Kesembilan asas penyelenggaraan penataan ruang tersebut merupakan norma-norma yang diambil ditetapkan untuk memayungi semua kaidah-
kaidah pengaturan penataan ruang Herman Hermit, 2008: 69. Penataan ruang diklasifikasikan menurut fungsi-fungsi untuk
menampung atau mengakomodasi kepentingan masyarakat dengan tetap mempertimbangkan kelestarian lingkungan guna keberlanjutan ekologi demi
generasi yang akan datang. Kegiatan penataan ruang diklasifikasikan dalam beberapa pokok, antara lain:
a. Penataan ruang didasarkan pada fungsi utama kawasan, meliputi
kawasan lindung kawasan resapan air, suaka alam, taman nasional, taman wisata alam, dan kawasan budaya kawasan hutan produksi,
kawasan permukiman, kawasan industri, kawasan pertanahan keamanan
b. Penataan ruang berdasarkan aspek administrasi tata ruang, meliputi
tata ruang wilayah nasional, propinsi dan kabupaten kota. c.
Penataan ruang berdasarkan fungsi kawasan dan aspek kegiatan meliputi kawasan pedesaan, kawasan perkotaan dan kawasan tertentu
seperti kegiatan skala besar untuk kepentingan industri, pariwisata atau pertanahan keamanan beserta sarana dan prasarananya.
b. Tinjauan umum mengenai hak penguasaan atas tanah
Pengertian penguasaan dan menguasai dapat dipakai dalam arti fisik dan dalam arti yuridis, juga beraspek perdata dan beraspek publik Boedi
Harsono, 2008: 23. Penguasaan dalam arti yuridis adalah penguasaan yang dilandasi hak, yang dilindungi oleh hukum dan pada umumnya memberi
kewenangan kepada pemegang hak untuk menguasai secara fisik tanah yang dihaki, misalnya pemilik tanah mempergunakan atau mengambil manfaat dari
tanah yang dihaki, tidak diserahkan kepada pihak lain.
Ada penguasaan yuridis, biarpun memberi kewenangan untuk menguasai tanah yang dihaki secara fisik, pada kenyataannya penguasaan fisik
dilakukan oleh pihak lain. Misalnya, seseorang memiliki tanah tidak mempergunakan tanahnya sendiri melainkan disewakan kepada pihak lain,
dalam hal ini secara yuridis tanah tersebut dimiliki oleh pemilik tanah, akan tetapi secara fisik dilakukan oleh penyewa tanah. Ada juga penguasaan secara
yuridis yang tidak memberi kewenangan untuk menguasai tanah yang bersangkutan secara fisik. Misalnya, kreditor bank memgang jaminan atas
tanah mempunyai hak penguasaan yuridis atas tanah yang dijadikan agunan jaminan, akan tetapi secara fisik penguasaan tanahnya tetap ada pada
pemegang hak atas tanah. Penguasaan yuridis dan fisik atas tanah ini dipakai dalam aspek privat, sedangkan penguasaan yuridis yang beraspek publik, yaitu
penguasaan atas tanah sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 UUD 1945 dan
Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria UUPA Urip Santoso, 2010: 73-74.
Pengertian hak penguasaan atas tanah sendiri adalah suatu rangkaian wewenang, kewajiban, dan larangan bagi pemegang hak untuk berbuat sesuatu
mengenai tanah yang dihaki. Dalam Hukum Tanah, hak-hak penguasaan atas tanah dibedakan dengan kriteria tolak ukur yaitu sesuatu yang boleh
diperbuat, wajib diperbuat, dan dilarang diperbuat. Pengaturan hak-hak penguasaan tanah dalam Hukum Tanah dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Hak penguasaan atas tanah sebagai lembaga hukum