Kritik Sastra Feminis PENDAHULUAN CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI: ANALISIS KRITIK SASTRA FEMINIS.

tone dan mood emosional yang melingkupi sang tokoh. Staton mengungkapkan bahwa tone emosional disebut dengan atmosfir, yaitu unsur yang masih berkaitan dengan latar. Atmosfir merupakan cermin yang merefleksikan suasana jiwa sang tokoh atau merupakan salah satu bagian dunia yang berada di luar diri sang tokoh Staton, 2007: 35-36. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latar atau setting merupakan tempat kejadian dalam suatu cerita. Latar dalam suatu cerita dapat dibedakan menjadi tiga antara lain: latar tempat kejadian, latar suasana atau keadaan, dan latar waktu.

2. Kritik Sastra Feminis

Feminisme berasal dari kata Femme women, dapat berarti perempuan tunggal yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan jamak sebagai kelas sosial Ratna, 2009: 184. Dalam pengertian luas feminisme didefinisikan sebagai gerakan kaum perempuan untuk menolak segala sesuatu diimarginalisasikan, disubordinasikan dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik, dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya. Dalam pengertian yang lebih sempit, yaitu dalam sastra, feminis dikaitkan dengan cara-cara memahami karya sastra baik dalam kaitannya dengan proses produksi maupun resepsi Ratna, 2009: 184. Pada pengertian ini perempuan tidak hanya menuntut kesetaraan, tetapi juga menuntut untuk diberi kesempatan yang sama dalam berbagai bidang yang ada dalam kehidupan masyarakat. Istilah feminisme dalam penelitian ini berarti kesadaran akan adanya ketidakadilan gender yang menimpa kaum perempuan, baik dalam lingkungan keluarga ataupun dalam lingkungan masyarakat. Inti tujuan feminisme adalah gerakan feminisme berusaha meningkatkan kedudukan dan derajat kaum perempuan supaya sama atau sejajar dengan kedudukan dan derajat kaum laki-laki. Perjuangan serta usaha feminisme untuk mencapai tujuan ini mencakup berbagai cara. Salah satu caranya adalah memperoleh hak dan peluang yang sama dengan yang dimiliki laki-laki. Cara lain adalah membebaskan perempuan dari ikatan lingkungan domestik atau lingkungan keluarga dan rumah tangga Soenarjati- Djajanegara, 2000: 4. Kritik sastra feminis berawal dari hasrat para feminis untuk mengkaji karya penulis wanita di masa silam dan untuk menunjukkan citra wanita sebagai makhluk yang dengan berbagai cara ditekan, disalahtafsirkan, serta disepelekan oleh tradisi patriarka yang dominan Soenarjati-Djajanegara, 2000: 27. Dari uraian tersebut kritik sastra feminis merupakan pengkajian terhadap hasrat para feminis untuk menelaah karya penulis sastra wanita pada masa silam. Dalam kritik sastra feminis terdapat beberapa hal yang harus dilakukan dalam meneliti karya sastra dengan pendekatan feminis diantaranya adalah pertama mengidentifikasi tokoh-tokoh dalam masyarakat. Bagian ini berusaha mengungkapkan tujuan hidup tokoh perempuan serta mencari tahu perilaku serta watak tokoh perempuan dari gambaran yang langsung diberikan penulis. Kedua, peneliti tokoh lain terutama pada suasana cerita yang dihadirkan dalam novel. Hal ini terkait erat dengan penggunaan bahasa oleh pengarang yang menulis cerita Soenarjati-Djajanegara, 2000: 51-54. Dengan demikian dapat disimpulkan bahawa bagian yang diteliti kritik sastra feminis merupakan bagaimana pengarang mengidentifikasi tokoh, tujuan hidup tokoh perempuan, dan suasana yang ada dalam novel. Feminis terbagi atas beberapa aliran yang didasarkan ada sudut pandang dalam melihat masalah penekanan, alternatif solusi perlawanannya. Aliran-aliran tersebut di antaranya, feminisme liberal, feminisme radikal, feminisme marxis dan feminisme sosialis. a Feminis Liberal Menurut feminis liberalis, keterbelakangan perempuan disebabkan perempuan cenderung bersikap irasional dan berpegang teguh pada nilai-nilai tradisional agama, tradisi, dan budaya, dan sikap mengungkung perempuan dalam dunia domestik sehingga menyebabkan perempuan tidak produktif. Menurut paham liberalis, untuk mengangkat harkat dan kedudukan menjadi setingkat dengan laki-laki, baik di dalam keluarga maupun di lingkungan masyarakat, perempuan harus meningkatkan kualitas diri, dengan cara meningkatkan pendidikan, keterampilan, dan pengetahuan. Aliran feminis ini berpendapat bahwa fungsi reproduksi dinilai menyebabkan perbedaan fungsi laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, tetapi tidak seharusnya hal tersebut menjadi penghalang bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Untuk itu strategi pemberdayaan perempuan dapat dilakukan dengan mengintegrasikan perempuan dalam proses pembangunan, tanpa harus mengubah struktur secara menyeluruh Fakih, 2005:81. Dari uraian di atas feminis liberal merupakan suatu pandangan atau paham berpegang teguh pada nilai-nilai tradisional agama, tradisi, dan budaya, dan sikap mengungkung perempuan. Feminis liberal cara pandang seseorang yang menganggap persamaan derajat antara laki-laki dengan perempuan. b Feminis Radikal Menurut aliran feminis radikal kaum perempuan berakar dari kondisi biologis, yaitu perempuan dipandang lebih lemah daripada lapki-laki. Gerakan ini berupaya menghancurkan partriarki sebagai suatu sistem yang melembaga di dalam masyarakat. Tugas utama feminis radikal adalah menolak intuisi keluarga. Bagi mereka keluarga dianggap sebagai intuisi yang melegitimasi dominasi laki-laki patriarki sehingga perempuan tertindas kelompok yang paling ekstrem dari aliran feminis radiakl adalah kelompok lesbian karena berusaha memutuskan hubungan dengan laki-laki. Aliran radikal bersikap menentang keras segala bentuk deskriminasi pria terhadap perempuan Arief Budiman, 1981: 46. Dari uraian di atas feminis radikal merupakan paham yang merendahkan kaum perempuan derajatnya dari kaum laki-laki. Feminis liberal secara umum dapat dikatakan paham yang menganggap bahwa kaum perempuan tidak memiliki derajat dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. c Feminis Marxis Fokus perjuangan feminis marxis adalah pekerjaan perempuan yang tidak diperhitungkan secara ekonomis dan dikontrol secara sistematis di bidang ekonomi, sosial dan politik. Penganut feminis marxis meyakini bahwa penindasan perempuan merupakan kelanjutan dari sistem eksploitatif yang bersifat struktural sebab mereka menganggap musuh perempuan bukan laki-laki atau budaya patriarki, melainkan sistem kapitalis Fakih, 1995: 89. Dari uraian di atas feminis marxis adalah pekerjaan perempuan yang tidak diperhitungkan secara ekonomis dan dikontrol secara sistematis di bidang ekonomi, sosial dan politik. Dalam feminis marxis merupakan penindasan terhadap kaum wanita merupakan kelanjutan dari hukum alam. d Feminis Sosialis Menurut feminis sosialis, penindasan terhadap perempuan berasal dari perbedaan biologis, sehingga feminis sosialis dapat dikatakan masih sepaham dengan feminis radikal yang menganggap patriarki sebagai sumber penindasan terhadap perempuan. Namun disisi lain, aliran ini juga sejalan dengan paham feminis marxis yang menganggap ketidakadilan terhadap perempuan merupakan hasil kontruksi sosial yang disebabkan oleh penilaian dan anggapan sosial serta menyatakan bahwa kapitalisme adalah sumber penindasan perempuan. Berdasarkan pandangan tersebut, feminis sosialis sering disebut sebagai penggabungan antara paham feminis marxis dan feminis radikal. Feminis sosialis menggunakan analisis kelas dan gender ntuk memahami penindasan perempuan. Agenda perjuangan sosialis adalah menghapuskan kapitalisme dan sistem patriarki karena menurut mereka perempuan ditekan oleh kapitalis medan patriarki untuk mencapai nilai esensi mereka. Hanya saja banyak perempuan yang tidak sadar bahwa mereka adalah kelompok yang ditindas oleh sistem patriarki. Oleh karena itu, proses penyadaran sebagai usaha untuk membangkitkan rasa emosi pada para perempuan agar mereka bangkit untuk merubah keadaannya merupakan tema sentral dari gerakan feminisme sosial. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa feminis sosialis merupakan penindasan terhadap kaum perempuan dipandang dari segi biologisnya. Secara sosial perempuan mendapatkan perlakuan yang berbeda dalam status kedudukan. Pada dasarnya dalam kehidupan masyarakat perempuan mendapatkan perlakuan yang berberbeda dengan seorang laki-laki.

3. Citra Perempuan

Dokumen yang terkait

Analisis Citra Tokoh Perempuan Dalam Novel مذكرات طبيبة Karya Nawal As-Ss’Dawi (Kritik Sastra Feminis)

9 130 74

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI: KRITIK SASTRA FEMINIS DAN Citra Perempuan Dalam Novel Sepenggal Bulan Untukmu Karya Zhaenal Fanani: Kritik Sastra Feminis Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 1 14

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI: KRITIK SASTRA FEMINIS DAN Citra Perempuan Dalam Novel Sepenggal Bulan Untukmu Karya Zhaenal Fanani: Kritik Sastra Feminis Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

2 6 21

NILAI-NILAI EDUKASI DALAM NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Nilai-Nilai Edukasi dalam Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari: Tinjauan Sosiologi Sastra.

4 32 13

PENDAHULUAN Nilai-Nilai Edukasi dalam Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 1 30

NILAI-NILAI EDUKASI DALAM NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI : TINJAUAN Nilai-Nilai Edukasi dalam Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari: Tinjauan Sosiologi Sastra.

8 129 15

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI: ANALISIS KRITIK CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI: ANALISIS KRITIK SASTRA FEMINIS.

0 0 11

DAFTAR PUSTAKA CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI: ANALISIS KRITIK SASTRA FEMINIS.

1 218 7

PENDAHULUAN Citra Perempuan Dalam Novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy: Tinjauan Kritik Sastra Feminis.

6 23 34

Superioritas Tokoh Perempuan dalam Novel Ranah Sembilan Karya Dewi Sartika (Kajian Kritik Sastra Feminis Psikoanalisis).

1 6 127