HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA AWAL

(1)

HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA AWAL

SKRIPSI

Oleh: Andira Dwi Putri

NIM : 06810183

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji Pada tanggal 5 Februari 2011

Dewan penguji

Ketua penguji : Dra Tri Dayakisni, Msi ( )

Anggota Penguji : 1. Diana Savitri H, S. Psi, M.Psi ( )

2. Dra. Siti Suminarti F, M.si ( )

3. Lindayani P, S.Psi , M.Psi ( )

Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang


(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji Syukur kehadirat ALLAH S.W.T yang telah memberikan kemudahan penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja” ini dengan lancar tanpa hambatan dan kesulitan yang berarti. Amin…

Skripsi ini dapat diselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dra. Tri Dayakisni M.Si selaku pembimbing 1, yang selalu membimbing dengan sabar dan memberikan semangat penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Diana Savitri Hidayati, S.Psi, M.Psi selaku pembimbing II, yang dengan sabar dan bijak telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran-saran yang berharga dan sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

4. Drs.H. Abdul Madjid, MM, M.pd, selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Candi Sidoarjo atas kesediaan tempat dan bantuannya dalam proses penelitian.

5. Subyek penelitianku siswa siswi SMP Negeri 1 Candi kelas I dan II. Terima kasih kiranya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibunda tersayang, Umiati Rahayu, dan Ayahanda, Subandi. Terimakasih banyak atas dukungan kalian berdua. Terimakasih karena selama ini selalu sabar dan mendoakanku agar dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Mertuaku Baiq Suhaini dan Lalu Muh.Naim. Terima kasih atas doa dan semangat yang tiada henti diberikan selama ini.

8. Suamiku Tercinta. Lalu Saepul Jahar. Terimakasih atas kesabaran, dukungan dan perhatian yang selama ini kamu berikan. Dan Buah Hatiku Lalu Umar Al Faruq. 9. Diah kakakku, terimakasih untuk semangat dan dukungannya selama ini.


(4)

11. Teman-teman seperjuangan, Puspa, Ariks, Sukmi, Wenny, Lastri, Wida, Arumici, Shinta, Siska, Tyar, Nida, Luluk.

12. Semua teman-teman Psikologi kelas D angkatan 2006 dan semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.

Sebagai penutup penulis menyadari bahwa tugas akhir yang sederhana ini masih jauh dari sempurna untuk itu kritikan dan saran sangat penulis harapkan guna kesempurnaan karya sederhana ini. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Malang, 2 Februari 2011 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

INTISARI. ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Penyesuaian diri ... 8

1. Pengertian Penyesuaian Diri ... 8

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri ... 9

3. Bentuk-Bentuk Penyesuaian Diri ... 11

4. Ciri-Ciri Penyesuaian Diri ... 11

5. Karakteristik Penyesuaian Diri .. ... 12

B. Kepercayaan Diri ... 13

1. Pengertian Kepercayaan Diri … ... 13

2. Ciri-Ciri Rasa Percaya Diri ... 14

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri ... 16

C. Remaja ... 17

1. Pengertian Remaja . ... 17

2. Ciri-Ciri Remaja Awal . ... 18

3. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja . ... 20

D. Hubungan Kepercayaan Diri Dengan penyesuaian Diri Pada Remaja.. 22


(6)

F. .. Hipotesis Kerja ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Rancangan Penelitian ... 26

B. Variabel Penelitian ... 26

1. Identifikasi Variabel Penelitian ... 26

2. Definisi Opersional ... 27

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 27

D. Jenis Data ... 28

E. Instrumen Penelitian ... 29

F. Prosedur Penelitian ... 32

G. Validitas dan Reliabilitas Alat ukur ... 33

A. Uji Validitas ... 33

B. Reliabilitas ... 36

H. Metode Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Deskripsi data ... 38

B. Analisa data ... 39

C. Pembahasan ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

A. Kesimpulan ... 44

B. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 46


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Petunjuk Pengisian Skala ... 50

Lampiran 2. Skala I ... 51

Lampiran 3. Skala II ... 53

Lampiran 4. Data Tryout Skala Kepercayaan Diri ... 55

Lampiran 5. Data Tryout Skala Penyesuaian Diri ... 59

Lampiran 6. Uji Reliabilitas dan Validitas Indikator Kepercayaan Diri ... 73

Lampiran 7. Uji Reliabilitas dan Validitas Keseluruhan Kepercayaan Diri ... 79

Lampiran 8. Uji Reliabilitas dan Validitas Indikator Penyesuaian Diri ... 80

Lampiran 9. Uji Reliabilitas dan Validitas Keseluruhan Kepercayaan Diri ... 89

Lampiran 10. Hasil Validiitas Variabel X dan Variabel Y ... 91

Lampiran 11. Correlation ... 92


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Afiatin, T. dan Andayani B. 1996. Konsep diri, harga diri dan kepercayaaan diri remaja. Jurnal Psikologi. No.2, 23-30

Afiatin. T dan Martaniah, M. 1998. Meningkatkan kepercayaan diri remaja melalui konseling kelompok. Psikologika, No.6/Th III

Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Azwar, S. 2004. Metode penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

, S. 2006. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Bungin, B. 2008. Metodologi penelitian kuantitatif : komunikasi, ekonomi, dan kebijakan publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Jakarta : Kencana

Fahmi, M. 1977. Kesehatan jiwa : dalam keluarga, sekolah dan masyarakat, jilid I. Jakarta : Bulan Bintang

, M. 1982. Penyesuaian diri pengertian dan peranannya dalam kesehatan mental. Jakarta: Bulan Bintang

Fatimah, E. 2006. Psikologi perkembangan : perkembangan peserta didik. Bandung : Pustaka Setia

Gerungan. 2002. Psikologi sosial. Bandung: PT. Refika Aditama

Gunarsa, S. D. 1995. Psikologi perkembangan. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia

, S. D. 2004. Psikologi praktis: anak, ramaja dan keluarga. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia

Haber, A. and Runyon, R.P. 1984. Psychology of adjustment. Amerika : The Dorsey press


(9)

Hakim, T. 2002. Mengatasi rasa tidak percaya diri. Jakarta: Puspaswara

Hurlock, E. B. 2002. Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga

, E. B. 1974. Personality development. New Delhi: Mc Graw Hill Publishing Company YLTP

, E. B. 1978. Adolescent development. New York: Graw Hill Int.

Kerlinger, F. N. 1996. Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Mu’tadin, Z. 2002. Penyesuaian diri remaja. Jakarta: Team e-psikologi. (Online). URL : http://www.e-psikologi.com/social/120910.htm

Poerwanti, E. 1998. Dimensi-dimensi riset ilmiah. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang

Santrock, John. W. 2003. Adolescence : Perkembangan remaja. Jakarta : Erlangga

Sujanto, A. 2001. Psikologi kepribadian. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Surachmad, W. 1980. Perkembangan pribadi dan kesehatan mental. Bandung: Jemmars

. 1980. Psikologi pemuda. Bandung: Jemmars

Walgito, B. 1983. Psikologi sosial: suatu pengantar. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta

Winarsunu, T. 2006. Statistik dalam penelitian psikologidan pendidikan. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang Press

Willis, S. S. 2008. Remaja dan masalahnya. Mengupas berbagai bentuk kenakalan remaja seperti narkoba, free sex dan pemecahannya. Bandung: Alfabeta

Yusuf, S. LN. 2009. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT. Remaja Rosda karya


(10)

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja awal sering disebut sebagai masa peralihan. Karena pada saat ini individu sedang mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa ini mereka tidak sepenuhnya seorang anak-anak. Namun mereka belum sepenuhnya dewasa. Bila anak memasuki masa remaja, mereka tidak menyadari bahwa suatu tahap perkembangan baru telah dimasukinya. Perubahan yang paling menonjol dan diamati adalah perubahan fisiknya. Anak yang telah menginjak masa remaja biasanya kurang menyadari perkembangan fisik yang dialaminya (Hurlock, 2002)

Sebagai suatu peralihan, masa remaja awalpun ditandai dengan ketidak- seimbangan emosi serta gejolak-gejolak yang dapat menimbulkan keresahan baik bagi remaja awal sendiri ataupun pada lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Perubahan ini dapat diamati dalam berbagai cara, bentuk atau jenis yang semuanya menunjukkan adanya perbedaan yang satu dengan yang lain, yaitu perubahan minat, nilai-nilai, pola perilaku dan perubahan sosial (Hurlock, 2002)

Remaja sebagai makhluk sosial yang dalam kehidupannya berkelompok diharapkan dapat berinteraksi dengan yang lain agar dapat dikatakan sebagai individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik sesuai dengan tahap perkembangan dan usianya. Maka mereka akan cenderung menjadi remaja yang mudah bergaul, lebih hangat, dan terbuka dengan orang lain dalam situasi dan kondisi apapun. Dimana dengan tahap perkembangan remaja akan cenderung menjadi remaja yang mudah bergaul dengan memiliki rasa percaya diri dan sikap terbuka dalam kehidupannya.

Dalam upaya mencapai keberhasilan dalam interaksi dengan orang lain dan lingkungannya, manusia diharapkan dapat mengerti dan memahami orang lain. Oleh karena itu, seringkali seorang individu dihadapkan pada keharusan untuk mengubah dan menyesuaikan diri terhadap orang lain, agar dirinya dapat diterima baik oleh lingkungan sosialnya (Landis dan Landis, 1970). Adapun penyesuaian itu sendiri


(12)

2

merupakan interaksi individu yang secara terus-menerus dengan dirinya, orang lain, dan dengan dunianya.

Menurut Atwater (1983) penyesuaian diri adalah suatu perubahan yang dialami seseorang untuk mencapai suatu hubungan yang memuaskan dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Karakteristik penyesuaian diri yang baik yang harus dimiliki oleh seseorang, menurut Haber dan Runyon (1984) adalah memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas atau kenyataan, mampu mengatasi atau menangani tekanan atau kecemasan, memiliki citra diri yang positif, mampu untuk mengekspresikan perasaan, dan memiliki hubungan interpersonal yang baik.

Pada dasarnya dalam penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggung jawab, dongkol, kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Sedangkan penyesuaian sosial adalah keberhasilan seseorang untuk menyesuaiakan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompoknya pada khususnya ( Mu’tadin, 2002)

Penyesuaian diri dimana di dalamnya terdapat penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial besar pengaruhnya bagi pembentukan manusia menjadi matang atau dewasa. Pertentangan-pertentangan yang terjadi antara seorang remaja pada satu pihak dengan teman-teman sekelompoknya pada pihak lain, umumnya tidaklah terlalu kuat jika dibandingkan dengan pertentangan antara remaja dengan orang tua. Penyesuian diri remaja dalam kelompok teman sebaya umumnya terjadi dalam kelompok besar yang heterogen: minat, sikap dan sifat, usia dan jenis kelamin yang berbeda. Dalam kelompok besar semacam itu, remaja menyesuaikan diri dengan cara lebih banyak mengabaikan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompok.

Tetapi yang sesungguhnya terjadi adalah karena remaja itu sendiri merasa takut atau menghindari keterkucilan dari kelompok. Jika pertentangan-pertentangan


(13)

3

yang menyangkut kelompok yang terjadi menyangkut hal yang sangat prinsip bagi seorang remaja, maka seorang remaja akan mencari bentuk lain. Penyesuaian diri yang dijalani pertama adalah dengan usaha mempengaruhi teman-teman bergaul mereka. Jika usaha ini mengalami kegagalan remaja yang bersangkutan dipaksa untuk menerima kenyataan bahwa diantara dirinya dengan beberapa anggota terdapat beberapa perbedaan yang tidak dapat dipadukan.

Tekanan-tekanan sebagai akibat perkembangan fisiologis pada masa remaja, ditambah dengan tekanan akibat perubahan kondisi sosial budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat seringkali mengakibatkan timbulnya masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau ganguan perilaku (Fuhrmann, 1990)

Menurut Fahmi (1977) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri seseorang yaitu penyesuaian kebutuhan pokok dan kebutuhan pribadi, kebebasan-kebebasan dan keterampilan yang dapat membantunya dalam pemenuhan kebutuhan yang mendesak, pengenalan diri, penerimaan diri, kelincahan dan penyesuauian dan persesuaian.

Seseorang yang memiliki penerimaan diri yang baik akan mendorong seseorang untuk bekerja dan menyesuaiakan diri dengan anggota masyarakat dan akan membawanya kepada sukses, yang sesuai dengan kemampuannya, tanpa berusaha bekerja dibidang yang tidak mungkin ia mencapai kesuksesan karena kemampuannya tidak mengizinkan (Fahmi, 1977).

Selain itu dalam penyesuaian diri terdapat salah satu faktor lain yang mempengaruhi yaitu pengenalan diri. Sesungguhnya pengenalan orang akan dirinya merupakan salah satu syarat pokok dalam penyesuaian diri yang baik (Fahmi, 1977). Penilaian terhadap diri harus didasarkan atas pengenalan yang objektif dan jujur terhadap diri. Orang yang jujur terhadap dirinya, tidak akan sampai menjadi angkuh yang palsu dan tidak pula menyimpang kepada rendah diri yang tidak benar.

Dari uraian di atas, peneliti berpendapat remaja yang memiliki penerimaan diri dan pengenalan diri yang baik terhadap dirinya akan menerima segala kelebihan maupun kekurangan yang ada dalam dirinya. Dua hal tersebut apabila dimiliki oleh remaja dapat menjadi ukuran seberapa besar remaja bisa memberikan penghargaan


(14)

4

terhadap dirinya dan menentukan seberapa tinggi harga dirinya sehingga akan memunculkan kepercayaan diri pada remaja.

Pfeiffer ( dalam Hurlock, 2002 ) mengatakan bahwa pada masa remaja akan muncul keprihatinan perubahan fisiknya. Dia mengatakan bahwa hanya sedikit remaja yang mengalami karteksis atau merasa puas dengan bentuk tubuhnya. Ketidakpuasan hanya dialami beberapa bagian tubuh tertentu dan hal ini kebayakan dialami oleh remaja yang memiliki kurang rasa percaya diri. Kegagalan mengalami karteksis tubuh menjadi salah satu penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik dan kurang harga diri dan percaya diri selama masa remaja. Sesuai dengan yang telah dilakukan sejumlah peneliti (dalam Santrock, 2003) yang telah menemukan bahwa penampilan fisik merupakan suatu kontribusi yang sangat berpengaruh pada rasa percaya diri.

Menurut Afiatin dan Martaniah (1998) kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Afiatin dan Martaniah, mengambarkan bahwa orang yang mempunyai kepercayaan diri ciri-cirinya: individu merasa yakin terhadap tindakan yang dilakukan, individu merasa diterima oleh kelompoknya, dan individu percaya sekali terhadap dirinya serta memiliki ketenangan sikap. Individu yang memiliki rasa percaya diri dalam lingkungan sosial selalu bersifat terbuka, terus-terang, berani mengambil tantangan dan berani menjelaskan ide -ide ataupun pilihan-pilihannya.

Rasa percaya diri dapat berkembang baik sesuai porsinya jika remaja dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangannya dengan baik, dimana tugas perkembangan masa remaja diantaranya yaitu mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dan menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif. Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok teman sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai dalam dukungan dan penolakan sosial (Afiatin dan Martaniah, 1998 ).

Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, biasanya tingkat percaya diri seseorang mempunyai peranan yang besar dalam menentukan tingkat keberhasilan seseorang menjalani kehidupannya secara keseluruhan. Orang dengan percaya diri yang tinggi, umumnya cenderung lebih berani mengatasi persoalan-persoalan yang


(15)

5

dihadapinya dengan memanfaatkan kemampuannya yang ada secara optimal daripada orang yang percaya dirinya rendah (http://www.siutao.com).

Berkaitan dengan kepercayaan diri, terdapat faktor penentu dalam pribadi seseorang untuk membentuk percaya diri diantaranya pemahaman seseorang terhadap kelebihan yang dimiliki dan melahirkan keyakinan diri yang kuat dan memanfaatkan kelebihannya serta pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan yang dimiliki agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau sulit untuk menyesuaikan diri. (Durbin, 1997).

Menurut Gunarsa (1987) terdapat beberapa hal yang mempengaruhi penyesuaian diri yaitu sikap yang pemalu, pendiam, tidak banyak bicara, sukar mengemukakan pendapat, persepsi terhadap kebutuhan.

Menurut pendapat peneliti dari uraian di atas, sukar mengemukakan pendapat dan sikap yang pemalu merupakan ciri dari individu yang kurang percaya diri. Dengan demikian kepercayaan diri memiliki hubungan dalam diri individu dalam melakukan penyesuaian diri. Dapat dikatakan pula kepercaayaan diri menjadi faktor pendukung atau pembangun individu untuk melakukan penyesuaian diri dengan baik. Dan ada kalanya dengan kepercayaan diri dapat membangun penyesuaian diri pada remaja.

Berikut terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai penyesuaian diri diantaranya adalah penelitian Amalia dan Rachmawati menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara body image dengan penyesuaian diri sosial pada remaja. Hubungan antara kedua variabel ini menunjukkan bahwa semakin tinggi body image seseorang maka akan semakin tinggi pula penyesuaian diri sosialnya dan sebaliknya semaki rendah body image seseorang maka akan semakin rendah pula penyesuaian diri sosialnya.

Penelitian Tufaha menjelaskan hasil penelitian secara keseluruhan bahwa tidak terdapat hubungan yang positif antara variabel obesitas dan harga diri. Dan memperlihatkan terdapat hubungan positif antara varibel harga diri dengan penyesuaian diri remaja putri di Pondok Pesantren Persis Bangil. Juga memperlihatkan bahwa terdapat hubungan positif antara varibel obesitas dengan penyesuaian diri.


(16)

6

Penelitian Widianti menyatakan terdapat hubungan positif antara konsep diri dengan penyesuaian diri remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Rembang. Dan penelitian Novikarisma menyatakan adanya arah hubungan yang positif yaitu semakin tinggi keyakinan diri akademik maka penyesuaian diri siswa tahun pertama sekolah asrama SMA Pangudi Luhur van Lith Muntilan akan semakin baik, sebaliknya semakin rendah keyakinan diri akademik maka penyesuaian diri akan semakin buruk.

Dari beberapa hasil penelitian yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri memiliki hubungan dengan body image, obesitas, harga diri, konsep diri, dan keyakinan diri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti berasumsi bahwa remaja dimana dalam kehidupan sehari-hari dituntut untuk dapat melakukan penyesuaian diri yang baik dalam berinteraksi dengan lingkungannya dibutuhkan kepercayaan diri. Karena rasa percaya diri adalah satu diantara aspek-aspek kepribadian yang penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya kepercayaan diri dalam diri remaja dapat dijadikan faktor pendukung remaja dalam melakukan penyesuaian diri yang baik.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul: “Hubungan Antara Kepercayaan DiriDengan Penyesuaian diri Pada Remaja”.

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan diatas tersebut, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu “Apakah ada hubungan antara kepercayaan diri dengan penyesuaian diri pada remaja?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan diri dengan penyesuaian diri pada remaja.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi jawaban mengenai adanya hubungan antara kepercayaan diri dengan penyesuaian diri pada remaja, sehingga mempunyai manfaat sebagai berikut:


(17)

7

1. Manfaat Teoritis

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan teori-teori dalam psikologi, khususnya psikologi sosial dalam menjelaskan fenomena psikologis yaitu hubungan kepercayaan diri dengan penyesuaian diri pada remaja.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah dapat dipergunakan oleh remaja dalam penyesuaian dirinya di sekolah ataupun di lingkungan rumah dalam melakukan tugas-tugas perkembangan remaja.


(1)

merupakan interaksi individu yang secara terus-menerus dengan dirinya, orang lain, dan dengan dunianya.

Menurut Atwater (1983) penyesuaian diri adalah suatu perubahan yang dialami seseorang untuk mencapai suatu hubungan yang memuaskan dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Karakteristik penyesuaian diri yang baik yang harus dimiliki oleh seseorang, menurut Haber dan Runyon (1984) adalah memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas atau kenyataan, mampu mengatasi atau menangani tekanan atau kecemasan, memiliki citra diri yang positif, mampu untuk mengekspresikan perasaan, dan memiliki hubungan interpersonal yang baik.

Pada dasarnya dalam penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggung jawab, dongkol, kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Sedangkan penyesuaian sosial adalah keberhasilan seseorang untuk menyesuaiakan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompoknya pada khususnya ( Mu’tadin, 2002)

Penyesuaian diri dimana di dalamnya terdapat penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial besar pengaruhnya bagi pembentukan manusia menjadi matang atau dewasa. Pertentangan-pertentangan yang terjadi antara seorang remaja pada satu pihak dengan teman-teman sekelompoknya pada pihak lain, umumnya tidaklah terlalu kuat jika dibandingkan dengan pertentangan antara remaja dengan orang tua. Penyesuian diri remaja dalam kelompok teman sebaya umumnya terjadi dalam kelompok besar yang heterogen: minat, sikap dan sifat, usia dan jenis kelamin yang berbeda. Dalam kelompok besar semacam itu, remaja menyesuaikan diri dengan cara lebih banyak mengabaikan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompok.

Tetapi yang sesungguhnya terjadi adalah karena remaja itu sendiri merasa takut atau menghindari keterkucilan dari kelompok. Jika pertentangan-pertentangan


(2)

yang menyangkut kelompok yang terjadi menyangkut hal yang sangat prinsip bagi seorang remaja, maka seorang remaja akan mencari bentuk lain. Penyesuaian diri yang dijalani pertama adalah dengan usaha mempengaruhi teman-teman bergaul mereka. Jika usaha ini mengalami kegagalan remaja yang bersangkutan dipaksa untuk menerima kenyataan bahwa diantara dirinya dengan beberapa anggota terdapat beberapa perbedaan yang tidak dapat dipadukan.

Tekanan-tekanan sebagai akibat perkembangan fisiologis pada masa remaja, ditambah dengan tekanan akibat perubahan kondisi sosial budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat seringkali mengakibatkan timbulnya masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau ganguan perilaku (Fuhrmann, 1990)

Menurut Fahmi (1977) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri seseorang yaitu penyesuaian kebutuhan pokok dan kebutuhan pribadi, kebebasan-kebebasan dan keterampilan yang dapat membantunya dalam pemenuhan kebutuhan yang mendesak, pengenalan diri, penerimaan diri, kelincahan dan penyesuauian dan persesuaian.

Seseorang yang memiliki penerimaan diri yang baik akan mendorong seseorang untuk bekerja dan menyesuaiakan diri dengan anggota masyarakat dan akan membawanya kepada sukses, yang sesuai dengan kemampuannya, tanpa berusaha bekerja dibidang yang tidak mungkin ia mencapai kesuksesan karena kemampuannya tidak mengizinkan (Fahmi, 1977).

Selain itu dalam penyesuaian diri terdapat salah satu faktor lain yang mempengaruhi yaitu pengenalan diri. Sesungguhnya pengenalan orang akan dirinya merupakan salah satu syarat pokok dalam penyesuaian diri yang baik (Fahmi, 1977). Penilaian terhadap diri harus didasarkan atas pengenalan yang objektif dan jujur terhadap diri. Orang yang jujur terhadap dirinya, tidak akan sampai menjadi angkuh yang palsu dan tidak pula menyimpang kepada rendah diri yang tidak benar.

Dari uraian di atas, peneliti berpendapat remaja yang memiliki penerimaan diri dan pengenalan diri yang baik terhadap dirinya akan menerima segala kelebihan maupun kekurangan yang ada dalam dirinya. Dua hal tersebut apabila dimiliki oleh remaja dapat menjadi ukuran seberapa besar remaja bisa memberikan penghargaan


(3)

terhadap dirinya dan menentukan seberapa tinggi harga dirinya sehingga akan memunculkan kepercayaan diri pada remaja.

Pfeiffer ( dalam Hurlock, 2002 ) mengatakan bahwa pada masa remaja akan muncul keprihatinan perubahan fisiknya. Dia mengatakan bahwa hanya sedikit remaja yang mengalami karteksis atau merasa puas dengan bentuk tubuhnya. Ketidakpuasan hanya dialami beberapa bagian tubuh tertentu dan hal ini kebayakan dialami oleh remaja yang memiliki kurang rasa percaya diri. Kegagalan mengalami karteksis tubuh menjadi salah satu penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik dan kurang harga diri dan percaya diri selama masa remaja. Sesuai dengan yang telah dilakukan sejumlah peneliti (dalam Santrock, 2003) yang telah menemukan bahwa penampilan fisik merupakan suatu kontribusi yang sangat berpengaruh pada rasa percaya diri.

Menurut Afiatin dan Martaniah (1998) kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Afiatin dan Martaniah, mengambarkan bahwa orang yang mempunyai kepercayaan diri ciri-cirinya: individu merasa yakin terhadap tindakan yang dilakukan, individu merasa diterima oleh kelompoknya, dan individu percaya sekali terhadap dirinya serta memiliki ketenangan sikap. Individu yang memiliki rasa percaya diri dalam lingkungan sosial selalu bersifat terbuka, terus-terang, berani mengambil tantangan dan berani menjelaskan ide -ide ataupun pilihan-pilihannya.

Rasa percaya diri dapat berkembang baik sesuai porsinya jika remaja dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangannya dengan baik, dimana tugas perkembangan masa remaja diantaranya yaitu mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dan menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif. Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok teman sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai dalam dukungan dan penolakan sosial (Afiatin dan Martaniah, 1998 ).

Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, biasanya tingkat percaya diri seseorang mempunyai peranan yang besar dalam menentukan tingkat keberhasilan seseorang menjalani kehidupannya secara keseluruhan. Orang dengan percaya diri yang tinggi, umumnya cenderung lebih berani mengatasi persoalan-persoalan yang


(4)

dihadapinya dengan memanfaatkan kemampuannya yang ada secara optimal daripada orang yang percaya dirinya rendah (http://www.siutao.com).

Berkaitan dengan kepercayaan diri, terdapat faktor penentu dalam pribadi seseorang untuk membentuk percaya diri diantaranya pemahaman seseorang terhadap kelebihan yang dimiliki dan melahirkan keyakinan diri yang kuat dan memanfaatkan kelebihannya serta pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan yang dimiliki agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau sulit untuk menyesuaikan diri. (Durbin, 1997).

Menurut Gunarsa (1987) terdapat beberapa hal yang mempengaruhi penyesuaian diri yaitu sikap yang pemalu, pendiam, tidak banyak bicara, sukar mengemukakan pendapat, persepsi terhadap kebutuhan.

Menurut pendapat peneliti dari uraian di atas, sukar mengemukakan pendapat dan sikap yang pemalu merupakan ciri dari individu yang kurang percaya diri. Dengan demikian kepercayaan diri memiliki hubungan dalam diri individu dalam melakukan penyesuaian diri. Dapat dikatakan pula kepercaayaan diri menjadi faktor pendukung atau pembangun individu untuk melakukan penyesuaian diri dengan baik. Dan ada kalanya dengan kepercayaan diri dapat membangun penyesuaian diri pada remaja.

Berikut terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai penyesuaian diri diantaranya adalah penelitian Amalia dan Rachmawati menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara body image dengan penyesuaian diri sosial pada remaja. Hubungan antara kedua variabel ini menunjukkan bahwa semakin tinggi body image seseorang maka akan semakin tinggi pula penyesuaian diri sosialnya dan sebaliknya semaki rendah body image seseorang maka akan semakin rendah pula penyesuaian diri sosialnya.

Penelitian Tufaha menjelaskan hasil penelitian secara keseluruhan bahwa tidak terdapat hubungan yang positif antara variabel obesitas dan harga diri. Dan memperlihatkan terdapat hubungan positif antara varibel harga diri dengan penyesuaian diri remaja putri di Pondok Pesantren Persis Bangil. Juga memperlihatkan bahwa terdapat hubungan positif antara varibel obesitas dengan penyesuaian diri.


(5)

Penelitian Widianti menyatakan terdapat hubungan positif antara konsep diri dengan penyesuaian diri remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Rembang. Dan penelitian Novikarisma menyatakan adanya arah hubungan yang positif yaitu semakin tinggi keyakinan diri akademik maka penyesuaian diri siswa tahun pertama sekolah asrama SMA Pangudi Luhur van Lith Muntilan akan semakin baik, sebaliknya semakin rendah keyakinan diri akademik maka penyesuaian diri akan semakin buruk.

Dari beberapa hasil penelitian yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri memiliki hubungan dengan body image, obesitas, harga diri, konsep diri, dan keyakinan diri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti berasumsi bahwa remaja dimana dalam kehidupan sehari-hari dituntut untuk dapat melakukan penyesuaian diri yang baik dalam berinteraksi dengan lingkungannya dibutuhkan kepercayaan diri. Karena rasa percaya diri adalah satu diantara aspek-aspek kepribadian yang penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya kepercayaan diri dalam diri remaja dapat dijadikan faktor pendukung remaja dalam melakukan penyesuaian diri yang baik.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul: “Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian diri Pada Remaja”.

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan diatas tersebut, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu “Apakah ada hubungan antara kepercayaan diri dengan penyesuaian diri pada remaja?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan diri dengan penyesuaian diri pada remaja.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi jawaban mengenai adanya hubungan antara kepercayaan diri dengan penyesuaian diri pada remaja, sehingga mempunyai manfaat sebagai berikut:


(6)

1. Manfaat Teoritis

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan teori-teori dalam psikologi, khususnya psikologi sosial dalam menjelaskan fenomena psikologis yaitu hubungan kepercayaan diri dengan penyesuaian diri pada remaja.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah dapat dipergunakan oleh remaja dalam penyesuaian dirinya di sekolah ataupun di lingkungan rumah dalam melakukan tugas-tugas perkembangan remaja.