14
adalah 9,66, 0, dan 8,00, sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  briket blotong hasil penelitian memiliki nilai kadar abu yang jauh dari Standar Nasional Indonesia SNI untuk produk briket.
Tingginya kadar abu dalam penelitian ini disebabkan oleh kandungan kadar abu dari blotong itu sendiri yang cukup tinggi, sehingga semakin banyak komposisi perekatnya maka kandungan abu yang
dihasilkan briket pun akan semakin menurun. Banyaknya abu yang dihasilkan dari briket blotong akan berbanding lurus dengan campuran blotong yang digunakan.  Abu dari hasil pembakaran dapat
dimanfaatkan sebagai campuran dalam industri semen maupun sebagai tanah urugan Manik 2010.
3. Kadar Zat Terbang
Kadar zat terbang atau zat mudah menguap merupakan zat yang dapat menguap sebagai hasil dekomposisi senyawa-senyawa di dalam suatu bahan selain air. Kandungan zat mudah menguap yang
tinggi pada briket akan menimbulkan asap yang relatif lebih banyak pada saat briket dinyalakan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya reaksi antara karbon monoksida CO dengan turunan alkohol
Hendra dan Pari 2000.
Gambar 8. Histogram kadar zat terbang briket blotong Histogram pada Gambar 8  menunjukkan  bahwa  nilai kadar zat terbang tertinggi adalah pada
briket dengan perekat molases 20. Sedangkan kadar zat terbang terkecil adalah pada briket dengan perekat tapioka 10. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wijayanti 2009, bahwa perekat tapioka
dalam penggunaannya pada pembuatan briket menimbulkan asap yang relatif sedikit dibandingkan dengan bahan perekat lainnya. Selain itu, perekat pati dalam bentuk cair sebagai bahan perekat
menghasilkan briket dengan kadar zat terbang yang bernilai rendah Sudrajat et al 2006 dalam Capah 2007.  Kadar zat tebang pada  pati lebih rendah daripada kadar zat terbang yang dimiliki molases,
dimana molases memiliki kandungan mineral-mineral yang lebih tinggi  pula Sunyata  2004.  Data lengkap hasil penelitian untuk kadar zat terbang dapat dilihat pada Lampiran 5.
Kadar zat terbang yang diperoleh  dari hasil penelitian cukup besar bila dibandingkan dengan kadar zat terbang briket arang  yang memiliki nilai 14,3967  dan kadar zat terbang SNI yang tidak
lebih besar dari 15. Tingginya kadar zat terbang briket  blotong  dikarenakan tidak melalui proses pengarangan atau karbonisasi.  Menurut  Sunyata 2004, kadar zat terbang akan semakin kecil jika
dilakukan proses pirolisa atau pengarangan dengan suhu yang tinggi. Kadar zat terbang yang tinggi 25,1891
26,9087 28,5002
24,9306 26,2458
27,8239
14,3967 15
5 10
15 20
25 30
10 15
20
K a
d a
r z a
t te
rb a
n g
Kadar bahan perekat
Molases Tapioka
Briket Pasar Parafin
SNI
15
akan  menurunkan kualitas  briket karena dengan banyaknya zat terbang,  maka kandungan karbon semakin kecil sehingga nilai kalor yang dihasilkan semakin rendah  serta akan menimbulkan
banyaknya asap yang dihasilkan dari pembakarannya Hendra dan Pari 2000.
4. Kerapatan