POLA KOMUNIKASI ETNIK TIONGHWA DAN ETNIK JAWA DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS MA CHUNG
i POLA KOMUNIKASI ETNIK TIONGHWA DAN ETNIK JAWA DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS MA
CHUNG
Skripsi Ini Diajukan Kepada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Strata1 (S1)
Oleh:
Reni Mardiana Isrofi (06220135)
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
(2)
ii PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Reni Mardiana Isrofi Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 16 Maret 1988 Nomor Induk Mahasiswa : 06220135
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) yang berjudul:
POLA KOMUNIKASI ETNIK TIONGHWA DAN ETNIK JAWA DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS MA CHUNG
adalah bukan karya ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Malang, 20 April 2012 Penulis,
(3)
iii LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama : Reni Mardiana Isrofi Nim : 06220135
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul : POLA KOMUNIKASI ETNIK TIONGHWA DAN ETNIK JAWA DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS MA CHUNG
Diketahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Drs. Abdullah Masmuh, MSi Drs. Farid Rusman, MSi
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
(4)
iv BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI
1. Nama : Reni Mardiana Isrofi 2. NIM : 06220135
3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Jurusan : Ilmu Komunikasi
5. Konsentrasi : Public Relations
6. Judul Skripsi : Pola Komunikasi Etnik Tionghwa Dan Etnik Jawa Di Kalangan Mahasiswa Universitas Ma Chung 7. Pembimbing : I. Drs. Abdullah Masmuh, M. Si
II. Drs. Farid Rusman, M. Si 8. Kronologi Bimbingan
Tanggal Paraf Pembimbing Keterangan
Pembimbing I Pembimbing II
17 September 2011 Acc Judul
26 Oktober 2011 Acc Seminar Proposal
28 Oktober 2011 Seminar Proposal
29 Januari 2012 Acc BAB I-II
20 April 2012 Acc BAB III-IV
21 April 2012 Acc seluruh naskah
Malang, Disetujui, Pembimbing I
Drs. Abdullah. Masmuh, MSi
Pembimbing II
Drs. Farid Rusman M Si
(5)
v LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Reni Mardiana Isrofi Nim : 06220135
Konsentrasi : Public Relations
Judul Skripsi : POLA KOMUNIKASI ETNIK TIONGHWA DAN ETNIK JAWA DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS MA CHUNG
Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Ilmu Komunikasi
Dan dinyatakan LULUS
Pada Hari : Kamis Tanggal : 03 Mei 2012 Tempat : Ruang 611
Mengesahkan, Dekan FISIP UMM
Dr. Wahyudi, M. Si
Dewan Penguji:
1. Joko Susilo, M. Si ( )
2. Dr. Sugeng Puji Leksono, M. Si ( )
3. Drs. Abdullah Masmuh, Msi ( )
(6)
vi KATA PENGANTAR
Bismilllahirrohmanirohim,
Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji Syukur yang teramat dalam penulis ucapkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha pemberi, junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Dialah Allah, yang telah memberikan kemuliaan kepada manusia dengan memiliki pengetahuan lebih diantara makhluk-makhluknya yang lain. Dengan doa dan usaha Skripsi ini telah terselesaikan, Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis di Jurusan Ilmun Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang; sebagai syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.
Dengan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung. Terima kasih ini penulis sampaikan kepada:
1. Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
2. Nabi Muhammad SAW, melalui Beliau Ajaran Islam itu disampaikan sehingga Umat Islam dapat mengikuti kebaikannya.
3. Kepada Mama ku tercinta, terkasih dan tersayang, my spirit and my inspiration Mahmuda, yang senantiasa memberi kasih sayang dan dukungan berbentuk moril, spiritual, dan finansial, Mas Rino yang tanpa lelah bekerja untuk membiayai kuliahku, Mas Rio yang berada jauh disana, tapi aku tahu bahwa kamu selalu mendoakan aku Mas, sahabat-sahabatku yang telah senantiasa mendampingi selama ini, dalam suka maupun duka, serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa, semagat, dan dukungan bagi penulis.
4. Bapak Drs. Abdullah Masmuh, M.Si dan Bapak Drs. Farid Rrusman, M.Si terima kasih telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan seluruh Dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmunya pada penulis.
(7)
vii 5. Buat teman-teman seperjuangan, yang juga sedikit molor dalam pengerjaan skripsi, Jhejhek, Dilla, Irma, Adjrin akhirnya skripsi kita selesai juga teman. Buat teman-teman seperjuangan seangkatan 2006 yang sebagian sudah lulus terlebih dahulu Niken Setyorini, Intan Mustafa, Khusnul Mufidah, Dewi Isnayah, Fita Nurdiana, Susianti Sa’adah, Abyatul Khibtiyah, dan Mbak Pipit.
6. Buat anggota six soul’s (Intan, Renvi, Niken, Fida, Fita, dan anggota tambahan De2q) yang selalu memberikan semangat, dan kenangan saat bersama-sama yang selalu buat kangen.
7. Teman-teman komunikasi angkatan 2006 terima kasih atas dukungan, informasi dan waktu yang telah diluangkan.
8. Dan semua pihak yang terkait yang telah membantu peneliti dari awal pembuatan skripsi hingga selesai.
Peneliti sadar bahwa apa yang telah dikemukakan dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu Peneliti menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Peneliti berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi peneliti maupun pembaca dan pihak lain yang membutuhkan.
Malang, 20 April 2012 Peneliti
(8)
viii Daftar Isi
Halaman Judul ……… -
Lembar PersetujuanSkripsi ……….. i
Lembar Pengesahan ………... ii
Pernyataan Orisinalitas ……….. iii
Berita Acara Bimbingan Skripsi ………... iv
Abstraksi………... v
Kata Pengantar ………... vii
Daftar Isi ……….. - Daftar Tabel ……… ix
Daftar Gambar ……… x
BAB I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang ……….……….. 1
I. 2 Rumusan Masalah ……….……….. 5 I. 3 Tujuan Penelitian ..……….……….……
I. 4 Manfaat Penelitian ..……….………...……… I. 5 Tinjauan Pustaka ...……….………...……… I. 5. 1 Komunikasi .….……….………...……… a. Pengertian Komunikasi ……….………...………... b. Konteks-konteks Komunikasi ……….………...………. I. 5. 2 Komunikasi Antarpribadi ……….………...……….... a. Pengertian Komunikasi Antarpribadi ….………...………... b. Faktor Penumbuh Komunikasi Antarpribadi …...………... c. Tujuan Komunikasi Antarpribadi ……….………...………….…... I. 5. 3 Komunikasi Antarbudaya ……….………...……….... a. Pengertian Komunikasi Antarbudaya …….………...………….… b. Hambatan-hambatan Proses Komunikasi Antarbudaya ….………. I. 5. 4 Komunikasi Kelompok …...……….………...…………... a. Definisi dan Proses Terbentuknya Kelompok ……...………….…. b. Perkembangan Komunikasi Kelompok Antaretnik ...………..
5 5 6 6 6 8 11 11 14 17 19 19 21 23 23 24
(9)
ix c. Pola Komunikasi di Kalangan Mahasiswa Antaretnik .………... I. 5. 5 Pola-pola Jaringan Komunikasi ...……….………...…….…... a. Definisi Pola Komunikasi …...……….………….……. b. Jenis-jenis Pola Komunikasi …...……….…………... I. 5. 6 Pelaku-pelaku Dalam Jaringan Komunikasi ………
a. Opinion Leader ………. b. Gate Keepers ……….…... c. Cosmopolities ………... d. Bridge ………..…..…... e. Liason ………..…..…… f. Isolate ………..…..…… I. 5. 7 Teori Cybernetic ………... I. 6 Definisi Konseptual ………...…...…………... I. 7 Metode Penelitian ………...…...…………... a. Lokasi Penelitian ……… b. Pendekatan Penelitian ……… c. Subyek Penelitian ………...……… d. Teknik Pengumpulan Data …………...……….. e. Teknik Analisis Data ………..……… I. 8 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ……….
25 27 27 27 30 30 30 30 31 31 31 32 33 34 34 34 34 36 37 38 BAB II Gambaran Umum Universitas Ma Chung
II. 1 Profil Universitas Ma Chung ……….………... 39 II. 2 Visi dan Misi Universitas Ma Chung ………
II. 3 Sarana dan Prasarana Universitas Ma Chung ……… a. Sarana Non Akademik .……….……… b Sarana Akademik .………...………….………...…... II. 4 Pusat Riset Universitas Ma Chung ……….………... II. 5 Mitra Universitas Ma Chung ……….………... II. 6 Program Studi di Universitas Ma Chung ……….……….. a. Prodi Manajemen ……….………... b. Prodi Akuntansi ……….…..………...……… c. Prodi Sastra Inggris ..……….…..………..………
43 44 45 46 48 49 50 51 53 54
(10)
x d. Prodi Sistem Informasi ……….………. e. Prodi Teknik Informatika ………..……… f. Prodi Teknik Industri ..……….…..……… II. 7 Unit Pengabdian Masyarakat Universitas Ma Chung ……… II. 8 Pusat Kegiatan Mahasiswa Universitas Ma Chung …..……….…………... II. 9 Beasiswa dan Penghargaan Universitas Ma Chung …..………...…………
55 57 59 60 61 62 BAB III Hasil Penelitian dan Pembahasan
III. 1 Profil Subjek Penelitian ………...……… a. Data Subjek Penelitian Secara Keseluruhan……….. b. Data Subjek Penelitian Berdasarkan Etnik ……….…. c. Data Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ………
65 66 67 67 III. 2 Pola-pola Komunikasi di Kalangan Mahasiswa………..
a. Pola Komunikasi Mahasiswa Etnik Tionghwa……….………. b. Pola Komunikasi Mahasiswa Etnik Jawa ……… c. Pola Komunikasi Mahasiswa Etnik Tionghwa dan etnik Jawa ………... III. 3 Klik-klik Dalam Jaringan Komunikasi Antaretnik ……….……… a. Pola Klik 1 Pola Rantai ………..……… b. Pola Klik 2 Pola Y .………..………..… c. Pola Klik 3 Pola Bintang ...……… ………… III. 4 Pelaku-pelaku Komunikasi Dalam Jaringan Komunikasi Antaretnik ………
a. Opinion Leader ……….
b. Gate Keepers ……….……... c. Cosmopolities ………...……...
d. Bridge ………..…..…………
e. Liason ………..…..…………
f. Isolate ………..…..…………
67 68 73 78 85 87 88 92 94 95 95 96 96 96 97 BAB IV Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan………...… 98
B. Saran………...… 99
(11)
xi DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Perilaku Yang Dapat Menimbulkan Iklim Defensif dan Suportif
……….……….………….………….. 16
Tabel III. 1 Daftar Subjek Penelitian Secara Keseluruhan ….…………. 66
Tabel III. 2 Data Subjek Penelitian Berdasarkan Etnik ….…………... 67
Tabel III. 3 Data Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ……….………... 67
Tabel III. 4 Daftar Sujek Penelitian Etnik Tionghwa ……….………... 69
Tabel III. 5 Daftar Subjek Penelitian Terpilih dan Dipilih …….….….. 70
Tabel III. 6 Daftar Subjek Penelitian Etnik Jawa ………...……… 73
Tabel III. 7 Daftar Subjek Penelitian Terpilih dan Dipilih ……….…… 74
Tabel III. 8 Daftar Subjek Penelitian Terpilih dan Dipilih ……….…… 78
(12)
xii DAFTAR GAMBAR
Gambar I. 1 Jalinan Komunikasi Antarpribadi ….……… 13
Gambar I. 2 Konsep Komunikasi Antarbudaya….……….... 20
Gambar I. 3 Struktur/ Pola Jaringan Komunikasi……….. 28
Gambar I. 4 Teknik Snow Ball Sampling .……… 36
Gambar II.1 Universitas Ma Chung ………..……… 42
Gambar I1.2 Lambang Universitas Ma Chung …....……….... 43
Gambar III. 1 Gambar Pola Jaringan Komunikasi Mahasiswa Etnik Tionghwa ………..……… 70
Gambar III. 2 Gambar Pola Jaringan Komunikasi Mahasiswa Etnik Jawa ………..……… 75
Gambar III. 3 Gambar Klik 1 Pola Bintang ..….………. 75
Gambar III. 4 Gambar Klik 2 Pola Lingkaran ………....………. 76
Gambar III. 5 Gambar Jaringan Komunikasi Mahasiswa Antaretnik …….. 80
Gambar III. 6 Gambar Klik Jaringan Komunikasi Mahasiswa Antaretnik ………..……… 85
Gambar III. 7 Gambar Klik 1 Pola Rantai ………..……… 87
Gambar III. 8 Gambar Klik 2 Pola Y...…………..………... 89
Gambar III. 9 Gambar Klik 3 Pola Bintang ………..……….. 92
Gambar III. 10 Gambar Pelaku-pelaku Komunikasi Dalam Jaringan Komunikasi ………..……… 94
(13)
xiii ABSTRAKSI
Reni Mardiana Isrofi, 06220135
POLA KOMUNIKASI ETNIK TIONGHWA DAN ETNIK JAWA DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS MA CHUNG
Pembimbing : Drs. Abdullah Masmuh, M. Si dan Drs. Farid Rusman, M. si (xiv+83 halaman+10 tabel+15 gambar)
Bibliografi: 13 buku dan 4 sumber non buku
Kata kunci: Pola Jaringan Komunikasi dan Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia untuk berinteraksi dengan individu lainnya. Namun melakukan sebuah komunikasi tidaklah semudah yang kita bayangkan, terlebih jika komunikator dan komunikan memiliki perbedaan latar belakang etnik. Sedangkan di Negara kita saat ini terdapat beraneka ragam etnik. Di sebuah kampus saja misalnya, terdapat mahasiswa dari berbagai etnik, seperti di Universitas Ma Chung, yang didominasi oleh mahasiswa etnik Jawa dan etnik Tionghwa. Apabila komunikasi terjadi antara dua etnik seperti ini, maka diperlukan penyesuaian-penyesuaian terlebih dahulu antara komunikator dan komunikan baik dari segi bahasa, adat-istiadat, kepercayaan, dan lain-lainnya agar peristiwa komunikasi dapat berjalan dengan baik dan lancar. Karena adanya perbedaan-perbedaan dari segi bahasa, adat-istiadat, kepercayaan, dan lain-lain antara kedua etnik tersebut, maka seringkali komunikasi yang terjadi berjalan kurang harmonis, sehingga feedback yang ditimbulkan pun cenderung lambat. Untuk pendekatan penelitian, peneliti memilih pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Jadi penelitian ini hanya menggambarkan atau memaparkan terjadinya pola komunikasi yang terjalin antara mahasiswa etnik Tionghwa dan etnik Jawa di Universitas Ma Chung. Selain itu dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan tekhnik snowball sampling, dimana peneliti tidak hanya memfokuskan penelitian terhadap satu subjek penelitian saja, namun peneliti juga harus meneliti dan melibatkan orang-orang yang juga dekat (memiliki hubungan pertemanan) dengan subjek penelitian tersebut, sehingga nantinya akan ditemukan subjek-subjek penelitian baru.
Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah Teori Cybernetic. Jaringan komunikasi terbentuk karena adanya komunikasi antar individu dan antar kelompok yang mana jaringan komunikasi antaretnik dalam Universitas ini juga terbentuk karena adanya kegiatan yang membuat individu-individu dalam universitas ini sering berinteraksi, berkomunikasi dan bertukar informasi dalam berbagi hal. Selain itu cybernetic juga menunjukkan bahwa perilaku seseorang atau individu ditentukan oleh relasi-relasi sosialnya, bukan pada ciri-ciri individunya, sehingga dalam hal ini terdapat peran-peran setiap
(14)
xiv anggota kelompok jaringan komunikasi antaretnik di Universitas Ma Chung yang terbentuk dari apa yang dilakukan dengan anggota dalam kelompoknya.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil penemuan yakni komunikasi yang terjalin antara dua etnik yang berbeda yaitu etnik Tionghwa dan etnik Jawa di Universitas Ma Chung berjalan dengan sangat baik. Perbedaan adat-istiadat, budaya, kebiasaan, bahkan kepercayaan tidak menjadi penghambat terjadinya sebuah komunikasi yang harmonis antaretnik. Hal ini disebabkan oleh rasa persatuan dan kesatuan (satu Tanah Air) serta persaudaraan antar mahasiswa ini. Hanya dibutuhkan kesadaran dan tenggang rasa antar sesama, maka komunikasi antaretnik akan terus berjalan dengan baik dan lancar di Universitas Ma Chung ini, meski jumlah mahasiswa etnik Jawa lebih dominan daripada mahasiswa etnik Tionghwa.
Penulis
Reni Mardiana Isrofi
Mengetahui,
Pembimbing I
Drs. Abdullah Masmuh, MSi
Pembimbing II
(15)
1
DAFTAR PUSTAKA
Pustaka:
Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta:
Lkis
Dayaksini, Yuniardi. 2004. Psikologi Lintas Budaya. Malang: UMM Press
Devito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia (Edisi Kelima). Jakarta:
Profesional Books
Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press
Litlejohn, Foss. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika
Mulyana, Dedy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
______________ 2008. Metode Penelitian Kualitatif (Paradigma baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Mulyana, Rakhmat. 2000. Komunnikasi Antar Budaya. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Rakhmat, Jalaludin. 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
(16)
2
_________________ 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Widjaja. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Kriyanto, rakhmat. 2006. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Moekijat, Drs. 1993. Teori Komunikasi. Bandung: CV. Makmur Maju
Non Pustaka:
http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/22/mahasiswa-adalah-sebuah-kesempatan/.
Diakses pada tanggal 23 Mei 2010 pada pukul 09.30 wib.
http://id.answer.yahoo.com/question/index?qid=20070815054944AAvEi8N. Diakses pada tanggal 24 Mei 2010 pada pukul 15.45 wib.
http:/www.google.co.id/search?client-firefox-a&rls=org.mozila%3AenUS%3Aofficial&channel=s&hl=id&sourc.
Diakses pada tanggal 31 Juli 2010 pada pukul 10.48.
http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/04/teori-komunikasi-interpersonal.html.
(17)
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Manusia tidak dapat hidup tanpa bergantung pada individu lainnya., dan
faktor utama untuk berinteraksi dengan individu lain tersebut adalah komunikasi.
Dengan komunikasi seseorang dapat menyampaikan informasi, ide, gagasan,
pemikiran dan yang lainnya kepada orang lain, dengan mengharapkan adanya
hubungan timbal balik (feedback). Komunikasi sangatlah diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari. Komunikasi digunakan untuk berinteraksi dengan sesama
dalam kehidupan sosial ini. Tanpa adanya komunikasi, maka akan sulit untuk
menjalani kehidupan. Namun, untuk menerapkan komunikasi dalam kehidupan
sosial tidaklah mudah, karena terkadang dapat terjadi kesalahan dalam
penafsiran (miss communication) oleh komunikan atau komunikator.
Melakukan sebuah komunikasi juga tidaklah semudah yang kita
bayangkan, terlebih jika komunikator dan komunikan memiliki perbedaan latar
belakang etnik. Misalnya saja komunikator berasal dari etnik Tionghwa dan
komunikan berasal dari etnik Jawa, maka diperlukan penyesuaian-penyesuaian
terlebih dahulu antara komunikator dan komunikan baik dari segi bahasa,
(18)
2
dengan baik dan lancar. Karena adanya perbedaan-perbedaan dari segi bahasa,
adat-istiadat, kepercayaan, dan lain-lain antara kedua etnik tersebut, maka
seringkali komunikasi yang terjadi berjalan kurang harmonis, sehingga feedback
yang ditimbulkan pun cenderung lambat.
Perbedaan-perbedaan tersebut dapat menyebabkan kecilnya frekuensi
jalinan komunikasi antaretnik. Individu akan lebih memilih untuk berkomunikasi
dengan teman/ orang yang memiliki kesamaan etnik, karena mereka
menganggap komunikasi yang dilakukan dengan individu yang memiliki
persamaan etnik dengan mereka akan berjalan lebih mudah dan lebih lancar dan
hanya sedikit sekali akan kemungkinan terjadinya miss communication antara
komunikator dan komunikan.
Fenomena yang terjadi di Negara kita saat ini seperti di sekolah, di
kampus, di tempat-tempat umum, ataupun di pusat kegiatan masyarakat (pasar,
mall, tempat wisata, dll) masyarakat Tionghwa lebih merasa nyaman apabila
bergaul, membangun relasi bisnis, dan berkomunikasi dengan masyarakat „seetnik‟ daripada dengan masyarakat berbeda etnik, meskipun terkadang mereka di haruskan berada di tengah-tengah lingkungan yang mayoritas masyarakatnya
beretnik Jawa. Begitupun sebaliknya, masyarakat etnik Jawa memilih untuk
lebih intens berkomunikasi dengan masyarakat yang mempunyai persamaan
etnik dan latar belakang dengan mereka. Oleh sebab itu sudah menjadi rahasia
(19)
3
perkumpulan yang khusus untuk mereka yang beretnik Tionghwa. Timbulnya
rasa individualis atau kelompok antara masyarakat etnik Tionghwa dan
masyarakat etnik Jawa ini bisa didasari karena perbedaan bahasa, adat-istiadat,
kebiasaan, serta lingkungan sosial antara masing-masing etnik. Selain itu,
kesenjangan antaretnik yang muncul antara masyarakat etnik Tionghwa dan
etnik Jawa bisa juga disebabkan oleh kurangnya rasa nasionalisme dan cara
berkomunikasi yang kurang tepat oleh masing-masing pihak.
Namun, dalam kurun waktu kurang lebih empat tahun ini di kota Malang
telah di resmikan sebuah kampus berstandart internasional, bernama Ma Chung
University. Kampus yang terletak di Jl. Villa Puncak Tidar No. 1 Malang ini di
dominasi oleh mahasiswa etnik Tionghoa dan mahasiswa lokal beretnik Jawa,
para pengajarnya pun (dosen) mayoritas di dominasi oleh etnik Tionghwa dan
etnik Jawa. Biasanya para mahasiswa membentuk kelompok-kelompok, dalam
kelompok-kelompok tersebut terdapat kelompok mahasiswa yang anggotanya
hanya mahasiswa beretnik Tionghwa, kelompok lain yang anggotanya hanya
terdiri dari mahasiswa beretnik Jawa, namun terkadang ada juga kelompok yang
anggotanya campuran, terdiri dari mahasiswa etnik Tionghwa dan etnik Jawa.
Dalam kelompok-kelompok tersebut telah terjadi berbagai macam jenis
komunikasi, antara lain komunikai antarpribadi, komunikasi kelompok, dan
komunikasi antaretnik (antarbudaya). Memang jenis komunikasi yang kita
(20)
4
intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, organisasi,
komunikasi antarbudaya, dan lain-lain.
Selain harus memahami tentang komunikasi antarpribadi, kita juga harus
paham mengenai komunikasi antarbudaya atau komunikasi multikultural, karena
untuk menyatukan dua kebudayaan atau lebih itu akan sangat sulit. Sebab dalam
setiap kebudayaan memiliki aturan atau norma-norma tersendiri yang terkadang
sama namun terkadang juga berbeda pada tiap-tiap kebudayaan. Agar tidak
terjadi kesalahpahaman, alangkah baiknya jika kita mencoba membuka diri
untuk mau memahami atau setidaknya mengetahui dan mengenal budaya-budaya
dari daerah lain.
Peneliti memutuskan untuk mengambil tema mengenai pola komunikasi
antaretnik di kalangan mahasiswa, yakni etnik Tionghwa dan etnik Jawa ini
berdasarkan fenomena yang terjadi di Universitas Ma Chung, dimana saat di
kehidupan bermasyarakat komunikasi anteretnik Tionghwa dan etnik Jawa
berjalan dengan kuarng baik, namun hal ini tidak terjadi di kawasan kampus
tersebut. Para mahasiswa etnik Tionghwa dan etnik Jawa tetap dapat berinteraksi
dan berkomunikasi dengan baik.
(21)
5
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka dapat
ditentukan rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. “Bagaimanakah pola komunikasi yang terjadi antara mahasiswa etnik Tionghwa dan etnik Jawa di Universitas Ma Chung?”
2. “Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kedua etnik ini tetap dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik?”
I. 3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi yang terjadi antara
mahasiswa etnik Tionghwa dan etnik Jawa.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kedua etnik ini
dapat berkomunikasi dengan baik, serta dapat menjalin hubungan
pertemanan yang harmonis.
I. 4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dibuat dengan tujuan agar memiliki manfaat bagi semua
pihak. Penelitian ini memiliki manfaat yang dapat dijelaskan, sebagai berikut:
(22)
6
Dapat memperkaya sumber bacaan di lingkungan FISIP UMM,
khususnya Ilmu Komunikasi FISIP UMM, serta dapat dijadikan referensi
oleh peneliti selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
Dapat mengetahui aplikasi pola komunikasi dalam masyarakat berbeda
etnis, sehingga dapat menciptakan situasi komunikasi yang harmonis.
I. 5. Tinjauan Pustaka
I. 5. 1. Komunikasi
a) Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan dasar dari semua bentuk interaksi sosial. Tanpa
adanya komunikasi, maka dapat dipastikan bahwa tidak akan terjadi interaksi
dalam kehidupan sosial. Komunikasi tidak saja diperlihatkan melalui penggunaan
bahasa semata-mata, tetapi menggunakan juga tanda-tanda tubuh yang
(23)
7
Lewat komunikasi seseorang berusaha medefinisikan sesuatu. Secara
sederhana komunikasi dapat diartikan sebagai kegiatan mengirim atau menerima
pesan, dan dalam kegiatan mengirim atau menerima pesan tersebut selalu
membutuhkan media (saluran) untuk menunjang terjadinya proses komunikasi
tersebut, dengan mengharapkan adanya umpan balik (feedback). Feedback yang
terjadi tergantung pada jenis komunikasi dan juga media dari komunikasi yang
sedang berlangsung. Kita menggunakan beberapa sarana dan alat untuk
mengungkapkan atau mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan keinginan kita
kepada orang lain. Sarana itu dapat berbentuk perilaku verbal ataupun nonverbal.
Lain hal nya dalam komunikasi antarbudaya, feedback yang terjadi
cenderung agak lambat dikarenakan perlunya proses pengolahan data lebih lama
yang dilakukan oleh komunikan, karena pengaruh dari perbedaan kepercayaan,
nilai, atau cara berperilaku kultural antara komunikator dan komunikan.
Selain itu komunikasi dapat terjadi secara searah (intrapribadi), ataupun
dua arah (antarpribadi). Komunikasi juga merupakan suatu aktifitas yang dinamis,
aktivitas yang terus berlangsung secara bersinambung sehingga dia terus
mengalami perubahan. Proses komunikasi terinci dalam rangkaian-rangkaian
aktivitas, misalnya saja seorang komunikator mengirimkan pesan melalui media
kepada seorang komunikan dengan dampak yang berbeda-beda, namun saling
berkaitan, bahkan mungkin rangkaian-rangkaian itu diaktifkan secara bertahap
(24)
8
b) Konteks-konteks Komunikasi
Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks atau situasi tertentu. Secara
luas konteks komunikasi dapat diartikan sebagai faktor-faktor diluar orang-orang
yang berkomunikasi, yang mendukung terjadinya proses komunikasi,
faktor-faktor tersebut antara lain berupa faktor-faktor fisik (iklim, cuaca, suhu udara, jumlah
peserta komunikasi, dll); faktor psikologis (sikap kecendrungan, prasangka, dan
emosi para peserta komunikasi); faktor sosial (norma kelompok, nilai sosial,
karakteristik budaya), serta faktor waktu, yakni kapan komunikasi tersebut
berlangsung. (Mulyana. 2005: 69-70).
Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan
konteksnya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Dari jumlah
peserta yang terlibat dalam komunikasi tersebut, maka terdapat berbagai macam
jenis komunikasi, antara lain: komunikasi intrapribadi, komunikasi antarpribadi,
komunikasi kelompok, komunikasi publik, komunikasi organisasi, dan
komunikasi massa. Jumlah komunikator otomatis sangat mempengaruhi
dimensi-dimensi lain proses transaksi komunikasi.
1. Komunikasi Intrapribadi
Komunikasi Intrapribadi (intrapersonal communication) adalah
(25)
9
intrapribadi ini merupakan landasan komunikasi antarantarpribadi dan
komunikasi dalam konteks-konteks lainnya. Komunikasi intrapribadi ini
inheren dalam komunikasi dua-orang, tiga-orang, dan seterusnya, karena
sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan
diri-sendiri.
2. Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah
komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal
maupun nonverbal. Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah
komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang. Komunikasi antarpribadi
sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita
dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk
pesan yang kita komunikasikan. Selain itu, komunikasi antarpribadi ini juga
merupakan komunikasi yang paling lengkap dan sempurna, sehingga
komunikasi antarpribadi sangat berperan penting hingga kapan pun.
Komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan
sesamanya.
(26)
10
Kelompok merupakan sekumpulan orang yang mempunyai tujuan
bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.
Kelompok ini misalnya keluarga, tetangga, kelompok diskusi atau suatu
komite yang tengah rapat untuk mengambil suatu keputusan. Komunikasi
kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil .
Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi
antarpribadi.
4. Komunikasi Publik
Komunikasi Publik (public communications) adalah komunikasi antara
seorang pembicara dengan sejumlah besar orang, yang tidak bisa dikenali satu
persatu. Komunikasi tersebut juga sering disebut pidato, ceramah, atau kuliah
umum. Komunikasi publik biasanya berlangsung lebih formal dan lebih sulit
daripada komunikasi antrpribadi atau komunikasi kelompok. Tidak seperti
komunikasi antarpribadi yang melibatkan pihak-pihak yang sama-sama aktif,
salah satu pihak dalam komunikasi publik cenderung pasif. Umpan balik
(feedback) yang mereka berikan cenderung terbatas, terutama umpan balik
yang bersifat verbal.
5. Komunikasi Organisasi
Komunikasi Organisasi (organizational communication) terjadi dalam
(27)
11
suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi
organisasi seringkali juga melibatkan komunikasi diadik, komunikasi
antarpribadi, dan terkadang juga komunikasi publik.
6. Komunikasi Massa
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang
menggunakan media massa (cetak/elektronik), yang dikelola oleh suatu
lembaga atau orang yang dilembagakan yang ditujukan pada sejumlah besar
orang yang tersebar di banyak di tempat, anonim, dan heterogen.
Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, dan selintas.
Dari semua jenis komunikasi tersebut, jenis komunikasi yang paling
menonjol dan pasti terjadi pada fenomena dalam penelitian ini adalah komunikasi
kelompok dan komunikasi antarbudaya yang nantinya akan menyebabkan
timbulnya pola komunikasi antara etnik Tionghwa dan etnik Jawa, dimana
komunikasi antarbudaya tersebut terjadi saat komunikator dan komunikan berasal
dari dua etnik yang berbeda.
I. 5. 2. Komunikasi Antarpribadi
(28)
12
Komunikasi merupakan suatu proses yang tidak akan mungkin terhindarkan.
Dalam setiap interaksi sosial, komunikasi akan sangat di butuhkan, bahkan tanpa kita
sadari komunikasi itu akan terjadi dengan sendirinya. Termasuk komunikasi
sederhana yang terjadi antara dua orang dalam satu tempat, atau yang biasa disebut
dengan komunikasi antarpribadi.
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang terjadi atau berlangsung di
antara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. Dengan definisi
ini hampir tidak mungkin ada komunikasi antara dua orang (diadik) yang bukan
komunikasi antarpribadi. Dalam komunikasi antarpribadi jumlah komunikator
cenderung lebih kecil dari komunikasi-komunikasi lainnya, serta menghasilkan
umpan balik (feedback) yang lebih cepat (Devito. 1997: 231). Dalam komunikasi
antarpribadi kita mendasarkan komunikasi kita pada pengetahuan yang menjelaskan
tentang masing-masing dari kita.
Namun, komunikasi antarpribadi terjadi setelah adanya hubungan antarpribadi
dan daya tarik antarpribadi. Hubungan antarpribadi berlangsung melalui beberapa
tahap, mulai dari tahap interaksi awal, yakni kontak, keterlibatan, keakraban,
perusakan, sampai ke pemutusan. Untuk lebih mudahnya terjalinnya hubungan
antarpribadi di gambarkan pada bagan di bawah ini:
(29)
13
Keterlibatan Keluar
Keakraban Keluar
Perusakan Keluar
Pemutusan Keluar
Gambar I. 1 Jalinan Komunikasi Antarpribadi (Sumber: Devito. 1997: 233)
Keterangan:
Model lima tahap dalam gambar di atas menguraikan tahap-tahap penting
dalam pengembanngan hubungan. Tetapi terkadang dalam setiap hubungan tertentu
kita juga perlu memodifikasi dan merevisi model dasar ini, tetapi sebagai deskripsi
umum tentang pengembangan hubungan tahap-tahap ini cukup bersifat standar.
(30)
14
Selain hubungan antarpribadi, proses lain yang mendasari terjadinya
komunikasi antarpribadi adalah daya tarik antarpribadi. Daya tarik antarpribadi terdiri
dari: daya tarik (fisik dan kepribadian), pembembentukan citra (impresi), kedekatan
(proksimitas), pengukuhan, kesamaan, dan sifat saling melengkapi. (Devito. 1997:
232-233)
b) Faktor Penumbuh Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi terjadi karena beberapa faktor, adapun faktor
penumbuh komunikasi antarpribadi, antara lain (Rakhmat. 2007: 129-138)
1. Percaya (Trust)
Diantara beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi antarpribadi, faktor
percaya adalah yang paling penting. Sejak tahap pertama dalam hubungan
antarpribadi (tahap perkenalan), sampai pada tahap kedua (tahap peneguhan), “percaya” menentukan evektivitas komunikasi. Secara ilmiah Griffin mendefinisikan “percaya” sebagai “mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti, dan dalam situasi yang penuh risiko”.
Definisi ini menyebutkan tiga unsur percaya, antara lain:
a. Ada situasi yang menimbullkan resiko. Bila orang menaruh kepercayaan
kepada seseorang, ia akan menghadapi resiko. Resiko itu dapat berupa
(31)
15
b. Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain, berarti menyadari
bahwa akibat-akibatnya bergantung pada perilaku orang lain.
c. Orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya.
Sejauh mana kita percaya kepada orang lain dipengaruhhi oleh faktor-faktor
personal dan situasional. Menurut Deutsch, harga diri dan otoritarianisme
mempengaruhi percaya. Orang yang harga dirinya positif akan cenderung
mempercayai orang lain, sebaliknya orang mempunyai kepribadian otoriter
cenderung sukar mempercayai orang lain.
Sikap percaya berkembang apabila setiap komunikan menganggap komunikan
lainnya berlaku jujur. Tentu saja sikap ini dibentuk berdasarkan pengalaman kita
dengan komunikan. Selain pengalaman, ada tiga faktor utama yang dapat
menumbuhkan sikap percaya atau mengembangkan komunikasi yang didasarkan
pada sikap saling percaya, antara lain: menerima, empati, dan kejujuran.
2. Sikap Suportif
Sikap Suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam
komunikasi. Orang bersifat defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak
empatis. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal, diantaranya
(32)
faktor-16
faktor situasional lainnya. Perilaku yang dapat menimbulkan iklim defensif dan
suportif antara lain:
.
Tabel I.1 Perilaku Yang Dapat Menimbulkan Iklim Defensif dan Suportif (Sumber: Rakhmat. 2007: 134)
3. Sikap Terbuka (Open-mindedness)
Sikap terbuka amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi
antarpribadi yang efektif. Ciri-ciri orang yang mempunyai sikap terbuka menurut
Brooks dan Emmet antara lain adalah:
a. Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan logika.
b. Membedakan dengan mudah, melihat nuansa, dsb.
c. Berorientasi pada isi.
d. Mencari informasi dari berbagai sumber.
e. Lebih bersifat profesional dan bersedia mengubah kepercayaannya. Iklim Defensif Iklim Suportif
1. Evaluasi 1. Deskripsi
2. Kontrol 2. Orientasi Masalah 3. Strategi 3. Spontanitas 4. Netralitas 4. Empati 5. Superioritas 5. Persamaan 6. Kepastian 6. Provisionalisme
(33)
17
f. Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaan.
c) Tujuan Komunikasi Antarpribadi
Tujuan komunikasi antarpribadi tidak berbeda jauh dengan tujuan komunikasi
secara umum. Tujuan komunikasi antarpribadi Menurut Devito (1997: 31-33), antara
lain:
1. Menemukan
Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal
discovery). Bila kita ingin berkomunikasi dengan orang lain, kita harus terlebih
dahulu mengenal diri sendiri selain juga tentang orang lain. Dengan berbicara
tentang diri kita sendiri dengan orang lain kita memperoleh umpan balik yang
berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku kita. Dari perjumpaan seperti
ini kita mennyadari bahwa perasaan kita ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan
orang lain.
Cara lain dimana kita dapat melakukan penemuan diri adalah melalui proses
perbandingan sosial, melalui pembandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat,
nilai, dan kegagalan kita tentang orang lain (Thibaut dan Kelly, 1986). Artinya, kita
harus mengevaluasi diri sendiri sebagian besar dengan cara membandingkan diri kita
dengan orang lain.
(34)
18
Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain,
membina dan memelihara hubungan dengan orang lain. Kita juga ingin merasakan
dicintai dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai dan menyukai orang
lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina
dan memelihara hubungan sosial.
3. Untuk Meyakinkan
Kita telah banyak menghabiskan waktu untuk melakukan persuasi
antarpribadi, baik sebagai sumber ataupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan
antarpribadi kita sehari-hari kita berusaha untuk mengubah sikap dan perilaku orang
lain. Kita berusaha mengajak mereka untuk melakukan sesuatu, meyakinkan bahwa
sesuatu itu salah atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu, dan
sebagainya. Sedikit saja dari komunikasi antarpribadi kita yang tidak berupaya untuk
mengubah sikap atau perilaku orang lain.
4. Untuk Bermain dan Mencari Hiburan
Kita banyak menggunakan komunikasi kita untuk bermain dan menghibur
diri. Demikian pula, banyak dari perilaku komunikasi kita yang digunakan untuk
menghibur orang lain. Adakalanya hiburan ini merupakan tujuan akhir, tetapi
adakalanya ini merupakan cara untuk mengikat perhatian orang lain sehingga kita
dapat mencapai tujuan-tujuan lain.
(35)
19
Komunikasi antar pribadi memungkinkan kita untuk memahami lingkungan
sekitar kita, baik mengenai objek, kejadian-kejadian, dan orang lain yang ada di
sekitar kita.Sebagian besar informasi yang kita terima dan kita dapatkan sekarang ini
merupakan hasil dari interaksi antarpribadi.
6. Membantu Orang Lain
Dengan terjalinnnya komunikasi antarpribadi, maka kita dapat membantu
orang lain yang sedang mempunyai masalah. Kita dapat memberikan nasihat kepada
mereka yang sedang menghadapi suatu persoalan.
I. 5. 3 Komunikasi Antarbudaya
a) Pengertian Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarbudaya menurut William B. Gudykunts dan Young Yun
Kim adalah komunikasi antara orang-orang yang berasal dari budaya yang berlainan,
atau komunikasi dengan orang asing (stranger). Komunikasi antarbudaya terjadi
apabila komunikatornya adalah anggota suatu budaya dan komunikatornya adalah
anggota suatu budaya lainnya.
Komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara orang-orang dari
(36)
20
cara berperilaku kultural yang berbeda. Untuk lebih jelasnya konsep ini akan
digambarkan sebagai berikut:
Pesan
Gambar I. 2 Konsep Komunikasi Antarbudaya (Sumber: Devito. 1997: 480)
Keterangan:
Lingkaran yang lebih besar menggambarkan kultur dari komunikator.
Lingkaran yang lebih kecil menggambarkan komunikatornya (sumber/ penerima).
Dalam model ini, masing-masing komunikator adalah anggota dari kultur yang
berbeda. Dalam beberapa keadaan, perbedaan kultur ini relatif kecil, misalnya: antar
orang Jawa dengan Kalimantan. Dalam keadaan lain, perbedaan kultural sangat besar,
misalnya: antar orang Indonesia dengan orang Amerika.
Semua pesan dikirim dari konteks kultural yang unik dan spesifik, dan
konteks itu mempengaruhi isi dan bentuk pesan. Kita berkomunikasi seperti yang kita
lakukan sekarang sebagian besar sebagai akibat kultur kita. Kultur mempengaruhi
setiap aspek dari komunikasi kita (Devito. 1997: 479-480). Kultur
S/ P
Kultur
(37)
21
b) Hambatan-hambatan Proses Komunikasi Antarbudaya
Hambatan-hambatan yang kerap kali terjadi dalam komunikasi antarbudaya
adalah (Devito. 1997: 488-492):
a. Mengabaikan Perbedaan Antara Kelompok Kulturalyang berbeda
Dalam setiap kelompok sosial, terdapat perbedaan yang besar dan penting.
Oleh karena itu kita perlu menyadari bahwa dalam setiap kultur terdapat banyak
subkultur yang jauh berbeda satu sama lain dan berbeda pula dari kultur
mayoritasnya. Namun yang seringkali adalah seseorang selalu menyamakan atau
menyamaratakan perbedaan kultur-kultur yang terdapat dalam suatu kelompok,
padahal hal ini dapat mengakibatkan ketersinggungan atau ketidakpuasan salah satu
pihak.
b. Mengabaikan Perbedaan Dalam Makna Arti
Makna tidak terletak pada kata-kata yang digunakan, tetapi terletak pada
orang yang menggunakan kata-kata itu. Diperlukan kepekaan terhadap prinsip ini
dalam proses komunikasi antarbudaya.
c. Melanggar Adat Kebiasaan Kultur
Setiap kultur mempunyai aturan komunikasi sendiri-sendiri. Aturan ini
menetapkan mana yang patut dan mana yang tidak patut. Oleh karenanya dalam
(38)
22
adat/ kebiasaan serta aturan-aturan komunikasi dari kultur atau budaya lain, karena
jika tidak saling mengerti adat/ kebiasaan serta aturan-aturan komunikasi satu sama
lain maka akan terjadi kesalah pahaman atau miss communication.
d. Menilai Perbedaan Secara Negatif
Meskipun terdapat perbedaan antara kultur yang satu dengan kultur yang
lainnya, kita tidak boleh menilai perbedaan itu secara sepihak saja. Terlebih jika kita
menganggap jika kultur yang selama ini kita anut adalah yang paling benar, dan yang
dianut oleh orang lain tidaklah benar. Hal ini dapat menyinggung perasaan orang lain,
sehingga dapat menimbulkan perusakan hubungan. Diperlukan rasa saling menyadari
dan mau menerima perbedaan antar kultur satu sama lain.
e. Kejutan Budaya
Yang dimaksud dengan kejutan budaya disini adalah mengacu pada reaksi
psikologis yang dialami seseorang karena tengah berada di suatu kultur yang sangat
berbeda dengan kulturnya sendiri. Kebanyakan orang mengalaminya jika saat
pertama kali memasuki kultur baru yang berbeda. Namun demikian, keadaan ini tidak
menyenangkan dan dapat menimbulkan frustasi. Sebagian dari kejutan ini muncul
dari perasaan terasing, menonjol dan berbeda dari yang lain, sehingga menimbulkan
(39)
23
I. 5. 4 Komunikasi Kelompok
a) Definisi dan Proses Terbentukya Kelompok
Sebelum menelaah lebih dalam tentang komunikasi kelompok, alangkah
baiknya jika terlebih dahulu kita tahu apa yang di maksud dengan suatu kelompok
dan bagaimana suatu kelompok itu dapat terbentuk.
Manusia adalah makhluk sosial, manusia tidak akan dapat hidup tanpa
berhubungan (berinteraksi) dengan individu lainnya. Sejak dilahirkan manusia
sudah mempunyai dua hasrat pokok yaitu: keinginan untuk menjadi satu dengan
manusia lain di sekelilingnya (masyarakat) dan keinginan untuk menjadi satu
denga suasana alam di sekelilingnya. Untuk dapat menghadapai dan
menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut, manusia menggunakan
pikiran, perasaan dan kehendaknya. Dari keinginan manusia unuk menjadi satu
dengan manusia lain di sekitarnya itulah maka manusia akan cenderung
membentuk suatu kelompok-kelompok kecil, jadi kelompok dapat di artikan
sebuah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama dan
(40)
24
Suatu kelompok terbentuk apabila anggota suatu kelompok tersebut
memiliki persyaratan-persyaratan sebagai berikut (Soekanto. 2005: 115):
1. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari
kelompok yang bersangkutan
2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang
lainnya
3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka
bertambah erat. Faktor tersebut dapat merupakan nasib yang sama,
kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan
lain-lain
4. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku
5. Serta bersistem dan berproses .
Setiap anggota kelompok harus memiliki rasa saling memiliki dan
membutuhkan dengan anggota lainnya, karena dari keinginan untuk mencapai
satu tujuan bersama itulah nantinya akan terjadi proses komunikasi kelompok.
Komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi, penelitiuan, dan terapan yang
tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi
lebih kepada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang
kecil (Goldberg, Larson. 1985: 6).
(41)
25
Dalam suatu kelompok, para anggota kelompok cenderung mempunyai
penilaian yang sama terhadap suatu masalah apabila mereka di hadapkan dengan
penilaian pada pihak lain. Dengan cara memberikan kesempatan kepada
anggota-angota kelompok untuk mendiskusikan suatu permasalahan yang ada dalam
kelompok, maka setiap anggota kelompok akan merasa bahwa mereka terikat dan
saling membutuhkan satu sama lain dalam kelompok tersebut, hal ini
menyebabkan terabaikannya perbedaan-perbedaan yang ada antar anggota
kelompok.
Meskipun terkadang latar belakang, sifat dan karakter seseorang yang
berbeda-beda satu sama lain menyebabkan sedikit terhambatnya proses
komunikasi antarpribadi, namun dengan kesadaran akan kepentingan dan tujuan
bersama yang dimiliki oleh para anggota kelompok, maka perbedaan-perbedaan
itu tidak akan berarti, meskipun komunikasi yang terjadi akan sedikit lambat
dikarenakan perlunya proses penyesuaian diri antar individu yang berbeda etnik.
Terlebih jika komunikasi kelompok tersebut terjalin di kalangan
mahasiswa yang notabene memiliki pemikiran yang lebih maju dan berkembang
di bandingkan dengan masyarakat awam dimana biasanya anggota kelompok di
kalangan mahasiswa ini saling menilai efektifitas mereka sebagai peserta diskusi,
maka peserta yang dinilai berkemampuan tinggi berbeda dengan peserta yang
dinilai berkemampuan rendah dalam beberapa hal, bukan karena latar belakang
(42)
26
c) Pola Komunikasi di Kalangan Mahasiswa Antaretnik
Dalam suatu kelompok di masyarakat, biasanya terdapat seorang pemimpin
atau yang biasanya disebut ketua kelompok, namun hal ini tidak berlaku pada sebuah
kelompok yang terbentuk di kalangan mahasiswa, kelompok yang terbentuk di
kalangan mahasiswa jarang sekali memiliki pemimpin yang pasti yang biasanya di
pilih dari hasil polling anggota kelompok tersebut. Semua anggota kelompok
memiliki kedudukan yang sama dan seimbang, dan dapat berkomunikasi secara
langsung dan bebas dengan anggota kelompok lainnya.
Pola komunikasi yang terdapat dalam kelompok yang terbentuk di kalangan
mahasiswa ini adalah cenderung lebih ke pola bintang, dimana semua anggota adalah
sama, dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi
anggota lainnya. Baik mahasiswa sesama etnik maupun antaretnik yang tergabung
dalam satu kelompok dapat berkomunikasi secara bebas dan menyampaikan
pendapatnya kepada anggota kelompok lainnya. Meskipun terkadang dalam suatu
kelompok di kalangan mahasiswa juga mempunyai seorang pemimpin, namun itu
hanyalah formalitas, keberadaan seorang pemimpin dalam kelompok ini tidak terlalu
berpengaruh terhadap aktifitas dan pola komunikasi yang terjadi dalam kelompok
tersebut.
Meskipun mempunyai perbedaan yang sangat signifikan, yakni perbedaan
(43)
27
persamaan lokasi studi, kepentingan yang berhubungan dengan studi, kegemaran
(hobi), dan tujuan-tujuan lain menyebabkan komunikasi antaretnik di kalangan
mahasiswa tetap dapat berjalan dengan baik dan lancar tanpa adanya hambatan yang
mencolok di karenakan perbedaan etnik.
1. 5. 5 Pola-pola Jaringan Komunikasi
a) Definisi Pola Komunikasi
Dalam sebuah peristiwa komunikasi, komunikasi kelompok khususnya
akan terjadi komunikasi yang saling berkesinambungan antara anggota kelompok
satu dengan anggota kelompok lainnya. Peristiwa ini disebut juga dengan jaringan
komunikasi. Jaringan disini adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan
pesan dari satu orang ke orang lainnya. Kemudian jaringan komunikasi akan
membentuk sebuah struktur/ pola yang dikenal dengan sebutan pola komunikasi
(Mulyana. 2005: 89-90).
Pola atau jaringan komunikasi terbentuk dengan sendirinya (tidak
disengaja) dalam suatu kelompok. Biasanya pola yang terbentuk berdasarkan
jenis dan siapa saja anggota kelompok tersebut. Dalam sebuah kelompok
(44)
28
kecilnya kelompok tersebut dan berapa jumlah anggota kelompok serta
bagaimana latar belakang anggota kelompok.
b) Jenis-jenis Pola Komunikasi
Terdapat lima macam pola/ struktur komunikasi yang sering dijumpai
dalam masyarakat, antara lain (Devito.1997: 344-345):
Gambar I. 3Struktur/ Pola Jaringan Komunikasi Sumber: Devito (1997: 345)
a. Pola Lingkaran, pada pola ini tidak ada pemimpin. Semua anggota posisinya
sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk
mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua
anggota lain di sisinya.
(45)
29
b. Pola roda, memiliki pemimpin yang jelas, yaitu yang posisinyadi pusat. Orang
ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari
semua anggota. Oleh karena itu, jika seseorang ingin berkomunikasi dengan
anggota lain, maka pesannya harus di sampaikan melalui pemimpinnya.
c. Pola Y, struktur ini relatif kurang tersentralisasi dengan struktur roda, tetapi
lebih tersentralisasi debanding dengan pola lainnya. Pada struktur Y juga
terdapat pemimpin yang jelas (orang ketiga dari bawah). Tetapi satu anggota
lain berperan sebagai pemimpin kedua (orang kedua dari bawah). Anggota ini
dapat mengirimkan Dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Ketiga
anggota lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang lainnya.
d. Pola Rantai, struktur rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali bahwa para
anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi hanya dengan satu orang
saja. Keadaan terpusat juga terdapat disini. Orang yang berada di posisi tengah
lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada di posisi lain.
e. Pola Bintang, struktur ini disebut juga dengan pola bintang dan hampir sama
dengan struktur lingkaran dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya
juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan
tetapi, dalam struktur semua saluran, setiap anggota bisa berkomunikasi dengan
setiap anggota lainnya. Pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota
(46)
30
Dalam fenomena sosial yang dapat kita saksikan, komunikasi yang terjadi
pada suatu kelompok yang anggotanya terdiri dari masyarakat yang berasal dari satu
etnik/ ras komunikasi yang terjadi cenderung lancar dan tidak mengalami suatu
hambatan yang berarti, namun apabila anggota dalam suatu kelompok tersebut terdiri
dari beberapa etnik maka komunikasi yang terjadi cenderung sering mengalami
banyak hambatan.
I. 5. 6 Pelaku-pelaku Dalam Jaringan Komunikasi
a) Opinion Leader (Pemuka Pendapat)
Opinion Leader adalah pemimpin dalam kelompok, seorang opinion leader
atau pemuka pendapat tidaklah selalu orang-orang yang mempunyai otoritas formal
dalam kelompok, tetapi membimbing tingkah laku anggota dan mempengaruhi
keputusan para anggotanya. Seorang opinion leader dalam jaringan komunikasi ini
terbentuk karena keaktifannya dalam suatu lembaga internal mahasiswa dan
pengetahuan cukup luas yang dimiliki.
b. Gate Keepers (Penjaga Gawang/ Pengamat Arus Informasi)
Gate keepers adalah individu yang mengontrol arus informasi diantara
anggota-anggota kelompok. Mereka berada di tengah dari suatu jaringan dan
menyampaikan pesan dari satu orang kepada orang lain atau tidak memberikan
informasi apapun. Gate Keepers dapat menolong anggota penting dalam kelompok
(47)
31
memberikan informasi yang penting. Oleh karena itu peran gate keepers sangatlah
penting dalam jaringan komunikasi.
c. Cosmopolities
Cosmopolities adalah individu yang menghubungkan organisasi dengan
lingkungan, mereka mengumpulkan informasi dari sumber-sumber yang ada dalam
lingkungan dan orang-orang tertentu pada lingkungannya. Dalam jaringan
komunikasi ini tidak terlihat adanya seorang cosmopolities.
d) Bridge (Jembatan)
Bridge adalah anggota kelompok atau klik dalam suatu kelompok yang
menghubungkan kelompok dengan anggota kelompok lainnya. Individu ini saling
membantu memberikan informasi diantara kelompok dan mengkoordinasikan
kelompok.
e) Liason
Sama perannya dengan bridge, tetapi individu itu sendiri bukanlah anggota
dari suatu kelompok, tetapi dia merupakan penghubung diantara satu kelompok
dengan kelompok lainnya. Individu ini juga membantu dalam membagi informasi
yang relevan diantara kelompok dalam organisasi.
(48)
32
Isolate adalah anggota kelompok yang memiliki kontak minimal dengan
individu lain dalam kelompok dan paling sedikit menerima informasi dalam suatu
kelompok. Orang-orang ini menyembunyikan diri dalam kelompok atau diasingkan
dan bahkan terkadang mereka dengan sengaja mengasingkan diri karena merasa tidak
nyaman dengan anggota kelompok lainnya.
I. 5. 7 Teori Cybernetic
Penelitian ini menggunakan metode analisis jaringan komunikasi, yakni suatu
metode yang bertitik tolak dari model komunikasi konvergensi yang berlandaskan
pada teori cybernetic. Teori cybernetic memandang tingkah laku manusia dari
perspektif sistem-sistem (Rogers dan Kincaid), 1981), yaitu: suatu cara atau usaha
untuk melihat dan memahami hubungan-hubungan secara keseluruhan (Setiawan,
1989: 27).
Teori ini memandang komunikasi sebagai suatu sistem dimana berbagai
elemen yang terdapat di dalamnya saling beribteraksi dan saling mempengaruhi.
Komunikasi dipahami sebagai sistem yang terdiri dari bagian-bagian atau
variabel-variabel yang saling mempengaruhi satu sama lain. Teori cybernetic digunakan dalam
topik-topik tentang diri individu, percakapan, hubungan interpersonal, kelompok,
organisasi, media, budaya dan masyarakat.
Teori-teori yang termasuk dalam tradisi cybernatic, yakni:
(49)
33
Teori ini mengindikasikan bahwa jaringan adalah struktur yang dibentuk dari
adanya komunikasi antar individu dan antar kelompok. Ide dasar dari teori jaringan
ini adalah connectedness, yaitu merupakan gagasan dimana terdapat komunikasi
diantara individu yang relatif stabil.
b. The Processs of Organizing
Teori ini didasarkan pada bidang komunikasi dimana dengan komunikasi
seseorang dapat memahami suatu organisasi dan mengetahui bagaimana orang
berorganisasi. Dalam teori ini menjelaskan bahwa organisasi bukan merupakan
sebuah struktur yang didalamnya terdapat posisi dan peraturan, tetapi lebih kepada
aktifitas komunikasi.
Metode analisis jaringan dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini karena
dengan jelas mendeskripsikan jaringan komunikasi dengan sosiogram, selain itu juga
dapat diketahui bahwa perilaku seseorang akan lebih ditentukan oleh relasi-relasi
sosialnya daripada ciri-ciri individunya (Setiawan, 1989: 27).
I. 6. Definisi Konseptual
Konsep-konsep yang berperan dalam penelitian ini antara lain:
a. Pola Komunnikasi adalah jaringan atau saluran yang digunakan untuk
(50)
34
komunikasi akan membentuk sebuah struktur/ pola yang dikenal dengan
sebutan pola komunikasi (Mulyana. 2005: 89-90).
b. Pola Komunikasi Antaretnik adalah jaringan atau saluran yang digunakan
untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang lainnya, dimana dalam
suatu jaringan komunikasi tersebut terdiri dari anggota yang berbeda etnik
atau berasal dari etnik yang berbeda.
I. 7. Metode Penelitian
a) Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Universitas Ma Chung, yang terletak di Villa
Puncak Tidar No. 1 Malang. Alasan penelitian ini dilakukan di Universitas
Ma Chung karena di kampus tersebut di dominasi oleh mahasiswa etnik
Tionghwa dan etnik Jawa.
b) Pendekatan Penelitian
Untuk pendekatan penelitian, peneliti memilih pendekatan deskriptif
kualitatif, dimana pendekatan deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau
peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak
(51)
35
menggambarkan atau memaparkan terjadinya pola komunikasi yang terjalin
antara mahasiswa etnik Tionghwa dan etnik Jawa di Universitas Ma Chung.
c) Subyek Penelitian
Subyek penelitian di tetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
a. 2 orang mahasiswa etnik Tionghoa (laki-laki atau perempuan) keturunan
asli Tionghwa, dimana kedua orang tua mereka juga merupakan etnik
Tionghwa.
b. 2 orang mahasiswa etnik Jawa (laki-laki atau perempuan) keturunan asli
Jawa, dimana kedua orang tua mereka juga merupakan etnik Jawa (berasal
dari kota Malang lebih di utamakan.
c. Mahasiswa semua jurusan angkatan 2010-2011.
d. Untuk mahasiswa etnik Tionghwa pada waktu SMU tidak bersekolah di
sekolah yang mayoritas siswanya adalah etnik Jawa, dan begitupula
sebaliknya untuk mahasiswa etnik Jawa pada waktu SMU tidak
bersekolah di sekolah yang mayoritas siswanya adalah etnik Tionghwa.
e. Antara mahasiswa etnik Tionghwa dan etnik Jawa yang menjadi subyek
dalam penelitian ini sama sekali tidak mempunyai hubungan khusus
(berpacaran) ataupun hubungan keluarga. Hubungan antar subyek
(52)
36
Selain itu, dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan tekhnik
snowball sampling, dalam tekhnik snowball sampling peneliti tidak hanya
memfokuskan penelitian terhadap satu subjek penelitian saja, namun peneliti
juga harus meneliti dan melibatkan orang-orang yang juga dekat (memiliki
hubungan pertemanan) dengan subjek penelitian tersebut, sehingga nantinya
akan terdapat banyak subjek penelitian baru, seperti digambarkan di bawah
ini:
Gambar I. 4 Teknik Snow Ball Sampling Sumber: (Sugiyono. 2009: 220)
d) Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain:
a)Wawancara
Dengan menggunakan tehnik wawancara terhadap subyek penelitian,
yakni mahasiswa etnik Tionghwa dan etnik Jawa diharapkan peneliti dapat A
D
H G
E
I
F
J C
(53)
37
memperoleh informasi serta dat-data yang valid mengenai pola komunikasi
antaretnik yang dilakukan oleh subyek penelitian.
b) Observasi
Tehnik pengumpulan data menggunakan observasi bertujuan untuk
menjelaskan, memeriksa, dan merinci gejala yang terjadi (Rakmat, 2007: 84).
Dengan terjun langsung ke lokasi penelitian, yakni Universitas Ma Chung,
peneliti berharap dapat menangkap fakta-fakta yang terjadi pada subyek
penelitian. Selain itu peneliti juga harus memperoleh informasi mengenai
peristiwa-peristiwa komunikasi antaretnik yang terjadi pada subyek penelitian
(mahasiswa etnik Tionghwa dan etnik Jawa).
c) Dokumentasi
Selain melakukan wawancara dan observasi, peneliti juga akan
melakukan dokumentasi (mengabadikan momen/ peristiwa) pada saat
penelitian berlangsung. Dokumentasi ini berupa foto-foto yang di ambil pada
saat peneliti melakukan survey dan wawancara terhadap responden di
Universitas Ma Chung.
(54)
38
Dalam penelitian kualitatif, teknis analisis data dilakukan pada saat
pengumpulan data sedang berlangsung. Teknis analisis data kualitatif yang
digunakan peneliti disini adalah teknis analisis jaringan yaitu data jaringan
komunikasi yang terdiri atas sosiogram yang mengandung indikasi jenis
jaringan, arus informasi, anggota jaringan, pemencil (pemisah), orang yang
berposisi sebagai pemuka pendapat, orang yang berposisi sebagai pengikut
pemuka pendapat, jaringan utama dan sub-sub nya jaringan.
Metode analisis jaringan dipilih untuk penelitian ini karena bertujuan
untuk menghindari penggunaan model analisis linear yang memberikan
konsekuensi (secara metodologis) penggunaan metode survey. Metode survey
ini lebih menekankan pada individu sebagai unit analisis dengan penggunaan
teknik sampling yang memutuskan individu dalam ikatan hubungan sosialnya
yang nyata ada. Sedangkan di sisi lain di ketahui bahwa perilaku seseorang
akan lebih di tentukan oleh relasi-relasi daripada ciri-ciri individunya.
I. 8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk menguji kebenaran (keabsahan) data dan informasi yang telah
diperoleh selama selama penelitian berlangsung, maka perlu dilakukan uji
keabsahan data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi
(55)
39
berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. (Hamidi,
(1)
komunikasi akan membentuk sebuah struktur/ pola yang dikenal dengan sebutan pola komunikasi (Mulyana. 2005: 89-90).
b. Pola Komunikasi Antaretnik adalah jaringan atau saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang lainnya, dimana dalam suatu jaringan komunikasi tersebut terdiri dari anggota yang berbeda etnik atau berasal dari etnik yang berbeda.
I. 7. Metode Penelitian
a) Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Universitas Ma Chung, yang terletak di Villa Puncak Tidar No. 1 Malang. Alasan penelitian ini dilakukan di Universitas Ma Chung karena di kampus tersebut di dominasi oleh mahasiswa etnik Tionghwa dan etnik Jawa.
b) Pendekatan Penelitian
Untuk pendekatan penelitian, peneliti memilih pendekatan deskriptif kualitatif, dimana pendekatan deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak
(2)
menggambarkan atau memaparkan terjadinya pola komunikasi yang terjalin antara mahasiswa etnik Tionghwa dan etnik Jawa di Universitas Ma Chung.
c) Subyek Penelitian
Subyek penelitian di tetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
a. 2 orang mahasiswa etnik Tionghoa (laki-laki atau perempuan) keturunan asli Tionghwa, dimana kedua orang tua mereka juga merupakan etnik Tionghwa.
b. 2 orang mahasiswa etnik Jawa (laki-laki atau perempuan) keturunan asli Jawa, dimana kedua orang tua mereka juga merupakan etnik Jawa (berasal dari kota Malang lebih di utamakan.
c. Mahasiswa semua jurusan angkatan 2010-2011.
d. Untuk mahasiswa etnik Tionghwa pada waktu SMU tidak bersekolah di sekolah yang mayoritas siswanya adalah etnik Jawa, dan begitupula sebaliknya untuk mahasiswa etnik Jawa pada waktu SMU tidak bersekolah di sekolah yang mayoritas siswanya adalah etnik Tionghwa. e. Antara mahasiswa etnik Tionghwa dan etnik Jawa yang menjadi subyek
dalam penelitian ini sama sekali tidak mempunyai hubungan khusus (berpacaran) ataupun hubungan keluarga. Hubungan antar subyek penelitian adalah murni hanya sebagai teman biasa.
(3)
Selain itu, dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan tekhnik snowball sampling, dalam tekhnik snowball sampling peneliti tidak hanya memfokuskan penelitian terhadap satu subjek penelitian saja, namun peneliti juga harus meneliti dan melibatkan orang-orang yang juga dekat (memiliki hubungan pertemanan) dengan subjek penelitian tersebut, sehingga nantinya akan terdapat banyak subjek penelitian baru, seperti digambarkan di bawah ini:
Gambar I. 4 Teknik Snow Ball Sampling Sumber: (Sugiyono. 2009: 220)
d) Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a) Wawancara
Dengan menggunakan tehnik wawancara terhadap subyek penelitian, A D H G E I F J C B
(4)
memperoleh informasi serta dat-data yang valid mengenai pola komunikasi antaretnik yang dilakukan oleh subyek penelitian.
b) Observasi
Tehnik pengumpulan data menggunakan observasi bertujuan untuk menjelaskan, memeriksa, dan merinci gejala yang terjadi (Rakmat, 2007: 84). Dengan terjun langsung ke lokasi penelitian, yakni Universitas Ma Chung, peneliti berharap dapat menangkap fakta-fakta yang terjadi pada subyek penelitian. Selain itu peneliti juga harus memperoleh informasi mengenai peristiwa-peristiwa komunikasi antaretnik yang terjadi pada subyek penelitian (mahasiswa etnik Tionghwa dan etnik Jawa).
c) Dokumentasi
Selain melakukan wawancara dan observasi, peneliti juga akan melakukan dokumentasi (mengabadikan momen/ peristiwa) pada saat penelitian berlangsung. Dokumentasi ini berupa foto-foto yang di ambil pada saat peneliti melakukan survey dan wawancara terhadap responden di Universitas Ma Chung.
(5)
Dalam penelitian kualitatif, teknis analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data sedang berlangsung. Teknis analisis data kualitatif yang digunakan peneliti disini adalah teknis analisis jaringan yaitu data jaringan komunikasi yang terdiri atas sosiogram yang mengandung indikasi jenis jaringan, arus informasi, anggota jaringan, pemencil (pemisah), orang yang berposisi sebagai pemuka pendapat, orang yang berposisi sebagai pengikut pemuka pendapat, jaringan utama dan sub-sub nya jaringan.
Metode analisis jaringan dipilih untuk penelitian ini karena bertujuan untuk menghindari penggunaan model analisis linear yang memberikan konsekuensi (secara metodologis) penggunaan metode survey. Metode survey ini lebih menekankan pada individu sebagai unit analisis dengan penggunaan teknik sampling yang memutuskan individu dalam ikatan hubungan sosialnya yang nyata ada. Sedangkan di sisi lain di ketahui bahwa perilaku seseorang akan lebih di tentukan oleh relasi-relasi daripada ciri-ciri individunya.
I. 8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk menguji kebenaran (keabsahan) data dan informasi yang telah diperoleh selama selama penelitian berlangsung, maka perlu dilakukan uji keabsahan data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber, dimana peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang
(6)
berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. (Hamidi, 2004: 74).