Pengelolaan aktivitas PPI Meulaboh

Bagian Tata Usaha Sub Bagian Umum dan Perlengkapan Sub Bagian Kepegawaian Bidang Kelautan Seksi Produksi dan Sarana Seksi Pengamanan dan Perlindungan Bidang Perikanan Darat Seksi Teknik Produksi dan Sarana Seksi Bina Usaha Bidang Program dan Penyuluhan Seksi Penyusunan Program dan Pelaporan Seksi Penyuluhan UPTD Kepala Dinas Gambar 27 Struktur organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat Pengelolaan PPI Meulaboh dikoordinir oleh bidang kelautan dibawah Seksi Teknik Produksi dan Sarana berdasarkan qanun Kabupaten Aceh Barat nomor 2 tahun 2004. Adapun tugas pokok Bidang Kelautan Dinas Keluatan dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat adalah sebagai berikut Qanun, 2004: 1 Menyusun rencana kerja bidang kelautan; 2 Menyiapkan bahan penyusunan rencana kebijakan umum yang meliputi teknik produksi sarana serta pengamanan perlindungan sumberdaya manusia; 3 Mengkoordinasikan kegiatan kerjasama dengan instansi pemerintah, lembaga swasta yang berhubungan dengan bidang kelautan; 4 Pemeliharaan dan perawatan terhadap sarana dan prasarana asset dinas; 5 Merekomendasikan perizinan bidang kelautan; 6 Pengawasan potensi sumberdaya laut terhadap penjarahan pihak lain; 7 Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait baik internal maupun eksternal; 8 Memberi saran dan pendapat kepada pimpinan 9 Menyiapkan dan menyampaikan laporan tahunan dinas 10 Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan atasan. Seksi Teknik Produksi dan Sarana mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, dan mengkoordinasikan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas-tugas Seksi Teknik Produksi dan Sarana sesuai dengan keputusan Bupati Aceh Barat No 205 tahun 2005. Adapun tugas pokoknya adalah sebagai berikut: 1 Penyusunan rencana kegiatan dan program Kerja Seksi Teknik Produksi dan Sarana; 2 Mengkoordinasikan dengan instansi terkait dalam penyelenggaraan teknik produksi dan penyediaan sarana serta perlindungan produksi terhadap penjarahan dan pengrusakan dari pihak luar; 3 Menyiapkan sarana dan prasarana perikanan untuk menunjang pengelolaan tempat pendaratan ikan dan pusat pendaratan ikan; 4 Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program teknik produksi dan sarana kelautan; 5 Memberi sarana dan pendapat kepada pimpinan; 6 Menyiapkan dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas; 7 Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh DKP Aceh Barat. Qanun Pemerintahan Aceh Nomor 16 Pasal 24 Tahun 2002 tentang pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan dijelaskan bahwa setiap orang, kelompok dan pemilik badan hukum yang kelalaiannya melanggar ketentuan qanun ini diancam dengan pidana kurungan sesuai dengan ketentuan Undang- udang. Namun berdasarkan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bupati Kabupaten Aceh Barat tentang pengelolaan PPI Meulaboh Nomor 205 Tahun 2005, belum ada sanksi-sanksi bagi pelanggaran hukum, baik untuk para nelayan dan pihak pemerintah itu sendiri dinas kelautan dan perikanan. Pemerintah kabupaten harus cepat mengatasi masalah pengelolaan PPI, oleh karena itu sampai saat ini di PPI Meulaboh tidak ada petugas Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh Barat setiap hari yang melayani nelayan, mengontrol fasilitas dan aktivitas di PPI Meulaboh. Pemerintah daerah tidak tahu perkembangan dan pemanfaaatan optimal fasilitas yang ada dan proses-proses aktivitas nelayan. Terbukti di lapangan bahwa ada fasilitas yang rusak tetapi dipaksakan beroperasi, sebaliknya ada juga fasilitas yang telah dibangun dengan biaya yang tidak sedikit tetapi belum difungsikan atau dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

5.2.2 Kebijakan usaha perikanan

Perda Kabupaten Aceh Barat No 2 tahun 2002 tentang Pajak Hasil Usaha Perikanan. Pada bab III dasar pengenaan dan tarif pajak pada pasal 4 disebutkan bahwa harga pasar atau harga standar nilai jual yang berlaku di tempat transaksi. Besarnya tarif pajak yang dikenakan diatur dalam pasal 5 yang menyebutkan tarif pajak ditetapkan 5 dari nilai jual. Pemungutan pajak dilakukan terhadap objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 2 jika objeknya itu mencapai jumlah paling kurang 25 kg ikan. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa retribusi pajak hasil usaha perikanan tidak berjalan, karena PPI Meulaboh tidak aktif perkantorannya DKP dan tidak ada petugas DKP di PPI, melainkan hanya ada buruh kebersihan yang digaji oleh DKP, sebagaimana disebutkan dalam keputusan Bupati Aceh Barat No 205 tahun 2005 tentang pengelolaan PPI Meulaboh diselenggarakan oleh DKP untuk melayani semua aktivitas nelayan. Pemerintahan Aceh merupakan salah satu daerah yang mempunyai lembaga adat laut yang kuat dan diakui oleh dunia internasional sebagai lembaga adat yang mengurusi setiap permasalahan nelayan, oleh karena itu dalam kegiatan pengelolaan PPI Meulaboh perlu pengkajian ulang terhadap peraturan yang ada dan perlu musyawarah antara pihak pemerintah daerah dinas kelautan dan perikanan dan lembaga adat panglima laot untuk sama-sama memikirkan dan menyusun peraturan yang sesuai untuk pengelolaan PPI. Sejarah mencerminkan bahwa aktivitas lembaga panglima laot yang telah dibentuk secara turun temurun sejak abad ke-14 di masa Sultan Iskandar Muda tahun 1972, di kalangan masyarakat nelayan terdapat lembaga adat istiadat dengan ketentuan hukum negara yang jelas selama dalam pelaksanaannya sehingga tidak melanggar hukum-hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pihak manapun tidak dapat mengganggu gugat keberadaan hukum adat khususnya hukum adat laot. Lembaga Adat ada berdasarkan pada Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 juncto Pasal 18 UUD 1945 berkaitan dengan adat. Pasal 131 ayat 2 sub b Indische regeling IS tentang golongan bumi putra dan timur asing berlaku hukum adat. Pasal 104 ayat 1 UUDS 1950 menyebutkan,”segala keputusan pengadilan harus berisi alasan- alasannya, dan aturan hukum adat yang dijadikan dasar hukum itu. Keputusan Perdana Menteri Nomor 1 Missi tanggal 26 Mei 1959 tentang Aceh diberikan hak untuk menentukan bentuk dan isi pelaksanaan kehidupan adat, namun keistimewaan Aceh tidak boleh keluar dari kerangka politik dan sistem hukum dalam Negara. UU Nomor 1 Tahun 1973 dan Nomor 20 Tahun 1961 tentang kedudukan dan peranan hukum adat, UU Nomor 44 Tahun 1999 tentang keistimewaan Aceh, dan UU Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus untuk Aceh. UU Nomor 18 tahun 2001 tentang kehidupan adat di Indonesia. PERDA Nomor 2 Tahun 1990 tentang pembinaan dan pengembangan Adat Istiadat dan UUPA Undang-Undang Pemerintahan Aceh Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Berdasarkan Qanun Pemerintahan Aceh No 16 Pasal 8 Tahun 2002 tentang pengelolaan sumberdaya kelautan dikatakan, setiap orang atau badan hukum yang melakukan usahanya dengan memanfaatkan sumberdaya dan jasa kelautan diwilayah Pemerintahan Aceh dikenakan retribusi danatau pungutan, oleh karena itu dalam pengelolaan PPI Meulaboh, Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Barat mengeluarkan PerdaQanun No 4 tahun 2010 tentang Retribusi Kepelabuhanan di Lingkungan Pangkalan Pendaratan Ikan PPI. Adanya Qanun tentang PPI ini diharapkan selain dapat tercipta dan meningkatkan usaha masyarakat di bidang perikanan dan kelautan serta dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Qanun pasal 5 dijelaskan bahwa Retribusi Kepelabuhanan di Lingkungan Pangkalan Pendaratan Ikan PPI digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha, dan pada pasal 6 dijelaskan cara mengukur tingkat penggunaan jasa, diukur berdasarkan volume, luas bangunan dan luas lahan yang dimanfaatkan di kawasan PPI. Besarnya tarif Retribusi Jasa Usaha Pelayanan di kawasan PPI dapat dilihat sebagai berikut: 1 Jasa Usaha Pemakaian Fasilitas Kekayaan Daerah: ƒ Kios nelayan Rp 4.000.000,00UnitTahun ƒ Los ikan asin Rp 600.000,00TongTahun ƒ Gudang PPI Rp 3.000.000,00UnitTahun ƒ Kios Pemasaran Rp 5.000.000,00UnitTahun 2 Jasa Usaha Pelayanan Perparkiran ƒ Kendaraan Roda 2 Rp 1.000,00unit ƒ Kendaraan Roda 3 becak Rp 2.000,00unit ƒ Kendaraan Roda 4 Rp 2.000,00unit ƒ Kendaraan Roda 6 Rp 3.000,00unit ƒ SandarBongkar muat nelayan 5GT Rp 3.500,00unitMax 4 jam ƒ SandarBongkar muat nelayan 5GT Rp 2.500,00unitMax 4 jam 3 Jasa Usaha Pelayanan Sarana Tempat mandi, Cuci dan Kakus ƒ Pemanfaatan MCK Rp 1.000,00karcis 4 Jasa Usaha Pelayanan Air Bersih ƒ Sumber air di kompleks PPI Rp 1000,00jirigen 35 liter. Pemasukan daerah dari retribusi pajak hasil usaha perikanan yang dijelaskan dalam Qanun No 4 tahun 2010 di PPI Meulaboh tidak berjalan, disebabkan oleh DKP Aceh Barat kurang peduli terhadap kondisi aktivitas di PPI. Hal tersebut diidentifikasikan dengan tidak adanya petugas DKP dan aktivitas pelayanan nelayan di kantor PPI Meulaboh. Oleh sebab itu diperlukan peran pemerintah daerah untuk mengaktifkan semua pelayanan nelayan dalam pendukung pengelolaan PPI. Pemerintah daerah memperoleh retribusi ini hanya berdasarkan tender-tender dari sebagian fasilitas yang ada di PPI Meulaboh kepada personal atau lembaga. Hasil tender menjadi pemasukan daerah. Pelaksanaan tender dimulai dari pemerintah daerah yang mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan peraturan atau ketentuan bagi lembaga atau perusahaan atau personal yang akan mengikuti tender, baik berupa dana awal, batas waktu pendaftaran dan lain-lain. Pelaksanaan tender dilakukan sesuai dengan pengumuman yang telah dikeluarkan oleh pemda. Lembaga atau perusahaan atau personal yang telah melakukan pengajuan ke pihak panitia, wajib membayar 50 di awal pada saat penawaran. Uang sebanyak 50 ini dijadikan jaminan sebagai salah satu bentuk keikutsertaan dalam tender ini. Jika telah membayar 50 dan tidak menang dalam tender maka uang tersebut akan dikembalikan lagi. Bagi pihak yang melakukan penawaran paling tinggi maka pihak tersebut yang akan menjadi pemilik tender dan sisa 50 akan dibayar setelah diketahui pemenang dari tender tersebut. Peraturan pemerintah provinsi atau kabupaten yang terkait dengan kebijakan pengelolaan PPI dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Kebijakan terkait dengan pengelolaan PPI No Peraturan Pemerintahqanun daerah Program Kegiatan 1 Peraturan Menteri No 16MEN2006 Pengelola pelabuhan perikanan bertanggung jawab atas pemeliharaan fasilitas yang berada di pelabuhan perikanan dan dipimpin oleh seorang kepala pelabuhan 2 Qanun Pemerintahan Aceh No 16 Pasal 24 tahun 2002 Setiap orang, kelompok dan pemilik badan hukum yang kelalaiannya melanggar ketentuan qanun ini diacam dengan pidana kurungan sesuai dengan ketentuan Undang-undang 3 Keputusan Bupati Aceh Barat No 205 tahun 2005 Pengelolaan PPI Meulaboh diselenggarakan oleh DKP Aceh Barat untuk melayani semua aktivitas nelayan 4 Qanun Kabupaten Aceh No 2 tahun 2004 Pengelolaan PPI Meulaboh dikoordinir oleh bidang kelautan di bawah seksi Produksi dan Sarana 5 Qanun Pemerintahan Aceh No 16 Pasal 8 tahun 2002 Setiap orang atau badan hukum yang melakukan usahanya dengan memanfaatkan sumberdaya dan jasa kelautan diwilayah Pemerintahan Aceh dikenakan retribusi danatau pungutan 6 Qanun Kabupaten Aceh Barat No 4 Pasal 5 tahun 2010 Retribusi Kepelabuhanan di lingkungan PPI digolongkan sebagai retribusi jasa usaha 7 Qanun Kabupaten Aceh Barat No 4 Pasal 6 tahun 2010 Mengukur tingkat penggunaan jasa berdasarkan volume, luas bangunan dan lahan yang dimanfaatkan di kawasan PPI Sumber: hasil olahan data Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2008 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah KabupatenKota telah dijelaskan pembagian tugas dan wewenang antara Pemerintah Daerah Provinsi dan KabupatenKota dalam bidang perikanan. Tugas dan Kewenangan Pemerintah Provinsi dan KabupatenKota dibedakan menjadi 6 subbidang yaitu subbidang kelautan, umum, perikanan tangkap, pengawasan dan pengendalian, pengelolaan dan pemasaran, serta penyuluhan pendidikan. Secara umum butir-butir kewenangan ini telah dibuat peraturan norma dan kebijakannya oleh pemerintah pusat dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, namun pada tingkat provinsi dan kabupatenkota belum secara terinci diatur pelaksananya. Hasil analisis dengan menggunakan pendekatan kerangka hukum terhadap kebijakan atau peraturan perundang-undangan untuk mengatur kegiatan di PPI, belum menunjukkan hal yang positif Tabel 13. Kebijakan ataupun peraturan perundang-undangan dan qanun yang dibuat oleh pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten, belum dapat mengakomodir semuanya wewenang yang dibuat pemerintah pusat kepada daerah di bidang perikanan. Kebijakan peraturan daerah atau qanun yang dibuat oleh kabupatenkota, lebih terkait dengan pemasukan daerah yaitu seperti qanun retribusi jasa usaha perikanan di PPI. Tabel 13 Pendekatan kerangka hukum legal framework pada PPI Meulaboh No Kriteria Penilaian 1 Sruktur hukum Peraturan kebijakan yang ada di Perdaqanun, belum semuanya bisa diterjemahkan atau diaplikasikan di lapangan. Berbagai macam faktor kendala penghambat untuk penerapan kebijakan yaitu kebijakan yang ada masih bersifat umum, tenaga kerja tidak sesuai keahliannya, keterbatasan sumberdaya manusia 2 Mandat hukum Mandat hukum sangat jelas diberikan kepada lembaga pemerintah DKP dan lembaga adat Panglima Laot, namun dalam implementasi di lapangan sering tidak jalan, dua lembaga ini ada kepentingan pribadi masing- masing dan mengklaim semua tugasnya, sehingga kepentingan pribadi lebih tinggi dalam melaksanakan kebijakan yang ada. 3 Penegakan hukum Penegakan hukum di Indonesia, khususnya di Pemerintahan Aceh dalam penerapan-penerapan peraturan yang ada masih sangat rendah, peraturan atau kebijakan yang ada belum ditegakkan oleh PEMDA kepada seluruh kegiatan dan aktivitas di PPI, karena ada berbagai kepentingan sehingga penegakan hukum tidak pernah aktif. Sumber: hasil olahan data Tabel 13 memperlihatkan bahwa hasil analisis pendekatan kerangka hukum legal framework terhadap kebijakan atau peraturan perundangan-undangan untuk mengatur kegiatan pengelolaan PPI Meulaboh, belum menunjukkan hal yang positif. Berdasarkan penilaian melalui struktur hukum, ada berbagai macam kendala penghambat penerapan kebijakan yaitu: 1 kebijakan yang ada masih bersifat umum, belum ada kebijakan peraturan yang spesifik, seperti peraturan tentang surat izin penangkapan ikan SIPI yang harus dibuat oleh setiap pemilik kapal, penanganan antrian kapal untuk bongkar muat di dermaga dan aturan sistem pelelangan ikan. 2 Persyaratan tenaga kerja yang sesuai dengan keahliannya. Semua karyawanstaf yang mengelola PPI Meulaboh bukan dari kedisiplinan ilmu, sehingga tidak berjalannya pengelolaan yang baik. 3 Ketersediaan sumberdaya manusia. Sumberdaya yang ada di PPI Meulaboh masih terbatas dari sisi jumlah, tetapi lima tahun pasca tsunami 2004 sudah ada sumberdaya manusia yang handal dan mempunyai kualitas terutama bidang perikanan. Pada umumnya masih ada unsur politik di pemerintah daerah dalam perekrutan tenaga kerja sehingga masih belum menerapkan ilmu sesuai keahliannya dalam pengelolaan PPI. Selanjutnya penilaian berdasarkan mandat hukum, peraturan pemerintah daerah sangat jelas memberikan mandat kepada DKP Kabupaten dan lembaga adat Panglima Laot sebagai pengontrol DKP untuk mengelola PPI. Namun dalam operasionalnya ada kepentingan pribadi dan mengklaim semua kegiatan di PPI tugas DKP. Seperti DKP, mengklaim punya hak penuh untuk menentukan harga sewaan lahan ke setiap pedagang ikan dan pihak swastakelompok tanpa musyawarah dengan Panglima Laot dan menyuruh Panglima Laot untuk mengontrol kegiatan aktivitas nelayan di PPI. Sebaliknya Panglima Laot yang dipilih dari “pawang laot” hasil musyawarah nelayan mengklaim semua aktivitas di PPI adalah tugas panglima laot. Hal ini menunjukkan masih kurangnya komunikasi dan kepedulian pemda dalam mengsosialisasikan tugas DKP dan Panglima Laot. Oleh sebab itu dibutuhkan keberlanjutan komunikasi antara kedua pihak. Penilaian dari penegakan hukum masih sangat rendah. Peraturan Pemerintah Provinsi Qanun No 16 tahun 2002 tentang pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan menjelaskan, setiap orangkelompok dan pemilik badan hukum yang kelalaiannya melanggar ketentuan akan diancam dengan pidana kurungan sesuai dengan ketentuan Undang-undang, tetapi pemerintah kabupaten belum melaksanakan peraturan ini, karena ada kepentingan pribadi sehingga nelayan selalu dirugikan. Berdasarkan peraturan Bupati Aceh Barat No 205 Tahun 2005 dan Qanun No 2 Tahun 2004 bahwa pengelolaan PPI dikoordinir oleh Seksi Teknik Produksi dan Sarana yang salah satu tugasnya adalah menyiapkan sarana dan prasarana perikanan untuk menunjang pengelolaan tempat pendaratan ikan dan pusat pendaratan ikan. Hal tersebut menjadi dasar hukum bagi DKP Aceh Barat untuk membuat qanun tentang peraturan pengelolaan aktivitas yang spesifik di PPI Meulaboh, seperti qanun tentang surat izin penangkapan ikan bagi setiap kapal, antrian kapal di dermaga dan sistem lelang di tempat pelelangan ikan TPI. Peraturan sangat diperlukan di PPI Meulaboh, supaya semua aktivitas berjalan sesuai dengan peraturan dan memberikan dampak positif berupa keuntungan untuk pendapatan asli daerah PAD dan kesejahteraan nelayan menjadi lebih baik.

5.3 Implementasi Program Pengelolaan

Saxena 1992 menyatakan bahwa teknik ISM interpretative structural modeling bersangkut paut dengan interpretasi dari suatu objek yang utuh, atau perwakilan sistem melalui aplikasi teori grafis secara sistematika dan iteratif. ISM adalah proses yang mentransformasikan model mental yang tidak terang dan lemah penjelasannya, menjadi model sistem yang tampak visible serta didefinisikan secara jelas dan bermanfaat untuk beragam tujuan. Teknik ISM menganalisis elemen-elemen sistem, dan memecahkannya dalam bentuk grafik dari hubungan langsung antar elemen dan tingkat hierarki Marimin, 2004. Teknik model ISM digunakan untuk melihat formulasi model kebijakan yang cocok untuk diimplementasikan, agar pengelolaan optimal di PPI Meulaboh dapat diaplikasikan dengan baik. Program pengelolaan merupakan suatu sistem yang kompleks, untuk itu harus dilakukan melalui perencanaan sistematis dan terintegrasi dari seluruh komponen sistem.

5.3.1 Sektor masyarakat yang terpengaruh dalam pengelolaan optimal PPI

Meulaboh Output ISM interpretative structural modeling dihasilkan dari sektor masyarakat yang terpengaruh melalui diagram struktural, dapat dilihat pada Gambar 28. Pengelola PPI dan Panglima Laot dalam pengelolaan optimal PPI Meulaboh merupakan elemen kunci, yang akan mempengaruhi atau menggerakkan subelemen-subelemen dari elemen sektor masyarakat yang terpengaruh lainnya untuk keberhasilan program pengelolaan optimal PPI. Penyusunanpembuatan suatu program pengelolaan yang optimal akan memberikan dampak bagus pada nelayan atau pihak lain, sehingga terlihat semua pihak yang terlibat dalam aktivitas di PPI menjadi lebih teratur sesuai dengan manajemennya dan dapat menggerakkan tumbuhnya industri-industri perikanan dan akhirnya mensejahterakan pedagang, buruh, jasa transportasi dan lain-lain. 9. Buruh angkut 10. Konsumen 11. Masyarakat Sekitar PPI 7. Pedagang Pengecer 6. Pedagang Pengumpul 4. Industri Perikanan 5. Pemilik Boat 2. Nelayan 1. Pengelola PPI 3. Panglima Laot 8. Pengusaha jasa transportasi Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5 Level 6 Gambar 28 Diagram struktural dari elemen sektor masyarakat yang terpengaruh pada program pengelolaan optimal PPI Matriks driver power-dependence untuk subelemen masyarakat yang terpengaruh seperti terlihat pada Gambar 29. Subelemen terdistribusi kedalam tiga sektor yaitu sektor II, III dan sektor IV. Subelemen pengelola PPI, panglima laot dan nelay ketergantu yang kua industri pe sekitar PP ini merup tinggi terh menjadi p berhasilny dimana su tetapi day Pendapat pengelolaa yan berada ungan yang at untuk ke erikanan, p PI dan konsu akan subele hadap prog penghambat ya pengelola ubelemen y ya dorong responden an PPI Meu di sektor g rendah te eberhasilan edagang pe umen berad emen yang gram. Kura t sehingga m aan optimal yang berada yang keci terhadap e ulaboh dapa IV, yang m erhadap pro program. engumpul, p da pada sek labil yang angnya perh membutuhk l PPI. Masy a di sektor il terhadap lemen sekt at dilihat di L mana sube ogram, nam Kemudian pedagang p ktor III, dim berarti mem hatian pada kan perhatia yarakat seki II memiliki p keberhasi or masyara Lampiran 2 lemen sekt mun memili subelemen engecer, bu mana subelem miliki keter a sublemen an serius un itar PPI ber i ketergantu ilan progra akat yang te 2. tor ini mem iki daya do n pemilik uruh, masya men pada s rgantungan n tersebut ntuk mendu rada di sekt ungan yang am pengelo erpengaruh miliki orong boat, arakat sektor yang dapat ukung tor II, g kuat olaan. pada Driver Power Gamba Keteranga 1. Pengelo 2. Nelayan 3. Panglim 4. Industri 5. Pemilik ar 29 Matr terpe an: ola PPI n ma Laot i Perikanan k Boat 1 2 riks driver p engaruh pa 1 2 3 SEKTOR I 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 4 5 Depen power-depe ada program d endence dar m pengelola 6 7 dence 4 5 8 9 6 7 8 9,10 11 10 11 ri elemen m aan optimal masyarakat PPI yang