INTERAKSI MUSLIM ETNIK TIONGHOA DENGAN LINGKUNGAN SOSIALNYA (Studi Pada Muslim Etnik Tionghoa di Kecamatan Telukbetung Selatan Bandar Lampung)

ABSTRAK
INTERAKSI MUSLIM ETNIK TIONGHOA DENGAN LINGKUNGAN
SOSIALNYA
(Studi Pada Muslim Etnik Tionghoa di Kecamatan Telukbetung Selatan
Bandar Lampung)

Oleh

Mia Marissa
Interaksi antar etnik ini membawa pada suatu proses pembauran yang salah satu
faktor pendukung pembauran tersebut adalah agama. Diperkirakan agama Islam
merupakan salah satu faktor yang mempermudah pembauran itu. Dengan menjadi
muslim, etnik Tionghoa lebih mudah mendekatkan diri mereka dengan warga
setempat. Sebagian yang lain menjadi Muslim karena perkawinan dengan
masyarakat setempat. Masyarakat keturunan Tionghoa ada yang memeluk Islam
karena pernikahan. Diawali dengan pembauran, saling mengenal lalu menikah,
namun ada juga yang memeluk Islam karena mereka tertarik dengan ajaran Islam
itu sendiri. Permasalahan tentang Interaksi muslim etnik Tionghoa dengan
lingkungan sosialnya adalah masalah yang menarik untuk dilakukan penelitian,
karena persoalan etnik yang berbeda dapat menimbulkan suatu konflik antara
muslim etnik Tionghoa dengan masyarakat lingkungan setempat. Penelitian ini

mempunyai tujuan untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis
begaimana bentuk interaksi muslim etnik Tionghoa dengan lingkungan sosial
mereka. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.
Informan ditentukan dengan Purposive Sampling yakni penentuan disesuaikan
dengan kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Data
diperoleh dari hasil wawancara mendalam. Selanjutnya analisis data dilakukan
dengan reduksi data, display atau penyajian data dan tahap kesimpulan
(verifikasi). Lokasi penelitian di Kecamatan Telukbetung Selatan Bandar
Lampung. Informan dalam penelitian ini adalah 4 orang, yang terdata pada PITI
(Persatuan Islam Tionghoa Indonesia) di Propinsi Lampung, selain itu berdomisili
dan menetap di Kecamatan Telukbetung Selatan Bandar Lampung. Adapun hasil
penelitian menunjukkan bahwa bentuk interaksi muslim etnik Tionghoa dengan
lingkungan sosial mereka terjadi melalui dua proses yaitu proses asosiatif dengan
bentuk interaksi kerjasama, akomodasi atau adaptasi dan asimilasi. Proses
disosiatif yaitu melalui bentuk interaksi konflik dan pertentangan.
Kata Kunci : Interaksi, Muslim etnik Tionghoa, Lingkungan Sosial.

ÐÏ à¡± á

>


þÿ

"
þÿÿÿ
w

p
ÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿýÿÿÿ!
þÿÿÿ

þÿÿÿ
Ūÿÿÿš฀ %
&

'
(
)
*
+
,
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
;
É
þÿÿÿ=
>

?
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T

U
V
W
X
Y
x
[
\
]
^
_
`
a
b
c
d
e
f
g
h

i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u

ƒ
ýÿÿÿy
z
{
|
}

~
• €
R o o t
E n t r y
ÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÀÜf/r¬Ê #

$
.
@

v
/
A

I T E M 0 0 0
ÿÿÿÿ
À
ÿÿÿÿ
e


F

 m¤‡Eµ‚฀À…f/r¬Ê฀

D a t a
¡

1 T a b l

ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ

฀ÕÍÕœ.฀฀Ŗŕ

+,ù®D

฀ÕÍÕœ.฀฀Ŗŕ

Î
ÁT

+,ù®,
è

þÿ

œ

h

p
¤

|
¬

´



¼


Œ

ŗ

É

ä

-

H

°'

-

-

Title


°

8

@

_PID_HLINKS
h t t p : /
K
&
h t t p : /
c o m /
h t t p : / / w


ü
(

˜

ä
A
h
- B
/ w w w . o r a n g t i o n g h o a . c o m /
/ w w w . m i l i s t m u a l a f i n d o n e s i a .
$ !
w w . m u s l i m t i o n g h o a . c o m /
-

þÿ
¤

°

Ä

‡…Ÿ—œOh฀«Ř฀ +'³Ù0
Ð
Ü
ì

l

4

@

L

T

\

d

ä

-

-

-

Me_Marisa
2
Word
@

-

Microsoft Office
@
æ³°Ä«Ê @

-

Normal

`üæÚ«Ê

ì¥Á [€!฀

ø ¿

-

Juray

ï

Õ!

ê/

-

bjbj¬ú¬ú
HJ
ÿÿ

Ε

Ε

Ä'

%
·

ÿÿ

ÿÿ

O
c
:

O
›฀
"

8
E
:P

L
g
:P

O
ç

O
$
g
:P
)

O
:P
s&
O
XK

c
g
:P
O

)
O

ÿÿÿÿ
B
:P

B
•Q

B
/T

¢
B
g

g

g
eP
O

)
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ

g

B
B

ÿÿÿÿ
¤P

0

(O

)
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ

)
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
B

c

F
Û

8P
:P
)
OP

:P
)
s&

b
8P
)

s&
8P

s&

D
(O
$P

c

ø
B

O
s&
g

O
¤P

ü

B
B
i&

ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ

Àý éÚ«Ê
ÂL f
uT

c
'%

B

s&

‹# œ฀ œL
uT L
(O

Â
&
uT

h

ª
B

B
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
uT

J

s&
B

B
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
B

ô
:P
B
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
B

<

0
:P

ù

¤P
ÿÿÿÿ
B

)
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
B

B
B

:

!

PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia terletak di kawasan Asia
Tenggara sebagai Negara kepulauan dan seperti halnya Negara-negara di
Asia banyak terdapat masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia yang pada
umumnya bermukim di perkotaan dan memeluk agama yang berbeda-beda. Ketika
masa orde baru di Indonesia pada pelaksanaan pembangunan ekonomi
pemerintah memberikan masyarakat keturunan Tionghoa kesempatan dibidang
ekonomi, namun disisi lain, sumber-sumber inspirasi dan manifestasi
kecinanan di Indonesia dibendung. Bangsa Indonesia merupakan bangsa
multi etnik yang memiliki berbagai macam agama, suku bangsa dan
keturunan, baik dari keturunan Cina atau Tionghoa, India, Arab dan lainlain. Dari berbagai etnik yang ada, etnik Tionghoa merupakan salah satu
etnik asing terbesar di Indonesia. Disamping sebagai etnik asing
terbesar, etnik Tionghoa memiliki mobilitas yang tinggi. Tingginya
mobilitas etnik inilah yang menyebabkan terjadinya interaksi antar etnik
ini dengan etnik-etnik yang ada, khususnya dengan etnik pribumi. Hal ini
terjadi merata hampir di tiap kota di seluruh wilayah
nusantara. Interaksi antar etnik ini membawa pada suatu proses pembauran
yang salah satu faktor pendukung pembauran tersebut adalah agama.
Diperkirakan agama Islam merupakan salah satu faktor yang mempermudah
pembauran itu. Dengan menjadi muslim, etnik Tionghoa dapat mendekatkan
diri mereka dengan warga setempat untuk menghapus stigma komunis.
Sebagian yang lain menjadi Muslim karena perkawinan dengan masyarakat
setempat. Masyarakat keturunan Tionghoa ada yang memeluk Islam karena
pernikahan. Diawali dengan pembauran, saling mengenal lalu menikah, namun
ada juga yang memeluk Islam karena mereka tertarik dengan ajaran Islam
itu sendiri. Pada dasarnya bagi seorang keturunan Tionghoa memeluk Islam
bukanlah hal yang mudah, ada banyak faktor yang menyebabkan masyarakat
keturunan Tionghoa harus mempertimbangkan secara matang untuk memilih
untuk menjadi seorang muslim. Mereka harus meninggalkan kebiasaan yang
bertentangan dengan ajaran Islam, misalnya memakan makanan tertentu,
minum alkohol, berjudi dan sebagainya. Pemujaan terhadap leluhur dengan
membakar batang dupa (hio) dan sebagainya seperti yang dilakukan nenek
moyang secara turun temurunpun harus ditinggalkan karena tidak dibenarkan
Islam. Disamping itu, ada resiko kemunduran ekonomi bila seorang
keturunan Tionghoa memeluk Islam karena bisa dikucilkan serta diboikot
dalam usaha dan bisnis oleh keluarga atau sesama etnik Tionghoa. Untuk
menjadi seorang muslim tidak jarang diantara mereka ada yang dibuang dari
keluarga, dihentikan keuangannya dan tidak mendapatkan bagian dari harta
warisan keluarga, sehingga mereka harus berusaha sendiri untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Etnik Tionghoa dikenal dalam sejarah sebagai etnik
yang sangat kuat memegang tradisi leluhur dan cenderung lebih bersikap
ekslusif. Dalam konteks sejarah Indonesia, keadaan tersebut didukung oleh
adanya pembagian kerja masyarakat Indonesia yang tidak merata. Secara
historis telah memberi tempat khusus dalam usaha-usaha ekonomi bagi orang
Tionghoa. Sementara kedalam masyarakat mereka sendiri hal ini didukung
oleh sistem keluarga dan perkawinan yang mengukuhkan masyarakat Tionghoa.
Selain daripada itu masyarakat Tionghoa juga merupakan satu-satunya
kelompok etnik yang memang sejak dahulu menjadi bagian penuh masyarakat
kota, kelas sosial menengah pedagang dan usahawan serta pertukangan.
Keadaan ini pada gilirannya menciptakan sub masyarakat yang langsung atau
tidak langsung memungkinkan terjadinya kesulitan dalam proses pembauran
kedalam masyarakat Indonesia. Mendengar kata etnik keturunan Tionghoa,

hal yang pertama kali terlintas dalam pikiran orang umumnya adalah mereka
pasti non-Muslim dan eksklusif. Hanya bergaul dengan kelompok mereka
sendiri dan kurang bisa berbaur dengan lingkungan sekitar. Padahal,
orang-orang yang biasanya sukses dalam bidang ekonomi ini juga ada yang
Muslim dan mempunyai komunitas sendiri. Menurut penelitian-penelitian
yang pernah dilakukan belum ada data yang pasti mengenai jumlah penduduk
Tionghoa Muslim di Indonesia, tetapi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia
(PITI) memperkirakan jumlah penduduk Tionghoa ada 10 juta orang, sedang
seorang ahli Cina dari Universitas Indonesia, A. Dahana mencatat
7.200.000 orang, dan seorang peneliti masalah Cina dari Universitas
Nasional Singapura menduga ada 5.700.000 orang Tionghoa tersebar di
Indonesia (http:// HYPERLINK "http://www.muslimtionghoa.com"
www.muslimtionghoa.com : 22 November 2008). Dari jumlah itu orang
Tionghoa Muslim menurut pimpinan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia
(PITI) mencapai 5 (lima) persen, seorang pemerhati tentang Tionghoa
muslim Ali Karim memperkirakan Tionghoa Muslim hanya 2 (dua) persen, dan
seorang tokoh Tionghoa Muslim yang sangat terkenal yaitu Junus Jahya
menduga penduduk Tionghoa Muslim hanya sekitar 1 (satu) persen dari total
penduduk Tionghoa di Indonesia (http:// HYPERLINK
"http://www.milistmualafindonesia.com"
www.milistmualafindonesia.com :
7 Oktober 2008). Ada yang mengatakan bahwa jumlah populasi komunitas
etnik Cina di Indonesia adalah nomor tiga terbesar setelah komunitas Jawa
dan Sunda. Tapi dari hasil sensus penduduk tahun 2000 dimana pertama kali
mencatat latar-belakang etnik seseorang, sesungguhnya komunitas Cina
hanyalah nomor 15 dari 101 kelompok etnik yang tercatat di sana.
Jumlahnya pun dikatakan hanya sebesar 1.738.936 orang atau 0,86% dari
jumlah seluruh penduduk Indonesia sebanyak 201.092.238 orang. Namun,
paling tidak hasil sensus menunjukkan bahwa di 11 propinsi Indonesia,
jumlah warga etnik Tionghoa
C o m p O b j
ÿÿÿÿ
y
W o r d D o
c u m e n t
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
HJ
S u m m a r y I n f o r m a
t i o n
(
ÿÿÿÿ
D o c u m e n t S u m m a r y I n f o r m a t i o n
8
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿþÿÿÿ
þÿÿÿþÿÿÿþÿÿÿ

þÿÿ

þÿÿÿ
þÿÿÿ
þÿÿÿ
þÿÿÿ
!
þÿÿÿ#
$
%
þÿÿÿ'
(
)
*
+
þÿÿÿ.
/
þÿÿÿ1
2
3
4
5
þÿÿÿ7
8
9
þÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ þÿ
ÿÿÿÿ
À
F'
Microsoft Office Word 97-2003 Document
MSWordDoc
Word.Document.8 ô9²q
%
À
F
\
Object
°
À
F
4
r
M i c r o s o f t
O f f i c e
W o r d
D o c u m e n t
M i c r o s o f t
O f f i c e
W o r d
D o c u m e n t
#3 Rich
Text
Format
at
µ6 ÝO
cukup signifikan untuk
diperhitungkan sebagai bagian dari masyarakat setempat. Dinyatakan bahwa
26,45% dari jumlah seluruh warga etnik Tionghoa di Indonesia, tinggal di
Jakarta yaitu 460.002 orang (5.53% dari seluruh penduduk Jakarta). Begitu
juga di Kalimantan Barat, ada 20-30% dari seluruh warga Tionghoa
Indonesia (9.46% dari seluruh penduduk Kalimantan Barat, nomor 3 terbesar
setelah etnik Sambas dan lainnya). Di Bangka Belitung, warga etnik
Tionghoa adalah 11,54% dari seluruh penduduk kepulauan itu, nomor 2
setelah etnik Melayu (http://www.jejakdakwahmuslimtionghoa.com : 20
November 2008). Permasalahan tentang Interaksi muslim etnik Tionghoa
dengan lingkungan sosialnya adalah masalah yang menarik untuk dilakukan
penelitian, karena persoalan etnik yang berbeda dapat menimbulkan suatu
konflik antara muslim etnik Tionghoa dengan masyarakat lingkungan
setempat. Kendatipun pada hakekatnya manusia sebagai mahluk tuhan
diciptakan dalam kodrat yang sama, namun perbedaan etnik, mampu
melatarbelakangi suatu pendiskriminasian dalam satu golongan tertentu. Di
Indonesia pernah terjadi demo anti Cina di Solo bermula terjadinya
perkelahian pemuda yang berdampak pada etnik, termasuk tragedi bulan Mei
1998 Jakarta kelabu, banyak wanita-wanita etnik Cina yang teraniaya,
diperkosa, dirampok yang mengakibatkan hampir seluruh pertokoan milik WNI
Cina dibakar dan dijarah ( HYPERLINK "http://www.orangtionghoa.com"
http://www.orangtionghoa.com : 20 November 2008). Selain itu, di
Negara Kesatuan Republik Indonesia ini tercatat dua peristiwa yang
dirasakan sebagai pukulan yang menyakitkan bagi masyarakat Cina, yaitu
peristiwa G30S PKI tahun 1965 dan kerusuhan Mei 1998. Pilihan dengan
identitas Indonesia telah difasilitasi pemerintah Orde Baru yang
memberlakukan asimilasi inkorporasi (total) bagi orang Cina untuk
menghilangkan identitas Cina-nya dan menjadi Indonesia. Namun demikian
motivasi pemberlakuan asimilasi inkorporasi nampaknya lebih bernuansa
ŗhukumanŗ karena sangkaan keterlibatan orang Cina dalam pemberontakan PKI
tahun 1965. Pada kenyataannya kebijakan tersebut justru memberikan
kontribusi terhadap berbagai kerawanan gejolak sosial yang memprihatinkan
seperti prasangka, kerusuhan kekerasan masa dengan sasaran etnik Cina.
Kebijakan tersebut juga menyisakan trauma bagi golongan minoritas ini,
selain akibat berbagai tindakan kekerasan yang dialaminya, juga akibat
perlakuan diskriminatif yang membelenggu gerak hidup masyarakat Cina ini.
Asimilasi inkorporasi (total) itu sendiri pada kenyataannya telah gagal.
Pada kenyataannya tidaklah mungkin untuk meniadakan akar budaya suatu
golongan masyarakat begitu saja. Memilih mempertahankan identitas sebagai
orang Cina juga bukan persoalan yang mudah, karena ke-Cina-an lekat
dengan berbagai citra yang kurang menguntungkan di mata etnik pribumi
maupun kalangan birokrasi pemerintahan. Ini merupakan bukti bahwa
persoalan interaksi sosial antara WNI keturunan Cina selaku kelompok

minoritas dan masyarakat pribumi selaku kelompok mayoritas dalam
pembauran bangsa sangatlah berpengaruh terhadap proses pembangunan suatu
bangsa. Selama ini komunitas Muslim Tionghoa tidak pernah mendapat
perhatian serius dari pemerintah bahkan cenderung diabaikan. Dari
kalangan Islam yang lain juga kurang mendapat perhatian karena terlanjur
tertanam stigma bahwa etnik Tionghoa itu eksklusif dan sulit
didekati. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : ŗBagaimana bentuk
interaksi muslim etnik Tionghoa dengan lingkungan sosialnya?ŗ Tujuan
Penelitian
Studi tentang interaksi muslim etnik Tionghoa dengan
lingkungan sosialnya ini bertujuan untuk lebih dapat mengetahui,
mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana bentuk interaksi muslim etnik
Tionghoa dengan lingkungan sosial mereka. Kegunaan
Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
Secara objektif hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan bagi
pengembangan ilmu sosial budaya dan agama
pada khususnya
Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan bahan masukan bagi proses penelitian selanjutnya, terutama yang
berhubungan dengan masalah kebudayaan muslim etnik Tionghoa
Secara
praktis ini dapat digunakan sebagai titik tolak dalam rangka penelitian
yang sejenisnya secara mendalam dan ruang lingkup yang luas Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pemerintah dan masyarakat untuk bisa hidup berdampingan sebagai sesama
penganut agama.
PAGE
PAGE
2

!

6

7

´

¼

Š

ř

6
;
Ŗ
©
¡
¾
Ì
Ñ
Ü
á
â
ê

5
:
;
A
K
P
Q
Y
Ţ
Ŗ
Ç
Ì
Ø
Ý
Þ
ã
ÿ

.

;

›—‘Ž‘‡ØÑÏËρÏÀÀÏÀÏعµ¹Ï¹ª¡ª¡ªšª¡řª¡ªřª¡ªšª¡ª¡ª¡ª¡ª¡ªř

฀hœ

ř mH

sH

hÛ3º mH

sH

฀h¤~K mH

sH

haSò ฀hŠ7¡ mH

sH

฀฀h¤~K

hav¦ ฀hŠ7¡

฀hŖf- ฀hŠ7¡
hÛ3º
hW$Ù ฀฀hŠ7¡
h 1E 5 • h+:^ ฀hŠ7¡ 5 • hO
hO
5 • h¿

hO

5 •

฀hŠ7¡ 5 •

7

hI#\ 5 • h¿

7 5 • 7

!

W

X

÷

ø

Ó

Á

Â
Ö

Ö
²

(

÷
½

½
$
$

÷


dh

÷

È

a$ gd q¥
a$ gd 1E

²
²

á

½

²
½

½

½
²

²

²

$
&
F
&
F


a$ gd 1E
$ dà
a$ gdO

$

฀„฀฀฀„‰Ū฀d‡฀฀ ^„฀฀`„‰Ūa$฀gdO฀฀



gd q¥

;

M

V

W

X

h

m



É

ë

ð

'

=

D

I

J

R

e

Ÿ

š

¥

¦

§

É

õ

ö

÷

ø

Ò

Ô

ø

h
…฀ Š฀
*
I
M
U
»
À
Á
É
<
@
Ÿ฀ ¿
Â
øíåøíÝíÕíÍÕíÅíÝí½íÕíÕ͵ªÕªÍ¢Í½Í¢Í½Í½ÍŔ͋͵ʹÍŧÍ´ÍøÍދŧ‘´
`

Ç

È

Ð

h¿

7 mH

sH

h86Þ ฀hŠ7¡ 6 •mH

sH

hÂcÐ mH

sH

haSò ฀hŠQ˜ mH

sH

฀hŠQ˜ mH

sH

hÛ3º mH

sH

h³~÷ mH

sH

฀hŠ7¡ mH

sH

hQ ^ mH

sH

฀h¤~K mH

sH

h q¥ mH

sH

haSò ฀hŠ7¡ mH

sH

h 1E mH sH 8Ð
ï
ô
´
Ó
D
d

¥
Æ
Î
ô
ù
£
¤
'
(
7
ŗ฀ ¤฀ û
0
8
B
C
D
H
I
h
p
_
f
š‘š‹šŧ՚͚ŧšŧš‘šÕš€º¯‘¯ŧ¯£ŸŗŧŗŸŧŸŗŸŗŸŗŧŗŸŧŒ€w
mH sH ฀฀h£9Š h°{t 6 •mH sH

<
(

O
Ŗ฀
G
^
฀฀h¤~K 6 •

G
?

hÛo; mH

sH

haSò

h°{t mH

sH

h°{t mH

sH

h{N¨ mH

sH

฀฀hÊg€ ฀hŠ7¡ mH

sH

haSò

h 1E mH

sH

h 1E mH

sH

฀hŠQ˜ mH

sH

h| » mH

sH

hÛ3º mH

sH

hŔ [ mH

sH

฀h¤~K mH
Á#
&
ô

sH
ð'
ô

°

#*


haSò ฀hŠ7¡ mH sH -(
ŗ฀ Á
Å
0+ @+ A+ ©+ é+ ê+ ý+ þ+ ô
ô
é
ô
Û
Ð
é
Œ

Y
ô
ô

ô
À

$ Æ ฀Ŗ฀ dh
a$ gd 1E
$
&
F
Æ
฀h฀฀v฀Ŗ฀

a$ gd q¥
$ Æ ฀v฀Ŗ฀
Þ
$ Æ ฀v฀Ŗ฀

a$ gd q¥
$ dh
a$ gd 1E

dh

a$ gdË

$
&
F


a$ gd q¥
$ dà
a$ gd q¥
$ dà
a$ gd q¥
f
g
ř฀ Ŗ฀ ŗ฀ ª
×
ß
!
V
^
~
Ÿ฀ ¶
¾
V
W
Ŧ‹ÑŦÀŦ‹¸¯¤˜฀‚zrzr‚z‚z‚z‚r‚z‚zjbV

«
à

¬
á

þ

h

®

¾
@

À
H

Á
U



h

cÊ 6 •mH

sH

h| » mH

sH

hÛo; mH

sH

h°{t mH

sH

hÛ3º mH sH
hz
h°{t mH
฀mH฀฀sH฀฀฀฀h¤~K h86Þ mH sH

sH
h| » hI#\ mH
h86Þ 6 •mH sH

sH

฀฀h£9Š

h°{t 6

฀h¤~K mH sH
$ hŔ [ ฀h¤~K 0J >* B* mH ph
ÿsH
# • j

[ ฀h¤~K U mH sH
hŔ [ ฀h¤~K mH sH
j
hŔ [ ฀h¤~K U mH sH
W
^
_
Ř฀ ř฀ Ŗ฀ °
±
´
µ

Ã
Ä
Å
ù
þ
¥
ª
ö
û
ñ
ö
÷
ÿ
•- Ÿ- ‡- •- Ä- Å- ô+ 3 C Ÿ ‹ Ŗ¡ « » ™Œ…ÊŒ·Œ¯…£…ţŖˆ¯ˆ¯ˆ¯ˆ¯ˆ€ˆ¯ˆ€ˆxˆpˆ€hˆ¯hˆhˆ

h}Xù mH

sH

฀hc฀€ mH

sH

h 1E mH

sH

hÛ3º mH
sH

sH

h hO

h°{t mH

sH

h86Þ

hI#\ mH

sH

h86Þ 6 •mH

h¿

7 mH

sH

฀h¤~K mH sH
$฀h¤~K h86Þ 0J >* B* mH ph
ÿsH
# • já
฀฀฀฀h¤~K
h86Þ U฀฀mH฀฀sH฀฀฀฀h¤~K h86Þ mH sH
j
฀h¤~K h86Þ U฀฀mH฀฀sH฀฀฀฀h¤~
K 6 •mH sH
(» À Á É û
"
7
C
V
W
X
Y
• „


ó
ø
! k! Õ! Ú! '" )" Ŕ" ›" â" ç"
# øíåíÝøÝÕÊø·øÊ« ¤Š¤•¤Š¤w¤Šw¤lalal
hZœ ฀h¤~K mH sH
h-Zœ hv'º mH sH

h]4« mH
H sH

sH
h 1E

h฀jˆ
h¿

hÛ3º mH

sH

฀฀h฀jˆ ฀h¤~K mH

sH

฀฀h฀jˆ

hv'º m

7 mH

sH

฀฀h£9Š

h°{t 6 ฀mH฀฀sH฀฀฀฀h¤~K ฀h£9Š mH

sH

฀hŸl4 mH

sH

฀฀h¤~K

h°{t mH

sH

hÛo; mH

sH

h°{t mH

sH

hÛ3º mH

sH

h hO

h°{t mH

sH

฀h¤~K mH sH !
# )# @# `# a# b# Œ# •# Ţ#
& 0& 5& ©& š& Â& Ç& ï' ð' ü(
zjzbzZzjzZzRê

ª# «# À#
) 1) 2)

Á# Í# Ï# ¯%
&
* õêâ×Ì׾̫Ì× ¤฀‚zr

hW$Ù mH

sH

฀h¤~K mH

sH

h{N¨ mH

sH

฀hœ

ř mH

sH

h¿

7 mH

sH

h°{t mH

sH

h hO

h°{t mH

sH

h¡eï mH

sH

h-Zœ

h°{t mH

sH

h-Zœ

h¿

7 mH
[ U

sH
j

$ h-Zœ hŔ [ 0J
hŔ [ hŔ [ U

>* B* mH ph
ÿsH
h-Zœ hŔ [ mH sH

• jÞ

hŔ [



h| » mH sH
h-Zœ hv'º mH sH
hZœ hW$Ù mH sH - * "* #* $* ?* G* ©* ®* ÿ*
+
+
+ *+ /+
0+ ?+ @+ A+ ©+ ª+ «+ µ+ ¼+ Á+ Â+ Ë+ è+ é+ ê+ ü+ ý+ þ+
, š¦ÒÐÒÒµÒÐÒª¬£ŸŗŒ„|µ|tl¬aVR฀฀h฀\o
h¿

7

h 1E mH

sH

h 1E ฀hŠ7¡ mH

sH

h{N¨ mH

sH

h¿

7 mH

sH

฀hŘdg mH

sH

฀hŸl4 mH

sH

h_e$ mH sH
฀hŠ7¡ 5 •

haSò ฀hŠ7¡ mH sH
hÍV. ฀hŠ7¡ 5 •

hÍV.

h 1E 5 •

hvgT mH

sH

฀h¤~K mH

sH

฀hŠ7¡ mH

sH

hÛ3º mH sH
฀฀hÊg€ ฀hŠ7¡ mH sH
hZœ ฀hŠ7¡ mH sH
hW$Ù ฀hŠ7¡ mH sH
h-Zœ hI#\ mH sH
, Œ, ¥, ¯, æ, ç, è, û, ü, ý, L- Q€. …. Ÿ. Ţ. ½/ À/ Á/ Ã/ Ä/ Å/ Ç/ È/ Ê/ Ë/ Í/ Î/ Ð/ Ñ/
×/ Ø/ Ù/ Û/ Ü/ â/ ã/ ä/ å/ æ/ è/ é/ ê/ žø˜žŦŧÒÈ´µ´µ´-´¥ŧ¥š
řŢřŢřŢřŢ„~„~z„~„o„~zŢš
h 6Í 0J mH nH u
h 1E
h 1E 0J
j
h 1E 0J U
hŔ Z
j
hŔ Z U
hýß ฀hŠ7¡ mH sH

฀hŠ7¡ mH

sH

hÛ3º mH

sH

฀h¤~K mH sH
haSò ฀hŠ7¡ mH
sH
haSò ฀hŠ7¡ 5 •mH sH

sH

haSò

h 1E 5 ฀mH฀฀sH฀฀฀฀hŠ7¡ 5 •mH

h ì
•.
œ

h| »
/ ¾/
Ð

h¨1ç
¿/ À/


ô



hø È
Á/ Â/
ô


h \o
Ã/ Ä/


h?&K *þ+
Æ/ ô

ç,

è,


ô

ü,

ý,

B-

é

ô

ô

ÐÛ

$
&
F
&
F

Æ
Æ



a$ gd q¥

$

฀v฀฀฀„v฀฀„ŠŪ฀d‡฀฀ ^„v฀`„ŠŪa$฀gd q¥

Æ
$

Ø

dh

» ฀฀„v฀฀„ŠŪ฀d‡฀฀ ^„v฀`„ŠŪa$฀gd q¥
a$ gd 1E

$

$
&
F


a$ gd q¥
$ dh
a$ gdË Þ
$ dà
a$ gd q¥
è/ é/ ê/ ý
ý
ý
è

$



a$ gd q¥

Æ/

Ç/
ý

É/

Ê/

ñ
ý

Ì/
ý

Í/

Ï/

Ð/

è
ý

Ù/

Ú/

ý
ý
Ý

Û/

æ/
ý

ç/
ñ

„h฀]„h฀gdŠ7¡
฀„øÿ฀„฀ ฀&`#$฀gdŠ7¡

0ť฀ŚŖÊ฀À…f/r¬Ê฀
Ü A Î E Ï L C K 1 Ä Ö X 5 ß V H 1 M Ï Ó Ç Q = =
ÿÿÿÿÿÿÿÿ
0ť฀ŚŖÊ฀À…f/r¬Ê฀
I t e m

2

ÿÿÿÿ
r t i e s
0

M s o D a t a S t o r e

0

P

ÿÿÿÿ

0
U
F
&P 1•h :p 6Í  ….  ÂA! …฀" ¥฀#•Ü $•¥ %°

6

Í

°Ð

°Ð

P r o p e
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ

•Ð Dp

ý
ý

ý
ñ

ý

$



a$ gd q¥

ý
è

ý

ý
ý

Ý

ý
ñ

è

„h฀]„h฀gdŠ7¡
฀„øÿ฀„฀ ฀&`#$฀gdŠ7¡
Xð@
l
ë

&

ÿÿÿÿ
" WMFC

ÿÿÿÿ


µ6
ð

_Y

°Z

¨
EMF

µ6
ð@

¬

_Y
À

ª

Ë

!

À

Çh

ì

%

€%

€฀

R
p
R o m a n

œÿÿÿ

¼

@

T i m e s
N e w
(}
Œ€฀

RQ`2Œ€฀ „}฀
ô~ p€฀ $Q`2Œ€฀ „}฀
Id/1„}฀ Œ€฀
ÿÿÿÿ\+Ð Ðd/1
ÿÿÿÿÿÿ ฀฀฀€ÿÿÿÿ
ÔûI
X
฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀‡*
€฀
ÿ
T i m e s
e w
R o m a n
tB ¸} œ8'1฀
ô} ô} èx%1
~ \+Ð dv

~

G-•
%

%

%

T

T

5

q

UU‡@c{‡@

\

L

ì

P

6

T

T

æ

5

W

UU‡@c{‡@

B

L

ì

P

6

T

T

Ì

5

=

UU‡@c{‡@

(

L

ì

P

6

%

%

%

T

X



²

õ

#

UU‡@c{‡@¥฀

L

ì

P

I . '

R

p

œÿÿÿ

¼

@ "A r i a l
d|

È• H}

RQ`2È• À|

0~ ¬• $Q`2È• À|
Id/1À| È•
ÿÿÿÿœ@ť Ðd/1ÿÿ ÿÿ฀€ÿÿ฀ ฀ÿ฀€ÿÿÿÿ
฀฀฀฀฀฀฀฀‡*
€฀
p `2€‰฀|@ť (_ ô|

ÿ
œ8'1฀

A r i a l
0} 0} èx%1

ÔûI
`2 °v
X} œ@ť dv

X

3.•
%

%

%

T

T

ö

±

+

#

UU‡@c{‡@™฀

L

ì

P

6

%

%

%

T

T

,

²

g

#

UU‡@c{‡@,฀

L

ì

P

P

<

T

ˆ

h

²

5

#

UU‡@c{‡@h฀

L

ì

`
T

6

²

E N D A H U L U A N C
H
k
#
UU‡@c{‡@6฀

H

H

N

H

C

I

H

I

T

L

ì

P

6

T

T

v

˜฀

«

UU‡@c{‡@v฀

ô

L

ì

P

6

T

T

v

~

«

ï

UU‡@c{‡@v฀

Ú

L

ì

P

6

%

%

%

T

X

d

`

Õ

UU‡@c{‡@

À

L

ì

P

A . H

%

%

%

T

T

a

c

¤

Õ

UU‡@c{‡@a

À

L

ì

P

5

%

%

%

T

Ŕ

d

3

Õ

UU‡@c{‡@Ŕ

À

L

ì

h
L a t a r
B e l a k a n g C
2
T
T
4
d
i
Õ

!

2
,
UU‡@c{‡@4฀

C
À

,

2
L

8

2

8
ì

2

P

6

!

-

ì

"

ÿÿÿÿ

T

T

K

5

¼

UU‡@c{‡@

§

L

ì

P

6

R
p
œÿÿÿ

@
R o m a n
Ìó Lñ RQ`2Ìó Äð
4ò °ó $Q`2Ìó Äð
ÿÿÿÿ\