ANALISIS HARGA, KURS, PRODUKSI DAN PDB TERHADAP IMPOR BERAS DI INDONESIA PADA TAHUN 1985-2015

(1)

ANALISIS HARGA, KURS, PRODUKSI DAN PDB TERHADAP IMPOR BERAS DI INDONESIA PADA TAHUN 1985-2015

ANALYSIS ON PRICE, EXCHANGE RATE, PRODUCTION AND GROSS DOMESTIC PRODUCT EFFECT IN INDONESIA YEAR 1985-2015

Oleh

PRAPTI SETIYA NINGSIH 20130430154

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

i

DOMESTIC PRODUCT EFFECT IN INDONESIA YEAR 1985-2015

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

PRAPTI SETIYA NINGSIH 20130430154

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(3)

ii SKRIPSI

ANALISIS HARGA, KURS, PRODUKSI DAN PDB TERHADAP IMPOR BERAS DI INDONESIA PADA TAHUN 1985-2015

ANALYSIS ON PRICE, EXCHANGE RATE, PRODUCTION AND GROSS DOMESTIC PRODUCT EFFECT IN INDONESIA YEAR 1985-2015

Diajukan oleh

PRAPTI SETIYA NINGSIH 20130430154

Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing

Diah Setyawati Dewanti, S.E., M.Sc Tanggal, 28 Maret 2017 NIK: 19821026201304 143 096


(4)

iii

ANALYSIS ON PRICE, EXCHANGE RATE, PRODUCTION AND GROSS DOMESTIC PRODUCT EFFECT IN INDONESIA YEAR 1985-2015

Diajukan Oleh

PRAPTI SETIYA NINGSIH 20130430154

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan

Dewan Penguji Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tanggal 5 Mei 2017 Yang terdiri dari

Dr. Endah Saptutyningsih, M.Si. Ketua Tim Penguji

Diah Setyawati Dewanti, S.E., M.Sc Drs. Hudiyanto Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr. Nano Prawoto, SE., Msi. NIK: 1966060499020 143 016


(5)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Prapti Setiya Ningsih Nomor Mahasiswa : 20130430154

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: ”ANALISIS HARGA, KURS, PRODUKSI DAN PDB TERHADAP IMPOR BERAS DI INDONESIA PADA TAHUN 1985-2015” tidak terdapat karya yang pernah di ajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan selama sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang di tulis atau di terbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan di sebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini di ketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau di terbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut di batalkan.

Yogyakarta, 5 Mei 2017 Materai, 6000


(6)

v

ia akan sampai dan barang siapa yang menunda dengan penuh keragu-raguan maka ia akan tertinggal.

Setiap kesulitan pasti ada kemudahan (QS. Al-Isra ayat 5). Setiap orang akan mendapatkan keinginannya sesuai dengan


(7)

vi

PERSEMBAHAN

1. Terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan serta kekuatan dalam mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini.

2. Terimakasih kepada Nabi Muhammad SAW

3. Terimakasih kepada Bapak dan Mamak serta keluarga yang telah memberikan dukungan beserta doa yang tidak ada henti-hentinya sehingga skripsi ini selesai.

4. Terimakasih kepada mamas tercinta Tri Harmoko yang udah selalu memenuhi kebutuhan selama ini dan terimakasih yang selalu nanyain kapan wisuda.

5. Terimakasih kepada seluruh dosen-dosen Ilmu Ekonmi yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini sampai selesai terutama kepada Dosen Pembimbing Ibu Diah Setyawati Dewanti, S.E., M.Sc

6. Terimakasih kepada temen dari awal masuk jadi maba (Mingal) buat Eva Hanifah, Naning Widiyanti, Mailana Wulandari Purwaningtyas, Dini Rachmawati, Heni Rachmawati. Temen yang udah nyampek bosen selama 3 tahun bareng terus, yang kadang nyemangatin buat skripsi tapi kadang juga ngajak main yang gak mau pulang kalau belum di usir, terimaksih juga udah bantui nyelesain skripsi ini dan sabar jelasin ketika otak ku udah mulai geser. Dan masih banyak hal gila yang gak cukup buat di tulis, kalian terbaik love you.

7. Terimakasih kepada teman kost pondok marta terutama kepada temen dari SMP Afrina Yustikalia teman sekaligus mama yang udah selalu


(8)

vii

ku manja serta dukungannya buat nyemangati skripsi yang super lama selasainya.

9. Terimaksih kepada M. Risal Johar atau panggilan dari maba Ternate yang udah bantui setiap ada tugas tentang olah data hingga skripsi pun gak ada bosennya ngajarin gimana olah data dengan metode VECM.

10.Terimakasih kepada teman-teman KKN 179 yang udah ikut berperan penting buat garap skripsi dengan lontaran kapan pendadaran dan wisuda.


(9)

viii

INTISARI

Sektor pertanian merupakan sektor primer dan memegang peranan penting bagi perekoomian Nasional, salah satu hasil dari sektor pertanian adalah beras yang merupakan makanan pokok warga negara Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Harga Beras, Kurs, Produksi Padi dan Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap Impor Beras di Indonesia. Penelitan ini menggunakan data sekunder periode 1985-2015 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS). Model analisis mengunakan model Vector Error Correction (VECM) menggunakan Eviews 7.2. Hasil penelitian menunjukkan pada uji estimasi VECM bahwa variabel harga dalam jangka pendek maupun jangka panjang berepengaruh positif dan signifikan terhadap impor beras di Indonesia. Pada variabel kurs dalam jangka pendek tidak ada pengaruh terhadap impor beras, namun dalam jangka panjang kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap impor beras di Indonesia. Dan variabel produksi dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap impor beras di Indonesia. Sedangkan pada variabel produk domestik bruto (PDB) dalam jangka pendek dan jangka panjang berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap impor beras di Indonesia. Hasil uji IRF menyatakan bahwa Kurs dan PDB memberikan respon positif terhadap Impor, sedangkan Harga dan Produksi memberikan respon yang negatif terhadap Impor.sedangkan berdasarkan uji VDC, Impor memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan Impor itu sendiri.


(10)

ix

food for Indonesian. This study aims to discover the effect of rice price, exchange rate, rice production and Gross Domestic Product (GDP) towards the rice import. This study used secondary period data of 1985-2015 obtained from Central Bureau of Statistics / Badan Pusat Statistik (BPS). The analysus model was Vector Error Correction Model (VECM) that was used Eviews 7.2. The result of the study on VECM estimation test showed that price variable on both short and long terms had positive and significant effect on the rice import in Indonesia. The exchange rate variable did not effect the rice import in short term, but is had negative and significant effect on the rice import in short term, but is had negative and significant effect on the rice import in Indonesia in the long term. In addition, the production variable in both short and long terms had negative and significant effect on the rice import in Indonesia. Meanwhile, Gross Domestic Product variable in both short and long terms had positive but insignificant effect on the rice import in Indonesia. The result of IRF test showed that exchange rate and GDP gave positive response towards rice, while the price and production gave negative response toward import. On the other hand, based on VDC test, the import gave a great contribution towards the establishment of import itself.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan serta Rahmat-Nya dalam penulisan skripsi yang berjudul “ANALISIS IMPOR BERAS SERTA PENGARUHNYA TERHADAP HARGA, KURS, PRODUKSI DAN PDB DI INDONESIA PADA TAHUN 1985-2015”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Bapak Dr. Nano Prawoto, M.Si.

2. Ibu Diah Setyawati Dewanti, S.E., M.Sc yang dengan sabar telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian karya tulis ini.

3. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyarakta yang selama ini telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.

4. Bapak dan mamak yang memberikan doa dan dukungan sampai dengan skripsi ini selesai dengan baik.


(12)

xi

yang selalu memberikan doa dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Naning Widiyanti, Eva Hanifah, Mailana Wulandari Purwaningtyas teman serta sahabat yang udah ikut berperan penting dalam menylesaikan skripsi ini, yang udah bantuin regres, cari data, perpus, repostory dan bolak balik ke bps. Tanpa kalian skripsi ku gak akan kelar sampai selesai.

8. Afrina Yustikalia teman sekaligus berperan sebagai mama ketika di jogja, yang udah selalu ngingetin buat nyelesaiin skripsi yang lama banget kelarnya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena kesempurnaan itu hanya milik allah SWT semata. Akhirnya penulis harap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Yogyakarta, 28 Maret 2017


(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Landasan Teori ... 9

1. Perdagangan Internasional ... 9

2. Impor ... 13

3. Harga ... 17

4. Kurs ... 21

5. Produksi ... 25


(14)

xiii

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Objek Penelitian ... 39

B. Jenis Data dan Sumber Data ... 39

C. Teknik Pengumpulan Data ... 39

D. Definisi Oprasional Variabel Penelitian ... 40

E. Metode Analisis Data ... 41

1. Uji Stasioner Data ... 43

2. Uji Panjang Lag Optimum ... 44

3. Uji Stabilitas VAR ... 45

4. Uji Kointegrasi ... 45

5. Uji Kausalitas Granger ... 46

6. Uji Empiris VECM ... 46

7. Analisis IRF ... 47

8. Analisis VD ... 48

BAB IV GAMBARAN UMUM PENETITIAN ... 49

A. Gambaran Umum Beras di Indonesia ... 49

B. Gambaran Umum Variabel ... 51

1. Impor Beras ... 51

2. Harga Beras ... 52

3. Kurs ... 54

4. Produksi Padi ... 55

5. PDB ... 56

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Uji Kausalitas Intrumen Data ... 58

1. Uji Stasioner Data ... 58


(15)

xiv

3. Uji Stabilitas VAR ... 64

4. Uji Kointegrasi ... 65

5. Uji Kausalitas Granger ... 66

6. Uji Empiris VECM ... 70

7. Analisis IRF ... 74

8. Analisis VD ... 79

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN... 82

A. Simpulan ... 82

B. Saran ... 85

C. Keterbatasan Penelitian ... 87 DAFTAR PUSTAKA


(16)

xv

1.2. 10 Negara Produsen Beras Dunia ... 5

2.1. Produksi Beras di Indonesia Pada Tahun 2008-2015 ... 28

5.1.Hasil Uji Stasioner Pada Tingkat Level ... 59

5.2.Hasil Uji Stasioner Pada Tingkat First Difference... 61

5.3.Hasil Uji Lag Optimum ... 63

5.4. Hasil Uji Stabilitas VAR ... 64

5.5. Hasil Uji Kointegrasi ... 65

5.6. Hasil Uji Granger ... 67

5.7.Hasil Uji VECM Jangka Pendek ... 70

5.8.Hasil Uji VECM Jangka Panjang ... 72


(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

2.1.Kerangka Pemikiran ... 38

4.1.Perbandingan Stok Beras dan Kebutuhan Beras ... 50

4.2.Perkembangan Impor Beras ... 51

4.3.Perkembangan Harga Beras ... 53

4.4.Perkembangan Kurs ... 54

4.5.Perkembangan Produksi ... 55

4.6.Perkembangan PDB ... 57

5.1.Hasil Uji IRF Harga Terhadap Impor ... 75

5.2.Hasil Uji IRF Kurs Terhadap Impor ... 76

5.3.Hasil Uji IRF Produksi Terhadap Impor ... 77


(18)

Dr.Enddh'tS6-p-tutyninqsih Ketu,a Tim Penguji

ANALYS$ ON PRICE, EXCHANGE RATE, PRODITCTION AND GROSS

DOMESTIC PRODUCT ETFECT IN INDONESIA YEAR 1985-2015

Diajukan Oleh

PRAPTI SETIYA NINGSIH 20r304301s4

_

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan

Dewan Penguji Program studi llmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah yogyakarta

Tanggal5 Mei 2017

Yangterdiri dari

Diah Setvawati Dewanti. S.E.. M.Sc

Anggota Tim Penguji Anggota Drs. HudiyantoTim Penguji

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muharumadiyah yogyakarta


(19)

INTISARI

Sektor pertanian merupakan sektor primer dan memegang peranan penting bagi perekoomian Nasional, salah satu hasil dari sektor pertanian adalah beras yang merupakan makanan pokok warga negara Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Harga Beras, Kurs, Produksi Padi dan Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap Impor Beras di Indonesia. Penelitan ini menggunakan data sekunder periode 1985-2015 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS). Model analisis mengunakan model Vector Error Correction (VECM) menggunakan Eviews 7.2. Hasil penelitian menunjukkan pada uji estimasi VECM bahwa variabel harga dalam jangka pendek maupun jangka panjang berepengaruh positif dan signifikan terhadap impor beras di Indonesia. Pada variabel kurs dalam jangka pendek tidak ada pengaruh terhadap impor beras, namun dalam jangka panjang kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap impor beras di Indonesia. Dan variabel produksi dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap impor beras di Indonesia. Sedangkan pada variabel produk domestik bruto (PDB) dalam jangka pendek dan jangka panjang berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap impor beras di Indonesia. Hasil uji IRF menyatakan bahwa Kurs dan PDB memberikan respon positif terhadap Impor, sedangkan Harga dan Produksi memberikan respon yang negatif terhadap Impor.sedangkan berdasarkan uji VDC, Impor memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan Impor itu sendiri.


(20)

food for Indonesian. This study aims to discover the effect of rice price, exchange rate, rice production and Gross Domestic Product (GDP) towards the rice import. This study used secondary period data of 1985-2015 obtained from Central Bureau of Statistics / Badan Pusat Statistik (BPS). The analysus model was Vector Error Correction Model (VECM) that was used Eviews 7.2. The result of the study on VECM estimation test showed that price variable on both short and long terms had positive and significant effect on the rice import in Indonesia. The exchange rate variable did not effect the rice import in short term, but is had negative and significant effect on the rice import in short term, but is had negative and significant effect on the rice import in Indonesia in the long term. In addition, the production variable in both short and long terms had negative and significant effect on the rice import in Indonesia. Meanwhile, Gross Domestic Product variable in both short and long terms had positive but insignificant effect on the rice import in Indonesia. The result of IRF test showed that exchange rate and GDP gave positive response towards rice, while the price and production gave negative response toward import. On the other hand, based on VDC test, the import gave a great contribution towards the establishment of import itself.


(21)

1 BAB 1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang jumlah penduduknya 255 juta pada tahun 2015, dengan demikian Indonesia sebagai salah satu pengkonsumsi beras yang cukup banyak dengan jumlah penduduk terbanyak setelah negara Tiongkok, India dan Amerika Serikat. Sehingga tidak menutupi kemungkinan permintaan beras dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang (1993) terpenuhinya kebutuhan pangan secara kuantitas maupun kualitas merupakan hal yang sangat penting sebagai landasan bagi pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dalam jangka panjang. Impor beras yang dilakukan oleh pemerintah menjadi salah satu tindakan pemerintah untuk menjadikan salah satu solusi dalam mengurangi permintaan beras Indonesia yang masih kurang dalam mencukupi kebutuhan pangan masyarakat di Indonesia.

Sektor pertanian di Indonesia seharusnya menjadi perhatian pemerintah, dikarenakan Indonesia merupakan negara yang kaya sumber daya alamnya dan sebagian besar penduduknya petani, sehingga tidaklah salah apabila di sektor pertanian ini dijadikan sebagai sektor yang dapat diandalkan untuk memberikan kontribusi dalam meningkatkan ekonomi yang lebih baik, dan mampu bersaing dalam perdagangan internasional. Pada sektor pertanian yang seharusnya mendapatkan perhatian khusus yaitu tanaman pangan, dengan tujuan untuk


(22)

memajukan hasil panen yang telah dihasilkan petani. Padi merupakan tanaman yang penting bagi masyarakat, secara kualitatif yang berarti dapat terpenuhi kebutuhan gizi yang optimal.

Dalam hal ini peran pemerintah dalam mengambil tindakan untuk mengimpor beras dari negara luar sangatlah berperan positif dalam jangka pendek, seperti memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia dalam mengonsumsi beras dengan jumlah yang cukup banyak, Namun ketika dalam jangka panjang hal ini akan berpengaruh negatif ketika pemerintah terus melanjutkan impor beras ke Indonesia, yakni baik masyarakat maupun pemerintah akan selalu ketergantungan untuk mengimpor beras dari negara lain, dengan demikian dampak yang ditimbulkan akan sangat serius, yang mana Indonesia merupakan negara yang 90% penduduknya petani dan memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat potensial sehingga sangat di sayangkan apabila pemerintah masih mengimpor beras dari negara lain. Seharusnya potensi-potensi sumber daya alam yang ada di Indonesia perlu dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.

Kelangkaan beras yang terjadi di Indonesia dikarenakan area lahan yang masih kurang luas, mahalnya harga pupuk dan kebutuhan yang dibutuhkan oleh para petani di Indonesia. Selain itu juga pemerintah yang masih hanya mengandalkan wilayah pulau jawa untuk memenuhi kebutuhan permintaan beras diseluruh Indonesia, seperti yang telah diketahui penduduk dipulau jawa 80% dipadati oleh pemukiman penduduk, yang mana apabila untuk memenuhi kebutuhan produk pangan masih kekurangan lahan yang cukup luas untuk ditanami padi atau sawah. Oleh sebab itu pemerintah mewajibkan untuk impor


(23)

3

beras agar kebutuhan akan permintaan beras masyarakat Indonesia dapat tercukupi. Menurut Surono (2001) menunjukkan bahwa hambatan utama peningkatan produksi padi di Pulau Jawa disebabkan oleh pertambahan penduduk yang tinggi yang menyebabkan peningkatan permintaan terhadap lahan perumahan dan infrastruktur, dan pengembangan industri yang terkonsentrasi di Pulau Jawa yang memiliki fasilitas infrastruktur yang lebih baik.

Tabel 1.1

Impor Beras Menurut Negara Asal Utama, 2009-2014

Sumber : BPS (Badan Pusat Statistik), 2015

Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan bahwa impor beras terbesar di Indonesia pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 didominan oleh negara Vietnam, tetapi setahun kemudian impor beras ke Indonesia pada tahun 2014 dari negara

Negara Asal 2012 2013 2014

Vietnam 1 084 782,80 171 286,60 306 418,1 Thailand 315 352,70 94 633,90 366 203,5

Tiongkok1 3 099,30 639,80 1 416,7

India 259 022,60 107 538,00 90 653,8 Pakistan 133 078,00 75 813,00 61 715,0 Amerika S 2 445,50 2 790,40 1 078,6

Taiwan 0,00 1 240,00 840,00

Singapura 22,50 0,50 0,00

Myanmar - - -

Lainnya 12 568,90 18 722,50 15 838,0 Jumlah 1 810 372,30 472 664,70 844 163,7


(24)

Thailand, namun pada tahun 2013 jumlah impor beras mengalami penurunan sebanyak 472 664,70 ton. Jumlah impor yang mengalami nilai terbesar pada tahun 2012 sebesar 1.810 372,30 ton. Sedangkan untuk negara Nyanmar merupakan negara yang tidak mengimpor beras dari tahun 2012-2014.

Impor di Indonesia dalam jangka pendek masih sangat sulit ditinggalkan dari ketergantungan, hal ini dikarenakan adanya produksi beras domestik yang sudah berlangsung sangat lama, sehingga membuat pemerintah enggan untuk berhenti impor beras dari negara luar. Tingginya pertumbuhan penduduk Indonesia yang diikuti besarnya konsumsi besar perkapita membuat permintaan beras semakin naik. Di sisi lain, upaya peningkatan produksi beras melalui ekstensifikasi pertanian terbentur rendahnya insentif usaha tani yang diterima petani serta konversi lahan pertanian produktif dan degradasi kualitas lahan dan infrastruktur irigasi yang tidak memadai (Siti, 2005). Dalam hal memenuhi kebutuhan beras di Indonesia menghadapi pilihan antara upaya mencukupi kebutuhan konsumen dalam negeri dengan cara peningkatan produktivitas dan impor beras, dengan upaya menjaga kestabilan harga beras agar tetap terjangkau oleh semua pihak kalangan masyarakat. Namun dengan meningkatnya jumlah penduduk dan permintaan beras di Indonesia yang tidak seimbang dengan produk beras yang tersedia sehingga upaya dalam peningkatan produktivitas dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan beras dalam negeri.


(25)

5

Tabel 1.2

10 Negara Produsen Beras di Dunia Negara Produksi tahunan (1000

metrik ton) februari 2016

China 144,5

India 104,8

Indonesia 35,5

Bangladesh 34,5

Vietnam 28,2

Thailand 18,7

Burma 12,6

Philippines 11,9

Brazil 8,4

Japan 7,8

Sumber : http://www.mapsofworld.com

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Cina, India, merupakan negara produksi terbesar didunia pada tahun 2016. Indonesia, Bangladesh, Vietnam, Thailand, Burma, Philippines, berada diantara lima negara penghasil beras. Sedangkan Brazil dan Japan menjadi negara yang terakhir dalam produsen beras Dunia.

Beras bagi bangsa Indonesia dan negara-negara Asia lainya bukan hanya sekedar komoditas pangan atau ekonomi saja, akan tetapi sudah merupakan komoditi politik dan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Sebagian besar penduduk Indonesia mempunyai hak adanya penyediaan dan harga beras yang stabil, tersedia sepanjang waktu, serta terdistribusi secara merata dan harga yang terjangkau bagi masyarakat.

Dilihat dari konsumsi masyarakat Indonesia yang mana tingkat konsumsi per kapita sangat tinggi karena setiap orang di Indonesia mengkonsumsi beras setiap tahunya sebesar 139,5 kg. Tingkat konsumsi beras Indonesia ini lebih besar dua kali lipat dari konsumsi beras dunia yaitu pada angka 60 kg pertahun


(26)

(Christianto, 2003). Permintaan terhadap beras yang tinggi tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan produksi beras yang memadai didalam negeri. Sehingga jumlah yang tersedia dan jumlah yang dikonsumsi bertolak belakang. Hal ini menyebabkan pemerintah untuk melakukan impor beras ke negara lain.

Berkaitan dengan latar belakang tersebut, penulis ingin mengangkatnya menjadi sebuah karya tulis dengan judul ”Analisis Harga, Kurs, Produksi Dan PDB Terhadap Impor Beras Di Indonesia Pada Tahun 1985-2015”

B. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam peneltian ini di batasi pada :

1. Impor beras di Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 2. Harga beras di Indonesia terhadap impor beras.

3. Kurs di Indonesia terhadap impor beras. 4. Produksi beras terhadap impor beras. 5. PDB terhadap impor beras.

Agar penelitian ini bisa mendalam, maka penulis membatasi masalah pada obyek yang akan diteliti. Variabel yang akan diteliti meliputi Variabel Dependent impor beras, sedangkan Variabel Independent yaitu harga beras, kurs, produksi beras dan PDB di Indonesia.


(27)

7

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang perlu dibahas secara mendalam yaitu :

1. Apakah harga beras berpengaruh terhadap impor beras di Indonesia pada tahun 1985-2015?

2. Apakah kurs berpengaruh terhadap impor beras di Indonesia pada tahun 1985-2015?

3. Apakah produksi padi berpengaruh terhadap impor beras di Indonesia pada tahun 1985-2015?

4. Apakah PDB berpengaruh terhadap impor beras di Indonesia pada tahun 1985-2015?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari uraian permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

1. Untuk menganalisis pengaruh harga beras dalam negeri terhadap impor beras di Indonesia pada tahun 1985-2015.

2. Untuk menganalisis pengaruh kurs terhadap impor beras di Indonesia pada tahun 1985-2015.

3. Untuk menganalisis pengaruh produksi padi dalam negeri terhadap impor beras di Indonesia pada tahun 1985-2015.

4. Untuk menganalisis pengaruh PDB terhadap impor beras di Indonesia pada tahun 1985-2015.


(28)

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis.

Penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan ataupun acuan dalam penelitian selanjutnya dengan metode VECM dengan data dan tahun yang berbeda.

2. Manfaat praktis.

Penelitian ini diharapkan dapat penambah wawasan ilmiah penulis dalam disiplin ilmu yang ditekuni dan menerapkan teori-teori yang telah diperoleh selama dibangku kuliah, serta menambah informasi tentang materi impor beras di Indonesia.


(29)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Perdagangan Internasional.

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama antar negara. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antar individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Dibanyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah menjadi selama ribuan tahun, dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, soosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.

Teori perdagangan internasional mulai muncul sejak abad ke 17 dan 18 dimana pada saat itu dikenal sebagai era merkantilisme. Perdagangan Internasional secara sederhana menurut kamus ekonomi yaitu perdagangan yang terjadi antara dua negara atau lebih. Perdagangan luar negeri merupakan aspek penting bagi perokonomian suatu negara. Perdagangan Internasional menjadi


(30)

semakin penting tidak hanya dalam pembangunan negara yang berorientasi keluar akan tetapi juga dalam mencari pasar di negara lain bagi hasil-hasil produksi didalam negeri serta pengadaan barang-barang modal guna mendukung perkembangan industri didalam negeri (Methodang Dlok, 1997).

Kebutuhan konsumen akan suatu barang sangat tidak terbatas sehingga dalam memenuhi permintaaan tersebut sangat sulit. Hal ini terjadi karena ketika suatu barang yang dikonsumsi terlalu banyak sedangkan barang yang diproduksi tidak mencukupi kebutuhan masyarakat, sehingga pemerintah mengambil tindakan untuk impor barang untuk mencukupi kebutuhan konsumen. Impor menurut Undang-Undang perpajakan adalah kegiatan atau aktivitas memasukan barang dari luar negar Indonesia (luar negeri) ke dalam negeri.

Dari dampak positif dari perdagangan Internasional di Indonesia yaitu :

1) Kegiatan produksi barang dalam negeri menjadi sangat meningkat secara kuantitas dan kualitas.

2) Menambah devisa negara melalui bea masuk dan biaya lain atas ekspor dan impor.

3) Melalui impor, sehingga kebutuhan dalam negeri dapat terpenuhi dan menjadi semakin membaik

4) Dapat memperluas lapangan kerja dibidang apapun dan kesempatan untuk pekerjaan bagi masyarakat.

5) Semakin memper-erat hubungan persaudaraan dan kerja sama antar negara dengan perdagangan Internasional.


(31)

11

6) Dapat membantu pertumbuhan ekonomi negara, serta pemerataan pendapatan masyarakat dan stabilitas ekonomi nasional.

Dampak negatif dari perdagangan Internasional yaitu :

1) Munculnya ketergantungan dengan negara maju.

2) Barang-barang produksi dalam negeri terganggu akibat masuknya barang impor yang dijual lebih murah dalam negeri yang menyebabkan industri dalam negeri mengalami kerugian besar.

3) Mengakibatkan terjadinya persaingan yang tidak sehat antara negara, karena pengaruh perdagangan bebas.

Bila tidak mampu bersaing maka pertumbuhan perekonomian negara akan semakin rendah dan bertambahnya pengangguran dalam negeri yang akan ditimbulkan dari perdagangan Internasional antar negara.

a. Kebijakan perdagangan internasional di Indonesia.

Madura (1997), menyatakan bahwa salah satu metode bisnis Internasional adalah dengan melakukan perdagangan Internasional. Perdagangan internasional adalah pendekatan yang relativ konservatif yang bisa digunakan oleh perusahaan untuk mempenetrasi pasar luar negeri (dengan mengekspor) atau untuk mendapatkan bahan baku berharga murah (dengan mengimpor). Metode ini memiliki resiko minimal karena perusahaan tidak mempertaruhkan modalnya. Jika ekspor atau impor perusahaan menurun, perusahaan dapat mengurangi atau tidak menggunakan cara ini dari bisnis nya tanpa banyak merugi.


(32)

Kebijakan perdagangan internasional merupakan suatu aturan yang dibentuk oleh badan-badan tertentu dalam melakukan perdagangan dunia yang dilakukan oleh penduduk suatu negara yang dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antara perorangan (individu denag individu) antar individu dengan pemerintah, suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Dibanyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama meningkatkan GDP.

Salah satu kegiatan perdagangan internasional adalah kegiatan impor yang secara umum merupakan kegiatan untuk memasukkan atau membeli barang dari luar negeri kedalam negeri dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat. adapun ketentuan impor tiap negara untuk tiap jenis komoditi yang berbeda-beda. Kebijakan pemerintah untuk menekan impor misalnya dengan tarif dan non-tarif, misalnya dengan menerapkan kouta impor sehinga produsen dalam negeri bisa meningkatkan daya saing.

Kebijakan tarif adalah kebijakan melindungi barang-barang produksi dalam negeri dari ancaman mebanjirnya pasokan barang-barang sejenis yang di impor dari luar negeri, dengan cara menarik atau mengenakan pungutan bea masuk kepada setiap barang impor yang masuk untuk dipakai atau dikonsumsi habis didalam negeri.

Kebijakan non-tarif adalah berbagai kebijakan perdagangan selain bea masuk yang dapat menimbulkan distrosi, sehingga mengurangi potensi manfaat perdagangan internasional (Dr. Hamdy Hady). Salah satu kebijakan nontarif yang


(33)

13

sering digunakan sebagai kebijakan impor adalah (pembatasan impor). Kouta impor adalah pembatasan fiisk secara kuantitatif yang dilakukan atas pemasukan barang.

1. Pengertian Impor

Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Sedangkan menurut undang-undang No. 10 tahun 1995 tentang kepabeanan, impor adalah kegiatan memasukan barang kedalam daerah pabean. Proses impor umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari pemerintah di negara pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian dari perdagangan internasional.

Impor adalah cara instan karena begitu pemerintah mengeluarkan uang, sejumlah barang akan di terima pemerintah. Lebih gampang lagi, impor tidak memerlukan perencanaan lintas sektoral serumit dibandingkan proyek peningkatan hasil produksi. Menurut Amir (1999) impor merupakan suatu kegiatan yang memasukkan barang-barang luar negeri sesuai dengan ketentuan pemerintah yang ada kedalam peredaran ke dalam lingkungan masyarakat yang dibayar dengan mempergunakan valuta asing.

Kegiatan impor memiliki dampak positif dan negatif terhadap perekonomian dikalangan masyarakat. untuk melindungi produsen didalam negeri dan impor suatu barang yang berlebihan. Selain untuk melindungi produsen dalam negeri,


(34)

dalam pembatasan impor juga mempunyai dampak yang lebih luas terhadap perokonomian suatu negara, yakni memiliki dampak positif dan negatif yang ditimbulkan.

Dampak positif impor yaitu:

1) Dapat menumbuhkan rasa cinta produksi dalam negeri dikalangan masyarakat.

2) Memperkuat posisi neraca pembayaran.

3) Mempengaruhi ketergantungan terhadap barang-barang impor. 4) Mengurangi keluarnya devisa ke luar negeri.

Dampak negatif impor yaitu:

1) jika terjadinya aksi balas-membalas kegiatan pembatasan kouta impor, maka perdagangan internasional menjadi lemah. Dampak selanjutnya adalah, terganggunya pertumbuhan perekonomian negara-negara yang bersangkutan.

2) karena produsen dalam negeri dalam negeri merasa tidak mempunyai persaingan, mereka cendrung kurang efisien dalam produksinya. Bahkan tidak hanya itu, produsen juga kurang tertantang untuk meningkatkan mutu produksinya. Kagiatan pembatasan kouta impor oleh suatu negara dapat mengakibatkan tindakan balasan bagi negara yang merasa dirugikan.


(35)

15

a. Teori permintaan impor.

Impor merupakan masuknya barang dari luar negeri yang pada dasarnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri bagi barang yang belum diproduksi atau belum cukup diproduksi di dalam negeri. Dari tahun ketahun komposisi impor mengalami pergeseran sehingga pada akhirnya mempunyai bobot yang besar pada bahan baku, bahan penolong dan bahan modal. Secara umum arah yang ditempuh dalam menetapkan mekanisme barang impor adalah untuk menjaga keseimbangan, menjaga kelancaran dalam transaksi antar barang. Mengendalikan permintaan impor dalam usaha pendayagunaan devisa menunjang usaha dan industry dalam negeri serta meningkatkan mutu produksi dalam negeri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor suatu negara (Syamsurizal Tan, 1990), yaitu :

1) Harga relatife terhadap harga domestik, importir akan mengimpor suatu produk pada saat produk pada saat harga relative impor lebih murah di bandingkan dengan harga produk domestik. Perbedaan harga antara impor relative dan domestic sangat erat kaitannya dengan keuntungan faktor internal seperti rendahnya inflasi negara importir dan fator internal seperti rendahnya inflasi negara rendahnya inflasi negara importir dan faktor eksternal seperti kenaikan pendapatan negara importir.

2) Barang substitusi, semakin maju perkembangan negara-negara didunia ditandai dengan perkembangan teknologi yang menimbulkan keresahan


(36)

banyak negara berkembang karena hal itu menyebabkan timbulnya dua hal yang berlawanan yaitu ;

a. Perkembangan teknologi berarti merupakan investasi baru yang bentuknya sebagian besar membawa pengaruh positif terhadap permintaan produksi ekspor negara berkembang.

b. Perkembangan teknologi menyebabkan timbulnya banyak barang substitusi yang pada akhirnya menyebabkan semakin berkurangnya permintaan terhadap produk ekspor negara berkembang.

b. Kebijakan impor.

Kebijakan impor merupakan bagian dari kebijakan perdagangan yang menangani kepentingan nasional dari berbagai pengaruh masuknya barang-barang impor dari negara lain. Agar tidak merugikan dalam negeri diperlukan adanya kebijakan impor untuk melindungi produk dalam negeri dengan cara berikut :

1) Pengenaan Bea Masuk

Barang impor yang masuk kedalam negeri dikenakan bea masuk yang tinggi sehingga harga jual barang impor menjadi mahal. Hal ini dapat mengurangi hasrat masyarakat membeli barang impor dan produk dalam negeri dapat bersaing dengan produk impor.

2) Kuota Impor

Kuota impor merupakan kebijakan untuk membatasi jumlah barang impor yang masuk kedalam negeri. Dengan dibatasinya jumlah produk impor


(37)

17

mengakibatkan harga barang impor tetap mahal dan produk dalam negeri dapat bersaing dan laku di pasaran.

3) Pengendalian Devisa

Dalam pengendalian devisa, jumlah devisa yag disediakan untuk membayar barang impor di jatah dan di batasi sehingga importir mau tidak mau juga membatasi jumlah barang impor yang akan dibeli.

4) Substitusi Impor

Kebijakan mengadakan substitusi impor ditunjukkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri dengan mendorong produsen dalam negeri agar dapat membuat sendiri barang-barang yang di impor dari luar negeri.

5) Devaluasi

Kebijakan berupa devaluasi merupakan kebijakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Dengan devaluasi dapat menyebabkan harga barang impor menjadi lebih mahal, di hitung dengan mata uang dalam negeri, sehingga akan mengurangi pembelian barang impor.

3) Pengertian Harga Beras.

Harga beras domestik merupakan harga rata-rata beras kualitas medium pada berbagai pasar di Indonesia. Harga merupakan komponen penting atas suatu produk yang akan dijual karena berpengaruh pada keuntungan produsen. Harga


(38)

juga bisa menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi konsumen untuk membeli atau tidak sebuah produk. Konsumen akan membandingkan harga dengan kualitas, kuantitas, dan merek produk tersebut. Dalam kamus bahasa Indonesia, harga adalah nilai suatu barang yang ditentukan dengan uang. Jumlah uang atau alat tukar lainya yang senilai dan harus dibayar untuk produk atau jasa pada waktu tertentu dan dipasar tertentu.

a. Kebijakan harga beras.

Kebijakan harga adalah suatu kebijakan yang sering diambil oleh pemerintah untuk melindungi masyarakat secara luas, baik itu produsen maupun konsumen. Kebijakan harga pangan yang atur oleh pemerintah bertujuan untuk memberi intensif bagi petani untuk memproduksi pangan dan menjamin harga pangan yang stabil bagi konsumen dalam negeri.

Di Indonesia kebijakan harga pangan yang diterapkan selalu terfokus pada salah satu pangan utama saja, yaitu beras menjadi salah satu bahan pokok yang dibutuhkan masyarakat menjadi terjebak dalam lingkaran penting jangka pendek (Jamal, E, 2007). Di dalam kebijakan stabilitas kebijakan harga yang pernah dilakukan pemerintah pada masa lalu ditujukan untuk menjadikan harga beras dan gabah menjadi stabil pada berbagai situasi (panen dan paceklik). Peranan dari harga beras yang sangat besar dalam pengungkit tingkat inflasi, sehingga harga beras dikendalikan untuk tujuan menstabilkan harga umum.

Menurut dari definisi kebijakan harga adalah suatu kebijakan yang di ambil oleh pemerintah dan merupakan alat yang dapat mempengaruhi harga produk


(39)

19

tertentu (produk pertanian), hal ini merupakan intensif yang diberikan kepada produsen untuk menghasilkan produk dengan jumlah tertentu, maupun kepada konsumen untuk menjamin stabilnya harga beli masyarakat didalam negeri.

Ketika Presiden Soekarno menjabat, dipaksa untuk menjalankan atau melakukan sebagai peran Badan Urusan Logistik (Bulog) sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam mengontrol harga gabah dan beras, sistem kebijakan harga beras sudah tidak lagi bersifat isklusif, tetapi bersifat pasar bebas. Lemahnya pengawasan pemerintah dalam kebijakan harga beras di Indonesia membuat petani mengalami kerugian yang sangat terpuruk. Dan pihak yang diuntungkan dari kurangnya pengawasan pemerintah adalah para pedagang (pemilik modal) yang memiliki potensi untuk memainkan harga pasar. Bulog hanya mampu mengupayakan stabilitas harga melalui operasi pasar, lepas dari hal itu Bulog tidak memegang tanggung jawab yang lain dalam kegiatan impor beras.

b. Tujuan kebijakan harga.

Tujuan dari kebijakan harga pertanian yang diatur oleh suatu pemerintah memungkinkan berbeda kebijakannya dari negara satu kenegara lainnya. Kebijakan harga pertanian di negara maju mungkin saja berbeda dengan negara berkembang, namun dengan kebijakan harga pertanian memiliki tujuan yang sama, yaitu :


(40)

1) Untuk memenuhi permintaan dalam negeri. 2) Untuk menjaga stabilitas harga.

3) Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku atau input industri dengan harga tertentu atau wajar.

4) Untuk meningkatkan produksi dan ekspor produk pertanian didalam negeri.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengambil kebijakan dalam mengambil kebijakan harga pertanian yaitu :

1) Tingkat harga pembelian (Administred Price).

Harga ini harus memperhatikan baik pihak produsen maupun pihak konsumen. Beberapa hal yang termasuk didalamnya adalah :

a. Support prices, biasanya di tentukan pada awal tanam untuk

membantu memberikan jaminan kepada petani.

b. Issue prices, untuk menjamin pengadaan komoditas pangan utama biasanya harga ini ditentukan dan diumumkan oeh pemerintah.

2) Adanya perubahan permintaan dan penawaran komoditi pertanian.

3) Adanya perbaikan infrastruktur, baik itu menunjang produksi maupun pemasaran (infrastruktur bangunan pasar, dan jalan). Dengan adanya fasilitas ini, maka tingkat harga akan terpengaruh, baik harga ditingkat produsen maupun ditingkat konsumen.


(41)

21

4) Pengertian Kurs.

Pengertian kurs menurut Salvatore (1997), nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya. Kurs adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau dikemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah. Nilai tukar (kurs) adalah harga mata uang suatu negara relatif terhadap mata uang negara lain. Karena nilai tukar ini mencakup dua mata uang, maka titik keseimbangannya ditentukan oleh sisi penawaran dan permintaan dari kedua mata uang tersebut.

Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang asing. Penurunan nilai tukar uang dalam negeri disebut depresiasi atas mata uang asing. Sedangkan, devaluasi merupakan kebijakan pemerintah untuk menurunkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Dan revaluasi adalah kebijakan pemerintah untuk meningkatkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

a. Perkembangan sistem dan kebijakan nilai kurs di Indonesia.

Seperti halnya dengan negara-negara yang lainya, bahwasannya tujuan utama dari kebijakan nilai tukar di Indonesia adalah menunjang efektifitas kebijakan moneter dalam rangka memelihara kestabilan harga. Stabilitas nilai tukar dapat mendorong stabilitas harga khususnya stabilitas harga barang-barang yang berasal dari impor. Depresiasi nilai tukar yang terlalu besar dapat mengakibatkan harga barang impor menjadi lebih mahal dan secara keseluruhan laju inflasi dapat


(42)

meningkat. Selanjutnya, inflasi yang terlalu tinggi dapat menurunkan daya beli masyarakat dan menurunkan kegiatan ekonomi.

Tujuan dari kebijakan nilai tukar lainnya yang tidak kalah penting adalah mendukung kesinabungan pelaksanaan pembangunan khususnya yang terkait dengan neraca perdagangan. Menjaga keseimbangan nilai tukar dalam rangka mendukung neraca perdagangan perlu dipelihara karena nilai tukar yang over-valued dapat mengakibatkan neraca perdagangan menjadi memburuk dan merugikan perekonomian nasional.

Sebelum berjalannya undang-undang No. 23 tahun1999 dan diperbaharui dengan Undang-Undang No. 3 tahun 2004, tujuan dari kebijakan nilai tukar lebih banyak ditekankan pada menunjang keseimbangan neraca pembayaran. Sementara itu sejak Undang-Undang tersebut diberlakukan, tujuan kebijakan nilai tukar lebih di tekankan agar menujang yang lebih efektif dari kebijakan moneter. Dengan terciptanya tujuan akhir kebijakan moneter berupa inflasi yang stabil dan rendah, maka secara tidak langsung akan mendukung keseimbngan neraca pembayaran dan perekonomian nasional.

Sejak periode 1970 hingga sekarang sampai dengan zaman yang modern, sistem nilai tukar yang berlaku di Indonesia telah mengalami perubahan sebanyak tiga kali, yaitu dengan sistem nilai tukar tetap, sistem nilai tukar mengambang terkendali, dan sistem nilai tukar mengambang bebas.


(43)

23

1) Sistem Nilai Tukar Tetap.

Dalam sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate) merupakan suatu lembaga otoritas moneter yang menetapkan tingkat nilai tukar mata uang domestic terhadap mata uang negara lain pada tingkat tertentu, tanpa memperlihatkan penawaran ataupun permintaan terhadap valuta asing yang terjadi. Bila terjadi kekurangan atau kelebihan penawaran atau permintaan yang lebih tinggi dari yang telah ditetapkan oleh pemeritah, maka dalam hal ini akan mengambil tindakan untuk membawa tingkat nilai tukar kearah yang telah ditetapkan. Tindakan yang di ambil oleh otoritas moneter bisa berupa pembelian ataupun penjualan valuta asing, bila tindakan ini tidak mampu mengatasinya, maka langkah yang akan dilakukan penjatahan valuta asing.

2) Sistem Nilai Tukar Terkendali.

Pengertian nilai tukar mengambang terkendali yaitu dimana pemerintah mempengaruhi tingkat nilai tukar melalui permintaan dan penawaran valuta asing, biasanya sistem ini diterapkan untuk menjaga stabilitas moneter dan neraca pembayaran. Sistem nilai tukar mengambang terkendali di Indonesia ditetapkan bersamaan dengan kebijakan devaluasi rupiah pada tahun 1978 sebesar 33%. Pada sistem ini nilai tukar rupiah diambangkan terhadap mata uang, negara-negara mitra dagang utama Indonesia.

Bank Indonesia menetapkan dalam sistem kurs indikasi dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah, maka Bank Indonesia melakukan kegiatan interverensi bila kurs


(44)

mengalami bergejolak melalui batas atas bawah spread. Pada saat sistem nilai tukar mengambang terkendali diterapkan di Indonesia, nilai tukar Rupiah dari tahun ketahunnya terus mengalami depresiasi terhadap US Dollar. Nilai tukar Rupiah berubah-ubah antara Rp 644/US Dollar sampai Rp 2.383/US Dollar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar cendrung tidak pasti.

3) Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas.

Nilai tukar mengambang bebas, merupakan aturan pemerintah yang tidak perlu turun tangan mencapuri tingkat nilai tukar, namun nilai tukar diserahkan pada permintaan dan penawaran valuta asing. Dalam penerapan sistem ini dimaksudkan untuk bisa mencapai penyusunan yang lebih berkesinabungan pada posisi keseimbangan yang lebih eksternal. Akan tetapi hal tersebut akan menimbulkan indikasi bahwa beberapa persoalan diakibatkan dari kurs yang fluktuatif akan timbul. Sehingga dalam sistem ini nilai tukar mengambang bebas ini diperlukan sistem perekonomian yang sudah mapan dan yang lebih efisiensi.

4) Sistem Nilai Tukar Bertingkat.

Sistem nili tukar bertingkat ini dimulai sejak Oktober 1966 hingga Juli 1971. Penggunaan sistem ini dilakaukan dalam rangka mengatasi berfluktuasinya nilai Rupiah serta untuk mempertahanakan dan meningkatkan daya saing yang hilang karena adanya inflasi dua digit selama periode tersebut.


(45)

25

b. Pengaruh nilai tukar rupiah terhadap ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi memberikan kemampuan suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa guna meningkatkan pendapatan masyarakat. Bagi suatu negara pertumbuhan ekonomi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Tingkat suku bunga kredit, nilai tukar merupakan beberapa diantaranya. Penurunan suku bunga kredit produktif, seperti suku bunga kredit investasi akan berdampak pada peningkatan kapasitas produksi atau negara. Nilai tukar mata uang akan mempengaruhi transaksi ekspor dan impor yang berpengaruh pada permintaan agregat

5. Pengertian Produksi.

Produksi mempunyai dua pengertian, yaitu pengertian teknis dan pengertian ekonomis. Produksi dalam pengertian teknis merupakan suatu proses pendayagunaan sumber-sumber yang tersedia dilingkungan masyrakat, hal ini diharapkan dapat terwujudnya hasil yang lebih dari segala pengorbanan yang telah diberikan. Sedangkan produksi dalam arti ekonomis merupakan suatu proses pendayagunaan segala sumber-sumber yang tersedia untuk mewujudkan hasil yang tercermin dalam kualitas dan kuantitas, yang diperoleh serta terkelola dengan baik, sehingga hal ini merupakan komoditi yang bisa diperdagangkan oleh kalangan masyarakat.

Produksi merupakan suatu hal proses dari beberapa barang dan jasa yang disebut input, dan diubah menjadi barang dan jasa lain yang disebut output, jadi


(46)

didalam teori produksi ada kaitannya dengan proses produksi yang berhubungan antara input dan output, hal ini sering dinyatakan dalam fungsi produksi.

a. Fungsi produksi.

Fungsi produksi mempunyai beberapa pengertian yaitu, fungsi produksi menurut pendapat Lincolin Arsyad adalah suatu pernyataan yang menghubungkan kuantitas berbagai input serta berbagai output, dengan menggunakan metode tertentu. Sedangkan menurut Ari Sudirman adalah suatu tabel atau persamaan matematis yang menggambarkan jumlah output maksimal yang dapat menghasilkan dari satu set fungsi produksi tertentu, dan pada tingkat teknologi tetentu fungsi produksi adalah hubungan fisik antara masukan produksi (input) dan keluaran (output). (Soekartawi, 1986). Terdapat tiga macam pola hubungan antara input dan output yang umum digunakan dalam penekatan pengambilan keputusan yaitu :

1) Hubungan antara input-output, merupakan yang menunjukan bahwa pola hubungan penggunan berbagai tingkat input untuk dapat menghasilkan tingkat output tertentu.

2) Hubungan antara input-input, merupakan variasi dengan penggunaan kombinasi dua atau lebih dengan input untuk menghasilkan output tertentu.

3) Hubungan antara output-output, merupakan beberapa variasi output yang dapat di peroleh dengan menggunakan sejumlah input tertentu.


(47)

27

Y = f (X1, X2, X3 ... Xn)

Keterangan :

Y = Hasil produksi fisik.

X1, X2, X3... Xn = Faktor-faktor produksi.

Pada umumnya fungsi produksi yang digunakan adalah menjelaskan hubungan teknis antara input dan output adalah fungsi Cobb Douglas. Fumgsi produksi Cobb Douglas merupakan fungsi produksi yang melibatkan dua atau lebih variabel, yang sering disebut dengan variabel dependent dan variabel independent. (Soekartawi, 1986).

b. Produksi dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Analisis terhadap kegiatan produksi perusahaan dikatakan berada dalam jangka pendek apabila sebagian dari faktor produksi dianggap tetap jumlahnya (fixed input). Dalam jangka pendek tersebut suatu perusahaan tidak dapat menambah jumlah faktor produksi yang dianggap tetap. Faktor produksi yang dianggap tetap biasanya adalah modal suatu perusahaan. Sedangkan faktor produksi yang dapat mengalami perubahan (variabel input) adalah tenaga kerja.

Dalam jangka panjang ini dapat diartikan bahwa setiap faktor produksi dapat mengalami perubahan. Sehingga dalam jangka panjang ini setiap faktor produksi dapat ditambah jumlahnya kalau memang diperlukan. Dan dalam jangka panjang perusahaan dapat melakukan penyesuaian terhadap perubahan perubahan yang terjadi dipasar.


(48)

c. Produksi beras.

Tabel 2.1

Produksi Beras di Indonesia Pada Tahun 2008-2015 Tahun Produksi Beras di Indonesia

2008 60.3

2009 64.4

2010 66.4

2011 65.4

2012 69.1

2013 71.3

2014 70.9

2015 75.4

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Dari data tabel 2.1 tersebut yang didapatkan dari BPS bahwa Indonesia mampu untuk memenuhi kebutuhan permintaan dari beras di Indonesia, yang mana hasil dari data tersebut dari tahun ketahun produksi beras di Indonesia semakin meningkat. Hal ini diharapkan dapat menjadi perhatian pemerintah agar bisa mengendalikan barang impor dari negara luar. Dengan hasil produk beras yang dari tahun ketahun maka tidak menutup kemungkinan Indonesia untuk stop impor beras.

Menurut Entang dalam Tahir Marzuki (2005), perencanaan usaha tani akan menolong keluarga tani di pedesaan. Di antaranya pertama, mendidik para petani agar mampu berpikir dalam menciptakan suatu gagasan yang dapat menguntungkan usaha taninya. Ke-dua, mendidik para petani agar mampu mangambil sikap atau suatu keputusan yang tegas dan tepat serta harus didasarkan


(49)

29

pada pertimbangan yang ada. Ke-tiga, membantu petani dalam memperincikan secara jelas kebutuhan sarana produksi yang diperlukan seperti bibit unggul, pupuk dan obat-obatan. Ke-empat, membantu petani dalam mendapatkan kredit utang yang akan dipinjamnya sekaligus juga dengan cara-cara pengembaliannya. Ke-lima, membantu dalam meramalkan jumlah produksi dan pendapatan yang diharapkan.

6. Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB).

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah suatu ukuran produksi barang dan jasa total suatu negara. Pertumbuhan PDB yang cepat merupakan indikator terjadinya pertumbuhan ekonomi (Tandelilin, 2010). Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) PDB pada dasarya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

Kinerja perekonomian suatu negara dalam periode tertentu dapat diukur melalui suatu indikator penting yakni data pendapatan nasional. Konsep kunci dalam laporan pendapatan nasional PDB baik yang dihitung atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Pada prinsipnya PDB merupakan nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam kurun waktu tertentu (Pracoyo, 2005).

Menurut Keynesian menyatakan bahwa semakin banyak produk yang dijual maka semakin banyak produk yang akan diproduksi dan semakin banyak pula tenaga kerja yang akan diproduksi dan semakin banyak pula tenaga kerja yang


(50)

akan diperkerjakan. Hal itu menunjukkan perkembangan perekonomian negara yang membaik. Jika PDB meningkat maka produksi barang dan jasa yang dihasilkan secara keseluruhan oleh negara kita meningkat, laba perusahaan meningkat dan investor akan tergerak menginvestasi dana yang dimiliki pada pembelian saham.

a. Macam-macam produk domestik bruto. 1) PDB Nominal.

PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai barang dan jasa akhir yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Data tersebut data yang digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi.

2) PDB Rill.

Menunjukkan nilai barang dan jasa akhir yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar, yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Perubahan nilai PDB pada setiap periode sangat dipengaruhi oleh kombinasi antara perubahan harga dan kuantitas. PDB rill menggambarkan berbagai perubahan PDB, akibat adanya perubahan kuantitas namun dinilai pada tahun dasar tertentu (Pracoyo, 2005).


(51)

31

b. Pengeluaran-pengeluaran dalam penggunaan PDB. 1) Pengeluaran rumah tangga.

Adapun yang dimaksud dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga (personal consumption expenditure) adalah total nilai dari barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga dan institusi-institusi laba (non profit institutions) dan nilai dari barang dan jasa yang diterima oleh mereka sebagai pendapatan.

2) Pengeluaran investasi.

Adapun yang dimaksud dengan pengeluaran investasi dan atau pembentukan modal domestik bruto (gross private domestic investement) adalah total nilai passed dari pembelian bangunan-bangunan yang baru dihasilkan dan peralatan-peralatan tahan lama milik produsen, ditambah nilai perubahan di dalam volume persediaan yang dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan.

3) Pengeluaran pemerintah untuk barang dan jasa.

Pengeluaran pemerintah untuk barang-barang dan jasa (goverment purchases

of goods and services) mencakup berbagai pengeularan yang dilakukan

pemerintah, baik pusat maupun daerah, dan jenisnya meliputi pengeluaran pemerintah untuk menambah kebutuhan yang di perlukan.


(52)

4) Pengualaran ekspor netto.

Pengeluaran ekspor netto (net export) adalah nilai pasar eksor barang dan jasa dikurangi dengan nilai pasar impor barang dan jasa.


(53)

33

B. Penelitian Terdahulu

Ratih Kumala Sari (2014), meneliti tentang konsumsi beras per kapita berpengaruh terhadap impor beras impor di Indonesia yang signifikan. Penelitian yang dilakukan dalam mengolah datanya yaitu dengan metode ECM ( Error Correction Model). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa secara persial variabel produksi pada beras perpengaruh negatif dalam impor beras ke Indonesia dalam jangka pendek serta dalam jangka panjang, variabel konsumsi mempunyai pengaruh positif terhadap permintaan impor beras ke Indonesia baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek, variabel harga beras pada penelitian ini berpengaruh positif terhadap impor beras yang dilakukan di Indonesia baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek, sedangkan variabel nilai tukar (kurs) berpengaruh negatif terhadap impor beras yang ada di Indonesia baik dalam jangka panjang maupn dalam jangka pendek. Dalam penelitian ini faktor konsumsi dan harga terhadap beras yang dilakukan masyarakatlah yang mempunyai pengaruh yang sangat besar atau kuat dalam permintaan impor beras ke dalam negeri khususnya di Indonesia pada periode 2001-2012.

Edward Christianto (2013), menyatakan dalam hasil penelitian yakni bahwa faktor yang mempengaruhi impor beras yaitu variabel produksi beras, harga beras dan konsumsi beras. Terjadinya impor beras yang dilakukan oleh pemerintah menjadi pilihan yang harus dijalani di karenakan rendahnya produksi beras didalam negeri sehingga tidak mencukupi kebutuhan dalam negeri, harga beras yang terlalu tinggi atau tidak stabil dikalangan petani, dan konsumsi beras yang


(54)

terlalu banyak yang tidak sesuai dengan hasil yang ada. Dalam penelitian ini menggunakan metode statistik regresi linier yang mana konsumsi lah yang berpengaruh positif terhadap volume impor beras ke indonesia, hasil dari regres tersebut konsumsi beras yang hanya sigifikan dibandingkan variabel harga beras dan produksi di Indonesia.

Malyda Husna Salsyabilla (2010), dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa dalam faktor yang mempengaruhi impor beras di indonesia yakni, PDB, produksi beras, harga relatif beras, kebijakan tarif, jumlah penduduk, pendapatan perkapita, kurs rupiah terhadap Dollar, harga beras lokal. Dari hasil regres yang telah dilakukan bahwa variabel kurs mempunyai pengaruh negatif terhadap impor beras dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Untuk variabel produksi dapat disimpulkan bahwa produksi beras nasional berpengaruh positif terhadap impor beras. Variabel harga relatif bahwa tidak mempunyai pengaruh positif terhadap impor beras di Indonesia baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek yang berarti mengalami penurunan harga relatif sehingga perekonomian Indonesia akan meningkat. Sedangkan untuk pendapatan perkapita perpengaruh positif terhadap impor beras di Indonesia baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Penelitian ini dengan menggunakan metode ECM dalam periode 2000-2009 di Indonesia. Data yang didapat kan dalam faktor impor ini didapatkan dari BPS.

A.Husni Malian (2004), hasil dari penelitian yang dilakukannya bahwa faktor yang mempengaru impor beras yakni produksi beras, konsumsi beras dan harga beras dipasar domestic. Untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi impor


(55)

35

beras di indonesia, penelitian ini dengan menggunakan model ekonomimetrika. Data yang dikumpulkan dari tahun 1970-2002 di Indonesia yang bersumber dari BPS, Departemen Pertanian dan Bulog. Dari hasil regres yang telah dilakukan bahwa variabel produksi, konsumsi dan harga beras saling memengaruhi kuat dalam impor beras dan bernilai signifikan baik dalam jangka panjang dan jangka pendek.

Purbayu Budi Santoso, Ondo Harinduan PS (2004), melakukan penelitian studi kasus dari tahun (1986-2003) di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis yang yang telah dilakukan di Indonesia bahwa faktor yang mempengaruhi impor beras di Indonesia yaitu produksi beras, konsumsi beras dan nilai tukar terhadap Dollar As dan tarif impor beras. Data yang dikumpulkan selama 18 tahun (1986-2003), dari hasil regres yang dilakukan bahwa dihasilkan pada variabel produksi beras, nilai kurs dan tarif impor beras yang secara parsial signifikan mempengaruhi variabel impor beras di Indonesia, sedangkan konsumsi beras pengarunya tidak signifikan dikarenakan konsumsi pada tahun 1986-2003 selalu meningkat. Walaupun sempat mengalami penurunan impor beras pada tahun 1997 dan tahun 1999 dikarenakan adanya krisis, tetapi dari penurunan impor tersebut tidak terlalu drastis dan seteal itu kembali konsumsi beras mengalami peningkatan di Indonesia. Pengolahan data regres yang digunakan yaitu dengan menggunakan model regres berganda.

Desi Armaini, Eddy Gunawan (2016) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwasannya variabel produksi beras berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap impor beras di Indonesia, variabel harga beras dalam negeri berpengaruh


(56)

positif dan signifikan terhadap impor beras di Indonesia, sedangkan variabel produk domestik bruto (PDB) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap impor beras di Indonesia, PDB berpengaruh negatif dikarenakan kontribusi terbesar PDB Indonesia saat ini salah satunya masih berada di sektor pertanian setelah sektor industri dan sektor perdagangan. Hal ini ditandai ketika produksi pangan (beras) dalam negeri meningkat, maka kontribusi sektor pertanian terhadap PDB juga akan meningkat. Ketika produksi pangan (beras) dalam negeri meningkat secara potomatis volume impor akan menurun. Penelitian ini menggunakan metode analisis Ordinary Least Square (OLS) dari tahun 2000-2014.

Riska Primadi, Edy Yulianto, M.Kholid Mawardi (2016), data yang di gunakan adalah tiap data kuartal periode 2002-2013 dengan menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil regres yang telah dilakukan bahwa poduksi beras dalam negeri mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap variabel impor beras, sedangkan nilai tukar Rupiah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap impor beras di Indonesia. Serta variabel harga beras Internasional berpengaruh kuat dibandingkan dengan variabel yang lainnya dengan kata lain variabel harga beras Internsional berpengaruh dominan terhadap volume impor beras Indonesia.


(57)

37

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenaranya harus diuji secara empiris. Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat ditarik hipotesis adalah sebagai berikut :

1. H1 = Harga beras berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor beras

pada tahun 1985-2015 di Indonesia.

2. H0 = Kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap impor beras pada

tahun 1985-2015 di Indonesia.

3. H0 = Produksi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap impor beras

pada tahun 1985-2015 di Indonesia.

4. H0 = PDB berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap impor beras

pada tahun 1985-2015 di Indonesia.

D. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif yang didapatkan dari Badan Pusat statistik di Indonsia pada tahun 1985-2015. Dengan menggunakan penelitian ini juga agar biasa mengetahui apa saja yang mempengaruhi impor beras di Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi impor beras yaitu harga beras, kurs, produksi padi dan PDB di Indonesia. Oleh sebab itu dalam metode ini akan mengkaji faktor manakah yang signifikan mempengaruhi impor beras di Indonesia.


(58)

Atas dasar uraian diatas maka pengaruh dari masing-masing variabel tersebut terhadap impor beras maka dapat digambarkan dalam model paradigma seperti ditunjukan dalam gambar dibawah ini :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Impor Beras (Variabel Dependent) Harga

(Variabel Independent)

Kurs

(Variabel Independent)

Produksi

(Variabel Independent)

PDB


(59)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian.

Dalam penelitian ini penulis memilih impor beras sebagai objek melakukan riset di Indonesia pada tahun 1985-2015. Data bersumber dari Badan Pusat Statistika (BPS) di Indonesia yang bersifat transparan dan dipublikasikan ke masyarakat.

B. Jenis Data dan Sumber Data.

Penelitian ini menggunakan data dari tahun 1985-2015. Data yang diteliti dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu yang berupa impor beras, harga beras, kurs, produksi dan PDB yang didapatkan dari data yang secara langsung diambil dari sumber resmi BPS Indonesia.

C. Teknik Pengumpulan Data.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan berbagai lembaga dan instasi yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Data yang digunakan untuk mendapatkan atau melengkapi dalam penelitian ini menggunakan data time series, yaitu proses pengumpulan data pada suatu objek tertentu berdasarkan dengan urutan waktu. Dan data yang dipergunakan merupakan data runtun waktu kuartalan dari tahun 1985-2015


(60)

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian.

Variabel dependent yang digunakan dalam penelitian ini yaitu impor beras di Indonesia, sedangkan untuk variabel independentnya yaitu harga beras, kurs, produksi dan PDB di Indonesia. Adapun masing-masing variabel mempunyai definisi operasional sebagai berikut :

1. Variabel Impor Beras.

Menunjukkan pada ratio indeks harga komoditas beras internasional (harga impor) dengan tingkat harga komoditas beras didalam negeri, yaitu dinyatakan dalam satuan ton. (Variabel dependent).

2. Variabel Harga.

Menunjukkan jumlah yang harus di bayar oleh konsumen untuk memperolehnya, yang dinyatakan dalam satuan kuintal pada tahun 1985-2015. (Variabel independent).

3. Variabel Kurs.

Nilai tukar (kurs) adalah perbandingan nilai mata uang atau harga dari mata uang rupiah terhadap dolar Amerika (Rp/USD), menunjukkan pada ratio Kurs Dolar terhadap Rupiah yang dinyatakan dalam satuan USD sejak tahun 1985-2015. (variabel independent).


(61)

41

4. Variabel Produksi.

Menunjukkan pada keseluruhan data produksi komoditas beras yang dihasilkan oleh Indonesia, yang dinyatakan dalam satuan ton. (variabel independent).

5. Variabel PDB.

Menunjukkan pada jumlah pertumbuhan produk domestik bruto atas harga konstan menurut lapangan usaha di Indonesia, yang dinyatakan dalam satuan milyar rupiah. (variabel independent).

E. Metode Analisis Data.

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan penelitian yang bersifat deskriptif analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel dependent (tidak bebas) terhadap variabel independent (bebas). Penggunaan metode deskriptif ini bertujuan untuk membuat deskriptif atau gambaran umum mengenai impor beras. Data runtun waktu (time series) adalah data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu varibel tertentu. Data runtun waktu digunakan untuk melihat pengaruh perubahan dalam rentang

waktu tertentu. Dalam “Analisis Harga, Kurs, Produksi dan PDB Terhadap Impor Beras Di Indonesia Pada Tahun 1985-2015”

Penelitian yang akan dilakukan adalah menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi impor beras di Indonesia dengan menggunakan VECM (Vector Error Correction Model). Dengan menggunakan metode ini maka dapat diketahui


(62)

variabel independent mana yang perpengaruh kuat terhadap impor beras diIndonesia. Dalam penelitian impor beras ini, variabel yang digunakan adalah harga beras, kurs, produksi dan pdb. Sedangkan alat ananlisis yang digunakan dalam pengolahan data yaitu dengan menggunakan eviews.

VECM merupakan suatu model analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkah laku jangka pendek dari suatu variabel terhadap jangka panjangnya akibat adanya shock permanen (Kostov dan Lingard, 2000). Analisis VECM juga dapat digunakan utuk mencari pemecahan terhadap persoalan variabel runtun waktu yang tidak stasioner (non staioner) dan regresi lancung (spurios regresion) dalam analisis ekonometrika (Insukindo, 1992 : 2).

Menurut Gujarati (2003) ada beberapa keunggulan dalam penerapan model VECM (Vector Error Correction Model) yaitu sebagai berikut :

1) Mampu melihat lebih banyak variabel dalam mengenalisis fenomena ekonomi jangka panjang dan jangka pendek.

2) Mampu mengkaji konsisten tidaknya model empiris dengan teori ekonometrika.

3) Mampu mencari pemecahan terhadap persoalan variabel timeseries yang tidak stasioner dan regres lancung atau korelasi lancung (spurious regression) dalam analisis ekonometrika.

Asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis VECM adalah semua variabel indepedent harus bersifat stasioner. Uji kestasioneran data dapat dilakukan melalui pengujian terhadap ada tidaknya unit root dalam variabel dengan uji


(63)

43

Augmented Dickey Fuller (ADF). Keberadaan kointegrasi atau hubungan jangka pendek dan jangka panjang didalam model juga harus dipertimbangkan.

1) Uji Stasioner Data.

Uji stasioner digunakan untuk mengindentifikasi apakah suatu variabel satsioner atau tidak. Suatu data dikatakan stasioner jika data tersebut tidak mengandung permasalahan akar-akar unit (unit root). Dan sebaliknya data dikatakan tidak stasioner apabila mengandung permasalahan akar-akar unit (unit root).

Uji akar-akar unit merupakan uji yang paling sering digunakan untuk mengetahui stasioner sebuah data. Untuk menguji akar-akar unit pada penelitian ini digunakan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF).

Ft =α0 + yFt-1+ β∑pt=1∆Ft-i+1 + εt ...(3.1)

Keterangan :

Ft = Bentuk First Difference atau Second Difference

α0 = Intersep

y = Variabel yang di uji stasioneritasnya

p = Panjang lag yang di gunakan


(64)

Jika dari hasil uji stasioner berdasarkan ADF diperoleh data seluruh variabel belum stasioner pada level, maka untuk memperoleh data yang stasioner dapat dilakukan dengan cara differencing data, yaitu dengan mengurangi data tersebut dengan data periode sebelumnya. Dengan demikian melalui differencing pertama (First difference) diperoleh data selisish. Prosedur uji ADF kemudian diaplikasikan kembali untuk menguji data first difference. Jika dari hasil uji ternyata data first difference telah stasioner, maka dikatakan data tersebut terintegrasi pada derajat pertama untuk seluruh variabel.

2) Uji Panjang Lag Optimum.

Penentuan lag optimal dapat digunakan dengan menetapkan nilai lag yang diperoleh dari LR (sequential modified LR test statistic), FPE (final Prediction), AIC (Akaike Information Creterian), HQ (Hanan-Quinn Information Criterion). (Adelia, 2013). Di mana hasil uji panjang lag ditentukan dengan jumlah bintang terbanyak yang direkomndasikan dari masing-masing kriteria uji lag lenght. Selain itu pengujian panjang lag optimal sangat berguna untuk menghilangkan masalah autokorelasi dalam sistem VAR, sehingga dengan digunakannya lag optimal diharapkan tidak lagi muncul masalah autokorelasi (Nugroho, 2009).

Menurut Haris (1995) jika lag digunakan dalam uji stasioneritas terlalu sedikit, maka residual dari regresi tidak akan menampilkan proses white noise sehingga model tidak dapat mengintesmasi actual error secara tepat. Namun jika lag terlalu panjang akan mengakibatkan banyak derajat kebebasan terbuang.


(65)

45

3) Uji Stabilitas VAR.

Stabilitas VECM perlu diuji terlebih dahuu sebelum melakukan analisis lebih jauh, karena jika hasil estimasi VECM yang akan dikombinasikan dengan model koreksi kesalahan tidak stabil, maka Impulse Response Funcition (IRF) dan Variance Decomposition (VDC) menjadi tidak valid (Setiawan, 2007 dan Rusydiana, 2009).

4) Uji Kointegrasi.

Kointegrasi merupakan kombinasi hubungan linier dari variabel-variabel yang non-stasioner dan semua variabel tersebut harus terintegrasi pada orde derajat yang sama. Widarjono (2007: 354-355) menjelaskan bahwa salah satu pendekatan yang dapat di gunakan dalam uji kointegrasi adalah dengan uji Johansen. Uji yang dikembangkan oleh Johansen dapat digunakan untuk menentukan kointegrasi sejumlah varibel (vektor).

Uji kointegrasi dilakukan untuk mengetahui apakah akan terjadi keseimbangan dalam jangka panjang, yaitu terdapat kesamaan pergerakan dan stabilitas hubungan di antara variabel-variabel di dalam penelitian ini atau tidak. Hubungan jangka panjang ini dapat diuji dengan uji kointegrasi menggunakan Johansen Cointegration Test.


(1)

-1 .0 -0 .5 0 .0 0 .5 1 .0

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (IMPO R) to LO G (IMPO R)

-1 .0 -0 .5 0 .0 0 .5 1 .0

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (IMPO R) to LO G (HARG A)

-1 .0 -0 .5 0 .0 0 .5 1 .0

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (IMPO R) to LO G (KURS)

-1 .0 -0 .5 0 .0 0 .5 1 .0

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (IMPO R) to LO G (PRO DUKSI)

-1 .0 -0 .5 0 .0 0 .5 1 .0

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (IMPO R) to LO G (PDB)

-.05 .00 .05 .10 .15

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (HARG A) to LO G (IMPO R)

-.05 .00 .05 .10 .15

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (HARG A) to LO G (HARG A)

-.05 .00 .05 .10 .15

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (HARG A) to LO G (KURS)

-.05 .00 .05 .10 .15

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (HARG A) to LO G (PRO DUKSI)

-.05 .00 .05 .10 .15

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (HARG A) to LO G (PDB)

-.2 -.1 .0 .1 .2

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (KURS) to LO G (IMPO R)

-.2 -.1 .0 .1 .2

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (KURS) to LO G (HARG A)

-.2 -.1 .0 .1 .2

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (KURS) to LO G (KURS)

-.2 -.1 .0 .1 .2

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (KURS) to LO G (PRO DUKSI)

-.2 -.1 .0 .1 .2

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (KURS) to LO G (PDB)

-.02 -.01 .00 .01 .02 .03

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (PRO DUKSI) to LO G (IMPO R)

-.02 -.01 .00 .01 .02 .03

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (PRO DUKSI) to LO G (HARG A)

-.02 -.01 .00 .01 .02 .03

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (PRO DUKSI) to LO G (KURS)

-.02 -.01 .00 .01 .02 .03

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (PRO DUKSI) to LO G (PRO DUKSI)

-.02 -.01 .00 .01 .02 .03

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (PRO DUKSI) to LO G (PDB)

-.06 -.04 -.02 .00 .02 .04

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (PDB) to LO G (IMPO R)

-.06 -.04 -.02 .00 .02 .04

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (PDB) to LO G (HARG A)

-.06 -.04 -.02 .00 .02 .04

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (PDB) to LO G (KURS)

-.06 -.04 -.02 .00 .02 .04

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (PDB) to LO G (PRO DUKSI)

-.06 -.04 -.02 .00 .02 .04

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (PDB) to LO G (PDB)


(2)

-0.8 -0.4 0.0 0.4 0.8 1.2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

LOG(IMPOR) LOG(HARGA) LOG(KURS) LOG(PRODUKSI) LOG(PDB)

Response of LOG(IMPOR) to Cholesky One S.D. Innovations

-.05 .00 .05 .10 .15

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

LOG(IMPOR) LOG(HARGA) LOG(KURS) LOG(PRODUKSI) LOG(PDB)

Response of LOG(HARGA) to Cholesky One S.D. Innovations

-.16 -.12 -.08 -.04 .00 .04 .08 .12 .16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

LOG(IMPOR) LOG(HARGA) LOG(KURS) LOG(PRODUKSI) LOG(PDB)

Response of LOG(KURS) to Cholesky One S.D. Innovations

-.02 -.01 .00 .01 .02 .03

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

LOG(IMPOR) LOG(HARGA) LOG(KURS) LOG(PRODUKSI) LOG(PDB)

Response of LOG(PRODUKSI) to Cholesky One S.D. Innovations

-.06 -.04 -.02 .00 .02 .04

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

LOG(IMPOR) LOG(HARGA) LOG(KURS) LOG(PRODUKSI) LOG(PDB)

Response of LOG(PDB) to Cholesky One S.D. Innovations


(3)

Lampiran 10.

Uji VD.

Period S.E. LOG(IMPOR) LOG(HARGA) LOG(KURS) LOG(PRODUKSI) LOG(PDB)

1 0.987243 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

2 1.253813 72.21884 5.838832 3.101369 15.45759 3.383376

3 1.371767 67.62634 6.392408 8.398603 12.93212 4.650526

4 1.453254 67.38118 8.693687 7.484653 12.14214 4.298341

5 1.551615 71.11098 7.691090 6.625217 10.66887 3.903839

6 1.627181 71.12974 7.012187 7.677188 10.02739 4.153494

7 1.691865 71.18112 7.007633 8.293359 9.291386 4.226498

8 1.759210 72.52001 6.910428 7.873363 8.628888 4.067310

9 1.828223 73.82405 6.423943 7.711409 8.025765 4.014829

10 1.889222 74.17967 6.076057 8.074936 7.558880 4.110455

Period S.E. LOG(IMPOR) LOG(HARGA) LOG(KURS) LOG(PRODUKSI) LOG(PDB)

1 0.122114 1.541994 98.45801 0.000000 0.000000 0.000000

2 0.206097 0.563116 79.29825 13.98007 4.660124 1.498447

3 0.237888 0.696422 75.88546 16.80104 4.631450 1.985627

4 0.259964 1.033736 77.58953 15.10245 4.386109 1.888173

5 0.296342 1.112297 77.80875 13.44850 5.648432 1.982016

6 0.326966 0.915347 76.40079 14.21015 6.141184 2.332537

7 0.345652 0.820433 76.37959 14.37273 5.974991 2.452256

8 0.364828 0.830996 76.99921 13.84623 5.888834 2.434729

9 0.387810 0.786544 77.05606 13.61724 6.067841 2.472314

10 0.407874 0.717935 76.83191 13.78180 6.117245 2.551115

Period S.E. LOG(IMPOR) LOG(HARGA) LOG(KURS) LOG(PRODUKSI) LOG(PDB)

1 0.154689 0.005229 41.43920 58.55558 0.000000 0.000000

2 0.225638 1.058378 37.92619 55.31441 5.697728 0.003290

3 0.298337 6.232011 39.65058 40.12680 13.91504 0.075569

4 0.387673 6.902434 39.53319 31.73512 21.11586 0.713397

5 0.448868 6.193583 37.66808 31.26788 23.53083 1.339631

6 0.484537 6.260276 36.80410 31.14438 24.25843 1.532820

7 0.519822 6.659858 36.84085 30.12948 24.79408 1.575722

8 0.559280 6.632913 36.85214 29.57698 25.27976 1.658212

9 0.593409 6.502888 36.57032 29.64320 25.54371 1.739879

10 0.622895 6.566950 36.44139 29.48367 25.74033 1.767663

Period S.E. LOG(IMPOR) LOG(HARGA) LOG(KURS) LOG(PRODUKSI) LOG(PDB)

1 0.031297 1.243080 3.621819 14.52271 80.61239 0.000000

2 0.042256 5.904301 2.713862 22.49807 68.83337 0.050399

3 0.048138 6.237445 2.126971 23.65004 67.33230 0.653243

4 0.054916 5.123091 2.953072 22.05585 68.91815 0.949837

5 0.063268 4.301182 4.079609 22.10970 68.72211 0.787396

6 0.069918 4.221778 3.981657 22.75651 68.34857 0.691482


(4)

8 0.080088 3.804188 3.967654 22.29818 69.22771 0.702266

9 0.085334 3.681586 4.072327 22.38204 69.20278 0.661260

10 0.089910 3.653315 4.011628 22.50896 69.18074 0.645349

Period S.E. LOG(IMPOR) LOG(HARGA) LOG(KURS) LOG(PRODUKSI) LOG(PDB)

1 0.029357 1.414432 55.59414 6.461835 7.757130 28.77247

2 0.055881 1.807097 53.34841 24.23373 2.236861 18.37390

3 0.073731 1.210953 53.02651 26.66716 1.428326 17.66704

4 0.090106 1.114025 56.26810 23.94273 2.392300 16.28285

5 0.107549 1.000787 58.15620 22.79586 4.641258 13.40590

6 0.121048 0.807447 58.15983 23.58839 5.608846 11.83549

7 0.130897 0.710939 58.30687 23.79105 5.752116 11.43902

8 0.140439 0.677852 58.82370 23.44571 5.877491 11.17524

9 0.150196 0.622123 59.13752 23.40984 6.079221 10.75130


(5)

-1 .0 -0 .5 0 .0 0 .5 1 .0

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (IMPO R) to LO G (IMPO R)

-1 .0 -0 .5 0 .0 0 .5 1 .0

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (IMPO R) to LO G (HARG A)

-1 .0 -0 .5 0 .0 0 .5 1 .0

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (IMPO R) to LO G (KURS)

-1 .0 -0 .5 0 .0 0 .5 1 .0

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (IMPO R) to LO G (PRO DUKSI)

-1 .0 -0 .5 0 .0 0 .5 1 .0

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (IMPO R) to LO G (PDB)

-.05 .00 .05 .10 .15

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (HARG A) to LO G (IMPO R)

-.05 .00 .05 .10 .15

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (HARG A) to LO G (HARG A)

-.05 .00 .05 .10 .15

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (HARG A) to LO G (KURS)

-.05 .00 .05 .10 .15

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (HARG A) to LO G (PRO DUKSI)

-.05 .00 .05 .10 .15

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (HARG A) to LO G (PDB)

-.2 -.1 .0 .1 .2

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (KURS) to LO G (IMPO R)

-.2 -.1 .0 .1 .2

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (KURS) to LO G (HARG A)

-.2 -.1 .0 .1 .2

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (KURS) to LO G (KURS)

-.2 -.1 .0 .1 .2

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (KURS) to LO G (PRO DUKSI)

-.2 -.1 .0 .1 .2

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (KURS) to LO G (PDB)

-.02 -.01 .00 .01 .02 .03

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (PRO DUKSI) to LO G (IMPO R)

-.02 -.01 .00 .01 .02 .03

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (PRO DUKSI) to LO G (HARG A)

-.02 -.01 .00 .01 .02 .03

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (PRO DUKSI) to LO G (KURS)

-.02 -.01 .00 .01 .02 .03

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (PRO DUKSI) to LO G (PRO DUKSI)

-.02 -.01 .00 .01 .02 .03

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (PRO DUKSI) to LO G (PDB)

-.06 -.04 -.02 .00 .02 .04

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (PDB) to LO G (IMPO R)

-.06 -.04 -.02 .00 .02 .04

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (PDB) to LO G (HARG A)

-.06 -.04 -.02 .00 .02 .04

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (PDB) to LO G (KURS)

-.06 -.04 -.02 .00 .02 .04

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (PDB) to LO G (PRO DUKSI)

-.06 -.04 -.02 .00 .02 .04

2 4 6 8 1 0

Response of LO G (PDB) to LO G (PDB)


(6)

-0.8 -0.4 0.0 0.4 0.8 1.2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

LOG(IMPOR) LOG(HARGA) LOG(KURS) LOG(PRODUKSI) LOG(PDB)

Response of LOG(IMPOR) to Cholesky One S.D. Innovations

-.05 .00 .05 .10 .15

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

LOG(IMPOR) LOG(HARGA) LOG(KURS) LOG(PRODUKSI) LOG(PDB)

Response of LOG(HARGA) to Cholesky One S.D. Innovations

-.16 -.12 -.08 -.04 .00 .04 .08 .12 .16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

LOG(IMPOR) LOG(HARGA) LOG(KURS) LOG(PRODUKSI) LOG(PDB)

Response of LOG(KURS) to Cholesky One S.D. Innovations

-.02 -.01 .00 .01 .02 .03

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

LOG(IMPOR) LOG(HARGA) LOG(KURS) LOG(PRODUKSI) LOG(PDB)

Response of LOG(PRODUKSI) to Cholesky One S.D. Innovations

-.06 -.04 -.02 .00 .02 .04

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

LOG(IMPOR) LOG(HARGA) LOG(KURS) LOG(PRODUKSI) LOG(PDB)

Response of LOG(PDB) to Cholesky One S.D. Innovations