HUBUNGAN SIKAP ILMIAH DENGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI)

(1)

HUBUNGAN SIKAP ILMIAH DENGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM MODEL PEMBELAJARANPROBLEM BASED

INSTRUCTION (PBI)

(Skripsi)

Oleh

TRESNA AYUNINGTYAS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

HUBUNGAN SIKAP ILMIAH DENGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM MODEL PEMBELAJARANPROBLEM BASED

INSTRUCTION (PBI)

Oleh

TRESNA AYUNINGTYAS

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah:

Nama : Tresna Ayuningtyas

NPM : 0853022052

Fakultas / Jurusan : KIP / Pendidikan MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Jl. Abdul Muis Tuan Rian no.64 Langkapura Kemiling Bandar Lampung

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, November 2012

Tresna Ayuningtyas NPM. 0853022052


(4)

Judul Skripsi : HUBUNGAN SIKAP ILMIAH DENGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM

MODEL PEMBELAJARANPROBLEM

BASED INSTRUCTION (PBI)

Nama Mahasiswa : Tresna Ayuningtyas

Nomor Pokok Mahasiswa : 0853022052

Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Agus Suyatna, M.Si. Drs. Nengah Maharta, M.Si.

NIP. 19600821 198503 1 004 NIP. 19551231 198303 1 022

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Agus Suyatna, M.Si.

Sekretaris : Drs. Nengah Maharta, M.Si.

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung, pada tanggal 05 Juni 1991, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sarno dan Ibu Evi Zulfia.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1996 di SD Negeri 1 Banjar Negeri dan diselesaikan pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan pedidikannya di SMP Negeri 1 Gisting, diselesaikan pada tahun 2005.

Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Talangpadang, diselesaikan pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai mahasiswi program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Organisasi yang pernah penulis ikuti di Universitas Lampung adalah menjadi anggota di Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Unila pada tahun 2008-2012, Kepala Divisi Tari UKMBS Unila periode 2009-2010 dan menjadi Ketua Bidang Administrasi dan Keuangan UKMBS Unila periode 2010-2011. Tahun 2010, penulis melakukan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Padang Cermin,

Pesawaran dan melaksanakan praktek mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL) di MTs. Hasanuddin Kaliguha Padang Cermin, Pesawaran.


(7)

PERSEMBAHAN

ku persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan kasihku yang tulus kepada:

Ibuku tercinta

yang tiada henti, senantiasa memberikan dorongan untuk keberhasilan penulis

Pak Wo atas segala doa, nasehat dan kasih sayang yang sungguh luar biasa

Adindaku tersayang Novita Suwana dan Jaka Mukti Fajar yang selalu memberikan semangat dan

menantikan keberhasilan penulis


(8)

MOTTO

Sesungguhnya ALLAH tidak akan mengubah suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila ALLAH menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya dan tidak

(QS.Ar- )

Rencanakanlah yang akan anda lakukan dan lakukan apa yang telah anda rencanakan (Mario Teguh)

Jangan berprilaku dan berhasrat jadi orang yang biasa (Tresna Ayuningtyas)


(9)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

Hubungan Sikap Ilmiah dengan Keterampilan Proses sains (KPS) dalam Model PembelajaranProblem Based Instruction (PBI) sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.

4. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Nengah Maharta, M.Si. selaku Pembimbing II atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Si. selaku Pembahas atas masukan dan dukungan yang diberikan.


(10)

xiv 7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan

Pendidikan MIPA.

8. Bapak Drs. Bahrunsyah, M.Pd. selaku Kepala SMP Negeri 3 Bandar Lampung atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.

9. Ibu Usa Herwiyatni S.pd. selaku guru mitra dan murid-murid kelas VIIfSMP Negeri 3 Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.

10.Keluarga Besar ku, Datuk, Nenek, Bunda, Wo Nini, Ngah, Ncik, Ncu, Pak Su, Pak Ngah, sepupu-sepupuku tersayang Ranti, Kak Via, Teguh, Tiwi, Septin, Abang Yaspi, Ulik, atas segala doa, nasehat dan kasih sayang yang sungguh luar biasa

11. Abang-abang, mbak-mbak, adek-adek keluarga besar UKMBS Unila dan abang-abang KoBer, terima kasih untuk semua pengalaman dan pelajaran berharga serta canda tawa di saat penulis lelah, bangga menjadi salah satu bagian dari kalian.

12. Sahabat-sahabat ku tercinta Nice, Ayya, Devin, Mb Kinda, Ayu, Fharia, Idelia, Humairoh, Elly, Emillia, Nining, Tuti terima kasih kebersamaan dan silahturahmi yang terjaga sampai saat ini, sayang kalian semua.

13. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Pendidikan Fisika 2008 terima kasih untuk kebersamaan dalam menggapai ilmu

14. Kakak tingkat serta adik tingkat Pendidikan Fisika yang tak bisa disebutkan satu persatu.


(11)

xv Penulis hanya dapat berdoa, mudah-mudahan segala kekikhlasan, amal, dan bantuan, mendapat pahala serta balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi dunia pendidikan. Amin.

Bandar Lampung, November 2012


(12)

ABSTRAK

HUBUNGAN SIKAP ILMIAH DENGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM MODEL PEMBELAJARANPROBLEM BASED

INSTRUCTION (PBI)

Oleh

Tresna Ayuningtyas

Sikap ilmiah dalam pembelajaran fisika sangat diperlukan karena dapat memotivasi kegiatan belajarnya. Hal ini sangat berhubungan dengan hasil dari kegiatan belajar siswa kearah yang positif. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mencoba melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan sikap ilmiah dengan Keterampilan Proses Sains dalam model pembelajaranProblem Based Instruction (PBI).Desain penelitian ini adalahone shot case study.Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIf SMP N 3 Bandar Lampung. Pengambilan Sampel

menggunakan teknikcluster random samplingdan teknik analisis data

menggunakan ujiBivariate Correlation.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sikap ilmiah dengan KPS siswa dengan nilai korelasi yaitu 0,880 yang termasuk dalam kategori sangat kuat.


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagan Paradigma Pemikiran... 30

3.1 Desain Eksperimen One Shot Case Study... 33

4.1 Grafik Persentase Sikap Ilmiah Siswa ... 54

4.2 Grafik Persentase Peningkatan Penilaian KPS Siswa... 56

4.3 Grafik Persentase KPS Siswa... 58


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI...ii

DAFTAR TABEL...v

DAFTAR GAMBAR...vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Teoritis ... 6

1. Sikap Ilmiah. ... 6

2. Keterampilan Proses Sains ... 15

3. Problem Based Intruction (PBI)... 24

B. Kerangka Pemikiran ... 29

C. Hipotesis... 31

III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 32

B. Sampel Penelitian ... 32

C. Desain Penelitian... 32

D. Variabel Penelitian ... 33

E. Instrument Penelitian... 34


(15)

iii

1. Penelitian Pendahuluan ... 34

2. Pelaksanaan Penelitian ... 34

G. Analisis Instrument ... 36

1. Uji Validitas ... 36

2. Uji Reliabilitas ... 37

H. Teknik Pengumpulan Data ... 39

1. Data Sikap Ilmiah... 39

2. Data Keterampilan Proses Sains ... 42

I. Teknik Analisis Data ... 43

1. Uji Normalitas ... 43

2. Uji Korelasi ... 44

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46

B. Analisis I C. Tahap Pel D. Data Hasil P E. Pengujian F. Pem 1. Sika 2. Keterampilan 3. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus ... ....66

2. Rencana Pelaksanaan Penilitian ... ...69

3. Kisi-kisi Angket ... ...85

4. Angket Sikap Ilmiah... ....86

5. Lembar Kerja Kelompok... ...90

6. Persentase Skor Angket dan KPS... ....104

7. Data Rekapitulasi KPS siswa ... ...107

8. Data Rekapitulasi Sikap Ilmiah Siswa ... ....112


(16)

iv

10. Hasil Uji Reliabilitas ... ...118

11. Hasil Uji Normalitas... ....121

12. Hasil Uji Linearitas ... ....122

13. Hasil Uji Korelasi... ...124

14. Daftra Hadir Seminar Usul... ....125

15. Daftar Hadir Seminar Hasil... ....126

16. Kartu Kendali Bimbingan Skripsi ... ...128


(17)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E.Z. 2006.Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: PT Grasindo Arikunto, Suharsimi. 2008.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Dimyati dan Mudjiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Goleman, D. 2005. Working With Emotional Intellegence, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Harlen, W. 1992.The teaching Of science. London: David Fulton Publishers. Ibrahim dan Muhammad Nur. 2005.Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press.

Karhami, K. A. 2000. Sikap ilmiah sebagai wahana pengembangan unsur budi pekerti (Kajian melalui sudut pandang pengajaran IPA). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,No. 027, Tahun ke-6, November 2000

Mahmuddin. 2010. Belajar Jadi Manusia. Komponen Penilaian Keterampilan Proses Sains.Artikel Pendidikan.Diunduh 12 Januari 2012 dari

http://mahmuddin.wordpress.com/2010/04/10/komponen-penilaian-keterampilan-proses-sains/.

Nuh, Usep. 2010. Fisika SMA Online. Keterampilan Proses Sains.Artikel Pendidikan.Diunduh 13 Januaari 2012 dari http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/03/keterampilan-proses-sains.html.

Nurhadi. 2004.Kurikulum 2004. Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta : Grasindo. Nurohman, Sabar. 2010. Penerapan Seven Jump Method (SJM) sebagai Upaya

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa.Skripsi.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.


(18)

Saputri, Novika. 2010.Pengaruh Fasilitas di Rumah dan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2009/2010. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Slamento. 2003.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta.

Subiyanto. 1988.Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: P2LPTK.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Trianto. 2007.Model-model Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Prestasi Pustaka Publiser.

Uno, H.B. 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara


(19)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya ... 22

2.2 Klasifikasi Keterampilan Proses Sains (Diadaptasi dari Longfield) ... 23

3.1 Sintak Model PembelajaranPBI... 35

3.2 Altenatif Jawaban dan Skor Angket ... 41

4.1 Hasil Uji Validitas Angket ... 47

4.2 Hasil Uji Validitas KPS ... 47

4.3 Hasil Uji Reliabiltas KPS dan Angket ... 48

4.4 Deskripsi Data Sikap Ilmiah dan KPS Siswa ... 51

4.5 Klasifikasi Sikap Ilmiah dan KPS Siswa... 51

4.6 Hasil Uji Normalitas Sikap Ilmiah dan KPS Siswa... 52

4.7 Hasil Uji Linearitas Data Sikap Ilmiah dan KPS Siswa ... 52

4.8 Hasil Uji Korelasi Data Sikap Ilmiah dan KPS ... 53


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang mencakup 3 segmen yaitu produk, proses dan sikap. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori yang diperoleh dari proses IPA yang berupa kegiatan-kegiatan dan sikap ilmiah yang memiliki keterampilan untuk menghasilkan produk IPA tersebut. Oleh karena itu pada pembelajaran IPA, dimana Fisika adalah salah satu cabangnya sudah seharusnya mencakup ketiga hal tersebut.

Proses pembelajaran fisika menekankan pada pemberian pengalaman

langsung untuk mengembangkan kompetensi dan menumbuhkan kemampuan berfikir. Hal ini dapat dilakukan berdasarkan serangkaian metode (proses) ilmiah. Pembentukan sikap ilmiah seperti ditunjukan oleh para ilmuan sains dapat dikembangkan melalui Keterampilan Proses Sains yang terdiri dari melakukan pengamatan, menafsirkan pengamatan, mengelompokkan, meramalkan, berhipotesis, merencanakan percobaan dan menerapkan sub konsep, sehingga pemahaman siswa terhadap hakikat fisika, baik sebagai proses maupun sebagai produk menjadi utuh. KPS merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang


(21)

2 dapat digunakan untuk menemukan fakta, membangun konsep dan teori dengan keterampilan intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri, yang dapat dipelajari dan dikembangkan oleh siswa melalui proses belajar mengajar dikelas sehingga siswa terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan tentang produk IPA.

Sikap ilmiah adalah suatu sikap yang dimiliki seseorang untuk bertindak atau berprilaku secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah dalam memecahkan suatu masalah. Seseorang yang memiliki tingkatan sikap ilmiah yang baik adalah orang yang mempunyai sikap jujur, terbuka, toleran, skeptis, optimis, pemberani, dan kreatif. Tingkat sikap ilmiah siswa dapat dilihat dari bagaimana mereka memiliki rasa keingintahuan yang sangat tinggi, memahami suatu konsep baru dengan kemampuannya tanpa ada kesulitan, kritis terhadap suatu permasalahan yang perlu

dibuktikan kebenarannya, dan mengevaluasi kinerjanya sendiri.

Berdasarkan observasi awal di SMP Negeri 3 Bandar Lampung, melalui wawancara dengan guru, didapat data bahwa nilai KPS siswa kelas VIIf SMP Negeri 3 Bandar Lampung sudah cukup baik, hal itu terlihat dari nilai rata-rata yaitu 67. Dari hasil pengamatan tersebut penulis tertarik melakukan penelitian untuk melihat apakah nilai KPS yang baik itu berhubungan dengan sikap ilmiah siswa yang baik pula.

Pembelajaran yang kurang melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, dapat menghambat kemampuan belajar siswa dalam pemecahan masalah, sehingga perlu dipilih dan diterapkan suatu model pembelajaran untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran.Problem Based Instruction (PBI)


(22)

3 merupakan model pengajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada suatu masalah yang sering ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Adapun ciri-cirinya adalah mengorientasikan siswa pada masalah-masalah autentik, suatu pemusatan antar disiplin pengetahuan, penyelidikan autentik, kerjasama, menghasilkan karya (publikasi hasil). Model pembelajaran ini bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir dikalangan siswa lewat latihan penyelesaian masalah, oleh sebab itu siswa dilibatkan dalam proses maupun perolehan produk penyelesaiannya. Dengan demikian model ini juga akan mengembangkan keterampilan berpikir lewat fakta empiris maupun kemampuan berpikir rasional, sehingga latihan yang berulang-ulang ini dapat membina keterampilan proses siswa dan sekaligus dapat mendewasakan siswa.

Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka akan dilakukan penelitian eksperimen untuk melihat seberapa besar hubungan Sikap Ilmiah siswa dengan Keterampilan Proses Sains yang berjudul Hubungan Sikap Ilmiah dengan Keterampilan Proses Sains (KPS) dalam Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, adakah hubungan sikap ilmiah dengan KPS dalam model

pembelajaranPBI. C. Tujuan Penelitian


(23)

4 Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :

Mengetahui hubungan sikap ilmiah dengan KPS dalam model pembelajaran PBI.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya sebagai berikut: 1. Meningkatkan sikap ilmiah siswa dalam rangka mengaitkan pada

Keterampilan Proses Sains Siswa

2. Dapat digunakan oleh guru sebagai alternatif baru dalam menambah pengetahuan secara teoritis sehingga dalam kegiatan pembelajaran dapat dinyatakan berhasil dan tercapainya tujuan pembelajaran.

3. Sebagai penambahan wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan keterampilan meneliti serta pengetahuan lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Sikap ilmiah yang yang diamati dalam penelitian ini adalah sikap jujur, skeptis, optimis, pemberani, dan kreatif.

2. KPS merupakan kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. Keterampilan proses sains yang diamati adalah keterampilan melakukan percobaan, menginterpretasi data, menerapkan konsep, berkomunikasi.


(24)

5 3. Pembelajaran yang akan diterapkan pada penelitian ini adalah

pembelajaranPBI.Pembelajaran ini bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir dikalangan siswa lewat latihan penyelesaian masalah. Dalam penelitian ini terdapat enam langkah pembelajaran yang digunakan yaitu orientasi pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah.

4. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VIIfSMP Negeri 3 Bandar Lampung semester ganjil Tahun Ajaran 2012/2013.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1.Sikap Ilmiah

a.Pengertian Sikap Ilmiah

Menurut Purnama (2008: 115) sikap ilmiah merupakan sikap yang dibentuk oleh orang yang berkecimpung dalam ilmu alamiah dan bersifat ilmiah. Salah satu aspek tujuan dalam mempelajari ilmu alamiah adalah pembentukan sikap ilmiah. Sikap ilmiah siswa dalam proses

pembelajaran fisika sangat di perlukan. Terutama dalam penyelesaian masalah-masalah fisika yang memerlukan pembuktian dan langkah-langkah terstrukur.

Sikap ilmiah diartikan suatu kecenderungan, kesiapan, dan kesediaan seseorang untuk memberikan respon atau tanggapan secara ilmu

pengetahuan dan memenuhi syarat (hukum) ilmu pengetahuan yang telah diakui integritas kebenarannya.

Sikap ilmiah yang muncul dari individu disebabkan adanya suatu rangsangan objek. Rangsangan itu menimbulkan respon yang konsisten baik positif/negatif, setuju/tidak, langsung/tidak, bagi individu yang bersangkutan sehinggga apabila seseorang atau siswa merasa tertarik, memperoleh kesempatan dan memiliki sikap menyukai suatu mata


(26)

7 pelajaran maka akan belajar dengan baik. Sikap keilmuan tidak hanya mengekang kecenderungan suatu pribadi tertentu, melainkan

menunjukkan kesediaan positif pada perilaku/kecenderungan

perseorangan dalam kehidupan sehari-hari. Adanya sikap ilmiah ini, akan mendukung terbentuknya suatu pengetahuan yang ilmiah. Menurut Purnama (2008: 112), pengetahuan dapat dikatakan ilmiah bila pengetahuan itu memenuhi empat syarat yaitu : objektif, metodik, sistematik, dan berlaku umum.

1) Objektif

Artinya, pengetahuan itu sesuai sesuai dengan objeknya yaitu kesesuaian atau dibuktikan dengan hasil penginderaan atau empiris.

2) Metodik

Artinya, pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu dan terkontrol.

3) Sistematik

Artinya, pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu system, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lain saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh.

4) Berlaku umum

Artinya, pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh beberapa orang saja, tetapi semua orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.

b. Komponen-komponen sikap ilmiah

Menurut Purnama (2008: 115) orang yang berkecimpung dalam ilmu alamiah akan terbentuk sikap ilmiah yang antara lain adalah sikap jujur, terbuka, toleran, skeptis, optimis, pemberani, dan kreatif.


(27)

8 Menurut Uno (2008: 109), kejujuran merupakan faktor penting untuk diperhatikan dalam mendidik anak. Purnama (2008: 116), mengartikan sikap jujur sebagai suatu sikap seseorang yang dalam kesehariannya menilai suatu objek secara objektif.

Begitupun kejujuran siswa kepada diri sendiri dan orang lain dalam menyelesaikan atau mencoba pengalaman yang baru. Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan kepentingan pribadi dan tidak membiarkan kebohongan menguasai pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan

kepentingan dirinya sebagai subjek. Hal ini, dapat dilihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi. Dalam

membentuk suatu sikap jujur itu sendiri, diperlukan beberapa hal yang dapat mendukung terciptanya kejujuran, meliputi:

a) Kesadaran diri

Kesadaran diri yakni kemampuan untuk mengenal dan memilah-milah perasaan, memahami hal yang sedang kita rasakan dan mengapa hal itu kita rasakan, dan mengetahui penyebab munculnya perasaan tersebut, serta pengaruh prilaku kita terhadap orang lain (Uno, 2008: 77).

b) Penghargaan diri

Penghargaan diri merupakan kemampuan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan kita, dan menghargai diri sendiri meskipun kita memiliki kelemahan (Uno, 2008: 78).


(28)

9 Objektif merupakan kemampuan menyatakan sesuatu apa adanya, tanpa dibarengi oleh perasaan pribadi (Arifin, 2006: 5)

2) Sikap terbuka

Menurut Purnama (2008: 116), seseorang dikatakan mempunyai sikap terbuka ialah seseorang yang mempunyai pandangan luas, terbuka, dan bebas dari prasangka. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru. Ia akan menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum diterima atau ditolak. Jadi, ia terbuka akan pendapat orang lain dan dapat

menyesuaikan diri dengan keadaan baru.

Begitu juga bagi siswa sangat penting untuk memilki sikap terbuka. Terutama sikap anak dalam memahami konsep baru, pengalaman baru, sesuai dengan kemampuannya tanpa ada kesulitan. Biasanya pemahaman ini berlangsung secara bertahap. Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya. Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan dan tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum selesai terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.

Secara garis besar di dalam sikap terbuka terdapat unsur-unsur, seperti: a) Luwes (Flexibel) yaitu kemampuan untuk menyesuaikan perasaan,

pikiran, dan tindakan kita dengan keadaan yang berubah-ubah (Uno, 2008: 80).

b) Inovasi, yaitu mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan, dan informasi baru. Seseorang dikatakan memiliki inovasi apabila selalu mencari gagasan baru dari berbagai sumber dan


(29)

10 menciptakan gagasan sendiri, mendahulukan solusi-solusi yang original dalam pemecahan masalah, serta berani mengubah wawasan dan mengambil resiko akibat pemikiran baru mereka (Goleman, 2005: 151).

3) Sikap toleran

Sikap toleran yang dimaksud merupakan sikap seorang siswa yang tidak merasa ia yang paling hebat. Bahkan siswa bersedia mengakui orang lain mungkin lebih banyak pengetahuannya, bahwa mungkin pendapatnya yang salah, sedangkan pendapat orang lain yang benar. Siswa akan menerima gagasan orang lain setelah diuji. Dalam hal menambah ilmu siswa bersedia belajar dari orang lain, membandingkan pendapatnya dengan orang lain. Siswa mempunyai tengang rasa atau sikap toleran yang tinggi, jauh dari sikap angkuh.

Secara garis besar di dalam sikap toleran terdapat unsur : a) Memahami orang lain

Memahami orang lain merupakan kemampuan mengindra perasaan dan prepektif orang lain, serta menunjukkan sikap aktif terhadap kepentingan mereka (Uno, 2008: 87)

b) Mengembangkan orang lain

Mengembangkan orang lain merupakan kemampuan merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan mereka (Uno, 2008: 87),


(30)

11 4) Sikap skeptis

Sikap skeptis merupakan sikap mencari kebenaran suatu kesimpulan (Purnama, 2008: 117). Siswa akan menyelidiki bukti-bukti yang melatarbelakangi suatu kesimpulan. Siswa tidak akan sinis tetapi kritis untuk memperoleh data yang menjadi dasar suatu kesimpulan itu. Ia tidak akan menerima suatu kesimpulan tanpa didukung bukti-bukti yang kuat. Sikap skeptis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan materi pelajarannya untuk dibandingkan kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.

Secara garis besar di dalam sikap skeptis terdapat unsur-unsur, seperti: a) Keingintahuan (Curiosity)

Menurut Arifin (2006: 4), sikap ingin tahu diwujudkan dengan

bertanya-tanya tentang berbagai hal. Hal ini ditandai dengan tingginya minat siswa. Di sini anak juga sering mencoba

pengalaman-pengalaman baru. Apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya, maka ia berusaha untuk mengetahuinya dan senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa

b) Sikap kritis (Critical Reflection)

Menurut Arifin (2006: 5), sikap kritis direalisasikan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya, baik dengan bertanya kepada siapa saja yang diperkirakan mengetahui masalah maupun dengan membaca sebelum menentukan pendapat untuk ditulis. Begitupun sikap kritis pada siswa, dapat terlihat dari kebiasaan anak untuk merenung dan mengkaji kembali kegiatan yang sudah dilakukan. Tidak langsung


(31)

12 begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat,

kebiasaan menggunakan bukti-bukti pada waktu menarik

kesimpulan, tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain, dan bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.

5) Sikap optimis

Menurut Uno (2008: 82), sikap optimis merupakan kemampuan untuk mempertahankan sikap positif yang realistis, terutama dalam menghadapi masa-masa sulit. Dalam pengertian luas, sikap optimis bermakna

kemampuan melihat sisi terang kehidupan dan memelihara sikap positif, sekalipun ketika berada dalam kesulitan. Sikap optimis mengasumsikan adanya harapan dalam cara menghadapi kehidupan.

Begitu juga pada siswa sikap optimis yang dimaksud merupakan sikap siswa yang selalu berpengharapan baik dan tidak mudah putus asa. Ia tidak akan berkata bahwa sesuatu tidak dapat dikerjakan tetapi akan mengatakan untuk memikirkan dan mencobanya terlebih dahulu.

Jadi, secara garis besar di dalam sikap optimis terdapat unsur-unsur, seperti:

a) Rasa percaya diri

Percaya diri merupakan keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri (Uno, 2008: 86)

b) Berpikir realistis

Berpikir realistis merupakan kemampuan manusia untuk menerapkan cara berpikir yang berorientasi kepada realita (kenyataan). Dalam hal


(32)

13 ini, siswa yang berpikir realistis akan mempunyai suatu karakter tersendiri yaitu dapat menerima kenyataan dan tidak mudah putus asa (Uno, 2008: 112).

6) Sikap pemberani

Menurut Purnama (2008: 118), ilmu merupakan hasil usaha keras dan sifatnya personal. Ilmuwan sebagai pencari kebenaran akan berani melawan semua ketidakbenaran, penipuan, kepura-puraan, kemunafikan, dan kebatilan yang menghambat kemajuan. Begitupun proses belajar mengajar siswa sebagai peserta didik wajib memilki sikap berani. Dalam hal ini dapat terlihat dari cara siswa mengambil suatu keputusan

berdasarkan pemikiran yang logis dan mempertahankan pendapatnya dengan alasan yang rasional.

7) Sikap kreatif

Purnama (2008: 119) menyatakan, seseorang dalam mengembangkan ilmunya haruslah bersifat kreatif. Sifat-sifat kreatif menunjukkan kepada kita arah tujuan yang hendak dicapai seseorang dalam menumbuhkan sikap ilmiah pada dirinya. Begitu halnya dalam proses belajar mengajar, siswa sebagai peserta didik haruslah bersifat kreatif dalam

mengembangkan ilmunya. Seorang siswa yang mempunyai sikap kreatif dapat terlihat dari bagaimana cara ia menerapkan strategi tersendiri dalam memahami materi pelajaran dan bagaimana siswa tersebut mendesain berbagai cara untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Menurut Harlen (1992: 97) untuk menumbuhkembangkan sikap ilmiah siswa ada tiga jenis peranan utama guru yakni : memperlihatkan contoh,


(33)

14 memberikan penguatan dengan pujian dan persetujuan, dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan sikap. Semasih siswa menunjukan keinginan untuk berbuat, harus diberikan kesempatan untuk beraktivitas. Memberikan objek baru adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan sikap ingin tahu. Mendiskusikan hasil

eksperimen memberikan kesempatan pada siswa untuk berfikir kritis.

Menurut Magno dalam Karhami (2000: 5) salah satu cara untuk mengembangkan sikap ilmiah adalah dengan memperlakukan siswa seperti ilmuan muda sewaktu anak mengikuti kegiatan pembelajaran sains. Keterlibatan siswa secara aktif baik fisik maupun mental dalam kegiatan laboratorium akan membawa pengaruh terhadap pembentukan pola tindakan siswa yang selalu didasarkan pada hal-hal yang bersifat ilmiah.

.

2. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains merupakan sejumlah keterampilan yang dibentuk oleh komponen-komponen model sains/scientific methods. Keterampilan proses (prosess-skill) sebagai proses kognitif termasuk di dalamnya juga interaksi dengan isinya (content). Indrawati dalam Nuh (2010: 1) mengemukakan bahwa:

Keterampilan Proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan


(34)

15 Keterampilan proses sains merupakan kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. Keterampilan proses mencakup keterampilan berpikir/

keterampilan intelektual yang dapat dipelajari dan dikembangkan oleh siswa melalui proses belajar mengajar dikelas, yang dapat digunakan untuk

memperoleh pengetahuan tentang produk IPA. Keterampilan proses sains sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan model ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh

pengetahuan baru/mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki. Keterampilan proses perlu dikembangkan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa.

Semiawan dalam Nuh (2010: 1) berpendapat bahwa terdapat empat alasan mengapa keterampilan proses sains diperlukan dalam proses belajar mengajar sehari-hari yaitu,

1) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung

semakin cepat sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua konsep dan fakta pada siswa

2) Adanya kecenderungan bahwa siswa lebih memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh yang konkret

3) Penemuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bersifat mutlak 100%, tapi bersifat relatif

4) Dalam proses belajar mengajar, pengembangan konsep tidak terlepas dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.

Model ilmiah merupakan dasar dari pembentukan pengetahuan dalam sains. Model ilmiah dapat diartikan sebagai cara untuk bertanya dan menjawab pertanyaan ilmiah dengan membuat obsevasi dan melakukan eksperimen. Menurut Hess dalam Mahmuddin (2010: 3), terdapat enam langkah-langkah model ilmiah, yaitu:


(35)

16 1) Mengajukan pertanyaan atau merumuskan masalah;

2) Membuat latar belakang penelitian atau melakukan observasi; 3) Menyusun hipotesis;

4) Menguji hipotesis melalui percobaan; 5) Menganalisa data dan membuat kesimpulan; 6) Mengkomunikasikan hasil.

Dalam pembelajaran sains, keenam langkah-langkah model ilmiah tersebut dikembangkan dan dijabarkan menjadi sebuah keterampilan proses sains yang dapat diajarkan dan dilatihkan kepada siswa. Keterampilan proses sains

merupakan kegiatan intelektual yang biasa dilakukan oleh para ilmuwan dalam menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk-produk sains dan dalam pengajaran sains merupakan suatu model atau alternatif pembelajaran sains yang dapat melibatkan siswa dalam tingkah laku dan proses mental, seperti ilmuwan.

Dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Subiyanto proses dalam pengajaran ilmu pengetahuan alam didasarkan atas pengamatan terhadap

Keterampilan proses tersebut dibagi menjadi dua, yaitu keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi.

1) Keterampilan Proses Dasar

Keterampilan proses dasar meliputi keterampilan-keterampilan observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi, dan penarikan kesimpulan.

2) Keterampilan Proses Terintegrasi

Adapun keterampilan-keterampilan proses terintegrasi antara lain, identifikasi variabel, penyusunan tabel data, penyusunan grafik, pemrosesan data, analisis investigasi, penyusunan hipotesis,


(36)

17 penyusunan variabel-variabel secara operasional, perancangan

investigasi, dan Eksperimen.

Funk (1985) dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 140) mengutarakan bahwa: berbagai keterampilan proses dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu keterampilan proses dasar (basic skill) dan keterampilan terintegrasi (integrated skill). Keterampilan proses dasar meliputi kegiatan yang berhubungan dengan observasi, klasifikasi, pengukuran, komunikasi, prediksi, inferensi. Keterampilan terintegrasi terdiri atas:

mengidentifikasi variabel, tabulasi, grafik, diskripsi hubungan variabel, perolehan dan proses data, analisis penyelidikan, hipotesis ekperimen.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Padilla dalam Nurohman (2010: 3), bahwa keterampilan proses sains dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:

1) The basic (simpler) process skilldan 2) integrated (more complex) skills. The basic process skill, terdiri dari a) Observing, b)

Inferring, c)Measuring, d)Communicating,e)Classifying,dan f) Predicting.

Sedangkan yang termasuk dalamIntegrated Science Process Skills adalah 1)Controlling variables,2)Defining operationally,3)

Formulating hypotheses, 4) Interpreting data,5)Experimentingdan,6) Formulating models.

Keterampilan proses dasar diuraikan oleh Rezba dan Wetzel dalam Mahmuddin (2010: 3), yaitu:

Keterampilan proses dasar terdiri atas enam komponen tanpa urutan tertentu, yaitu:

1) Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain;

2) Klasifikasi, proses pengelompokan dan penataan objek;

3) Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran;

4) Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk berbagai temuan;

5) Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan; 6) Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang


(37)

18 Perpaduan dua kemampuan keterampilan proses dasar atau lebih

membentuk keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses terpadu meliputi:

1) merumuskan hipotesis, membuat prediksi (tebakan) berdasarkan bukti dari penelitian sebelumnya atau penyelidikan;

2) mengidentifikasi variabel, penamaan dan pengendalian terhadap variabel independen, dependen, dan variabel kontrol dalam penyelidikan;

3) membuat defenisi operasional, mengembangkan istilah spesifik untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan berdasarkan karakteristik diamati;

4) percobaan, melakukan penyelidikan dan mengumpulkan data 5) interpretasi data, menganalisis hasil penyelidikan.

Menurut pendapat para ahli di atas bahwa keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Semua

komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial maupun ketika terintegrasi secara bersama-sama. Keterampilan proses dasar

merupakan pondasi bagi terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan ke keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks. Perpaduan dua kemampuan keterampilan proses dasar atau lebih membentuk keterampilan proses terpadu.

Keterampilan proses sebagaimana disebutkan di atas merupakan

keterampilan proses sains yang diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan keterampilan dalam memperoleh pengetahuan merupakan salah satu penekanan dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu, penilaian terhadap keterampilan proses siswa harus dilakukan terhadap semua

keterampilan proses sains baik secara parsial maupun secara utuh. Penilaian merupakan tahapan penting dalam proses pembelajaran. Penilaian dalam


(38)

19 pembelajaran sains dapat dimaknai sebagai membawa konten, proses sains dan sikap ilmiah secara bersama-sama. Penilaian dilakukan terutama untuk menilai kemajuan siswa dalam pencapaian keterampilan proses sains. Menurut Smith dan Welliver dalam Mahmuddin (2010: 4), bahwa:

Pelaksanaan penilaian keterampilan proses dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, diantaranya : pretes dan postes, diagnostik, penempatan kelas, dan bimbingan karir.

Menurut Widodo dalam Mahmuddin (2010: 5) Penyusunan instrumen untuk penilaian terhadap keterampilan proses siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasikan jenis keterampilan proses sains yang akan dinilai;

2) Merumuskan indikator untuk setiap jenis keterampilan proses sains; 3) Menentukan dengan cara bagaimana keterampilan proses sains

tersebut diukur (misalnya apakah tes unjuk kerja, tes tulis, ataukah tes lisan);

4) Membuat kisi-kisi instrumen;

5) Mengembangkan instrumen pengukuran keterampilan proses sains berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Pada saat ini perlu

mempertimbangkan konteks dalam item tes keterampilan proses sains dan tingkatan keterampilan proses sains (objek tes); 6) Melakukan validasi instrumen;

7) Melakukan ujicoba terbatas untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas empiris;

8) Perbaikan butir-butir yang belum valid;

9) Terapkan sebagai instrumen penilaian keterampilan proses sains dalam pembelajaran sains.

Penilaian keterampilan proses sains dilakukan dengan menggunakan

instrumen yang disesuaikan dengan materi dan tingkat perkembangan siswa atau tingkatan kelas. Oleh karena itu, penyusunan instrumen penilaian harus direncanakan secara cermat sebelum digunakan. Pengukuran terhadap keterampilan proses siswa, dapat dilakukan menggunakan instrumen tertulis. Pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan secara tes dan bukan tes.


(39)

20 Penilaian melalui tes dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis(paper and pencil test). Sedangkan penilaian melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau pengamatan. Penilaian dalam keterampilan proses agak sulit dilakukan melalui tes tertulis dibandingkan dengan teknik observasi. Namun demikian, menggunakan kombinasi kedua teknik penilaian tersebut dapat meningkatkan akurasi penilaian terhadap

keterampilan proses sains. Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat.

Hal-hal yang berpengaruh terhadap keterampilan proses sains, diantaranya yaitu perbedaan kemampuan siswa secara genetik, kualitas guru serta perbedaan strategi guru dalam mengajar. Adapun mengenai keterampilan proses sains dan indikatornya menurut Nuh (2010: 3) dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya.

KPS Indikator

Melakukan pengamatan (observasi)

1. Mengidentifikasi ciri-ciri suatu benda

2. Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan yang nyata pada objek atau peristiwa

3. Membaca alat ukur

4. Mencocokan gambar dengan uraian tulisn/benda Menafsirkan

pengamatan (interpretasi)

Mengidentifikasi fakta-fakta berdasarkan hasil pengamatan

Menafsirkan fakta atau data menjadi suatu penjelasan yang logis

Mengelompokkan (klasifikasi)

Mencari perbedaan atau persamaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan dan mencari dasar penggolongan.


(40)

21 (prediksi) terjadi berdasarkan suatu kecendrungan/pola yang

sudah ada.

Berkomunikasi 1. Mengutarakan suatu gagasan

2. Menjelaskan penggunaan data hasil penginderaan secara akurat suatu objek atau kejadian

3. Mengubah data dalam bentuk tabel kedalam bentuk lainnya misalnya grafik, peta secara akurat.

Berhipotesis Hipotesis merupkan dugn sementara tentang pengaruh variabel amnipulasi terhadp vriabel respon. Hipotesis menyatakan penggambaran yang logis dari suatu hubungan yang dapat diuji melalui eksperimen. Merencanakan

percobaan/ penyelidikan

Menentukan alat dan bahan, menentukan variabel atau peubah yang terlibat dalam suatu percobaan,

menentukan variabel terikat dan variabel bebas, menentukan apa yang diamati, di ukur/ ditulis, serta menentukan cara dan langkah kerja termasuk keterampilan merencanakan penelitian. Menerapkan sub

konsep/ prinsip

Menggunakan subkonsep yang telah dipelajari dalam situasi baru, menggunakan subkonsep pada

pengalaman baru untuk menjalaskan apa yang sedang terjadi.

Longfield dalam Nurohman (2010: 2) juga berpendapat bahwa Keterampilan Proses Sains dibagi menjadi tiga tingkatan, yaituBasic, Intermediate,dan

Edvanced.Adapun mengenaiklasifikasi Keterampilan Proses Sainsmenurut Longfielddapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Klasifikasi Keterampilan Proses Sains (diadaptasi dari Longfield)

Basic

Mengobservasi Menggunakan indera untuk mengumpulkan informasi.

Membandingkan Menemukan persamaan dan perbedaan antara dua objek/kejadian.

Mengklasifikasikan Mengelompokkan objek atau ide dalam kelompok atau ketegori berdasarkan bagian-bagiannya.

Mengukur Menemukan ukuran objek atau kejadian dengan menggunakan alat ukur yang sesuai


(41)

22 Mengkomunikasikan Menggunakan lisan, tulisan, atau grafik, untuk

menggambarkan kejadian, aksi atau objek.

Membuat Model Membuat grafik, tulisan, atau untuk menjelaskan ide, kejadian, atau objek

Membuat Data Menulis hasil observasi dari objek atau kejadian menggunakan gambar, katakata, maupun angka.

Intermediate

Inferring Membuat pernyataan mengenai hasil observasi yang didukung dengan penjelasan yang msuk akal.

Mem prediksi Menerka hasil yang akan terjadi dari suatu kejadian berdasarkan observasi dan biasanya pengetahuan dasar dari kejadian serupa

Edvanced

Membuat hipotesis Membuat pernyataan mengenai suatu permasalahan dalam bentuk

Pertanyaan

Merancang Percobaan Membuat prosedur yang dapat menguji hipotesis

Menginterpretasikan Data

Membuat dan menggunakan tabel, grafik atau diagram untuk mengorganisasikan dan menjelaskan informasi.

(Sumber : Nurohman, 2010)

Pendekatan keterampilan proses untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh individu siswa. Pendekatan keterampilan proses sains memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuwan. Dari tabel 2 di atas dapat diutarakan bahwa dengan penerapan pendekatan keterampilan proses menuntut adanya


(42)

23 keterlibatan fisik dan mental-intelektual siswa. Hal ini dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan intelektual atau kemampuan berfikir siswa. Selain itu juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan.

3. Problem Based Instruction (PBI)

a. PengertianPBI

Problem Based Instruction (PBI)merupakan suatu model pengajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik. Masalah autentik dapat diartikan sebagai suatu masalah yang sering ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. DenganPBIsiswa dilatih menyusun sendiri pengetahuannya, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mandiri serta meningkatkan kepercayaan diri. Selain itu, dengan pemberian masalah autentik, siswa dapat membentuk makna dari bahan pelajaran melalui proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan lagi (Nurhadi, 2004: 109).

PBIdikenal dengan nama lain seperti pembelajaran proyek( Proyect-based teaching),pendidikan berdasarkan pengalaman(Experience-based education),pembelajaran autentik(Authentic Learning),dan

pembelajaran berakar pada kehidupan nyata(Anchored Instruction).

PBImerupakan salah satu pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.PBImerupakan suatu model


(43)

24 melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari

pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Berikut pendapat para ahli berkaitan denganPBI:

Dewey dalam Trianto (2007: 67) menyatakan bahwa :

PBIadalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan system saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya. Arends dalam Trianto (2007: 68) menyatakan bahwa :

PBImerupakan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otenti dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berfikir tingkat tinggi serta mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

Berdasarkan para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwaPBImerupakan suatu model pembelajaran, dimana siswa dituntut untuk memecahkan suatu permasalahan yang nyata mereka alami dalam kehidupan sehari-hari, melalui serangkaian proses inkuiri. Dari proses inkuiri tersebut siswa menemukan dan membangun konsep yang kemudian dengan bekal pengetahuan dan konsep yang telah mereka peroleh itulah siswa

memecahkan permasalahan yang mereka hadapi. Disamping itu sebagai sarana untuk membangun konsep,PBI juga merupakan wahana untuk melatih kemandirian, mengembangkan keterampilan berfikir, kreativitas serta kepercayaan diri siswa.


(44)

25

b. Ciri-ciriPBI

Menurut Arends dalam Trianto (2007: 68) Pembelajaran PBI memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Pengajuan pertanyaan atau masalah, PBI mengorganisasikan

pengajaran disekitar pertanyaan atau masalah yang keduanya secara rasional penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi ini.

2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin, masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa dapat meninjau masalah itu dari berbagai mata pelajaran

3. Penyelidikan autentik, siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus

menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu, metode penyelidikan yang digunakan bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.

4. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Dalam PBI siswa

menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang merfeka temukan. Produk tersebut dapat berupa transkrip debat , laporan, model fisik, video, maupun program komputer. Karya nyata dan peragaan direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada temannya tentang apa yang telah mereka pelajari.

5. Kolaborasi. PBI dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberi motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan berpikir.

c. PelaksanaanPBI

Menurut Ibrahim dan Nur (2005: 13), Pelaksanaan PBI meliputi beberapa tahap antara lain:

1) Orientasi siswa pada masalah

Guru menyajikan masalah dengan jelas, sehingga memungkinkan siswa untuk terlibat dalam identifikasi masalah. Masalah diajukan oleh guru merupakan masalah yang dalam penyelesaiannya memungkinkan siswa untuk melihat, merasakan dan menyentuh sesuatu yang dapat memunculkan ketertarikan dan memotivasi inkuiri. Orientasi siswa pada masalah menentukan tahap

selanjutnya sehingga masalah harus menarik dan menimbulkan rasa ingin tahu.


(45)

26 2) Mengorganisasi siswa untuk belajar

Siswa dikelompokkan secara bervariasi dengan memperhatikan tingkat kemampuan yang didasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan.

3) Membimbing penyelidikan individual dan kelompok

Siswa melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah secara bebas dalam kelompoknya. Guru bertugas mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan penyelidikan sampai mereka benar-benar memahami situasi masalahnya. Kemudian siswa mengajukan penjelasan dalam berbagai hipotesis dan pemecahan masalah yang diselidiki. Pada tahap ini guru mendorong semua ide, memerima sepenuhnya ide tersebut dan membetulkan konsep-konsep yang salah.

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Siswa dituntut untuk menghasilkan sebuah produk baik berupa laporan, model fisik, video, maupun program computer. 5) Manganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu menganalisis proses berpikir siswa, keterampilan penyelidikan dan keterampilan intelektual siswa, kemudian guru menyimpulkan materi pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran dengan modelPBIdimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau pembelajar), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar. Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalamanpengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang

berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa


(46)

27 modelPBIdapat memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain, penggunaanPBIdapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari.

d. KelebihanPBI

PBImemiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan model pengajaran lainnya, di antaranya sebagai berikut:

1) Mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.

2) Mendorong siswa melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain.

3) Melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri. Hal ini

memungkinkan siswa menjelaskan dan membangun pemahamannya sendiri mengenai fenomena tersebut.

4) Membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri. Bimbingan guru kepada siswa secara berulang-ulang, mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari penyelesaian masalah mereka sendiri. Dengan begitu siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri dalam hidupnya kelak (Ibrahim dan Nur, 2005).

Menurut Arends dalam Trianto (2007: 68) ada tiga hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pembelajaran PBI sebagai berikut :

1. Inkuiri dan keterampilan melakukan pemecahan masalah 2. Belajar model peraturan orang dewasa

3. Keterampilan belajar mandiri

e. KekuranganPBI

Sama halnya dengan model pengajaran yang lain,PBIjuga memiliki beberapa kelemahan/hambatan dalam penerapannya, diantaranya sebagai berikut:

1) Kondisi kebanyakan sekolah tidak kondusif untuk pendekatan PBI. Dalam pelaksanaannya, PBImemerlukan sarana dan prasarana yang tidak semua sekolah memilikinya. Sebagai contoh, banyak sekolah


(47)

28 yang belum memiliki fasilitas laboratorium cukup memadai untuk kelengkapan pelaksanaan PBI.

2) PelaksanaanPBImemerlukan waktu yang cukup lama. Standar 40-50 menit untuk satu jam pelajaran yang banyak dijumpai di berbagai sekolah tidak mencukupi standar waktu pelaksanaan PBI yang melibatkan aktivitas siswa di luar sekolah.

5) ModelPBItidak mencakup semua informasi atau pengetahuan dasar. Siswa tidak dapat memperoleh pemahaman materi secara

keseluruhan. Hal ini disebabkan karena standar satu jam pelajaran di sekolah yang tidak mencukupi untuk pelaksanaanPBI.(Ibrahim dan Nur, 2005).

B. Kerangka Pemikiran

Sikap ilmiah dalam pembelajaran sangat diperlukan karena dapat memotivasi

kegiatan belajarnya.Untuk dapat menumbuhkan hasil belajar yang optimal

siswa diharapkan memiliki sikap ilmiah sehinggasiswa tau bagaimana

seharusnya bersikap dalam belajar, menanggapi suatu permasalahan, melaksanakan suatu tugas, dan mengembangkan diri. Hal ini sangat berhubungan dengan hasil dari kegiatan belajar siswa ke arah yang positif. Melalui penanaman sikap ilmiah dalam belajar siswa memiliki kemungkinan untuk lebih dapat belajar memahami dan menemukan.Dalam hubungannya dengan KPS, sikap menjadi motor

penggerak untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan, tanpa sikap ilmiah

tujuan belajar tidak akan tercapai.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat diharapkan mampumelibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Model pembelajaranPBImemberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut terlibat memecahkan suatu masalah

melalui tahap-tahap metode ilmiah, sehingga siswa dapat menyusun sendiri

pengetahuannya, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah,

mandiri serta meningkatkan kepercayaan diri dengan melakukan


(48)

29 Pada penelitian ini terdapat tiga bentuk variabel yaitu variabel bebas,

variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah sikap ilmiah siswa (X), sedangkan variabel terikatnya adalah KPS

siswa (Y), dan variabel moderatornya (Z) adalah model pembelajaranPBI.

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hubungan variabel bebas

dengan variabel terikat dan hubungan variabel moderator terhadap variabel

bebas dan variabel terikat, maka paradigma pemikiran dapat dilihat pada

Gambar 2.1

Gambar 2.1 Bagan Paradigma Pemikiran

Keterangan:

X = sikap ilmiah

Y = KPS

Z = model pembelajaranPBI

r = hubungan sikap ilmiah siswa dengan KPS

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan satu

kelas. Pada penelitian ini dilakukan pengujian hipotesis untuk mengetahui

hubungan sikap ilmiah dengan KPS dalam model pembelajaranPBI.

C. Hipotesis

Y

X r


(49)

30 Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang dapat diajukan dalam

penelitian ini adalah:

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sikap ilmiah dengan KPS siswa pada pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaranPBI


(50)

32

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester ganjil SMPN 3 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari enam kelas, yaitu VIIasampai dengan VIIf.

B. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknikcluster random samplingyaitu teknik penentuan sampel secara acak.Berdasarkan teknik tersebut, sampel yang diambil adalah kelas VIIf.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah studi eksperimen dengan menggunakan sebuah kelas yang

menjadi sampel dalam penelitian yaitu kelasVIIf. Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat serta variabel moderator. Variabel bebas

adalah sikap ilmiah, sedangkan variabel terikatnya adalah KPS dan variabel


(51)

33 Desainpenelitian yang digunakan adalahone shot case studyyaitu pemberian perlakuan tertentu pada subyek kemudian dilakukan pengukuran terhadap variabel tanpa adanya kelompok pembanding dan tes kemampuan awal. Metode tersebut mempunyai pola X O. Dimana X adalah perlakuan khusus dan O adalah tes akhir. Adapun desain penelitianone shot case studydapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Desain EksperimenOne Shot Case Study Keterangan :

X : Pembelajaran dengan menggunakan modelPBI O : Nilai posttest

D. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

a. Variabel bebas

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah sikap ilmiah (X).

b. Variabel Terikat

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah KPS (Y)

c. Variabel Moderator

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel moderator adalah model

pembelajaranPBI

E. Instrumen Penilaian


(52)

34 Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Angket sikap ilmiah yang diberikan sesudah perlakuan melalui model

pembelajaranPBIuntuk mengetahui sikap ilmiah siswa.

2. Lembar observasi KPS untuk mengetahui KPS siswa selama pembelajaran berlangsung

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah penelitian tersebut sebagai berikut :

1. Penelitian Pendahuluan

Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian pendahuluan, yaitu :

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan untuk observasi ke sekolah b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat pelaksanaan penelitian, untuk

mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti c. Menetapkan sampel penelitian, yaitu kelas eksperimen

d. Membuat perangkat pembelajaran e. Membuat instrument penelitian

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBI, adapunlangkah-langkahnya dapat dilihat dalam tabel 3.1.


(53)

35

No Fase Kegiatan Guru

1 Orientasi pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tesebut 3 Membimbing

penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa untuk merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temuannya

5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan

Sumber: Ibrahim dan Nur (2005)


(54)

36 Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih dahulu

dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.

1. Uji Validitas

Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk

mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai

dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut

dengan kriterium.

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasiproduct moment

yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

= ( ) ( )

{ ( ) } { ( ) }

Keterangan:

= Koefisien korelasi yang menyatakan validitas

X = Skor butir soal

Y = Skor total

N = Jumlah sampel

(Arikunto, 2008: 72)

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari


(55)

37 antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut

koefisien korelasi tersebut signifikan.

Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta

korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas

yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat

adalah kalau r = 0,3. (Sugiyono, 2010: 188)

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program

SPSS 16.00 dengan kriterium uji bilacorrelated item total correlationlebih

besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakanconstruckyang kuat

(valid).

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali

untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada

pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung

reliabilitas dapat digunakan rumusalpha, yaitu:

=

1 1

Di mana:

= reliabilitas yang dicari


(56)

38 t2 = varians total

(Arikunto, 2008: 109)

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat

pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan

untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal

tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 16.00 dengan

metode yang diukur berdasarkan skala 0

sampai 1.

Menurut Sayuti dalam Saputri (2010: 30), kuesioner dinyatakan reliabel jika

mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha

yang diinterprestasikan sebagai berikut:

1. ampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel.

2.

3.

4.

5. Nilai

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang

sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor

setiap nomor soal


(57)

39 1. Sikap Ilmiah

Untuk memperoleh data sikap ilmiah awal pada siswa disediakan angket sikap

ilmiah sesudah perlakuan berupa pernyataan.Angket / kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti

mengetahui dengan pasti variabel yang akan diukur dan mengetahui apa yang ingin diharapkan dari responden. Menurut Sugiyono (2007:199), angket dapat berupa pernyataan tertutup atau terbuka. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Angket tertutup adalah angket yang telah tersedia jawabannya sehingga responden tinggal memilih jawaban yang telah tersedia.

Angket dalam penelitian ini menggunakan skala Likert dengan lima kemungkinan jawaban. Menurut Sugiyono (2007:134), variabel yang akan diukur dijabarkan dalam skala Likert menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.

Adapun langkah-langkah penyusunan angket/ kuesioner adalah:

1. Merumuskan definisi operasional bagi setiap variabel yang akan diungkap 2. Menemukan komponen serta indikator-indikator setiap variabel yang


(58)

40 3. Menyusun kuesioner sementara untuk selanjutnya dikonsultasikan kepada

dosen pembimbing dan dianalisis oleh tim ahli

4. Setelah kuesioner tersebut disetujui, maka kuesioner disebarkan ke responden

5. Menganalisa data yang diperoleh untuk validitas butir 6. Membuang butir-butir item yang dianggap tidak valid 7. Menghitung reliabilitas masing-masing variabel indikator

Adapun variabel indikator sikap ilmiah yang akan diteliti sebagai berikut a) Sikap jujur

1) Kesadaran diri 2) Penghargaan diri 3) Objektif

b) Sikap skeptis

1) Keingintahuan (Curiiosity) 2) Kritis

c) Sikap optimis 1) Percaya diri 2) Berpikir realistis d) Sikap pemberani

1) Mengambil suatu keputusan dengan pemikiran yang logis 2) Mempertahankan pendapat dengan alasan yang rasional e) Sikap kreatif

1) Menciptakan strategi belajar

2) Mendesain cara pemecahan masalah

Pada penelitian ini digunakan jenis angket tertutup yaitu angket yang item pertanyaannya telah mempunyai pilihan atau alternatif jawaban sehingga membantu responden untuk menjawab dengan cepat dan memilih jawaban


(59)

41 berdasarkan indikator-indikator dari variabel sikap ilmiah seperti yang diungkakan Purnama (2008:115). Adapun alternatif jawaban dan skor angket dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Altenatif Jawaban dan Skor Angket

No. Alternatif Jawaban

Skor Tiap Item Positif Negatif 1. 2. 3. 4. 5. Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju

5 4 3 2 1 1 2 3 4 5

2. Keterampilan Proses Sains

Data KPS siswa, diperoleh dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap keterampilan proses sains siswa selama kegiatan pembelajaran dan memberikan penilaian pada setiap sub keterampilan proses yang diamati oleh observer. KPS yang diamati pada penelitan ini adalah keterampilan melakukan percobaan, keterampilan menginterpretasi data, keterampilan penerapan konsep dan keterampilan berkomunikasi.


(60)

42 K1 = Keterampilan melakukan percobaan

K2 = Keterampilan menginterpretasi data K3 = Keterampilan menerapkan konsep K4 = Keterampilan berkomunikasi

Pada masing-masing item keterampilan proses sains diberi nilai rentang antara 1 sampai 4.

K1 : Keterampilan melakukan percobaan

1. Melaksanakan prosedur kerja yang telah dibuat 2. Mampu menggunakan alat dan bahan

3. Mengumpulkan data

K2 : Kemampuan menginterpretasi data

1. Menuliskan setiap data hasil percobaan

2. Menghubungkan dan menghitung setiap data hasil pengamatan dengan benar

3. Menemukan suatu pola dalam satu seri pengamatan K3 : Keterampilan menerapkan konsep

1. Menganalisis data hasil pengamatan

2. Menggunakan materi yang telah dipelajari dalam situasi baru 3. Menggunakan cara-cara menghitung sesuai yang diajarkan K4 : Keterampilan berkomunikasi

1. Menggambarkan data dengan grafik atau tabel 2. Menulis hasil diskusi dan pembahasan


(61)

43 Dengan deskriptor sebagai berikut:

4 = Jika 3 atau semua indikator setiap sub keterampilan dilaksanakan 3 = Jika 2 indikator setiap sub keterampilan dilaksanakan

2 = Jika 1 indikator setiap sub keterampilan dilaksanakan

1 = Jika tidak satupun indikator setiap sub keterampilan dilaksanakan

I. Teknik Analisis Data

Data akhir sikap ilmiah dan keterampilan proses sains dari penelitian dianalisis untuk menguji hipotesis pertama dengan melakukan uji sebagai berikut : a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan terhadap hasil lembar observasi KPS dan hasil angket

sikap ilmiah yang dihitung menggunakan program komputer menggunakan

metodekolmogorov smirnovberdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai

signifikasi. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya

yaitu:

O

H : data terdistribusi secara normal

1

H : data tidak terdistribusi secara normal

Pedoman pengambilan keputusan:

1. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka

distribusinya adalah tidak normal.

2. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka


(62)

44 b. Uji Korelasi

Pada penelitian ini, untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel data yang berdistribusi normal dilakukan dengan menggunakan uji Korelasi Bivariate > person.Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

H0: Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Sikap Ilmiah dengan KPS pada pembelajaran Fisika menggunakan model pembelajaran PBI

H1: Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Sikap Ilmiah dengan KPS pada pembelajaran Fisika menggunakan model pembelajaranPBI Untuk menguji korelasi antar variable dapat digunakan persamaan Korelasi Product-Moment.

= ( )( )

{ ( ) }{ ( ) }

(Sugiyono, 2010: 255) Ketentuannya bila r hitung lebih kecil dari r tabel, maka Ho diterima, dan H1 ditolak, tetapi sebaliknya bila r hitung lebih besar dari r tabel (rh> r tabel) maka H1diterima (Sugiyono, 2010: 258).

Karena data berdistibusi normal, maka untuk menguji hipotesis dapat

digunakan ujiKorelasi Product-Moment,dengan menggunakan persamaan

berikut ini,

= ( ) ( )


(63)

45 (Sugiyono, 2010: 255)


(64)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sikap ilmiah dan KPS siswa kelas VII SMPN 3 Bandar Lampung. Hal ini didukung oleh nilai korelasi antara KPS dengan hasil belajar siswa yaitu 0,880 yang

menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara sikap ilmiah dengan KPS siswa

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan juga analisis terhadap hasil pengamatan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan modelPBIdapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan penguasaan KPS dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa sebagai bekal untuk keberhasilan siswa di masa yang akan datang.

2. Dalam menerapkan model pembelajaranPBI hendaknya harus

disesuaikan dengan materi yang hendak disampaikan agar kemampuan dan kompetensi siswa tergali dengan baik.


(1)

berdasarkan indikator-indikator dari variabel sikap ilmiah seperti yang diungkakan Purnama (2008:115). Adapun alternatif jawaban dan skor angket dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Altenatif Jawaban dan Skor Angket

No. Alternatif Jawaban

Skor Tiap Item Positif Negatif 1. 2. 3. 4. 5. Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju

5 4 3 2 1 1 2 3 4 5

2. Keterampilan Proses Sains

Data KPS siswa, diperoleh dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap keterampilan proses sains siswa selama kegiatan pembelajaran dan memberikan penilaian pada setiap sub keterampilan proses yang diamati oleh observer. KPS yang diamati pada penelitan ini adalah keterampilan melakukan percobaan, keterampilan menginterpretasi data, keterampilan penerapan konsep dan keterampilan berkomunikasi.


(2)

K1 = Keterampilan melakukan percobaan K2 = Keterampilan menginterpretasi data K3 = Keterampilan menerapkan konsep K4 = Keterampilan berkomunikasi

Pada masing-masing item keterampilan proses sains diberi nilai rentang antara 1 sampai 4.

K1 : Keterampilan melakukan percobaan

1. Melaksanakan prosedur kerja yang telah dibuat 2. Mampu menggunakan alat dan bahan

3. Mengumpulkan data

K2 : Kemampuan menginterpretasi data

1. Menuliskan setiap data hasil percobaan

2. Menghubungkan dan menghitung setiap data hasil pengamatan dengan benar

3. Menemukan suatu pola dalam satu seri pengamatan K3 : Keterampilan menerapkan konsep

1. Menganalisis data hasil pengamatan

2. Menggunakan materi yang telah dipelajari dalam situasi baru 3. Menggunakan cara-cara menghitung sesuai yang diajarkan K4 : Keterampilan berkomunikasi

1. Menggambarkan data dengan grafik atau tabel 2. Menulis hasil diskusi dan pembahasan


(3)

Dengan deskriptor sebagai berikut:

4 = Jika 3 atau semua indikator setiap sub keterampilan dilaksanakan 3 = Jika 2 indikator setiap sub keterampilan dilaksanakan

2 = Jika 1 indikator setiap sub keterampilan dilaksanakan

1 = Jika tidak satupun indikator setiap sub keterampilan dilaksanakan

I. Teknik Analisis Data

Data akhir sikap ilmiah dan keterampilan proses sains dari penelitian dianalisis untuk menguji hipotesis pertama dengan melakukan uji sebagai berikut : a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan terhadap hasil lembar observasi KPS dan hasil angket sikap ilmiah yang dihitung menggunakan program komputer menggunakan metodekolmogorov smirnovberdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai signifikasi. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

O

H : data terdistribusi secara normal

1

H : data tidak terdistribusi secara normal Pedoman pengambilan keputusan:

1. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

2. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.


(4)

b. Uji Korelasi

Pada penelitian ini, untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel data yang berdistribusi normal dilakukan dengan menggunakan uji Korelasi Bivariate > person.Caranya adalah menentukan terlebih dahulu

hipotesis pengujiannya yaitu:

H0: Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Sikap Ilmiah dengan KPS pada pembelajaran Fisika menggunakan model pembelajaran PBI

H1: Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Sikap Ilmiah dengan KPS pada pembelajaran Fisika menggunakan model pembelajaranPBI Untuk menguji korelasi antar variable dapat digunakan persamaan Korelasi Product-Moment.

= ( )( )

{ ( ) }{ ( ) }

(Sugiyono, 2010: 255) Ketentuannya bila r hitung lebih kecil dari r tabel, maka Ho diterima, dan H1 ditolak, tetapi sebaliknya bila r hitung lebih besar dari r tabel (rh> r tabel) maka H1diterima (Sugiyono, 2010: 258).

Karena data berdistibusi normal, maka untuk menguji hipotesis dapat digunakan ujiKorelasi Product-Moment,dengan menggunakan persamaan berikut ini,

= ( ) ( )


(5)

(6)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sikap ilmiah dan KPS siswa kelas VII SMPN 3 Bandar Lampung. Hal ini didukung oleh nilai korelasi antara KPS dengan hasil belajar siswa yaitu 0,880 yang

menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara sikap ilmiah dengan KPS siswa

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan juga analisis terhadap hasil pengamatan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan modelPBIdapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan penguasaan KPS dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa sebagai bekal untuk keberhasilan siswa di masa yang akan datang.

2. Dalam menerapkan model pembelajaranPBI hendaknya harus

disesuaikan dengan materi yang hendak disampaikan agar kemampuan dan kompetensi siswa tergali dengan baik.