Elemen kunci pengelolaan PPI Meulaboh

172.63 150.45 151.594 153.294 182.565 184.147 0.000 25.000 50.000 75.000 100.000 125.000 150.000 175.000 200.000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Jumlah P e nduduk Jiw a Tahun Gambar 3 Grafik perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat periode 2004-2009 Kabupaten Aceh Barat adalah salah satu kabupaten yang kemajuannya sangat pesat pasca tsunami pada tahun 2004. Jumlah keseluruhan penduduk Kabupaten Aceh Barat 184.147 jiwa sampai tahun 2010, dengan berbagai macam mata pencaharian diantaranya petani ladang, tambak, nelayan, pegawai negeri sipil, tetapi di kabupaten ini yang lebih dominan mata pencahariannya adalah petani dengan luas lahan hingga tahun 2009 mencapai 221.520 hektar. Luas areal budidaya tambak brackish waterpond dan kolam fresh waterpond yang sudah dimanfaatkan di Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2008 tercatat 150,85 hektar dengan hasil produksinya 36,5 ton. Masyarakat pencari kerjapengangguran dari tahun 2008-2009 mencapai 5.375 jiwa. Potensi lahan dan areal yang sangat banyak di Kabupaten ini Aceh Barat belum dimanfaatkan secara efektif oleh masyarakat sehingga jumlah pengangguran masih tinggi di daerah ini. Pemerintah kabupaten harus bekerja lebih keras lagi untuk menangulangi tingkat pengangguran. Salah satu langkahnya adalah memberikan penyuluhan kepada masyarakat sehingga lahan yang tersisa bisa digarap secara efektif dan mata pencaharian masyarakat menjadi lebih beragam di masa yang akan datang. 4.3 Deskripsi Keadaan Perikanan Tangkap 4.3.1 Armada penangkapan Kapal adalah salah satu sarana penunjang kegiatan produksi perikanan yang harus ada dalam operasi penangkapan ikan. Menurut Undang-undang No. 45 tahun 2009 tentang perikanan, kapal perikanan adalah kapal, perahu atau alat apung yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengelohan ikan, pelatihan perikanan dan penelitianeksplorasi perikanan. Armada penangkapan ikan yang beroperasi di Kabupaten Aceh Barat, terdiri dari sampan atau jukung perahu tanpa motor, perahu motor PM dan Kapal motor. Kapal motor yang terdapat di PPI Meulaboh adalah yang berukuran 10-30 GT Gross Tonage. Jenis armada penangkapan yang paling banyak digunakan oleh nelayan adalah jenis kapal motor dimana alat tangkap yang sering digunakan seperti pukat cincin, jaring insang, payang lampara, rawai hanyut, pancing tonda. Tabel 6 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Aceh Barat periode tahun 2005-2009 Tahun Perahu Tanpa Motor unit Motor Tempel unit Kapal Motor unit Jumlah unit 10 GT 10- 20 GT 20-30 GT 2005 257 60 440 102 4 863 2006 70 85 544 67 7 773 2007 62 85 563 50 9 769 2008 43 72 558 43 9 725 2009 25 40 509 75 12 661 Sumber: DKP Kabupaten Aceh Barat 2005-2009; diolah kembali Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah kapal yang ada di PPI Meulaboh mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Jumlah kapal perahu tanpa motor, motor tempel dan kapal motor tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu 863 unit dan terendah pada tahun 2009 sebesar 661 unit. Perkembangan jenis kapal tidak sama, seperti terlihat pada Tabel 6. Penurunan jumlah kapal pada tahun 2008 terjadi pada perahu tanpa motor, motor tempel dan kapal motor yang berukuran 10-20 GT. bali Sumber: DKP Kabupaten Aceh Barat 2010; diolah kem 863 773 769 725 661 500 550 600 650 700 750 800 850 900 2005 2006 2007 2008 2009 Jumlah Ar mada P e nangkapan unit Tahu n Gambar 4 Grafik Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan periode 2005- 2009 Berdasarkan Gambar 4, armada penangkapan yang terdapat di Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2005 sebanyak 863 unit dan tahun 2006 mengalami penurunan drastis menjadi 773 unit atau turun 10,42, dan pada tahun 2009 jumlah armada penangkapan yang masih operasi di Kabupaten ini turun menjadi 661 unit 8,82. Penurunan jumlah unit kapal salah satunya karena NGO atau LSM yang membantu masyarakat dalam bidang perikanan dan kelautan di Pemerintahan Aceh telah berakhir masa kontraknya dengan pemerintah yang diwakili oleh BRR Badan rehabilitasi dan rekontruksi Aceh-Nias. Selain itu juga kurangnya modal yang dimiliki nelayan untuk melakukan kegiatan penangkapan sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang semakin mahal, sebagian nelayan lebih memilih beralih profesi lain seperti menjadi pedagang pengecer ikan dan juga nelayan menjual armadanya. Tahun 2009, pemerintah pusat Kementrian Kelautan dan Perikanan dan pemerintah daerah memberikan beberapa bantuan unit kapal kepada kelompok nelayan dengan ukuran 20 GT supaya nelayan bisa melakukan penangkapan ikan dengan jangkuan yang lebih jauh dan hasil yang banyak, bagus serta punya kualitas eskpor. .3.2 Alat tangkap n atau alat penangkap ikan merupakan salah satu komponen yan erdaya ikan oleh nelayan secara optimal tentunya sangat did ak dila Neg 7 4 Alat tangkap ika g sangat penting bagi nelayan karena menjadi alat utama dari mata pencahariannya dalam menghasilkan produksi perikanan, baik yang berupa ikan maupun yang non ikan. Pemanfaatan sumb ukung oleh teknologi alat penangkapan yang digunakan. Unit penangkapan ikan yang digunakan memerlukan pengkajian yang mendalam untuk mendapatkan unit penangkapan yang tepat guna atau unggulan yaitu unit penangkapan ikan yang memiliki kriteria: 1 tidak merusak kelestarian sumberdaya, 2 secara teknis efektif digunakan, 3 dari segi sosial diterima oleh masyarakat nelayan, 4 secara ekonomi teknologi tersebut bersifat menguntungkan Malanesia, 2008. Jenis perkembangan alat tangkap dan usaha penangkapan yang bany kukan oleh nelayan di Kabupaten Aceh Barat adalah beragam yaitu payang, gill net, pukat pantai, jaring hanyut, jaring insang, trammel net, rawai, pancing tonda dapat dilihat pada Tabel 7. Pada tahun 2008 alat tangkap rawai memiliki jumlah terbanyak dibandingkan alat tangkap lainnya yaitu 260 unit, dan secara keseluruhan alat tangkap yang dominan digunakan nelayan di Kabupaten ini adalah rawai dari tahun 2005-2009 dengan jumlah 1.062 unit. Peristiwa gempa dan tsunami tahun 2004 di Aceh mengakibatkan banyak ara yang telah membantu Pemerintahan Aceh sehingga telah membawa perubahan, terutama dalam hal teknologi alat tangkap yang sering digunakan oleh nelayan Kabupaten Aceh Barat. Tabel 7 memperlihatkan bahwa jenis dan jumlah unit alat tangkap pukat pantai menunjukkan peningkatan yang cukup drastis di tahun 2009 karena dioperasikannya sebanyak 60 unit pukat pantai, begitu juga dengan alat tangkap pukat cincin sebanyak 71 unit dan alat tangkap jaring insang sebanyak 18 unit. Seperti dijelaskan pada Tabel 7, jenis dan alat tangkap yang dioperasikan di Kabupaten Aceh Barat hingga tahun 2009 berjumlah 3.443 unit. Alat tangkap jaring klitik mengalami kenaikan dari tahun 2005-200 sebanyak 174 unit, tetapi pada tahun 2008 mengalami penurunan yang sangat drastis menjadi 15 unit 91 dan pada tahun 2009 menunjukkan jaring klitik tidak digunakan lagi oleh nelayan di Kabupaten Aceh Barat. Begitu juga alat tangkap trammel net mulai mengalami penurunan dari tahun 2008 sebanyak 86 unit 17 dan tahun 2009 nelayan tidak mengoperasikan alat tangkap ini lagi. Berdasarkan hasil wawancara, alasan nelayan lebih memilih alat tangkap pancing tonda dan rawai disebabkan biaya perawatan jaring lebih mahal dibandingkan alat tangkap pancing tonda dan rawai sehingga nelayan lebih memilih mengoperasikan alat tangkap pancing tonda dan rawai yang lebih baik dari segi hasil tangkapan secara ekonomis dan lebih efektif. Penurunan juga diakibatkan banyak nelayan menjual alat tangkapnya ke kabupaten lain. Jumlah alat tangkap yang beroperasikan di Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2006 meningkat 31,45, kemudian pada tahun 2007 total alat tangkap mengalami kenaikan lagi menjadi 870 unit 4,60. Pada tahun 2008 jumlahnya turun drastis hingga mencapai 645 unit -34,88 dan pada tahun 2009 jumlahnya alat tangkap menjadi 529 unit atau turun 21,93. Tabel 7 Jenis dan jumlah alat tangkap yang dioperasikan di Kabupaten Aceh Barat tahun 2005-2009 Jenis Alat Tangkap Tahun Jumlah unit 2005 2006 2007 2008 2009 Payang 27 19 24 15 60 145 Pukat pantai 2 2 2 60 66 pukat cincin 71 71 Jaring hanyut 51 16 21 21 109 Jaring klitik 31 168 174 15 0 388 Jaring insang 18 18 Trammel net 18 129 101 86 0 334 Rawai 212 198 258 260 134 1062 Pancing tonda 136 140 144 151 150 721 pancing yang lain 94 174 151 95 15 529 Jumlah total 569 830 870 645 529 3443 Pertumbuhan - 31.45 4.60 -34.88 -21.93 Sumber: DKP Kabupaten Aceh Barat 2005-2009; diolah kembali Jumlah alat tangkap yang paling dominan digunakan oleh nelayan di Kabupaten Aceh Barat pada 5 lima tahun terakhir ini adalah rawai rawai kakap dan hiu yaitu 30,85 , kedua pancing tonda sebesar 20,94 , ketiga yang sering digunakan oleh nelayan adalah jaring kritik sebesar 11,27 , sedangkan yang keempat trammel net sebesar 9,70 . 4.21 1.92 2.06 3.17 11.27 0.52 9.70 30.85 20.94 Payang Pukat pantai pukat cincin Jaring hanyut Jaring klitik Jaring insang Trammel net Rawai Pancing tonda Sumber: DKP Kabupaten Aceh Barat 2010; diolah kembali Gambar 5 Diagram komposisi jumlah alat tangkap dan jenis yang dioperasikan di Kabupaten Aceh Barat tahun 2005-2009

4.3.3 Daerah dan musim penangkapan ikan

Daerah penangkapan ikan DPI yang biasa dilakukan oleh nelayan Kabupaten Aceh Barat adalah di sekitar perairan Laut Sinabang, yaitu perairan meliputi daerah Bubon dan Arongan Lambalek. Perairan tersebut merupakan bagian dari Samudera Hindia. Khusus nelayan yang mengoperasikan alat tangkap rawai, daerah penangkapannya ikan sampai ke Kepulauan Andaman dan Nicobar, karena daerah ini memiliki potensi ikan yang sangat beragam dan banyak seperti ikan hiu, kakap dan cakalang. Penentuan daerah penangkapan ikan oleh nelayan di Kabupaten Aceh Barat biasanya hanya berdasarkan pengalaman dan informasi dari nelayan lain dan panglima laot. Tidak ada alat bantu seperti fish finder untuk menentukan daerah penangkapan ikan DPI. Penangkapan ikan di suatu DPI yang dilakukan oleh nelayan-nelayan kabupaten ini sangat dipengaruhi oleh cuaca dan musim. Para nelayan tersebut akan melakukan operasi penangkapan ikan di saat perairan tenang dan pada saat gelap bulan bulan mati terutama nelayan yang mengoperasikan alat tangkap pukat cincin. Jika cuaca tidak mendukung seperti adanya musim penghujan yang disertai badai terutama musim barat, maka nelayan memilih untuk tidak melaut. Selain keadaan diatas, nelayan aceh tidak melaut karena terkait dengan adat istiadat dan hukom laot hukum laut yang telah dianut turun-temurun oleh .3.4 Volume dan nilai produksi i yang berpusat di Samudera Hindia sebelah n kembali sektor perikanan tangkap di nelayan dan masyarakat adat di Kabupaten Aceh Barat memiliki hari atau tanggal tertentu yang tidak diperbolehkan melaut atau pantang melaut pantang laot yaitu: 1 Kenduri adat laot, dilakukan selambat-lambatnya tiga tahun sekali atau tergantung kesepakatan dan kesanggupan nelayan setempat. Pantangan melaut pada acara kenduri tersebut dihitung 3 hari sejak Rabu matahari terbit pada hari kenduri hingga matahari terbenam pada hari Jumat; 2 Hari Jumat yang dihitung sejak tenggelam matahari pada hari Kamis hingga terbenam matahari pada hari Jumat; 3 Hari Raya Idul Fitri dilarang melaut selama dua hari dihitung sejak tenggelam matahari pada hari meugang hingga terbenam matahari pada hari raya Syawal kedua; 4 Hari Raya Idul Adha, dilarang melaut selama dua hari dihitung sejak tenggelam matahari pada hari meugang hingga terbenam matahari pada hari raya Dzulhijjah kedua; 5 Hari Kemerdekaan tanggal 17 Agustus, dilarang melaut selama satu hari dihitung sejak tenggelam matahari pada tanggal 16 Agustus hingga terbenam matahari tanggal 17 Agustus. Apabila nelayan melanggar hari-hari yang telah ditentukan untuk tidak melaut, maka nelayan yang melakukan pelanggaran tersebut akan dikenakan sanksi hukum berupa: 1 Seluruh hasil tangkapan disita; 2 Dilarang melaut sekurang-kurangnya tiga hari dan paling lamanya tujuh hari. 4 Musibah gempa dan tsunam barat Kabupaten Aceh Barat memberikan dampak negatif dan positif terhadap masyarakat di kabupaten ini, salah satu dampak positif adalah banyaknya bantuan yang disalurkan oleh pemerintah lewat BRR Aceh-Nias terutama dalam bidang perikanan kapal, alat tangkap dll. Seiring dengan pembanguna Kabupaten Aceh Barat yang ditandai dengan pembangunan kembali PPI Meulaboh oleh BRR Aceh-Nias pada tahun 2005 dan bertambahnya juga armada 08,8 ton atau ng Tabel 8 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten Aceh Barat Tahun Produksi ikan Pertumbuhan Nilai Produksi Pertumbuhan penangkapan ikan serta alat tangkap, maka terlihat volume produksi mulai pada tahun 2005-2006 mengalami kenaikan 14.284.07 2,19. Volume produksi juga mengalami perkembangan positif pada tahun 2007 yaitu 16.060,20 ton atau naik 12,43. Pada tahun 2008 pertumbuhan produksi ikan terus terjadi peningkatan sehingga mencapai angka 17.177,60 ton atau mengalami kenaikan sebesar 6,95, dengan nilai jual produksi Rp 286.514.770,00 44,36 Tabel 8. Tahun 2009 produksi hasil tangkapan ikan hanya 8.1 me alami penurunan sebesar 95,27 dengan nilai produksi Rp 116.395.463,00 -59.37. Penyebab terjadinya penurunan hasil tangkapan diduga, karena banyak nelayan tidak melaut disebabkan oleh mahalnya kebutuhan nelayan atau keperluan nelayan seperti BBM solar, es dan makanan sehari-hari untuk melaut dan tidak ada lagi donator BRR Aceh-Nias yang membantunya. periode 2005-2009 ton Rp 2005 13 2 0 143 25 .976,7 .007.7 2006 14.284,07 2 1,98 ,19 145.846.230 2007 16.060,20 12,43 198.471.700 36,08 2008 17.177,60 6,95 286.514.770 44,36 2009 8.108,8 - 95,27 116.395.463 -59,37 Sum P Kabup Barat 200 iolah kem 4 h ak pada 4 ’07 ” LU dan 96 30’ BT di ber: DK aten Aceh 5-2009; d bali .4 Keadaan Umum PPI Meulaboh 4.4.1 Letak dan sejarah PPI Meulabo PPI Meulaboh secara geografis terlet wilayah Kelurahan Ujung Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Lokasi PPI Meulaboh sebelum tsunami statusnya adalah sebagai tempat pendaratan ikan TPI dan hancur total akibat gempa dan tsunami tahun 2004. Pembangunan kembali lokasi PPI Meulaboh ini mendapat dukungan dari APBD dan BRR Aceh-Nias dan statusnya resmi menjadi PPI Meulaboh. Pembangunan kembali PPI ini dilaksanakan pada akhir 2005 dan saat ini telah berfungsi kembali sebagai sentral ekonomi perikanan Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. Gambar 6 Kantor operasional PPI Meulaboh setelah perbaikan akibat tsunami

4.4.2 Prasarana dan sarana ke PPI Meulaboh

1 Transportasi Akses transportasi umum yang ada di Kota Meulaboh sangat beragam diantaranya adalah ada labi-labi, L300, becak, becak motor. Jenis transportasi ini melayani penduduk tiap hari mulai jam 4.30 sampai 22.00 WIB. Namun khusus jenis transportasi yang langsung menuju ke PPI Meulaboh adalah becak dan becak motor, karena Dinas Perhubungan melarang mobil angkutan umum masuk ke areal PPI. PPI ini berada di pusat Kota Meulaboh dan sangat mudah dijangkau dengan berbagai macam transportasi. Kira-kira jaraknya dengan jalan utama kota hanya 1,5 km dan lebar jalan menuju ke PPI Meulaboh berkisar 5-6 meter sehingga angkutan yang keluar masuk PPI lancar setiap hari dan proses distribusi hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Meulaboh berjalan baik. Oleh karena itu, untuk menunjang agar perikanan tangkap dapat berkembang setiap tahun maka dibutuhkan kerjasama dengan semua pihak yang terkait pemda dan masyarakat terhadap sarana dan prasarana transportasi yang baik dalam melayani semua aktivitas di PPI Meulaboh. 2 Pasar Umum Areal di dekat PPI Meulaboh juga terdapat pasar umum dengan jarak 50 meter dari PPI. Pasar umum ini merupakan pasar induk Kota Meulaboh yang memulai aktivitas dari jam 04.30-18.00 WIB. Pasar tersebut menyediakan