IV-29
3.1 PENDAHULUAN
Tahap ini meliputi tahap latar belakang, perumusan masalah, penentuan tujuan dan manfaat penelitian, studi lapangan, dan studi pustaka. Uraian untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
1. Latar belakang
Tahap ini merupakan tahap penemuan masalah yang terjadi di UPJ Sumberlawang, dimana terdapat selisih yang cukup besar dari jumlah energi listrik yang dikirimkan dari gardu induk dengan jumlah energi listrik yang diperoleh
dari konsumsi pelanggan, sehingga losses energi listrik yang terjadi cukup tinggi.
2. Perumusan masalah
Perumusan masalah dalam laporan tugas akhir ini adalah bagaimana menentukan akar penyebab kerusakan jaringan distribusi listrik, sehingga
diperoleh suatu usulan perbaikan untuk menekan tingginya losses dan meningkatkan mutu pelayanan penyediaan tenaga listrik
3. Penentuan tujuan dan manfaat penelitian
Tujuan yang ingin dicapai secara umum adalah untuk menjawab permasalahan yang diangkat, antara lain menentukan akar penyebab dari
kerusakan jaringan distribusi listrik, menentukan prioritas tindakan perbaikan yang harus dilakukan, dan merekomendasikan usulan perbaikan terhadap
penyebab kerusakan jaringan distribusi, seangkan manfaat yang dari penelitin ini yaitu: Pihak PLN dapat mengetahui kejadian atau kombinasi kejadian dari
faktor yang paling berpengaruh terhadap losses, dan menentukan prioritas tindakan perbaikan yang harus dilakukan terhadap kerusakan jaringan yang
terjadi.
4. Studi lapangan
Tahapan ini merupakan tahap pengamatan langsung di lapangan untuk memperoleh gambaran kondisi nyata yang terjadi yang ada di lapangan. Studi
lapangan dilakukan di area Unit Pelayanan Jaringan Sumberlawang untuk mengetahui kondisi dan situasi sistem dstribusi jaringan distribusi listrik.
5. Studi pustaka
Pada tahap ini dilakukan pendalaman materi untuk penyelesaian masalah yang dirumuskan. Materi yang dipelajari adalah konsep fault tree analysis untuk
mengetahui akar penyebab dari suatu permasalahan serta konsep failure mode and effect analysis untuk mengidentifikasi kerusakan pada proses yang paling
potensial dengan mendeteksi modus, penyebab, dan efek kerusakan, serta menentukan prioritas perbaikan berdasarkan tingkat kepentingan dari modus
kerusakan yang terjadi.
3.2 PENGUMPULAN DATA
Jenis data yang dikumpulkan ada dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan penyebaran
kuesioner, wawancara dilakukan dengan manajer dan kepala divisi teknik, sedangkan penyebaran kuesioner dilakukan untuk mengetahui prioritas
perbaikan yang harus dilakukan dari kerusakan jaringan yag terjadi. Responden kuesioner berjumlah 12 orang yang terdiri dari satu manajer, satu
IV-30 kepala divisi teknik, dan sepuluh karyawan divisi teknik. Data sekunder
diambil langsung dari data PT. PLN Persero UPJ Sumberlawang. Adapun data-data sekunder tersebut antara lain: data losses, data kerusakan jaringan
distribusi listrik, data pelanggaran yang dilakukan oleh pelanggan, dan data penerangan jalan umum illegal selama bulan September 2005 sampai dengan
bulan Agustus 2006.
3.3 PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian tugas akhir ini dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama adalah tahap pembuatan diagram pareto, tahap kedua adalah tahap FTA fault tree analysis, dan tahap ketiga adalah tahap
FMEA failure mode and effect analysis. Tahap pareto digunakan untuk mengetahui penyebab losses yang paling besar. Tahap FTA digunakan untuk mengetahui kejadian atau kombinasi kejadian dasar penyebab kerusakan jaringan
distribusi listrik, sedangkan tahap FMEA digunakan untuk mengetahui modus, efek, dan prioritas perbaikan yang harus dilakukan sehingga dapat memberikan suatu usulan perbaikan dari kerusakan yang terjadi pada sistem jaringan
distribusi listrik.
3.3.1 Tahap pembuatan pareto.
Pada tahap ini akan diidentifikasi penyebab losses yang paing besar menggunakan diagram pareto. Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam
diagram pareto, yaitu: 7. Identifikasi penyebab-penyebab losses energi listrik.
8. Tentukan frekuensi untuk berbagai penyebab losses energi listrik. 9. Daftar penyebab losses menurut frekuensinya secara menurun.
10. Tebarkan balok frekuensi pareto ini dan frekuensi kumulatifnya.
3.3.2 Tahap FTA fault tree analysis
Pada tahap ini akan di analisis lebih lanjut mengenai akar penyebab masalah yang paling berpengaruh terhadap losses menggunakan FTA fault
tree analyse. FTA menggunakan analisis deduktif untuk mencari hubungan sebab dan akibat dari suatu kejadian dalam sistem kemudian secara sistematis
akan melibatkan semua kemungkinan kejadian event dan kesalahan yang dapat menyebabkan munculnya kerusakan undesired event. Adapun tahap-
tahap FTA yaitu:
1. Identifikasi undesired event kesalahan dalam sistem. Identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam
sistem distribusi energi listrik yang kemudian dapat dijadikan sebagai top level event. Input dari tahap ini adalah kejadian-kejadian yang tidak diinginkan
dalam sistem distribusi listrik, kemudian dari kejadian-kejadian tersebut akan dipilih satu undesired event untuk dijadikan sebagai top level event yang dapat
dengan jelas terdefinisi, teramati, dan terukur. 2. Pembuatan fault tree pohon kesalahan.
IV-31 Diagram pohon kesalahan disusun dengan menggunakan simbol-simbol
boolean yang terdiri atas simbol-simbol kejadian dan simbol-simbol hubungan antar kejadian yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan.
Diagram pohon kesalahan akan menunjukkan semua urutan sebab dan akibat suatu kejadian yang menimbulkan ganguan. Langkah-langkah membuat
diagram pohon kesalahan yaitu: a. Identifikasi letak gangguan sistem jaringan distribusi listrik.
b. Menggambar pohon kesalahan berdasarkan identifikasi sistem jaringan distribusi listrik.
3. Penentuan minimal cut set akar pemasalahan. Penentuan minimal cut set dilakukan setelah menyusun penyebab kerusakan
pada level-level kejadian, kemudian dari level-level tersebut dapat ditentukan level paling dasar yang merupakan output dari minimal cut set yang berupa
kejadian atau kombinasi kejadian yang menjadi akar permasalahan dengan menjabarkan
seluruh kejadian
yang terjadi
kemudian melakukan
penyederhanaan perulangan kejadian dasar yang sama menjadi satu kejadian dasar.
3.3.3 Tahap FMEA failure mode and effect analysis
Metode FMEA dapat digunakan untuk mereview proses atau sistem dengan
mengidentifikasi kelemahan-kelemahan
yang ada,
kemudian menghilangkannya. Adapun langkah-langkah FMEA sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi terjadinya kerusakan pada sistem. Pada tahap ini akan diidentifikasi terjadinya kerusakan atau gangguan yang
terjadi pada sistem jaringan distribusi listrik. 2. Mengidentifikasi penyebab kerusakan pada sistem.
Pada tahap ini akan diidentifikasi mengenai penyebab kerusakan yang terjadi pada sistem jaringan distribusi listrik.
3. Mengidentifikasi modus kerusakan pada sistem. Pada tahap ini akan diidentifikasi modus apa saja yang menyebabkan
kerusakan dan gangguan pada sistem jaringan distribusi listrik. 4. Mengidentifikasi akibat kerusakan pada sistem.
Pada tahap ini akan diidentifikasi akibat kerusakan dari modus kerusakan jaringan distribusi listrik.
IV-32 5. Mengidentifikasi pengendalian kerusakan pada sistem.
Pada tahap ini akan diidentifikasi kontrol yang dapat dilakukan untuk mengendalikan mous kerusakan yang terjadi pada sistem jaringan distribusi
listrik. 6. Menganalisis tingkat kepentingan dari modus kerusakan.
Kepentingan untuk perbaikan dari modus keruskan jaringan dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada para karyawan dan manajer di lingkungan
PT. PLN Persero Unit Pelayanan Jaringan Sumberlawang. Tingkat kepentingan dari suatu modus kerusakan dapat dilihat dari nilai risk priority
number RPN. Nilai RPN didapatkan dari analisis skala severity, occurance, dan detection.
a. Menganalisis tingkat keseriusan kerusakan severity. Tingkat keseriusan kerusakan digunakan untuk mengetahui seberapa besar
dampak yang ditimbulkan oleh kegagalan-kegagalan yang muncul. Output dari analisis ini adalah ditetapkannya modus kerusakan yang berdampak
paling besar terhadap kerusakan jaringan distribusi listrik. Mengetahui tingkat kerusakan dapat mengggunakan skala 1-5, dengan rincian sebagai
berikut: skala 1 = aman
skala 2 = tidak parah skala 3 = cukup parah
skala 4 = parah skala 5 = sangat parah
b. Menganalisis tingkat frekuensi kerusakan occurence. Tingkat frekuensi kerusakan digunakan untuk mengetahui modus
kerusakan apa saja yang sering terjadi dalam sistem jaringan distribusi listrik. Mengetahui tingkat frekuensi kerusakan dapat mengggunakan skala
1-5, dengan rincian sebagai berikut: skala 1 = hampir tidak pernah terjadi.
skala 2 = jarang terjadi. skala 3 = sering terjadi
skala 4 = sangat sering terjadi.
IV-33 skala 5 = hampir pasti terjadi
c. Menganalisis tingkat kontrol kerusakan detection. Tingkat kontrol kerusakan igunakan untuk mengetahui mous kerusakan
apa saja yang mempunyai tingkat pengendalian yang paling sulit untuk dideteksi atau diperbaiki. Mengetahui tingkat deteksi kerusakan dapat
menggunakan skala 1-5, dengan rincian sebagai berikut: skala 1 = sangat mudah.
skala 2 = mudah. skala 3 = sedang.
skala 4 = sulit. skala 5 = sangat sulit.
7. Perhitungan nilai risk priority number Pada tahap ini dilakukan perhitungan risk proirity number RPN.
Nilai RPN diperoleh dari perkalian antara skala severity, occurance, dan skala detection, atau RPN = severity x occurance x detection. Output dari RPN
berupa prioritas perbaikan yang ahrus ilakukan oleh perusahaan dari modus kerusakan sistem jaringanistribusi listrik.
8. Penentuan tingkat prioritas perbaikan. Mengidentifikasi potential failure mode yang perlu diprioritaskan untuk
dianalisis dan ditindaklanjuti dapat dilihat dari nilai RPN-nya.
Potential
failure mode dengan RPN tertinggi akan diprioritaskan untuk dianalisis dan
ditindaklanjuti.
3.4 ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL