Madrasah Kenabian

Madrasah Kenabian
Oleh Muhbib Abdul Wahab
Sejarah mencatat bahwa semua Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah SWT hadir di
muka bumi untuk mengemban misi utama, yaitu membangun manusia paripurna (insan kamil).
Dalam membangun insane kamil itu, para Nabi mengembangkan sebuah madrasah (sekolah)
dengan kurikulum dan metode pendidikannya masing-masing. Puncak dan pamungkas
madrasah kenabian (madrasah an-Nubuwwah itu adalah
adrasah i a , il u, da akhlak
yang diaktualisasikan oleh Nabi Muhammad SAW.
Madrasah iman, ilmu, dan akhlak dikembangkan oleh Nabi Saw dalam rangka
membangun peradaban Islam yang agung, bermartabat, dan berkeadilan. Sekolah kenabian itu
merupakan bagian integral dari sistem semesta raya (an-nizham al-kauni). Wahyu (al-Qur’a
yang diturunkan kepada Nabi SAW itu ibarat ruh dan akal pada diri manusia. Wahyu tidak hanya
memandu dan memberi orientasi pendayagunaan akal manusia, melainkan juga memberi solusi
kehidupan yang tidak dapat dipecahkan oleh akal. Dengan kata lain, madrasah kenabian itu
memberi makna kehidupan manusia dengan iman. Keluaran (output) madrasah kenabian adalah
model pendidikan akhlak yang bertujuan membentuk manusia yang berakhlak mulia.
Menurut Bediuzzaman Said Nursi, dalam Rasail an-Nur, kenabian merupakan salah satu
dari empat tujuan utama pembumian al-Qur’a . Kee pat tujua uta a al-maqashid al-kubra
al-arba ah) itu adalah tauhid, kenabian, al-hasyr (kebangkitan) dan keadilan dengan ubudiah (aladalah a a al-ubudiyyah).
Dikisahkannya para Nabi dalam al-Qur’a

erupakan bukti pentingnya madrasah
kenabian sebagai sumber belajar kemanusiaan, sekaligus menunjukkan bahwa para Nabi itu
hadir untuk mendidik umat manusia menuju jalan kebenaran, kebaikan, keselamatan,
keindahan, dan kemuliaan. Madrasah kenabian Muhammad Saw, menurut Said Nursi,
merupakan model pendidikan yang paling efektif dalam merubah minset dan moralitas manusia,
dari tradisi Jahiliyah yang biadab menjadi masyarakat madani yang berperadaban dan
berkeadaban. Madrasah kenabian itu terbukti berhasil mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil
ala i (rahmat, kasih sayang bagi semua) dengan keteladanannya yang paripurna (akmal aluswah al-hasanah).
Keteladanan yang terbaik inilah yang merupakan kekuatan sekaligus keunggulan sekolah
kenabian. Figur dan pribadi Muhammad Saw tidak hanya menjadi role model bagi umat
manusia, melainkan juga sebagai sumber nilai dan inspirasi dalam mendidik umat manusia.
Selain menjadi uswah hasanah, madrasah kenabian memberikan solusi terhadap krisis
kemanusiaan, terutama krisis iman dan akhlak, krisis spiritualitas dan krisis moralitas.
Tugas dan fungsi Nabi dan menyukseskan madrasah kenabiannya tidak hanya menjadi
penyeru (pengajak, bukan pengejek) umat manusia menuju jalan Tuhan dengan hikmah
(wisdom) dan nasehat (pitutur) yang baik (menyentuh hati, dengan tidak menggurui), melainkan
juga dengan komunikasi penuh argumentasi yang baik (al-mujadalah al-husna) (QS. an-Nahl/16:
125). Nabi Saw hadir menjadi saksi dan bukti kebenaran ayat-ayat Allah, pemberi kabar

gembira, pemberi peringatan, penyeru kepada jalan Tuhan, sekaligus sebagai pelita

terang yang menyinari hati umat manusia.
Dengan mengemban fungsi kenabian tersebut, madrasah kenabian
sesungguhnya merupakan institusi pembebasan manusia dari kegelapan kekufuran
(zhulumat al-kufr) menuju cahaya iman (nur al-iman), sekaligus sebagai sumber nilai
bagi pencerdasan manusia dari kebodohan menuju kemajuan ilmu pengetahuan, dan

merupakan referensi keteladanan dalam membentuk pribadi yang berakhlak mulia dan
beramal shalih.
Dengan iman, ilmu, amal shalih, dan akhlak mulia, madrasah kenabian bertujuan
mengantarkan manusia meraih kebahagiaan dunia akhirat secara seimbang dan
proporsional. Kebahagiaan sejati hanya dapat diraih, jika manusia memiliki iman dalam
hatinya, nalar keilmuan dalam akal pikirannya, dan keluhuran akhlak dalam kepribadian
dan perilaku kesehariannya. Dengan iman, ilmu, dan akhlak, madrasah kenabian pada
akhirnya bermuara pada pembangunan peradaban umat manusia yang damai, adil,
bermartabat, sejahtera, dan toleran, tanpa eksploitasi, kezaliman, dan kekerasan.
Jadi, madrasah iman, ilmu, dan akhlak dalam tradisi madrasah kenabian
merupakan sekolah pembebasan hati dari keyakinan yang keliru menuju iman tauhid
yang murni, tanpa diliputi penyakit syirik (perselingkuhan teologis); pencerdasan akal
pikiran dari belenggu taklid buta dan fanatisme sempit menuju berpikir bebas dan kritis
yang dipandu wahyu, dan spiritualisasi diri dengan akhlak mulia. Iman, ilmu, amal shalih

dan akhlak mulia merupakan modal dasar pembahagiaan hidup manusia, sekaligus pilar
peradaban masa depan yang gemilang.
Tanpa madrasah kenabian, kebahagiaan hidup manusia tidak akan pernah benarbenar terwujud secara hakiki; dan tanpa Nabi berikut warisan nilai iman, ilmu, dan
akhlak, peradaban (Barat) hanya tetap berwatak penuh keserakahan, keangkuhan,
konflik, kekerasan dan perang, seperti yang terjadi dewasa ini. Peradaban profetik
merupakan cita-cita luhur dari madrasah kenabian yang tetap relevan diaktulisasikan di
era globalisasi ini dengan mengintegrasikan nilai-nilai iman, spirit keilmuan, dan
kemuliaan akhlak dalam proses pendidikan yang berbasis keteladan yang baik. Wallahu
a la bish-Shawab
Sumber: Artikel pernah dimuat dalam kolom HIKMAH harian REPUBLIKA, 7
Januari 2014