bandung memiliki Dasar Hukum yang jelas dan bersifat mengikat. Dasar-dasar Hukum pelaksanaan sister city Kota Bandung:

1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3882);

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012);

3. Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun


(34)

23 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah;

8. Peraturan Menteri Negara Bappenas Nomro PPER-005/M.PPN/06/2006 tentang Tata Cara Perencanaan dan Pengajuan Usulan serta Penilaian Kegiatan yang Dibiayai dan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri;

9. Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor 09/A/KP/XII/2006/01 tentang Panduan Umum Tata Cara Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemerintah Daerah:

10.Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak Luar Negeri; 11.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168 Tahun 2008 tentang Hibah

Daerah;

12.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyaluran Hibah kepada Pemerintah Daerah;

13.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2009 tentang Pedoman Kerjasama Departemen Dalam Negeri Dengan Lembaga Asing Non Pemerintah;

14.Peraturan Daerah Kota Bandung No. 12 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Kerjasama Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor 12). (Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri, n.d.)


(35)

24 Kota Bandung merupakan salah satu kota yang aktif melakukan kerjasama baik dalam maupun luar negeri. Terbukti dengan adanya kerjasama dengan beberapa kota kota di luar negeri yang telah dilakukan oleh Kota Bandung. Berikut adalah kota-kota dan hasil kerjasama antar kedua kota:

1. Kota Braunschweig, Jerman

Kerjasama yang dilakukan dengan Kota Braunschweig, Jerman bisa dikatakan sebagai kerjasama tertua dan pertama di Indonesia, Tepatnya pada tahun 1960 Kota Bandung melakukan kerjasama Sister City dengan Kota Braunschweig, Jerman. Melihat adanya Perguruan Tinggi Keguruan yang sama antar kedua kota yaitu Padagogishe Hochschule di Braunschweig, dan IKIP (sekarang UPI) di Bandung, dan Sekolah Tinggi Teknik Tehnische Universitat Braunschweig, dan Institut Teknologi Bandung, maka Prof. DR. George Eckert staf UNESCO mempunyai gagasan untuk melakukan kerjasama sister city. Keinginan melakukan kerjasama sister city disampaikan oleh atase kebudayaan Republik Indonesia di Bonn oleh Bapak Marjoenani pada tanggal 24 Juni 1959. (Juhaeni)

Rancangan kerjasama yang diajukan oleh Kota Bandung disambut baik oleh pihak DPR Kota Braunschweig pada tanggal 18 Mei 1960. Penandatanganan Piagam Ikatan Persahabatan Kota Bandung dengan Kota Braunschweig dilakukan pada tanggal 24 Mei 1960, penandatanganan piagam ikatan persahabatan di wakili oleh DR. Zairin Zain Duta Besar Republik Indonesia dan dari pihak Jerman diwakili oleh Direktur Kota Hans Gunther dan Walikota Braunschweig Oberburgermeister, dan Ny. Martha Fuchs. Pada tanggal 2 Juni 1960 di Kota Bandung piagam ikatan


(36)

25 kerjasama disempurnakan paska penandatanganan oleh R. Priatnakusumah Walikota Bandung dengan utusan dari Kota Braunschweig Prof. Dr. George Eckert. Piagam Ikatan Kerjasama itu baru diperbaharui menjadi MoU (Memorandum of Understanding) pada tangga 19 Juni 2000 di Kota Braunschweig, Republik Federal Jerman, yang ditandatangani oleh Walikota Bandung Aa Tarmana dan Walikota Braunschweig Werner Steffens. (Juhaeni)

Dengan terwujudnya kerjasama antar kedua kota di atas, kedua kota tentu dengan antusias akan menjalankan kerjasama dengan baik dan saling menguntungkan. MoU yang telah ditandatangani oleh kedua kota tersebut menunjukkan keharmonisan serta keseriusan kedua kota untuk terus menjalin hubungan diplomatis dan kerjasama yang berkelanjutan (sustainable).

Kerjasama yang dilakukan oleh kedua kota meliputi beberapa bidang, namun akan tetapi lebih berfokus pada bidang sosial budaya, pelatihan, dan pertukaran pemuda. Berikut merupakan bidang kerjasama yang dilakukan oleh Kota Bandung dengan Kota Braunschweig:

1. Ekonomi, Perdagangan dan industri dan kepariwisataan. 2. Ilmu pengetahuan, teknologi dan administrasi.

3. Pendidikan, kebudayaan, kesejahteraan sosial, pemuda dan olahraga.

Adapun program yang dilaksanakan diantaranya:

1. Penampilan tari kesenian. 2. Program redaktur radio.


(37)

26 4. Program studi dosen, mahasiswa.

5. Program pelatihan perawat.

6. Program pelatihan percetakan/grafika. 7. Bantuan bagi Perguruan Tinggi.

8. Penataan kota, bantuan survey untuk penataan kali Cikapundung. 9. Pembangunan Gedung Gelanggang Generasi Muda Bandung.

10. Bantuan mobil VW Combi, mesin tik dan slide projektor magang pejabat Pemerintah Kota Bandung.

11. Bantuan alat pemotong hewan, bantuan rumah sakit. 12. Bantuan bencana alam tsunami di Aceh.

Adapun program kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Kota Bandung dengan Kota Braunschweig, diantaranya sebagai berikut:

1. Pengiriman delegasi Kota Bandung dari berbagai komponen untuk menindaklanjuti program yang telah didiskusikan.

2. Mengaktifkan kembali program praktikan pejabat Kota Bandung ke Kota Braunschweig serta program pertukaran pemuda yang beberpa tahun kebelakang sempat terhenti.

3. Mengikuti promosi dan pameran perdagangan di Kota Braunschweig. 4. Pengiriman Delegasi Kebudayaan dalam berbagai bidang kesenian.


(38)

27 Gambar 2.2 Monumen Sister City Kota Bandung-Kota Braunschweig

Sumber: wikimapia.org

2. Yingkou, Tiongkok

Kunjungan ke Kota Bandung yang dilakukan sebanyak lima kali oleh perwakilan Kota Yingkou dan dipimpin oleh Walikota dilakukan untuk penjajangan kerjasama sister city, setelah kunjungan tersebut diadakannya kunjungan balasan dari pihak Pemerintah Kota Bandung sebanyak dua kali. Pada tanggal 25 September 2005 di Kota Bandung dilaksanakan penandatanganan MoU.

Adapun bidang kerjasama yang dikerjasamakan adalah:

1. Ekonomi, perdagangan, industri, pertanian, dan pariwisata. 2. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan administrasi.


(39)

28 3. Pendidikan, kebudayaan, kesejahteraan sosial, pemuda dan

olahraga.

4. Bidang-bidang lain yang disetujui oleh para pihak.

Selain bidang kerjasama yang dikerjasamakan, adapun program kegiatan yang telah dilaksanakan antara kedua kota, diantaranya adalah:

1. Kunjungan pejabat pemerintah kedua kota.

2. Penandatanganan kerjasama pengusaha kedua kota.

3. Studi Komparasi bagi para pendidik (SMK) dan unsur Dinas Pendidikan.

Kerjasama antar Kota Bandung dengan Kota Yingkou ini pun mempunyai program kegiatan yang akan dilaksanakan, diantaranya adalah akan merealisasikan kerjasamanya dibidang ekonomi, perdagan dan industri, pendidikan, kebudayaan, pariwisata, lingkungan hidup, pemuda dan olahraga, ilmu pengetahuan, dan bidang lain yang telah disepakati. (Juhaeni)

3. Fort Worth, Amerika Serikat

Prof. DR. Ing. BJ. Habibie mengharapkan terjadinya kerjasama sister city antar Kota Bandung dengan Kota Fort Worth, Amerika Serikat, melihat kerjasama yang dilakukan oleh IPTN dengan pabrik pesawat terbang Bell-helikopter yang berada di Kota Fort Worth. MoU antar kedua kota pun ditandatangani pada tanggal 2 April 1990 dilaksanakan di Kota Fort Worth, MoU ditandatangani oleh Walikota DATI II Bandung Ateng Wahyudi dan Walikota Fort Worth Bob Bolen.


(40)

29 Pada kerjasama antar kedua kota ini terdapat bidang yang dikerjasamakan, diantaranya:

1. Ekonomi, perdagangan, industri dan pariwisata. 2. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan administrasi.

3. Pendidikan, kebudayaan, kesejahteraan sosial, kepemudaan dan olehraga.

Hubungan kerjasama antar kedua kota ini pada dua tahun terakhir mengalami penurunan, dan dibutuhkannya pengokohan hubungan untuk meningkatkan kerjasama antar kedua kota dibidang lainnya, kerjasama ini sangatlah penting karena melihat potensi dan peluang yang dimiliki oleh antar kota. Terdapat pula program kegiatan yang telah dilaksanakan oleh kedua kota, diantaranya:

1. Program “Emergency Preparedness Grant” (bantuan persiapan keadaan darurat) tahun 2003 dan 2004.

2. Bantuan biaya pelatihan dan belajar bagi peningkatan sumber daya manusia dari Kota Bandung.

3. Sumbangan peralatan baseball untuk perkembangan olah raga baseball di Kota Bandung, pelatihan langsung diberikan kepada para pelatih baseball PERBASASI Kota Bandung pada tahun 1985.

4. Bantuan kepada Panti Asuhan di Kota Bandung.

5. Sister School antara SMA di Kota Bandung dengan SMA di Kota Fort Worth.


(41)

30 Delegasi Fort Worth beberapa kali melakukan kunjunag ke Kota Bandung untuk melakukan beberapa kunjungan, seperti mengunjungi Universitas Padjajaran untuk melakukan kerjasama dibidang pendidikan, tidak hanya itu delegasi Fort Worth pun melakukan penanaman pohon di Tegalega sebagai tanda persahabatan antar kedua kota.

Rencana program kegiatan yang akan dilaksanakan antara kedua kota diantaranya:

1. Membuka kerjasama dalam hal peningkatan sumber daya tenaga edukatif PSIK UNPAD.

2. Membantu PDAM Kota Bandung dalam hal tenaga ahli di bidang air bersih dan air kotor.

3. Mengusahakan bantuan dari Amerika untuk Kota Bandung melalui Kota Fort Worth bagi pembangunan di Kota Bandung. Selain program-program tersebut, terdapat mafaat dan beberapa bantuan, seperti bantuan alat kesehatan, bantuan bagi Perguruan Tinggi, bantuan peralatan olahraga serta pelatihannya khusus baseball, bantuan Panti Asuhan, bantuan program gawat darurat, bantuan bencana alam, pertukaran pemuda dan siswa, penampilan tari kesenian, serta sumbangan buku-buku kesehatan. (Juhaeni)


(42)

31 Gambar 2.3 Monumen Sister City Kota Bandung-Kota Forth Worth

Sumber: wikimapia.org

4. Kota Suwon, Korea Selatan

Pada tanggal 5 Agustus 1996 Pemerintah Kota Suwon menyampaikan keinginannya untuk melakukan kerjasama sister city dengan Kota Bandung kepada kedutaan besar Republik Indonesia yang berada di Seoul. Penandatanganan MoU kerjasama kedua kota dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 1997 di Kota Suwon, Republik Korea, penandatanganan itu dilakukan oleh Walikota Bandung Wahyu Hemijaya dan Walikota Suwon Sim Jae Douk serta dilanjutkan ketahap penandatanganan MoU antar Kadin.

Bidang yang dikerjasamakan antara lain:

1. Ekonomi, perdagangan, investasi, industri dan pariwisata. 2. Ilmu pengetahuan, teknologi dan administrasi.


(43)

32 3. Pendidikan, kebudayaan, kesejahteraan sosial, pemuda dan

olahraga.

4. Bidang-bidang lain yang akan disetujui oleh para pihak.

Program kegiatan yang telah dilaksanakan selama melakukan kerjasama diantaranya:

1. Delegasi bisnis Kota Suwon secara intens mengadakan pembicaraan dengan Kadin Kota Bandung. Pengusaha kedua kota saling memberikan informasi tentang kegiatan bisnis dan ekonomi serta potensi di kedua kota.

2. Kompetisi persahabatan sepak bola junior antara kedua kota.

3. Kota Suwon dan Kota Bandung secara rutin mengirimkan delegasi resmi, dimana dalam setiap kunjungan dibicarakan berbagai rencana dan langkah ke depan.

4. Partisipasi Kota Bandung dengan mengirim delegasi juru masak pada Festival Hwaseong di Suwon.

Rencana program kegiatan yang akan dilaksanakan dalam kerjasama antara Kota Bandung dengan Kota Suwon antara lain:

1. Kadin Kota Bandung akan bekerjasama dengan Kadin Kota Suwon untuk membuka pusat informasi perdagangan, ekonomi, dan industri di Kota Suwon.


(44)

33 2. Pemerintah Kota Bandung dan Kota Suwon akan melaksanakan magang antar pegawai pemerintah untuk mempelajari manajemen pemerintahan.

3. Persib Bandung merencanakan mengadakan kerjasama dengan klub sepak bola Blue Wings Samsung.

4. Pemerintah Kota Bandung bekerjasama dengan Samsung Industri merencanakan pembangunan pusat industri elektronik “Samsung City Valley” di Kota Bandung. (Juhaeni)

Gambar 2.4 Monumen Sister City Kota Bandung-Kota Suwon


(45)

34 5. Kota Liuzhou, Tiongkok

Delegasi Kota Yingkou mengunjungi Kota Bandung sebanyak lima kali. Pemerintah Kota Bandung melakukan kunjungan balasan ke Kota Liuzhou untuk menjajaki kerjasama mitra kota dan melihat potensi Kota Liuzhou pada bulan Agustus 2005, dipimpin oleh Walikota Bandung dan Ketua DPRR Kota Bandung. Penandatanganan LoI (Letter of Intent) dilaksanakan di Kota Liuzhou oleh Walikota Bandung Dada Rosada dan Walikota Liuzhou dan Wakil Walikota Liuzhou, MS. Wen Hequin. Penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding) dilaksanakan di Kota Bandung tanggal 21 September 2006 oleh Walikota Bandung Dada Rosada dan Wakil Walikota Liuzhou MS. Wen Hequn, bertepatan dengan hari jadi Kota Bandung ke 196.

Dalam kerjasama antara Kota Bandung dengan Kota Liuzhou, bidang yang dikerjasamakan antara lain:

1. Ekonomi, perdagangan, industri, pertanian dan pariwisata. 2. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan administrasi.

3. Pendidikan, kebudayaan, kesejahteraan sosial, pemuda, dan olahraga.

4. Bidang-bidang lain yang disetujui oleh para pihak.

Adapun program kegiatan yang telah dilaksanakan dalam kerjasama antara Kota Bandung dengan Kota Liuzhou antara lain:

1. Kunjungan pejabat pemerintah kedua kota.


(46)

35 3. Studi komparasi bagi para pendidik (SMK) dan unsur Dinas

Pendidikan.

Merealisasikan kerjasama pada bidang ekonomi, perdagangan dan industri, pendidikan, kebudayaan, pariwisata, lingkungan hidup, pemuda, olah raga, ilmu pengetahuan, dan bidang lain yang disepakati akan dilaksanakan sesuai kemampuan dan jadwal yang akan ditentukan. (Juhaeni)

Gambar 2.5 Monumen Sister City Kota Bandung-Kota Liuzhou


(47)

36 6. Kota Shenzen, Tiongkok

Inisiasi kerjasama Sister City Kota Bandung, Republik Indonesia dengan Shenzhen, Republik Rakyat Tiongkok berasal dari pihak Shenzhen, Republik Rakyat Tiongkok. Pihak Kota Shenzhen menawarkan proposal kerjasama Sister City kepada pihak Kota Bandung.

Penandatanganan kesepakatan Kerjsama kedua kota ini untuk meningkatkan pengertian dan persahabatan timbal balik antar penduduk dari kedua kota terjadi di Hotel Trans Bandung, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, tahun 2012. Dihadiri oleh Walikota Bandung, Dada Rosada, dengan Walikota Shenzhen, Xu Qin, dan juga disaksikan Sekda Kota Bandung, Edi Siswadi, dan Ketua DPRD Kota Bandung, Erwan Setiawan. Kedua kota itu juga sepakat mengadakan kerjasama dalam berbagai bidang seperti, pertukaran dan kerjasama dalam bidang bisnis, perdagangan, ilmu pengetahuan dan teknologi, pelayanan finansial, kebudayaan, pariwisata, pendidikan, olahraga dan kesehatan. Selain itu juga, kedua kota sepakat untuk melakukan pertukaran kunjungan kerja antara Kota Bandung dan Kota Shenzhen. Kedua kota juga sepakat untuk tetap memperkuat kerjasama antara perusahaan swasta dan institusi penelitian dalam bidang-bidang yang meliputi, pariwisata, kebudayaan, industri tekstil, industri MICE, dan bidang-bidang lainnya yang akan dibicarakan lebih lanjut. (Bandung News Photo)

Bidang-bidang kerjasama yang sangat potensial untuk dikerjasamakan dengan Kota Shenzhen, Republik Rakyat Tiongkok adalah sebagai berikut:


(48)

37 1. Bidang Ekonomi

2. Bidang Perindustrian, Manufaktur dan Jasa Perbankan 3. Bidang Pariwisata

4. Bidang Informasi dan Teknologi

5. Bidang Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga. (Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri)

7. Kota Petaling Jaya, Malaysia

Pada tahun 2012, walikota Bandung, Dada Rosada, dan Datuk Bandar Petaling Jaya, Dato’ Hj. Mohammad Roslan Sakiman telah menandatangi Letter of Intent yang menjelaskan bahwa kedua kota berkeingingan untuk meningkatkan hubungan persaudaraan dan saling pengertian, serta kerjasama yang saling menguntungkan antara Pemerintah Kota Bandung dan Bandarraya Petaling Jaya.

Kedua kota telah menyatakan keinginannya untuk meneruskan perjanjian kerjasama yang kebih. Kedua kota tersebut akan bekerjasama dalam bidang-bidang berikut ini:

1. Ekonomi dan Perdagangan; 2. Pariwisata;

3. Kebudayaan; dan 4. Pendidikan.

Kedua kota juga sepekat untuk membicarakan bidang-bidang lainnya yang memiliki potensi kerjsama antar kedua kota. (Letter of Intent, 2012)


(49)

38 BAB III

KEMIRIPAN KOTA BANDUNG DENGAN KOTA BRAUNSCHWEIG

Sebagaimana kita ketahui bahwa fenomena sister city umumnya memiliki persamaan keadaan demografi, dan persamaan lainnya, pada bab ini penulis akan membahas mengenai profil Kota Bandung dan Kota Braunschweig, serta membahas mengenai persamaan antar kedua kota.

Seiring perkembangan zaman yang memasuki era globalisasi tentusaja kerjasama merupakan hal yang tidak asing lagi dan sangat penting untuk dilakukan, aktor kerjasama pun tidak hanya dilakukan oleh Negara, namun akan tetapi kerjasama bisa dilakukan oleh Pemerintah Daerah atau Sub state actors. Kerjasama dilakukan untuk saling mengisi kekuarangan dan memenuhi kebutuhan satu sama lain, dan biasanya memunculkan keuntungan tersendiri bagi keduanya. Tidak hanya itu pemerintah daerah melakukan kerjasama juga mempunyai tujuan untuk mengembangkan potensi dalam daerah yang mampu membangun daerahnya dalam berbagai macam sektor seperti contohnya dalam hal ekonomi, pariwisata, tata letak kota, dan dalam bidang pendidikan.


(50)

39 A. Profil Kota Bandung

Gambar 3.1 Lambang Kota Bandung

Sumber: https://237desain.blogspot.co.id/2013/10/log-pemerintah-kota-bandung.html

1. Geografis

Kota Bandung merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Barat dan terletak sangat strategis, Kota Bandung juga menduduki peringkat kota terbesar ke tiga setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduk. Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, secara geografis, Kota Bandung terletak di 107°36’ BT dan 6°55’ LS dengan ketinggian kurang lebih 768 meter di atas permukaan laut, titik tertinggi Kota Bandung berada di ketinggian 1.050 meter diatas permukaan laut, dengan kawasan terendah 675 meter di atas permukaan laut.

Secara administratif, Kota Bandung berbatasan dengan beberapa daerah kabupaten/kota lainnya, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat, sebelah barat


(51)

40 berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung.

Kota Bandung memiliki luas wilayah 16.731 hektar dan terbagi dari 30 kecamatan, 151 kelurahan, 1.561 RW, dan 9.691 RT. Jumlah penduduk Kota Bandung pada tahun 2012 tercatat ada 2.655.160 jiwa, terdiri dari 1.358.623 laki-laki, dan 1.296.537 perempuan. (BANDUNG, n.d.)

Urbanisasi menjadi alasan mengapa Kota Bandung tiap tahun mengalami peningkatan angka jumlah penduduk, jumlah pendatang tidak seimbang dengan jumlah penduduk yang meninggalkan Kota Bandung. Tidak hanya karena faktor urbanisasi, namun akan tetapi juga karena faktor fertilitas yang cukup tinggi, atau pertumbuhan penduduk secara alami.

Kota Bandung memiliki 2 sungai utama, yaitu Sungai Cikapundung, dan Sungai Citarum, tidak hanya itu, Kota Bandung juga mempunyai sungai-sungai kecil atau anak-anak sungai yang akan bertemu di Sungai Citarum. Suhu rata-rata Kota Bandung adalah 23.5°C, dengan curah hujan rata-rata 200.4 mm.


(52)

41 2. Ekonomi

Kota Bandung merupakan Kota Metropolitan terbesar di Jawa Barat, letaknya yang cukup strategis dengan akses transportasi yang memadai menjadi salah satu alasan mengapa Kota Bandung dinobatkan menjadi Kota Metropolitan Jawa Barat. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung mengalami peningkatan yang sangat signifikan setiap tahunnya, dari angka 8,73% pada tahun 2012 menjadi 9,40% pada tahun 2014. Kota Bandung pada awalnya merupakan kawasan pertanian karena letaknya yang diapit oleh pegunungan, namun seiring perkembangan zaman, Kota Bandung bertransformasi menjadi kawasan industri dan bisnis. Saat ini sektor yang memajukan perekonomian Kota Bandung adalah sektor perdagangan, jasa dan industri. Menurut Survei Sosial Ekonomi Daerah yang dilakukan pada tahun 2006, 35.92% dari total angkatan kerja penduduk kota terdapat pada sektor perdagangan, pada sektor jasa sediri sebanyak 28.16% dan 15.92% terdapat pada sektor industri, sedangkan pada sektor pertanian hanya terdapat 0.82%, sisanya yaitu 19.18% terdapat pada sektor angkutan, bangunan, keuangan. (Barat, n.d.)

Tidak hanya sektor industri, perdagangan dan jasa saja yang menunjang perekonomian Kota Bandung, namun akan tetapi sektor pariwisata juga menunjang perekonomian Kota Bandung. Daya tarik wisatawan untuk mengunjungi Kota Bandung karena cuaca yang sejuk


(53)

42 dan tersedianya banyak wisata belanja yang menjadikan Kota Bandung dijuluki sebagai Paris Van Java.

Peningkatan perekonomian di Kota Bandung sendiri memiliki hubungan erat denga pembangunan sumber daya manusia dan adanya hubungan timbal balik antara sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi. Aktifitas rumah tangga serta pemerintah mempengaruhi pembangunan kualitas masyarakat Kota Bandung, karena semakin tinggi kualitas manusia, maka akan berpengaruh pada perekonomian. (Bandung, 2012)

Metropolitan Bandung merupakan satu kesatuan wilayah ekonomi karena pada daerah tersebut terjadi transaksi dan perputaran barang dan jasa antara kota dan kabupaten yang masuk kedalam wilayah metropolitan Bandung. Akan tetapi, dalam masing-masing kota juga sebenarnya juga menjadi wilayah ekonomi sendiri. Oleh karena itu, pewilayah ekonomi di metropolitan Bandung dibagi berdasarkan cluster sluster wilayah ekonomi. (Surakusumah)


(54)

43 Gambar 3.2 Pewilayahan ekonomi metropolitan Bandung berdasarkan cluster

yang berpusat di Kota Bandung

Sumber: Jurnal Sistem Penataan Ruang dan lingkungan Kota Bandung dan Sekitarnya oleh Wahyu Surakusumah

Cluster-cluster metropolitan Bandung mempunyai peran yang mendukung pertumbuhan ekonomi daerah metropolitan Bandung. Setiap cluster mempunyai pusat pertumbuhan ekonomi masing-masing yang memiliki potensi akan pertumbuhan perekonomian Kota Bandung.


(55)

44 Tabel 3.1 Cluster-cluster metropolitan Bandung


(56)

45 3. Kebudayaan

Kota Bandung yang dikenal sebagai Bumi Pasundan memiliki kebudayaan kesenian khas tanah Sunda diantaranya kesenian musik dan tari. Untuk kesenian musik sendiri terdapat angklung, calung, gamelan degung, rampak gendang, kacapi suling. Sedangkan dalam kesenian tari sendiri ada tari jaipong, tari merak, tari wayang, tari keurseus, dan tari topeng. Tidak hanya musik dan tari, kesenian lainnya yaitu menggabungkan antara sisi tarian dan musik dan dikemas menjadi sebuah pertunjukan seperti sisingaan, kuda lumping, wayang golek.

Kebudayaan tidak selalu harus dalam hal kesenian musik, tari dan seni pertunjukan, namun adapula kebudayaan khas dalam hal bela diri yaitu pencak silat.

4. Dinamika Kerjasama Luar Negeri Kota Bandung

Pemerintah Kota Bandung sejak tahun 1960 telah melakukan hubungan kerjasaman dengan kota-kota asing, Pemerintah Kota Bandung menyadari bahwa kerjasama luar negeri merupakan strategi yang sangat efektif untuk merealisasikan tujuan serta visi Kota Bandung.


(57)

46 Tabel 3.2 Kerjasama Sister City Kota Bandung Sampai Bulan Desember tahun

2012 No Mitra Kerjasama Di Luar Negeri Bidang Yang Dikerjasamakan Produk

Hukum Hasil Kerjasama

1 Sister City Bandung-Braunschweig, Jerman 1. Kebudayaan; 2. Pendidikan dan

Pelatihan; 3. Program

Peningkatan Sektor Pariwisata; 4. Program Olah

Raga; 5. Program Pertukaran Pemuda; 6. Program Kunjungan; dan 7. Program Ekonomi dan Perdagangan. Memorandum of Understandin g (MoU) ditandatangan i tanggal 2 Juni 1960 yang

diperbaharui 19 Juni 2000.

1. Pembangunan Gedung Gelanggang Generasi Muda (GGM); 2. Batuan alat

pemotong hewan; 3. Bantuan mobil Vw

Combi;

4. Bantuan mesin tik dan slide projector; 5. Penataan kota; 6. Bantuan alat

kesehatan; 7. Bantuan bagi

Perguruan Tinggi; 8. Bantuan survey

penataan Kali Cikapundung; 9. Pelatihan Peningkatan SDM Pemerintah Kota Bandung; 10.Bantuan bencana

alam tsunami; 11.Pertukaran

pemuda/ siswa; 12.Magang pejabat Pemerintah Kota Bandung; 13.Penampilan tari

kesenian;

14.Pameran Dagang / Expo Hannover 2000; 15.Rencana pembaharuan MoU dan mengaktifkan kembali kerjasama


(58)

47

terutama di bidang ekonomi dan pariwisata; 16.Rencana pertukaran pelajar tahun 2013. 2 Sister City Bandung - Fort Worth, Texas, Amerika Serikat 1. Ekonomi, Perdagangan, Industri dan Pariwisata; 2. Ilmu Pengetahuan , Teknologi, dan Administrasi; 3. Pemuda dan

Olah Raga; dan 4. Sosial dan

Kemasyarakatan .

Memorandum of

Understandin g (MoU) ditandatangan i tanggal 2 April 1990

1. Bantuan alat kesehatan; 2. Bantuan bagi

Perguruan Tinggi; 3. Bantuan peralatan

Base Ball dan pelatihannya; 4. Bantuan kepada

Panti Asuhan; 5. Bantuan Program

Gawat Darurat; 6. Bantuan bencana

alam tsunami; 7. Pertukaran

pemuda/ siswa; 8. Penampilan tari

kesenian; 9. Bantuan buku –

buku;

10.Ikut serta dalam program

International Leadership Academy (ILA) sejak tahun 2010; 11.Kerjasama Sister

School antara SMA 5 Bandung dengan Arlington High School Fort Worth;

12.Pelatihan pemadam

kebakaran di Fort Worth tahun 2011; 13.Rencana

pertukaran pelajar dari Kota Fort


(59)

48

Worth ke SMA Negeri 5 Bandung tahun 2013 3 Sister City Bandung - Suwon, Rep.Korea Selatan 1. Bidang Perdagangan; 2. Bidang Pemuda

dan Olah Raga; dan 3. Bidang Investasi. Memorandum of Understandin g (MoU) ditandatangan i tanggal 25 Agustus 1997

1. Delegasi bisnis Kota Suwon telah mengadakan pembicaraan dengan KADIN Kota Bandung pada Bulan Juni 2000, dimana pada saat itu Pengusaha Kota Bandung telah memberikan 2. informasi tentang

kegiatan bisnis dan ekonomi di Kota Bandung; 3. Kompetisi

Persahabatan Sepak Bola Junior antara kedua kota; 4. Pada tahun 2004

Kota Suwon telah mengirimkan delegasinya ke Kota Bandung sebanyak 2 kali, dimana dalam kunjungan tersebut telah dibicarakan beberapa rencana dan langkah kedepan untuk merealisasikan berbagai program yang telah lama direncanakan oleh pihak Kota

Bandung dan Kota Suwon;

5. KADIN Kota Bandung bekerjasama dengan Pemerintah


(60)

49

Kota Suwon untuk membuka pusat informasi perdagangan, ekonomi dan industri di Kota Suwon;

6. Pemerintah Kota Bandung dan Kota Suwon

melaksanakan studi banding antar Pegawai Pemerintahan untuk mempelajari manajemen pemerintahan; 7. Bussiness Matching antara pengusaha Kota Bandung dengan pengusaha Kota Suwon;

8. Transaksi dagang antara pengusaha Kota Bandung dengan pengusaha Kota Suwon serta promosi produk-produk Kota Bandung; 9. Pembangunan Monumen Sister City Bandung-Suwon di Bandung-Suwon; 10.Mengirimkan koki

Kota Bandung untuk mengikuti „Food Festival‟ pada Festival Hwaseong di Suwon;

11.Kerjasama antara Universitas Maranatha Bandung dengan


(61)

50

Hanshin Universty Suwon;

12.Pertukaran pemuda Suwon Youth Foundation tahun 2011 dan 2012; 13.Bantuan

pembangunan MCK di Desa Sukamulya, Kecamatan Cinambo dari Kyonggi University dan bantuan alat-alat tulis tahun 2012; 14.Program Kelas

Bahasa Korea di Universitas Maranatha sejak tahun 2011; 15.Rencana pembangunan fasilitas

pendidikan di Desa Sukamulya; 16.Rencana

pertukaran pelajar Kota Bandung ke Kota Suwon tahun 2013. 4 Sister City Bandung - Yingkou, RRC 1. Bidang Perdagangan dan Industri; 2. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan 3. Pariwisata dan

Lingkungan Hidup

4. Bidang Pemuda dan Olah Raga

Memorandum of

Understandin g (MoU) ditandatangan i tanggal 21 September 2006

Penandatanganan MoU antar pengusaha kedua kota


(62)

51 5. Ilmu Pengetahuan 5 Sister City Bandung - Liuzhou, RRC 1. Bidang Ekonomi , Perdagangan dan Industri; 2. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan; 3. Pariwisata dan

Lingkungan Hidup;

4. Bidang Pemuda, Olah Raga dan Kesehatan; dan 5. Ilmu

Pengetahuan dan bidang lain yang

dimungkinkan.

Memorandum of

Understandin g (MoU) ditandatangan i tanggal 21 September 2006

1. Kunjungan timbal balik pejabat kedua Pemerintah Kota; 2. Penjajakan kerjasama antara DPRD Kota Bandung dengan Dewan Kota Liuzhou; 3. Program pertukaran pelajar yang akan dilaksanakan pada bulan Juli 2011; 4. Mengaktifkan kembali program pertukaran guru; 5. Pembangunan Monumen Sister CityBandung-Liuzhou di Kota Bandung; 6. Pengiriman Staff

Dinas Pertamanan dan PemakamanKota Bandung untuk mempelajari pengembangan pertamanan (Sumber Data kerjasama Sister City, 2012:1)

Interaksi dalam bentuk kerjasama ini dalam pengembangan terhadap kota tersebut pada bidang ekonomi, perdagangan, industri dan pariwisata, bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan administrasi, bidang pendidikan, kebudayaan, kesejahteraan sosial, pemuda dan olahraga, bidang lingkungan hidup,


(63)

52 kependudukan dan pembangunan perkotaan serta bidang-bidang lainnya diharapkan dapat meningkatkan hubungan kedua kota dan hubungan antara Indonesia dengan Negara-negara lainnya dalam dunia internasional, khususnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

B. Profil Kota Braunschweig

Gambar 3.3 Lambang Kota Braunschweig

Sumber: https://de.wikipedia.org/wiki/Datei:Logo_Eintracht_Braunschweig.svg 1. Geografis

Kota Braunschweig merupakan salah satu kota terbesar ke tiga di Jerman, setelah Hanover dan Berlin. Luas Kota Braunschweig sendiri memiliki luas wilayah sebesar 192.09 Km² dengan titik tertinggi 111 meter di atas permukaan laut. Jumlah penduduk Kota Braunschweig sebanyak 252.768 jiwa dengan 36.3% penduduknya memeluk agama protestan, 13.7% Roman Katolik, 50% tanpa agama. Kota Braunschweig berada di garis lintang 52.2692, garis bujur 10.5211 52°


(64)

53 16’ 9” utara, 10° 31’ 16” timur. Jarak dari Kota Braunschweig ke Berlin adalah 198 km. Di Kota Braunschweig terdapat bebrapa pendatang dari negara lain, diantaranya Turki sebanyak 5.272, Polandia 3.370, Itali 1.342, Tiongkok 1.078, Spanyol 720, Russia 691, Yunani 519, Serbia 421. (http://www.braunschweig.de, 2015)

2. Ekonomi

The German Weekly Business News Magazine Wirtschaftswoche menobatkan Kota Braunschweig sebagai kota dengan perekonomian yang dinamis di Jerman. Kota Braunschweig merupakan pusat industri di Jerman Utara. Pada awalnya tepatnya pada abad ke 19 sampai abad ke 20 perekonomian Kota Braunschweig di dominasi oleh industri kereta api dan industri gula, namun seiring perkembangan Kota Braunschweig, perekonomian pun beralih ke industri otomotif, setelah berakhirnya perang dunia ke dua industri pengalengan pun juga ikut menghilang. Terdapat kantor pusat dan pabrik untuk produk seperti Volkswagen, Siemens, Bombardier Trasportation, dan Bosch terdapat di Kota Braunschweig bernama The defunct truck and bus manufacturer Büssing, tidak hanya itu saja terdapat berbagai pabrik industri lainnya seperti label fashion NewYorker, Rumah penerbitan Westermann Verlag, Nordzucker, Volkswagen Financial Services dan Volkswagen Bank mempunyai kantor pusat di Kota Braunschweig sama halnya dengan the Volkswagen utility vehicle, terdapat pula kantor pusat dua


(65)

54 perusahaan optik terbesar yaitu Voigtländer dan Rollei. Pada tahun 1980 sampai awal tahun 1990 perusahaan komputer Atari dan International Commodore juga memiliki cabang untuk hal pengembangan produksinya di Kota Braunschweig. Tidak hanya industri otomotif dan komputer saja, namun di Kota Braunschweig juga terdapat perusahaan piano yang terkenal dengan kualitas yang bagus di seluruh dunia, yaitu Schimmel dan Grotrian-Steinweg, perusahaan itu dibangun pada abad ke 19 dan berbasis di Kota Braunschweig.

3. Kebudayaan

Kota Braunschweig terkenal dengan Till Eulenspiegel, yaitu badut abad pertengahan yang memainkan beberapa lelucon di sekitar masyarakat Kota Braunschweig. Tidak hanya itu terdapat pula seperti pagelaran musik dan tari, seperti Schoduvel, karnavaal yang sangat popular dan terbesar pada abad pertengahan di Jerman Utara yang diadakan di Kota Braunschhweig pada abad ke 13. Tidak hanya itu, pada tahun 1979 terdapat pula parade tahunan Rosenmontang yang diadakan di Kota Braunschweig. The Braunschweig Classix Festival adalah festival musik klasik tahunan di Kota Braunschweig. Ini adalah promotor terbesar musik klasik di wilayah tersebut dan salah satu festival musik paling menonjol di Lower Saxony. Terdapat pula pasar natal tahunan yang dinamakan Weihnachtsmarkt yang dilaksanakan setiap bulan November akhir sampai denga Desember di pusat Kota


(66)

55 Braunschweig, pada tahun 2008 pengunjung dari pasar natal ini mencapai angka 900.000 pengunjung.

C. Kemiripan Karakteristik Kota Bandung Degan Kota Braunschweig Sister City dilakukan karena adanya kesamaan kedua kota, seperti demografi, kebijakan politik, dan lainnya, tidak hanya kesamaan, namun juga terdapat faktor yang ingin dikembangkan dan adanya rasa ingin saling melengkapi antar kedua pihak seperti dalam bidang tata letak kota, pembangunan daerah, ekonomi dan lainnya.

1. Kota Pusat Industri

Pusat Industri merupakan faktor pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat di era globalisasi ini. Kesamaan Kota Bandung dengan Kota Braunschweig adalah menjadi kota industri, terdapat banyak sekali industri yang berkembang di kedua kota membuat perekonomian kota berkembang sangat pesat.

2. Perguruan Tinggi

Terdapat perguruan tinggi yang sama antara kedua kota tersebut, diantaranya seperti perguruan tinggi keguruan Pedagogische Hochschule Braunschweig dengan Universitas Pendidikan Indonesia dan Sekolah Tinggi Tehnik Tehnische Universitat Braunschweig dengan Instiute Teknologi Bandung.


(67)

56 Kesamaan perguruan tinggi ini menjadi awal gagasan untuk memulai kerjasama antar Kota Bandung dengan Kota Braunschweig, diawali dengan pengiriman bantuan 1000 buku peajaran Bahasa Jerman.

D. Kepentingan Kota Bandung Melakukan Kerjasama Dengan Kota Braunschweig

K.J Holsti mendefinisikan kerjasama internasional sebagai dua kepentingan atau lebih, nilai atau juga tujuan yang saling bertemu dan juga menghasilkan sesuatu, dipromosikan atau dipenuhi oleh semua pihak sekaligus, pandangan atau harapan dari suatu negara bahwa kebijakan yang diputuskan oleh negara lainnya akan membantu negara itu untuk mencapai kepentingan dan nilai-nilainya, persetujuan atau masalah-masalah tertentu antara dua negara atau lebih dalam rangka memanfaatkan persamaan kepentingan atau benturan kepentingan, aturan resmi atau tidak resmi mengenai transaksi di masa depan yang dilakukan untuk melaksanakan persetujuan, transaksi antar negara untuk memenuhi persetujuan mereka.

Perkembangan daerah sangat diperlukan jika ingin melihat masyarakat menikmati arti kesejahteraan, pemerintah daerah dituntut untuk merancang strategi yang efektif dan efisien. Kota Bandung merupakan kota yang penuh dengan perindustrian kreatif dan dikenal akan tata kotanya, dengan demikian, Kota Bandung sejak lama telah menjalankan sister city di


(68)

57 tahun 1960-an bahkan merupakan kota yang pertama yang mengimplementasikannya. Kota Bandung memahami bahwa untuk membangun sebuah daerah harus memaksimalkan segala aspek, salah satunya adalah dorongan eksternal.


(69)

58 BAB IV

ALASAN KOTA BANDUNG BEKERJASAMA DENGAN KOTA BRAUNSCHWEIG

Kota Bandung memiliki visi yang berbunyi “Terwujudnya Kota Bandung

yang Unggul, Nyaman, dan Sejahtera”, Pemerintahan Kota Bandung ingin menjadi

kota yang terbaik dan terdepan dengan mempertahankan pencapaian sebelumnya serta menjadi contoh bagi daerah lain dalam upaya terobosan perubahan bagi kenyamanan dan kesejahteraan warga Kota Bandung. (Bandung K. ) Untuk mewujudkan visi dari Kota Bandung, maka Kota Bandung mengikuti era globalisasi dan melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah di luar negeri.

Pengaplikasian dari otonomi daerah salah satunya adalah dengan adanya program kerjasama sister city merupakan suatu konsep kerjasama antara dua kota yang secara geografis dan politik serupa dan bertujuan untuk meningkatkan hubungan antar budaya dan individu. Hubungan sister city dibentuk berdasarkan persetujuan formal di antara dua pemerintah lokal dari dua negara yang berbeda.

Tujuan dari sister city adalah untuk mengembangkan program kerjasama yang sedang berjalan dan biasanya meliputi serta manajemen dari kedua pemerintah lokal,dan juga untuk meningkatkan peranan masyarakat kota kedua negara yang melakukan program ini dalam kerjasama yang dilakukan.

Dasar bagi hubungan luar negeri oleh pemerintah lokal adalah Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. Dalam beberapa pasal


(70)

59 Undang-undang tersebut mengatur soal kerjasama. Pasal 88 ayat (1) misalnya disebutkan, bahwa daerah dapat mengadakan kerjasama yang saling menguntungkan dengan lembaga/badan luar negeri yang diatur dengan keputusan bersama.

Bagi Kota Bandung, hubungan kerjasama dengan pemerintah daerah negara lain ini sangat menguntungkan, karena selain bisa mempererat hubungan antar keduanya, juga bisa lebih saling mengenal daerah masing-masing negara. Prinsip desentralisasi ini didukung oleh adanya Undang-undang dengan Pemerintahan Daerah yang lebih popular disebut undang-undang Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 1999, yang direvisi menjadi Undang-undang Nomor32/2004 dan Undang undang Nomor 25 Tahun 1999 yang mengatur masalah kerjasama luar negeri yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. (Sinaga)

Undang-undang ini, yang kemudian dijadikan landasan Pemerintah Kota Bandung untuk melakukan hubungan luar negeri. (Sinaga) Kerjasama ini dimaksudkan untuk menjadikan manajemen Kota Bandung menjadi lebih baik dengan melibatkan partisipasi dari masyarakatnya. Selain Undang-undang di atas,masih ada Undang undang yang menjadi landasan bagi Pemerintah Kota Bandung untuk melakukan hubungan kerjasama luar negeri, yaitu Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa hubungan luar negeri adalah setiap kegiatan yang menyangkut aspek regional dan yang dilakukan pemerintah di tingkat pusat dan daerah, atau lembaga-lembaganya, lembaga negara, badan usaha, organisasi masyarakat, LSM atau warga negara Indonesia. Oleh karena itu,


(1)

20 5. Pelatihan pegawai Pemerintah Kota Bandung bidang informatika Stadt Braunschweig EDV (Electronische Daten Verarbeitung)

Dinas Informatika dan Komunikasi - Peningkatan pengetahuan cyber city 6. Peningkatan kualitas Taman Kota

Dinas Pertamanan Kota Braunschweig

Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung - Pembangunan / Renovasi Taman Kota Unggulan - Pemeliharaan Taman Kota Unggulan - Pelatihan / Job

training mengenai pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Braunschweig sebagai “branch marking” pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Bandung - Seminar mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) kaitannya dengan isu “Global Warming

7. Pasar Usaha Kecil

Dinas Koperasi Kota Braunschweig

Dinas Koperasi Kota Bandung

- -Pameran / promosi

- Design

Produk - Pelatihan


(2)

21

dan Pejabat Kota Bandung - Simpan

Pinjam Keuangan - Lembaga

Bantuan Keuangan.

8.

Peningkatan kualitas Aparat Kepolisian, Tentara, Aparat Pengadilan dan Kejaksaan

Amstgerich, landgerich,

kommandeur, Polizei Braunschweig

Kepolisian, Tentara, Aparat Pengadilan dan Kejaksaan Negeri Kota Bandung

Pelatihan, Workshop, Seminar dan bench

marking serta best practices kedua kota.

(Sumber Data kerjasama Sister City, 2012:3)

Tabel diatas menunjukkan bahwa Kota Bandung dan Kota Braunschweig memiliki kerjasama yang dinamis, mulai dari pengembangan sumber daya manusia, infrastruktur, teknologi, kesehatan masyarakat, pengembangan pemuda, peningkatan kualitas di bidang pengadilan dan lain-lain. Seluruh bidang ini dicapai di akhir tahun 2012, mengindentifikasikan bahwa kedua kota memimiliki dorongan dan motivasi akan pengembangkan kota masing-masing agar mampu berkembang dan berkelanjutan.

Kota Bandung memanfaatkan segala sarana dan teknologi agar mampu menjadi kota yang berkembang dengan dibantunya oleh kerjasama dengan Kota Braunschweig. Kota Bandung sangat memahami akan manfaat serta keunggulan setiap bidang atau pilar pembangunan yang disepakati dengan kota Brauschweig. Kedua kota berusaha untuk mengimplementasikan segala kerjasama dengan baik dan berkelanjutan agar mampu memaksimalkan pembangunan di kedua kota.

Kerjasama Sister City antara Pemerintah Kota Bandung dengan Pemerintah Kota Braunschweig belum dapat dirasakan oleh masyarakat luas baik yang berada di Kota Bandung maupun Kota Braunschweig, tidak hanya itu saja belum tersosialisasikannya kerjasama Sister City antara Kota Bandung dengan Kota Braunschweig menjadikannya kerjasama yang sangat optimal ini terkesan hanya sebagai suatu momentum yang implikasinya belum dapat diapresiasi oleh berbagai pihak yang seharusnya dapat merasakan aplikasi nyata dari adanya realisasi dari berbagai program yang telah disepakati pada kerjasama Sister City antara Pemerintah Kota Bandung dengan Pemerintah Kota Braunschweig.

Selain itu, permasalahan klasik yang selalu dihadapi oleh Kota Bandung, di antaranya tingginya biaya yang terjadi sebagai konsekuensi dari dilaksanakan


(3)

22 semua program dan kegiatan, karena semua mengacu kepada standar dan protokol internasional.

Dinamika politik di Indonesia baik dalam hirarkis struktural Pemerintah Pusat maupun Daerah sangat terasa berdampak pada perkembangan kerjasama

Sister City antara Pemerintah Kota Bandung dengan Pemerintah Kota

Braunschweig, dalam hal kewenangan pemerintah Kota Bandung dalam menjalankan kerjasama Sister City dengan Pemerintah Kota Braunschweig, internalisasi kepentingan politik terhadap suatu pemerintahan baik pusat maupun daerah sangat kental, yang menjadikannya batasan dalam perkembangan pembangunan baik daerah maupun pusat, dalam konteks hubungan internasional yang dilakukan oleh non-state actor kerjasama luar negeri dengan tujuan untuk memberikan keuntungan bagi masyarakat maupun negara

Pemerintah Kota Bandung sudah berupaya maksimal dalam menjalankan kewenangannya pada kerjasama Sister City dalam suatu hubungan luar negeri atas nama Negara Indonesia, undang-undang yang terkait dengan hal inipun sudah sangat relevan untuk memaksimalkan aktor sub-nasional yang dapat memberikan kontribusi lebih besar dalam peranan paradiplomasi global.

Kedua kota perlu mempertimbangkan seluruh elemen agar dapat dimaksimalkannya, sehingga dalam penyelenggaraan kerjasama Sister City antara Pemerintah Kota Bandung dengan Pemerintah Kota Braunschweig, dalam kewenangan Pemerintah Kota Bandung, dapat dijadikan tolak ukur bagaimana kontribusi dari aktor-aktor paradiplomasi sebagai pelaku yang bersentuhan langsung terkait dengan suatu hubungan luar negeri dapat dimaksimalkan dan dapat dijadikan sebagai tolak ukur bagi paradiplomasi lainnya di Indonesia.

Hubungan sister city diartikan dengan perjanjian antar kota namun hubungan sebenarnya adalah antar masyarakat, dimana semua elemen masyarakat adalah bagian dari kerjasaama sister city, seperti yang bersifat publik, pemerintahan atau bahkan relasi kerjasama dalam hal bisnis. Kita menyadari ketika kita pergi berkunjung ke kota lain, kita akan meemukan kemudahan karena telah terjadinya hubungan bilateral yang baik dan telah dibangun, kita bisa memanfaatkan hubungan baik tersebut dalam hal pembangunan ekonomi di tingkat kota. (cities-today) Hal ini merupakan upaya kedua kota untuk dapat mengembangkan kota masing-masing, kedua kota terus memenjalin komitmen untuk tetap menjalin kerjasama dan terus memperbaharui hal-hal yang menjadi tantangan.

Menurut Elke Gerlach, staf International Office of the City of Braunschweig, sebuah kerjasama sister city perlu dikembangkan karena sangat penting untuk menjaga relasi dengan budaya yang berbeda. Ini memungkinan kita untuk belajar satu sama lain, kita dapat berbagi pengalaman dalam berbagai bidang kehidupan dan kita juga bisa saling membantu jika diperlukan.

Elke menambahkan bahwa alasan Kota Braunschweig ingin menjalin kerjasama dengan Kota Bandung merupakan sebuah kehormatan dan Kota


(4)

23 Bandung adalah kota kembar tertua bagi Kota Braunschweig dan Pemerintah Kota Braunschweig sangat bangga dengan kerjasama ini. Kerjasama yang terjalin tidaklah begitu signifikan karena terdapat beberapa kendala mengenai hal jarak yang begitu jauh dan juga gaya hidup yang sangat berbeda. Budaya Indonesia jauh berbeda dengan budaya yang dimiliki oleh Jerman, namun akan tetapi hal ini sangat menarik bagi Kota Braunschweig untuk belajar tentang hal itu. Disamping kebudayaan ada juga bidang lain yang menjadi titik fokus kerjasama misalnya cara menjernihkan air atau hal-hal khusus dalam bidang industry. Kota Braunschweig mungkin memiliki lebih banyak pengalaman dan pengetahuan, sehingga Kota Braunschweig dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan Kota Bandung. Kota Braunschweig menambahkan bahwa fokus utama mereka sejak tahun 2000 hingga tahun 2015 adalah untuk memperbaharui pertukaran pemuda yang telah direncanakan beberapa tahun yang lalu. Namun sangatlah disesali karena program itu belum bisa direalisasikan, ini dikarenakan sedikitnya anak muda di Kota Braunschweig yang tertarik pada program pertukaran pemuda ini, begitu juga dengan masalah finansial dan juga biaya hidup yang cukup mahal untuk keluarga yang ditinggali. Kota Braunschweig juga memiliki pengunjung dari Kota Bandung yang ingin belajar bagaimana cara mengelola tata letak kota, seperti departemen untuk pembangunan atau pemadam kebakaran. Pengunjung dari Kota Bandung juga ingin tahu lebih banyak tentang sistem perpustakaan dan komunitas-komunitas muda di Kota Braunschweig.

Ini merupakan hal utama dalam sister city untuk belajar tentang bagaimana memaksimalkan segala elemen untuk membangun sebuah kota yang efektif, efisien, dan berkelanjutan.

KESIMPULAN

Di era globalisasi aktor dalam hubungan internasional tidak hanya dilakukan oleh negara, namun akan tetapi munculnya aktor baru seperti individu, kelompok kepentingan, NGO, INGO bahkan Sub state actors atau pemerintah daerah yang hadir kedalam situasi interaksi internasional. Dalam konteks ini, Sub state actors diperankan oleh pemerintahan regional atau lokal yang secara tradisional bertindak sebagai aktor dalam negeri. Namun, pada era transnasional, pemerintah regional juga melakukan interaksi yang melintasi batas-batas negara mereka, dan dalam taraf tertentu, mereka juga menyusun kebijakan kerjasama luar negerinya, yang dalam banyak kasus, tidak selalu berkonsultasi secara baik dengan pemerintah pusat.

Tujuan dari Sub state actors melakukan kerjasama dengan luar negeri adalah untuk meningkatkan rasa persaudaraan yang erat, mengembangkan potensi dalam daerah yang mampu membangun daerahnya dalam berbagai macam sektor seperti contohnya dalam hal ekonomi, pariwisata, tata letak kota, dan dalam bidang pendidikan dan saling menguntungkan.


(5)

24 Sister City hadir dalam sebuah konsep baru yang diciptakan untuk menjalin kerjasama internasional dalam ranah antar aktor pemerintah daerah. Kota Bandung sendiri merupakan kota pertama dan tertua di Indonesia yang melakukan kerjasama internasional. Berawal dari keinginan membangun universitas perguruan dan universitas teknik, maka munculah bentuk kerjasama internasional antar kota pertama di Indonesia. Terjalinnya hubungan kerjasama antar Kota Bandung dengan Kota Braunschweig memunculkan kerjasama dalam sektor lainnya, yaitu meliputi Ekonomi, Perdagangan, Industri dan kepariwisataan, Ilmu pengetahuan, Teknologi, dan Administrasi, Pendidikan, Kebudayaan, Kesejahteraan Sosial, Kepemudaan dan Keolahragaan.

Kota Bandung melakukan kerjasama dengan beberapa kota di dunia, Kota Bandung mempunyai alasan mengapa memilih Kota Braunschweig sebagai rekan kerjasama Sister City nya yang pertama yaitu di motivasi oleh adanya kepentingan bersama dan karakteristik keunggulan sama yang ada di Kota Bandung dengan Kota Braunschweig. Kesamaan kepentingan dan karakteristik keunggulan Kota Bandung dan Kota Braunschweig menjadi hal terpenting yang mendorong atau memotivasi hubungan kekerabatan Sister City kedua kota ini dapat utuh, bertahan lama, kuat, efektif dan efisien, terpercaya dengan menjunjung semangat kerjasama. Tidak hanya itu Kota Bandung dengan Kota Braunschweig mempunyai kesamaan dalam hal kota pusat industri, dan dalam hal perguruan tinggi.

Kerjasama yang dilakukan Kota Bandung dengan Kota Braunschweig telah terjalin selama 56 tahun terhitung sejak 2 Juni 1960 dan di perbaharui pada 19 Juni 2000 dan menghasilkan banyak kerjasama, diantaranya dalam bidang budaya, olahraga, penataan kota, ekonomi perdagangan, pendidikan dan pelatihan, pertukaran pemuda, sarana dan prasarana mencakup teknologi.

Dalam hal peningkatan dalam bidang ekonomi, kerjasama antara Kota Bandung dan Kota Braunschweig ini pun telah menghasilkan beberapa hal yang dapat membantu peningkatan bidang ekonomi dan investasi, terbukti dengan peningkatan dari angka laju pertumbuhan ekonomi dari 8,73% pada tahun 2012 menjadi 9,40% pada tahun 2014. Terdapat pula program yang membantu peningkatan laju pertumbuhan ekonomu diantaranya, Pengiriman Misi Dagang oleh KADIN kedua kota bersamaan dengan Pameran Harz Und Heide sejak tahun 1974 hingga tahun 2001 untuk mendiskusikan keinginan, ide, inovasi, dan sebagainya terkait perdagangan;, Pada Event Expo Dunia di Hannover dan Kota Braunschweig pada tahun 2000, juga menjadi ajang penting dalam pengaruhnya terhadap ekonomi perdagangan, pada ajang expo tersebut, kedua kota memamerkan produk-produk dagangan, baik yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan menengah dan besar, maupun pebisnis-pebisnis yang tergolong usaha kecil menengah (UKM). Braga Festival yang diselenggarakan pada tahun 2011 hingga September 2012, tidak hanya memamerkan kesenian budaya khas kota masing-masing, tetapi juga menampilkan pameran photography, produk kreatif, atraksi seni, konser musik, fashion, dan produk-produk hasil UKM (Usaha Kecil Menengah). Acara yang mulai dikenal mendunia ini memiliki prospek sangat baik bagi perusahaan, dan pelaku-pelaku bisnis kreatif atau tergolong UKM.


(6)

25 Dapat diambil kesimpulan bahwa kerjasmaa internasional dilakukan selalu berdasarkan faktor kesamaan kepentingan, mencakup kebudadayaan maupun tujuan yang dimiliki oleh kedua belah pihak. Efek dari terjadinya globalisasi menuntut pemerintah daerah untuk menjalin kerjasama seluas-luasnya dengan pihak internasional untuk mengikuti arus perkembangan globalisasi dan juga untuk memenuhi kepentingan dalam mensejahterkan masyarakatnya. Sister City sebagai wadah dimana pemerintah daerah belajar untuk menghadapi permasalahan dan menyelesaikan permasalahan yang ada di daerah tersebut dan membuka kerjasama di sektor unggulan dan potensial.

Pemerintah kota Bandung dan kota Braunschweig perlu memperhatikan mekanisme keberlangsungan kerjasama dari berbagai macam bidang seperti pendanaan, teknologi, dan lain-lain. Kedua kota telah melakukan kerjasama yang beragam dan mampu membangun kota masing-masing, kedua kota hanya perlu memastikan cara agar seluruh kerjasama bersifat sustainable.