Sekolah Tinggi Teologi Jakarta

  Sekolah Tinggi Teologi Jakarta Dosen Pengampu : Stephen Suleeman Mata Kuliah : Metode Penelitian Sosial (MPS) Tugas : Jurnal Nama : Cindy Eka Ginting

  Annisa Minggu, 6 Maret 2016 Di Pamulang, ada tempat penyaluran untuk pembantu rumah tangga. Rata- rata mereka adalah perempuan. Saya mengetahui tempat ini, karena tempat ini berada dekat sekali dengan SMA saya dulu. Jadi, saat saya pulang sekolah dengan berjalan kaki, di bangunan yang seperti ruko itu, terkadang beberapa perempuan sedang memandangi saya dan teman-teman saya dari atas sana, mungkin sedang membicarakan kami. Saat ini, saya justru tertarik untuk mengetahui kehidupan salah seorang dari mereka lebih dalam lagi. Saya ingin tahu, apakah menjadi pembantu rumah tangga adalah keinginan mereka? Atau bagaimana? Annisa namanya. Seseorang yang saya temui di tempat ini. Ia lebih muda dari saya, usianya baru memasuki 17 tahun. Ya, seharusnya ia duduk di kelas

  3 SMA pada saat ini. Ia sudah tidak lagi sekolah sejak usianya 15 tahun. Itu berarti, ia sudah 2 tahun tidak lagi bersekolah. Annisa tidak lagi sekolah karena orang tuanya tidak lagi mampu menyekolahkan Annisa. Annisa adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Kakaknya yang pertama telah meninggal dunia, dan abangnya yang kedua pergi entah kemana. Ibu dari Annisa juga telah meninggal dunia, sementara ayahnya hanyalah seorang

  Annisa sendiri mengaku bahwa sejak SD sampai SMA kelas 1, ia selalu bersekolah di negeri, tidak pernah di swasta. Itu berarti, uang sekolah yang harus ia bayar, seharusnya lebih sedikit, bahkan sekarang, di Pamulang seharusnya sekolah sudah gratis 12 tahun. Namun, terkadang malah sekolah negeri lebih mahal daripada swasta. Annisa terpaksa menyelesaikan studinya, karena ia tidak dapat membayar tunggakan uang sekolah perbulannya. Apa boleh buat, Annisa juga bukan termasuk anak yang terlalu pintar. Jadi, ia juga tidak memperoleh beasiswa seperti anak-anak yang lain.

  Ayah Annisa memang cukup terpukul atas kejadian ini. Sebagai seorang ayah, ia pasti menyesali nasibnya sekarang. Tetapi, ayahnya sadar bahwa Annisa juga tidak dapat terus-terusan hanya berdiam diri di rumah. Pada akhirnya, ayahnya mengirim Annisa ke penyaluran, agar Annisa dapat menghidupi kebutuhannya sendiri.