Latar Belakang PENGENYAMPINGAN ASAS NEMO JUDEX IN CAUSA SUA DALAM PENGUJIAN UNDANG-UNDANG TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah panjang mengenai pengujian produk legislasi oleh sebuah lembaga peradilan judicial review akan terus berkembang. Bermula dari Amerika 1803 dalam perkara Madison versus Marbury hingga pembentukan peradilan khusus konstitusional di Austria 1920. Pokok-pokok pemikiran John Marshall dan Hans Kelsen telah memengaruhi “cara” berhukum dibanyak negara. Indonesia sendiri kemudian mengimplementasikan konsep tersebut pada perubahan ketiga UUD 1945. 1 Perubahan Pasal 24 ayat 2 dan Pasal 24C amandemen ketiga Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 UUD 1945 memisahkan antara kekuasaan kehakiman dalam ranah peradilan umum dengan peradilan perlindungan konstitusionalitas. 2 Peradilan umum dilaksanakan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan dibawahnya. Sedangkan peradilan konstitusionalitas dilaksanakan oleh Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga kekuasaan kehakiman di luar Mahkamah Agung. Mahkamah Konstitusi diberikan kewenangan melakukan pengujian undang-undang terhadap UUD. Sedangkan pengujian peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang terhadap undang-undang diberikan kepada Mahkamah Agung. Menurut Jimly Asshiddiqie, Mahkamah Konstitusi menguji the constitutionality of legislative law or legislation, sedangkan Mahkamah Agung menguji the legality or regulation. 3 Sehingga pengujian undang-undang dibagi ke dalam dua kekuasaan kehakiman yaitu Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung. 1 Pusat Studi Konstitusi FHUA, Perkembangan Pengujain Perundang-Undangan di Mahkamh Konstitusi dalam Jurnal Konstitusi,Vol. 7 No. 6, Desember 2010, Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta,hlm. 161 2 Feri Amsari,Perubahan UUD 1945, Perubahan Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia Melalui Keputusan Mahkamah Konstitusi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 160. 3 Op. Cit, Jimly Asshiddiqie, Hukum Acara Pengujian......, hlm.5. Meskipun Mahkamah Agung menguji peraturan perundang-undangan dibawah undang- undang terhadap undang-undang, Mahkamah Agung bukan peradilan konstitusionalitas. Dalam rangka pengujian peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang, alat ukur untuk menilai atau dalam menjalankan kegiatan pengujian itu adalah undang-undang, bukan Undang-Undang Dasar seperti di Mahkamah Konstitusi. Untuk itu dapat dikatakan bahwa pengujian yang dilakukan oleh Mahkamah Agung itu adalah pengujian legalitas berdasarkan undang-undang bukan pengujian konstitusionalitas menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 4 Pengujian konstitusionalitas undang-undang merupakan pengujian mengenai nilai konstitusionalitas undang-undang, baik dari segi formal ataupun materiil. 5 Dalam kurun hampir sembilan tahun berdiri, Mahkamah Kosntitusi telah menjadi sebuah lembaga kekuasaan kehakiman yang diakui oleh para pencari keadilan justisiabellen. Mahkamah Konstitusi mampu menjaga harapan penegakkan hukum di tengah krisis kepercayaan terhadap lembaga peradilan. Mahkamah Konstitusi sering menerobos aturan- aturan hukum kaku peninggalan kolonial Belanda. Pemikiran Hakim Konstitusi bergerak dari hukum tekstual ke hukum progresif. Putusan-putusan Mahkamah Konstitusi dalam pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar selalu menarik untuk dibahas khusunya pengujian Undang-Undang Mahkamah Konstitusi, Undang-Undang Komisi Yudisial dan Kekuasaan Kehakiman yang berkaitan dengan Mahkamah Konstitusi. Pengujian undang-undang yang berkaitan dengan Mahkamah Konstitusi merupakan pengenyampingan asas nemo judex in cusa sua, dimana hakim dilarang menangani perkaranya sendiri karena tidak seorang pun dapat menjadi hakim 4 Jimly Asshiddiqie, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 4. 5 Ibid yang baik dalam perkaranya sendiri. 6 Asas nemo judex in causa sua merupakan asas universal yang harus ditaati dalam peradilan agar hakim bersifat imparsial dan independen. Keberadaaan asas nemo judex in causa sua, memberikan pilihan kepada Mahkamah Konstitusi untuk mematuhi sebuah asas peradilan atau menjamin hak konstitusional warga negara. Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman secara tegas mengatakan seorang hakim atau panitera wajib mengundurkan diri dari persidangan apabila ia mempunyai kepentingan langsung atau tidak langsung dengan perkara yang sedang diperiksa, baik atas kehendaknya sendiri maupun atas permintaan pihak yang berperkara. 7 Mahkamah Konstitusi memilih mengenyampingkan asas nemo judex in causa sua dengan melakukan pengujian undang-undang yang berkaitan dengan Mahkamah Konstitusi meskipun memiliki keterkaitan dengan obyek perkara. Pengujian undang-undang yang berkaitan dengan Mahkamah Konstitusi antara lain: Perkara Nomor 066PUU-II2004, Perkara Nomor 005PUU-IV2006, Perkara Nomor 48PUU-IX2011, dan Perkara Nomor 49PUU-IX2011. Perkara Nomor 066PUU-II2004 merupakan uji konstitusionalitas Pasal 50 Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2003 UU 242003 dan Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri UU 11987. Berdasarkan Pasal 50 UU 242003, undang-undang yang dapat dimohonkan untuk diuji adalah undang-undang yang diundangkan setelah perubahan UUD 1945. Sehingga UU 11987 tidak dapat dimohonkan untuk diuji oleh Mahkamah Konstitusi. Oleh karena itu, para 6 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menyampingkan, mengesampingkan memiliki pengertian mengabaikan, meremehkan, menyepelekan, tidak menghiraukan. Namun imbuhan pe- tidak penulis temukan . Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan kata pengenyampingan dengan alasan kebiasaan berbahasa hukum. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta 1990, hlm.778. 7 Lihat Pasal 17 Ayat 5 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman. pemohon juga memohonkan Pasal 50 UU 242003 agar dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945. Menurut pemohon, apabila Pasal 50 UU 242003 tetap diberlakukan bukan tidak mungkin undang-undang lain sebelum perubahan UUD 1945 bertentangan dengan UUD 1945. 8 Pada perkara ini, Hakim Konstitusi memiliki kepentingan terhadap objek perkara meskipun bukan kepentingan pribadi masing-masing hakim. Mahkamah Konstitusi memiliki kepentingan dengan Pasal 50 UU 242003 terkait pembatasan terhadap kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam pengujian undang-undang. Dalam Putusan MK-RI Perkara Nomor 066PUU-II2004, Mahkamah Konstitusi membatalkan pasal ini dengan mempertimbangkan Putusan MK-RI Perkara Nomor 004PUU-I2003. Perkara Nomor 004PUU-I2003 merupakan uji konstitusionalitas Pasal 7 ayat 1 huruf g Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung UU 141985. Dalam Putusan MK-RI Perkara Nomor 004PUU-I2003, Mahkamah Konstitusi memahami keberadaan Pasal 50 UU 242003 mengatur pembatasan terhadap kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam melakukan pengujian undang-undang.. Mahkamah berpendapat : 9 “Menimbang persoalan secara berturut-turut, akan dipertimbangkan pula sebagai berikut: Permohonan Pemohon diajukan pada tanggal 15 Februari Tahun 2003, yang berarti sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi 13 Agustus 2003. Dengan kata lain, permohonan itu haruslah dipahami dan ditempatkan dalam konteks Peraturan Mahkamah Agung Nomor 02 Tahun 2002, yaitu dasar hukum pengajuan permohonan pengujian Undang-Undang sebelum ada dan berlakunya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Dengan demikian, dalam hubungan ini, haruslah diberlakukan asas umum yang berlaku dalam hukum transisi transitional law yaitu bahwa jika terjadi perubahan perundang- undangan maka terhadap pencari keadilan haruslah diberlakukan ketentuan yang paling menguntungkan; Sejalan dengan alur pikiran di atas, Pasal 2 Ayat 6a Peraturan Mahkamah Agung Nomor 02 Tahun 2002 menyatakan, permohonan pengujian undang- 8 Ibid, hlm. 2. 9 Putusan MK-RI Perkara Nomor 004PUU-I2003, hlm. 9-10. undang terhadap Undang-Undang Dasar dilakukan dalam tenggang waktu 90 sembilan puluh hari sejak undang-undang termaksud diundangkan, dalam hubungan ini, dalil Pemohon yang mengartikan “ketentuan batas waktu 90 hari itu harus diartikan ditujukan bagi undang-undang yang diundangkan setelah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945”, dapat diterima; Hal itu berarti, undang-undang yang diundangkan sebelum Perubahan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 tidaklah terikat oleh ketentuan tentang pembatasan jangka waktu permohonan pengujian undang-undang sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 02 Tahun 2002, Pasal 2 Ayat 6a di atas. Dengan kata lain, terhadap Undang-Undang ini tidak ada batas waktu.” Perkara Nomor 005PUU-IV2006 mengenai uji konstitusionalitas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial UU 222004 dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman UU 42004. Para pemohon berpendapat Hakim Agung dan Hakim Konstitusi tidak termasuk pengertian hakim dalam Pasal 1 Butir 5 UU 222004. Selain itu, Hakim Agung, Hakim Konstitusi dan hakim Ad Hoc tidak termasuk obyek pengawasan Komisi Yudisial dalam UU 222004 dan UU 42004. Pada perkara ini, Hakim Konstitusi memiliki kepentingan langsung terhadap objek perkara. Perkara Nomor 48PUU-IX2011 dan Perkara Nomor 49PUUIX2011 mengenai uji konstitusionalitas UU 82011. Para Pemohon merasa revisi undang-undang yang dibentuk oleh DPR dan pemerintah menyebabkan terganggunya pelaksanan tugas dan kewenangan Mahkamah Konstitusi. Pada perkara ini, Hakim Konstitusi memiliki kepentingan langsung dan tidak langsung terhadap objek perkara. Pengujian UU 242003, UU 222004, UU 42004 dan UU 82011 yang mengenyampingkan asas nemo judex in causa sua tidak dapat dilepaskan dari pemberlakuan asas ius curia novit, dimana hakim dianggap tau hukum sehingga hakim tidak boleh menolak perkara. Hakim wajib memeriksa, mengadili dan memutus perkara. Hal ini secara tegas diatur dalam Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman. Sehingga dalam perkara ini terjadi benturan asas antara asas nemo judex in causa sua dengan asas ius curia novit. Mengenai benturan asas ini, Yanis Maladi berpendapat : 10 “Pengesampingan asas hukum acara nemo judex in causa sua merupakan buah hasil dari konstruksi penafsiran para hakim konstitusi secara komprehensif. Karena disisi lain Mahkamah Konstitusi menganut asas Ius Curia Novit yang mengamanatkan untuk memberikan penyelesaian masalah hukum yang diajukan kepadanya. Bersandar dari aturan tersebut, maka menjadi sebuah kewajiban bagi Mahkamah Konstitusi untuk menyelesaikan konstitusionalitas yang diajukan kepadanya.” Meskipun pengenyampingan asas nemo judex in causa oleh Mahkamah Konstitusi dimaksudkan untuk menjamin undang-undang tidak bertentangan dengan UUD 1945, akan tetapi pengujian undang-undang yang berkaitan dengan Mahkamah Konstitusi telah menimbulkan pro dan kontra. Sebahagian pengamat memandang Mahkamah Konstitusi telah melanggar asas nemo judex in causa sua dengan menguji konstitusionalitas undang-undang yang berkaitan dengan Mahkamah Konstitusi. Hal ini diperkuat oleh argumen Hakim Konstitusi Harjono dalam pendapat berbeda dissenting opinion terhadap Pasal 87 huruf b UU 82011. Harjono berpendapat : 11 “Mahkamah pernah menguji konstitusionalitas Undang-Undang yang berhubungan dengan Mahkamah sendiri yaitu pengujian Pasal 50 Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2003 UU 242003. Setelah pengujian terhadap pasal tersebut banyak pendapat yang timbul yang menyatakan bahwa Mahkamah telah memperluas kewenangan sendiri dengan putusan tersebut. Dengan putusan adanya pengujian terhadap Pasal 50 UU 242003 sebenarnya Mahkamah termasuk Hakim Konstitusi tidak mengambil keuntungan apa pun karena dengan dinyatakan Pasal 50 UU 242003 yang lama sebagai bertentangan dengan Undang-Undang Dasar dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat yang dengan adanya pasal tersebut dapat menyebabkan dua norma berlaku bersama meskipun keduanya terdapat pertentangan dan pula membiarkan adanya standar ganda yang disebabkan norma yang satu diundangkan sebelum perubahan Undang-Undang Dasar sedangkan norma yang lain diundangkan setelah perubahan Undang-Undang Dasar; Dalam perkara sekarang ini seharusnya Mahkamah sangat hati-hati karena yang diperiksa adalah undang-undang yang berkaitan dengan Mahkamah langsung, kalau tidak hati-hati 10 Yanis Maladi, Benturan Asas Nemo Judex Idoneus In Propria Causa dan Asas Ius Curia Novit Telaah Yuridis Putusan MK-RI Perkara Nomor 005PUU-IV2006,dalam Jurnal Konstitusi,Vol.7 No. 2, April 2010, Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, hlm. 12. 11 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49PUU-IX2011, hlm. 82. dikhawatirkan dapat secara tidak adil dan tidak jujur memutus untuk kepentingan diri sendiri.” Mahfud MD, Ketua MK-RI, sebelum terpilih menjadi Hakim Konstitusi pernah menyampaikan di depan Komisi III DPR-RI pada saat mengikuti fit and proper test Hakim Konstitusi tanggal 12 Maret 2008: salah satu dari sepuluh yang harus dijadikan rambu-rambu oleh Mahkamah Konstitusi dalam mengajukan pengujian undang-undang terhadap UUD yaitu Mahkamah Konstitusi tidak boleh melanggar asas nemo judex in causa sua. 12 Meskipun setelah terpilih menjadi Hakim Konstitusi, Mahfud MD justru melanggar asas nemo judex in causa sua. Saldi Isra dalam makalah Putusan Mahkamah Konstitusi No 005PUU-IV2006 Isi, Implikasi, dan Masa Depan Komisi Yudisial berpendapat : 13 Asas seorang tidak dapat menjadi hakim bagi dirinya sendiri nemo judex idoneus in propria causa sebagai salah satu asas dalam hukum acara, MK tidak boleh menyimpanginya. Artinya, alasan bahwa berpekara di MK tidak sama dengan berperkara di pengadilan biasa, tidak dijadikan argumentasi untuk mengabaikan prinsip nemo judex idoneus in propria causa. Sampai saat ini, MK sudah beberapa kali menggunakan argumentasi bahwa berpekara di MK tidak sama dengan berperkara di pengadilan biasa, namun belum ada argumentasi yang dapat menjelaskan hal ini secara tuntas. Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi yang mengenyampingkan asas nemo judex in causa sua dan telah menimbulkan pro dan kontra menarik dibahas untuk mengetahui lebih dalam dasar dan implikasi pengenyampingan asas nemo judex in causa sua dalam perngujian undang-undang terhadap UUD 1945. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk mengangkat skripsi ini dengan judul “PENGENYAMPINGAN ASAS NEMO JUDEX IN 12 Mahfud MD, Rambu Pembatas dan Perluasan Kewenangan Mahkamh Konstitusi, hlm.12-13. Makalah ini dapat diakses pada; www.mahfudmd.com 13 Saldi Isra, Pututsan Mahkamah Konstitusi. Makalah dapat diakses pada; www.saldiisra.web.id. CAUSA SUA DALAM PENGUJIAN UNDANG-UNDANG TERHADAP UNDANG- UNDANG DASAR OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI ” B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka penulis membatasi perumusan masalah sebagai berikut: 1. Apasajakah putusan pengujian undang-undang yang berkaitan dengan Mahkamah Konstitusi? 2. Apakah dasar pengeyampingan asas nemo judex in causa sua dalam pengujian undang- undang terhadap Undang-Undang Dasar oleh Mahkamah Konstitusi? 3. Bagaimanakah implikasi pengenyampingan asas nemo judex in causa sua dalam pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar oleh Mahkamah Konstitusi?

C. Tujuan Penelitian