Pengembangan Peternakan Sapi Potong Yang Diintegrasikan Dengan Perkebunan Kelapa Di Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara

PENGEMBANGAN PETERNAKAN SAPI POTONG
YANG DIINTERGRASIKAN DENGAN PERKEBUNAN KELAPA
DI KABUPATEN HALMAHERA BARAT
PROVINSI MALUKU UTARA

SARIFFUDIN FATMONA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Prospek Pengembangan
Peternakan Sapi Potong yang Diintegrasikan dengan Perkebunan Kelapa di
Kabupaten Halmahera Barat adalah karya saya sendiri dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir tesis ini.


Bogor, Desember 2007
Sariffudin Fatmona
NIM D051050031

RINGKASAN
SARIFFUDIN FATMONA. Prospek Pengembangan Peternakan Sapi
Potong yang Diintegrasikan dengan Perkebunan Kelapa di Kabupaten
Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara. Dibimbing oleh ASNATH M.
FUAH dan H.R. EDDIE GURNADI.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi dan merumuskan
strategi pengembangan peternakan sapi potong yang terintegrasi dengan
perkebunan kelapa di kabupaten Halmahera Barat. Kegiatan penelitian
dilaksanakan di kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara, dari
bulan Februari 2007 sampai dengan Juli 2007. Lokasi penelitian ditentukan
berdasarkan jumlah ternak sapi potong kategori terbanyak, terkecil serta
sedang. Estimasi terhadap produksi hijauan makanan ternak pada areal
perkebunan kelapa didasarkan pada daya dukung pakan dan kapasitas
peningkatan populasi ternak sapi potong.
Pelaksanaan kegiatan dibagi dalam empat tahapan meliputi (1) Analisis

populasi sapi potong berdasarkan standar satuan ternak (ST); (2) Pengukuran
produksi segar hijauan makanan ternak lokasi penelitian; (3) Evaluasi
pemanfaatan hijauan makanan ternak di bawah perkebunan kelapa sebagai
pakan ternak sapi potong; 4) Perumusan strategi pengembangan ternak sapi
potong berdasarkan analisis SWOT dan proses hirarki analitik (AHP).
Total produksi hijauan makanan ternak pada lokasi penelitian
berdasarkan bahan kering (BK) 6.696,35 ton dengan daya dukung sebagai
sumber pakan berdasarkan bahan kering 1.071.416 ST, dan dapat dilakukan
penambahan populasi ternak sapi potong sebesar 1.069.090 ST. Berdasarkan
kapasitas peningkatan sapi potong, daya dukung hijauan makanan ternak pada
areal perkebunan kelapa, beberapa kecamatan yang menunjukkan daya dukung
yang tinggi adalah kecamatan Ibu (27,17%), kecamatan Sahu Timur, (19,66%)
kecamatan Ibu Selatan (15,15%), kecamatan Loloda (14,23%) dan Jailolo
Selatan (13,10%)
Kepemilikan ternak masih rendah 3,77 ekor per peternak. Sebagian
kecil peternak (17%) mengetahui tentang teknologi pakan seperti amoniasi, hay
dan silase. Strategi mengoptimalkan daya dukung lahan pada areal perkebunan
kelapa merupakan prioritas pertama dan paling menarik di antara alternatif
strategi yang lain dengan nilai total daya tarik 1,40. Proritas kedua adalah
menjalin kerjasama antar instansi terkait untuk mengelola sumberdaya lahan

dengan total daya tarik 1,35.
Kata kunci: prospek pengembangan, sapi potong, integrasi, perkebunan kelapa.

ABSTRACT
SARIFFUDIN FATMONA. Expansion Prospect of Beef Cattle that
Integrated with Coconut Plantation in West Halmahera Regency Province
of North Maluku. Under the direction of ASNATH M. FUAH, and H. R.
EDDIE GURNADI.
This research was aimld to analyze the potency and formulate the
strategy of beef cattle and coconut plantation integration in West Halmahera
regency carried out from Februari 2007 up to July 2007. 1) Characterization of
beg cattle population is based on age percentage and livestock set standard; 2)
Measurement of produce of livestock food forage fresh under coconut
plantation at each research locations. Determination of research location is
based beef catlle in the location, smallest and medium. The method used was
survey and observation was mode in order to measure forage under the coconut
plantation area.
Estimation to produce of livestock food forage was based on carrying
capacity and improvement capacity of beef cattle population; 3). Evaluation of
livestock forage under coconut plantation asbeeg catlle fodder, executed by

doing survey and interview to respondent breeder. Data obtained is analyzed to
apply statistic deskriptif; 4) Formulation of expansion strategy of beef cattle is
integrated with coconut plantation in West Halmahera regency which is done
based on SWOT analysis and analytic hierarchy process.
Totalitas of produce of forages eats livestock based on drought material
6,696.35 tons with carrying capacity 1,071,416 AU, 2,389,661 AU, based On
Cappacity progress Productivity livestock for droug material is 1,068,090 AU.
Exploiting of forage at coconut plantation area beef cattle fodder level of
breeder has not optimal, that seen with number of averages ownership (3.77
tails). Average of breeder knows about feed technology is only (17%), like
ammonias, hay, other silage and fermentation technology.
Optimal strategy of farm carrying capacity at coconut plantation area
gets first preference or strategy that is very draws among alternative of other
strategy firstly or strategy that is very draws among alternative of other strategy
with total attractiveness score of 1.40, follow by the second priority, build
cooperation with between related institution in managing land resource, with
total attractiveness score of 1.35.
Keywords: expansion prospect, beef catlle, integrated, coconut plantation.

© Hak cipta milik IPB, tahun 2007

Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
Bentuk apapun, baik cetak, fotocopi, mikrofilm dan sebagainya

PROSPEK PENGEMBANGAN PETERNAKAN SAPI POTONG
YANG DIINTERGRASIKAN DENGAN PERKEBUNAN KELAPA
DI KABUPATEN HALMAHERA BARAT
PROVINSI MALUKU UTARA

SARIFFUDIN FATMONA

Tesis
Sebagai salah satu syarat untukmemperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Ternak

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2007

Judul Penelitian :

Nama
NIM

:
:

Prospek Pengembangan Peternakan Sapi Potong yang
Diintegrasikan dengan Perkebunan Kelapa di Kabupaten
Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara
Sariffudin Fatmona
D051050031

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Emeritus. H. R. Eddie Gurnadi

Anggota

Dr. Ir. Asnath M. Fuah, M.S.
Ketua

Diketahui

Ketua Program Studi
Ilmu Ternak

Dr. Ir. Rarah R. A. Maheswari, DEA.

Tanggal Ujian: 03 Desember 2007

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.

Tanggal Lulus:


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Katiarso, M.Sc.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Pencipta
Alam Semesta, atas segala berkah dan karunianNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tesis dengan judul : “Prospek Pengembangan Peternakan Sapi
Potong yang diintegrasi dengan Perkebunan Kelapa di Kabupaten Halmahera
Barat Provinsi Maluku Utara” Tulisan ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi S-2 di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Kabupaten Halmahera Barat merupakan salah satu kabupaten pada
provinsi Maluku Utara yang memiliki peluang untuk pengembangan
peternakan terutama ternak sapi potong. Areal perkebunan kelapa yang luas
dapat dimanfaatkan untuk budidaya hijauan makanan ternak dan sebagai tempat
pemeliharaan sapi potong, letak wilayah yang strategis, mudah diaskses serta
berdekatan dengan wilayah-wilayah pemasaran seperti kotamadya Ternate,
Sulawesi Utara dan Ambon. Dari aspek tenaga kerja, sebagian besar penduduk
mempunyai pekerjaan di bidang pertanian, pemerintah mendukung usaha
pengembangan peternakan dengan menentukan sentra-sentara produksi
peternakan, yang merupakan faktor pendukung usaha pengembangan
peternakan di wilayah ini.

Penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatupun di dunia ini yang
sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT

Tuhan Pencipta

Alam Semesta, demikian halnya dengan tulisan ini, yang masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan
untuk perbaikan ke arah penyempurnaannya. Semoga tulisan ini dapat berguna
sebagai bahan informasi pembanding ilmiah bagi yang memerlukan, demi
pengembangan peternakan di kabuapten Halmahera Barat khususnya dan
provinsi Maluku Utara dan Indonesia umumnya.
Bogor, Desember 2007

Penulis

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kelurahan Silale kotamadya Ambon (Maluku)
tanggal 26 Maret 1974, anak ke tiga dari empat bersaudara dari
Ayahanda H. Nurdin Fatmona dan Ibunda Chamzin Saifuddin.
Menikah dengan Noviyanti Roswiyana R. Fatmona pada tanggal 5

Mei 2002 dan telah dikaruniai dua orang anak yaitu Shafira Sri
Handayani Fatmona dan Achmad Rizky Chairunsjah Fatmona. Pada
Tahun 1993 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ternate, dan pada
tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon melalui Jalur Ujian Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN), selama kuliah aktif dan menjabat diberbagai
organisasai kemahasiswaan diantaranya adalah, wakil ketua Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) komisariat Fakultas Pertanian Universitas PattimuraI Ambon, Anggota
Lembaga Dakwah Kampus (LDK), ketua umum Himpunan Mahasiswa Maluku
Utara Komisariat Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon, pada tahun
1998 terjadi konflik horisontal di Ambon, tahun 1999 pindah ke Universitas Sam
Ratulangi Manado, Sarjana Peternakan (SPt) diraih pada tanggal 24 juli 2001.
Awal tahun 2002 dengan Proyek Usaha Tani Ternak Kawasan Timur
Indonesia (PUTKATI) penulis diangkat sebagai pelaksana tugas pimpinan dinas
peternakan di kecamatan Jaililo sekarang kabupaten Halmahera Barat, pada bulan
Desember 2002 penulis diangkat sebagai staf pengajar di Fakultas Pertanian
Program Studi Peternakan Universitas Khairun Ternate melalui test CPNS di
Lingkup Universitas tersebut, menjabat sebagai ketua Program Studi Peternakan
melalui Surat Keputusan Rektor tanggal 1 Desember 2004. Pada tanggal 4-16
Agustus 2003 penulis mengikuti kegiatan kursus singkat bidang ”Metode Penelitian

Bidang Ilmu Peternakan” kerjasama Proyek Peningkatan Kualitas Sumber Daya
Manusia (PKSDM) Ditjen Dikti Depdiknas dengan Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin Makassar, pada tanggal 12-22 Mei 2004 di kota dan tempat yang sama
penulis mengikuti kursus singkat Bidang ”Pengembangan Wirausaha Peternakan
Sapi Potong Melalui Pendekatan Agribisnis”, dan pada tanggal 9-22 Agustus 2004
penulis mengikuti pelatihan dosen perguruan tinggi se-Indonesia Timur dalam
bidang ”Pemodelan dan Simulasi Pertanian” di Cisarua Bogor Proyek Kerjasama
Ditjen Pendidikan tinggi, Depdiknas dengan Institut Pertanian Bogor.
Riset yang pernah diusulkan adalah Riset Pengembangan Kapasitas (RPK IV)
Tahun 2005 dengan judul ” Teknologi Tepung Daun Untuk Industri Pakan Berbasis
Sumber Daya Tanaman Lokal Maluku Utara”. Pada tahun 2004 dipublikasikan di
Cannarium (Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Khairun) dengan judul ”Prospek
Pengembangan Ternak Sapi Potong di Kabupaten Kepulaun Sula Propinsi Maluku
Utara”.
Tahun 2005 Penulis melanjutkan studi S-2 di Sekolah Pascasarjanan Institut
Pertanian Bogor dengan Bantuan Pendidikan Pascasarjana (BPPS) Departemen
Perguruan Tinggi Depdiknas, dan ujian tesis pada tanggal 03 Desember 2007.

Ucapan Terimakasih
Pertama-tama Puji Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
segala rahamat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul
“Prospek Pengembangan Peternakan Sapi Potong yang Diintegrasikan dengan Perkebunan
Kelapa di Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara” kepada Dr. Asnath M. Fuah, M.S.
dan Prof. Emr. Dr. H. R. Eddie Gurnadi, M.Sc. sebagai komisi pembimbing, penulis
menyampaikan terima kasih atas segala waktu, bimbingan, arahan serta nasehat, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Kepada Dr. Ir. Katiarso, MSc sebagai penguji luar
komisi, terimakasih atas kritik dan sarannaya yang sangat berarti bagi penulis.
Kepada Dekan Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Dekan Fakultas Peternakan,
Ketua Program Studi Ilmu Ternak beserta seluruh staf dosen, penulis menyampaikan terima kasih
atas Ilmu pengetahuan dan kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan
di Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Penghargaan juga diberikan kepada Pemerintah provinsi Maluku Utara, kabupaten
Halmahera Barat, kotamadya Ternate, dan Rektor Universitas Khairun atas sumbangan materil,
dan non materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi S-2 pada program studi peternakan
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Rekan-rekan di Program Studi peternakan IPB, khususnya serta rekan-rekan di IPB
umumnya yang telah memberikan kontribusi selama penulis menyelesaikan studi di Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Jasmal Ahmari Samsu, MSi. Ir. Aris Winaya, MSi. Ir.
Abdurrahman Hoda, MSi. M. Rusdin, SPt, MSi.Yajis Paggasa, SPt. Sri Purwanti, SPt. Ir. Rahmi
Dianita, MSc. drH. Leli, MSi. drH. Sukron. Intan SPt, MSi. Diah Anggraeni, SPt, MSi. Agus, SPt,
MSi. Yusmadi, SPt, MSi. Rahim, SP. Usman, SP, MSi dan yang tak dapat disebutkan satu persatu,
penulis ucapkan terimakasih atas dorongan semangat, kerjasama serta kebersamaan yang diberikan
sehingga penulis dapat melaksanakan semua tugas yang diembankan selama ini.
Saudara-saudaraku seperjuangan dari daerah Maluku Utara, Halikuddin Umasangadji SPi,
MSi. Muhammad Banapon, SPi. Rizal Ismail, SP, MSi. M. Idris Abdurahman, SP. Rinto Thaib,
S.Sos. Rahmatia Garwan, SPi. Nursyafani, SPt, MSi. Sahlan, SPi. Irham, SPi, MSi. Fahmi Djafar,
SP., serta rekan-rekan yang lain yang tidak dapat disebutkan, terimakasih atas kontribusinya
selama ini, “perjuangan tak pernah berakhir dan menuntut ilmu tidak mengenal usia”.
Ayahanda H. Nurdin Fatmona dan Ibunda Chamzin Saifuddin serta kakak Zainudin, Fauziah
dan Adik: dan Sitti Hajar, terimakasih atas dukungannya selama ini.
Istri dan anak-anak tercinta: Noviyanti Roswiyana R. Fatmona (Mama), Shafira Sri
Handayani Fatmona (Pia), Achmad Rizky Chairunsjah Fatmona (Izki), yang sering terlupakan,
terimakasih atas kesabaran, doa serta semangat yang diberikan selama ini.
Akhirul Qalam, semoga apa yang diberikan oleh semua pihak kepada penulis dapat terhitung
sebagai amalannya kelak, Amin.
Bogor, Desember 2007
Penulis
Sariffudin Fatmona

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................

x

DAFTAR TABEL ................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................

xvi

PENDAHULUAN ...............................................................................

1

Latar Belakang ............................................................................

1

Tujuan Penelitian ........................................................................

4

Manfaat Penelitian ......................................................................

4

TINJAUAN PUSTAKA........................................................................

5

Keadaan Umum Peternakan di Indonesia.....................................

5

Manajemen Peternakan Sapi Potong ............................................

6

Karakteistik Produksi dan Reproduksi Sapi Potong ...................

7

Integrasi Tanaman Makanan Ternak dengan Tanaman Kelapa....

9

Strategi Pengembangan Sapi Potong ............................................

11

Proses Hirarki Analitik .................................................................

15

METODOLOGI ..................................................................................

17

Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................

17

Metode Pengambilan Data dan Responden .................................

17

Sumber Data .................................................................................

18

Tahapan dan Prosedur Penelitian .................................................

18

Tahapan Penelitian ......................................................................

18

Prosedur Penelitian . ....................................................................

19

Analisis Kuantitas Produksi Hijauan Makanan Ternak ..............

19

Analisis Kualitas Produksi Hijauan Makanan Ternak .................

19

1. Kadar Air ................................................................................
2. Kadar Abu ...............................................................................

20
20

3. Kadar Protein Kasar ................................................................
4. Kadar Lemak Kasar ................................................................
5. Kadar Serat Kasar ....................................................................
6. Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) ..................................

21
22
22
23

Analisis Data ...............................................................................

24

1. Populasi Ternak .......................................................................

24

2. Kadar Total Digestible Nutrient (TDN) ...................................

24

3. Daya Dukung Hijauan Makanan Ternak ..................................

25

4. Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Sapi Potong ...............

26

5. Strategi Pengembangan Peternakan Sapi Potong ......................

26

6. Analisis PHA (Analytical Hirarchy Process) ...........................

26

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................

30

Gambaran Umum Kabupaten Halmahera Barat ............................

30

Letak Geografis dan Luas Wilayah ................................................

30

Karakteristik Tanah dan Sistem Penggunaan Lahan .......................

31

Karakteristik SDM dan Mata Pencaharian ...................................

33

Potensi Pertanian .............................................................................

35

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .....................................

36

Karakteristik Umum Lokasi Penelitian ...........................................

38

Karakteristik Peternak Kecamatan Jailolo ....................................
Karakteristik Peternak Kecamatan Sahu Timur .............................
Karakteristik Peternak Kecamatan Loloda .....................................

39
41
42

Populasi Ternak Ruminansia ..... .....................................................

44

Produksi Segar Hijauan Makanan Ternak .....................................

45

Produksi Hijauan Makanan Ternak Berdasarkan Luas ArealPerkebunan Kelapa .........................................................................

47

Daya Dukung Hijauan Makanan TernakBerdasarkan Bahan Kering ..........................................................

48

Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Sapi Potong Berdasarkan Luas Areal Perkebunan Kelapa ..................................

49

Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Sapi Potong Berdasarkan BK, PK dan TDN ........................................................

50

Strategi Pengembangan Ternak Sapi Potong ....................................

51

Proses Hirarki Analisis .....................................................................

58

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................

61

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

62

LAMPIRAN ..............................................................................................

66

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Populasi ternak sapi potong dan petani ternak di Halmahera Barat .........

17

2. Populasi ternak berdasarkan umur dan satuan ternak ................................

24

3. Skala banding secara berpasangan pada proses hirarki analisis intensitas ..

28

4. Jumlah desa dan luas wilayah setiap kecamatan di Halmahera Barat .......

31

5. Luas dan jenis penggunaan lahan di Halmahera Barat .............................

32

6. Luas areal perkebunan berdasarkan jenis di Halmahera Barat ..................

33

7. Jumlah dan kepadatan penduduk di Halmahera Barat ...............................

34

8. Klasifikasi penduduk usia di atas 10 tahun berdasarkanjenis pekerjaan ............................................................................................

35

9. PRDB Halmahera Barat atas dasar harga berlaku menurutsektor pertanian ..........................................................................................

37

10. Kondisi umum kecamatan Jailolo, Sahu Timur dan Loloda ......................

38

11. Karakteristik peternak sapi potong kecamatan Jailolo ...............................

40

12. Karakteristik peternak sapi potong kecamatan Sahu Timur .......................

42

13. Karakteristik peternak sapi potong kecamatan Loloda ..............................

43

14. Populasi ternak ruminansia di Halmahera Barat ........................................

44

15. Data berat segar HMT per Cluster per kecamatan sampel ..........................

45

16. Komposisi zat HMT di lokasi penelitian Barat ........................................

46

17. Total produksi HMT (ton/ha) berdasarkan luas areal perkebunan kelapaberdasarkan produksi segar, produksi kering, BK, PK, TDN ....................

47

18. Daya tampung sapi potong (ST) berdasarkan daya dukung HMT berdasarkan BK ..........................................................................................

48

19. Kapasitas peningkatan populasi ternak sapi potong kabupatenHalmahera Barat berdasarkan asumsi 1 ha untuk 1 ST ..............................

59

20. Kapasitas peningkatan populasi ternak sapi potong berdasarkanBK, PK, TDN Halmahera Barat ...................................................................

50

21. Matriks evaluasi faktor iInternal pengembangan ternak sapi potongkabupaten Halmahera Barat ..........................................................................

53

22. Matriks evaluasi faktor eksternal pengembangan ternak sapi potong-

kabupaten Halmahera Barat .........................................................................

54

23. Matriks SWOT analisis strategi pengembangan ternak sapi potongdi kabupaten Halmahera Barat ....................................................................

55

24. Prioritas alternatif strategi pengembangan peternakan sapi potongdi kabupaten Halmahera Barat ......................................................................

57

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Formula matriks pendapat individu .............................................

28

2. Persentase PRDB kabupaten Halmahera Barat atas dasarharga berlaku menurut lapangan usaha, tahun 2005 .....................

36

3. PRDB berdasarkan harga berlaku menurut lapangan usahabidang pertanian Halmahera Barat tahun 2003-2005 ..................

37

4. Berat segar hijauan makanan ternak (kg) pada lokasi penelitian ...

45

5. Total Digestible Nutrient (TDN) pada lokasi penelitian ...............

47

6. Skala prioritas faktor internal (kekuatan) untukpengembangan sapi potong Halmahera Barat ...............................

59

7. Skala prioritas faktor internal (kelemahan) untukpengembangan sapi potong Halmahera Barat ..............................

59

8. Skala prioritas faktor eksternal (peluang) untukpengembangan sapi potong Halmahera Barat ...............................

60

9. Skala prioritas faktor eksternal (ancaman) untukpengembangan sapi potong Halmahera Barat ..............................

60

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta provinsi Maluku Utara menurut kabupaten

..............................

66

2. Peta kabupaten Halmahera Barat ........................................................

67

3. Teknik pengubinan (cluster) HMT ......................................................

68

4. Kuisioner survei evaluasi pemanfaatan HMT .....................................

68

5. Perkembaangan pemotongan ternak
kabupaten Halmahera Barat 2002-2006 ..............................................

70

6. Angka tetap populasi ternak kabupaten Halmahera Barat 2006 ..........

70

7. Hasil analisis produksi makanan ternak berdasarkan TDN
di Halmahera Barat ................................................................................ 71
8. Hasil analisis kualitas HMT berdasarkan produksi segar,
produksi kering, BK, PK, TDN pada luasan areal
perkebunan kelapa ................................................................................. 72
9. Kuisioner identifikasi faktor eksternal dan internal ............................. 73
10. Kuisioner penentuan bobot dan peringkat faktor-faktor
eksternal dan internal ............................................................................

74

11. Kuisioner penentuan nilai daya tarik alternatif strategi ........................

77

12. Populasi ternak ruminansia di Halmahera Barat 2006 ..........................

79

2

13. Analisis statistik deskriptif HMT berdasarkan produksi segar (2 m ),produksi segar (ton/ha), produksi kering (ton/ha),
produksi BK (ton/ha) .............................................................................. 79
14. Analisis statistik deskriptif kualitas HMT berdasarkanBK, PK, LK, BETN, TDN ..................................................................... 79
15. Daya tampung ternak sapi potong berdasarkan asumsi 1 ha 1 ST ......... 80
16. Total daya dukung HMT berdasarkan produksi segar ........................... 80
17. Daya dukung HMT berdasrkan BK ....................................................... 81
18. Daya dukung HMT berdasarkan PK ..................................................... 81
19. Daya dukung HMT berdasarkan TDN ................................................... 81

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu upaya pembangunan pertanian yang mampu meningkatkan
pendapatan petani adalah sistem pertanian terpadu (Integrated Farming System)
yang menerapkan prinsip LEISA (Low External Input Sustainable Agricuture)
dan berwawasan agribisnis, yang berdampak pada peningkatan produktivitas
usaha tani dan pada gilirannya pendapatan petani meningkat.
Salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi usahatani adalah dengan
mengintegrasikan ternak dengan tanaman perkebunan, terbukti memberi
keuntungan antara lain meningkatkan pendapatan melalui diversifikasi
pendapatan, pemanfaatan sumber daya lahan lebih baik, stabilitas tanah terjaga,
produktivitas tanaman perkebunan meningkat melalui pengendalian gulma
yang lebih baik dan pengembalian hara melalui urine dan kotoran ternak.
Sistem integrasi tanaman perkebunan kelapa dan peternakan sapi potong,
merupakan salah satu upaya terpadu lintas subsektor yang sangat strategis dan
bernilai saling menguntungkan (simbiosis mutualisma) karena akan mendorong
terwujudnya

pengembangan

agribisnis

peternakan

sekaligus

agribisnis

perkebunan yang berdaya saing. Pemanfaatan potensi hijauan makanan ternak
di bawah areal perkebunan kelapa untuk pengembangan peternakan sapi potong
dapat berupa : (a) pemanfaatan lahan diantara perkebunan kelapa untuk
penanaman tanaman sumber pakan hijauan ternak (b) pemanfaatan limbah
tanaman pokok maupun tanaman sela sebagai sumber pakan ternak sapi potong.
Jumlah penduduk tahun 2005 mencapai sekitar 220 juta jiwa, total
kebutuhan daging domestik berarti mencapai 384,81 ribu ton. Sementara itu
total produksi daging sapi dalam negeri baru mencapai 271,84 ribu ton,
sehingga masih ada kekurangan 112,97 ribu ton atau 29,36 persen dari total
kebutuhan dalam negeri. (BPPP DEPTAN 2005).
Kabupaten Halmahera Barat memiliki luasan areal perkebunan kelapa
seluas 25.751 ha dan sekitar 50 persen dari areal tersebut dapat dimanfaatkan

untuk pemeliharaan hijauan makanan ternak. Apabila 1ha perkebunan kelapa
dapat menampung 1ekor ternak sapi potong/tahun maka untuk pengembangan
peternakan sapi potong, kabupaten Halmahera Barat dapat menampung 12.875
ST, dengan rata-rata berat hidup 1 ST sekitar 300 kg. Dengan demikian,
daging sapi potong yang dapat disediakan oleh kabupaten Halmahera Barat
adalah 3.862.500 kg pertahun, untuk jumlah penduduk tahun 2006 sebesar
111.309 jiwa. Dibandingkan dengan target konsumsi daging nasional 10 kg
perkapita pertahun, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Halmahera Barat
setiap tahun diperlukan 1.130.440 kg atau sekitar 3.768 ST, Sementara
ketersediaan daging asal ternak sapi potong setiap tahun sebesar 2.732.060 kg
atau sekitar 9.106 ST, dengan demikian masih terjadi surplus produksi daging
asal ternak.
Kekurangan produksi daging sapi di Indonesia terus meningkat dari 44.9
ribu ton pada tahun 1995, menjadi 196.8 ribu ton pada tahun 1999 dari total
permintaan daging sebesar 578.7 ribu ton, artinya masih terdapat kesenjangan
antara produksi dan konsumsi. Produksi yang ada hanya mampu memenuhi
sebesar 381,9 ribu ton. Konsumsi pangan protein hewani ternak besar (sapi dan
kerbau) masyarakat perkapita pertahun pada tahun 1999 baru mencapai 1,95
kg/kapita/tahun jauh lebih rendah, diibandingkan dengan Argentina sebesar
69,5 kg/kapita/tahun, Australia 36,3 kg, Korea selatan 84 kg, Israel 16,3 kg
(Dirjennak 2000).
Pemerintah daerah provinsi Maluku Utara telah menentukan sentrasentra produksi peternakan (perwilayahan pengembangan peternakan) yang
cocok dengan kondisi masing-masing wilayah dalam rangka pengembangan
peternakan. Jenis-jenis peternakan yang dapat dikembangkan di provinsi
Maluku Utara adalah Sapi, Kambing, Kuda, Babi dan unggas (Ayam Buras,
Ayam Ras Petelur dan ayam ras Pedaging).
Kabupaten Halmahera Barat terdiri atas sembilan kecamatan dengan luas
wilayah 14.253,66 km2 terdiri atas luas daratan 3.108,16 km2 (21,80%), dan
luas lautan 11.140,50 km2 (78.2%), luas areal perkebunan kelapa 17.479 ha.

Jumlah penduduk sesuai dengan data statistik tahun 2005 yaitu 92.906 jiwa
dengan kepadatan rata-rata 7 jiwa per km2. Data tersebut menggambarkan
bahwa jumlah penduduk yang menempati wilayah kabupaten Halmahera Barat
baru mencapai 21,44% dari luas daratan sehingga masih tersedia lahan yang
cukup luas untuk menentukan sentra-sentra produksi, termasuk sentra
peternakan untuk pengembangan peternakan sapi potong. Komposisi penduduk
menurut lapangan pekerjaan didominasi oleh bidang pertanian sebesar yaitu
60.064 jiwa (83,31%) yang merupakan potensi sumber daya manusia yang
tersedia untuk berkontribusi dalam pengembangan peternakan sapi potong.
Kawasan kabupaten Halmahera Barat dengan sentra produksi berada di
Jailolo, ternak yang cocok dikembangkan adalah ternak sapi, kambing, babi dan
ayam ras. Daerah Halmahera Barat memiliki lahan perkebunan kelapa yang
cukup luas

19.526 ha (Bappeda Halmahera Barat 2006) serta pendapatan

daerah terbesar di bidang perkebunan sadalah sebesar 47.706, 67 (Bappeda
Maluku Utara 2005). Jarak tanam antara pohon kelapa rata-rata yaitu 8-10
meter sehingga ketersediaan hijauan makanan ternak di bawah pohon kelapa
dapat dimanfaatkan oleh ternak. Di samping itu, kotoran sapi yang dihasilkan
dapat menyuburkan tanah, membantu meningkatkan produksi pertanian,
sementara ternak sapi dapat dimanfaatkan sebagai pengangkut hasil
perkebunan.
Geografis kabupaten Halmahera Barat berada pada 10 sampai 30 lintang
utara dan 1250, sampai 1280, bujur timur. Berbatasan wilayah dengan sebelah
utara adalah Samudera Pasifik dan kabupaten Halmahera Utara, sebelah
Selatan, kota Tidore Kepulauan, Sebelah Timur dengan Halmahera Utara dan
sebelah Barat adalah dengan Laut Maluku (Bappeda Halmahera Barat 2006).
Kondisi geografis tersebut memberikan kemudahan untuk transportasi antar
kota dan akses yang lancar untuk pemasaran produksi ternak dan hasil ternak.
Sistem pemeliharaan ternak sapi potong secara umum masih bersifat
tradisional, merupakan usaha sambilan disamping usaha perkebunan dan
tanaman pangan. Tingkat pendidikan dan ketrampilan petani yang rendah

berpengaruh terhadap tatalaksana pemeliharaan dan produksi peternakan.
Usaha optimalisasi pemanfaatan lahan dan peningkatan produktivitas ternak
sapi melalui integrasi usaha dengan diversifikasi usahatani sangat diperlukan,
terutama dalam rangka pemanfaatan hijauan makanan ternak yang tersedia
secara melimpah di bawah areal perkebunan kelapa.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Menganalisis potensi dan merumuskan strategi pengembangan peternakan
sapi potong terintegrasi dengan perkebunan kelapa di kabupaten Halmahera
Barat.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai sumber informasi tentang pola integrasi peternakan sapi potong
dengan perkebunan kelapa di kabupaten Halmahera Barat.
2. Informasi bagi pihak terkait dan penentu kebijakan tentang pola integrasi
sapi potong dengan perkebunan kelapa dalam rangka peningkatan
pendapatan petani ternak.

TINJAUAN PUSTAKA
Keadaan Umum Peternakan di Indonesia
Sub sektor Peternakan mengalami pertumbuhan negatif selama krisis
moneter, disebabkan ketergantungan impor cukup tinggi terhadap input
produksi seperti pengadaan bibit unggas, pengadaan sapi bakalan dan
pengadaan bahan baku untuk pakan ternak. Kegiatan usaha peternakan yang
mampu bertahan dan berkembang selama krisis adalah usaha yang
menggunakan sumberdaya lokal seperti pengadaan sapi bakalan dan pakan
ternak yang dilakukan pengusaha kecil atau peternakan rakyat. Komoditas
ternak lokal adalah sapi potong, kerbau, kambing, domba, ayam buras dan itik,
yang merupakan ternak asli Indonesia (lokal) yang merupakan sumber
penghidupan bagi masyarakat pedesaan. Bukti empiris membuktikan bahwa
jenis ternak tersebut menjadi penyelamat selama krisis moneter berlangsung.
Dalam perencanaan pembangunan peternakan berbasis sumberdaya lokal,
pemerintah daerah bersama masyarakat mengidentifikasi potensi dan peluang
pengembangan peternakan, menganalisis alternatif dan menentukan peran
masing-masing

dengan

kriteria

yang

disepakati

bersama,

sehingga

mengakomodasikan aspirasi lokal secara transpran dan tetap memperhitungkan
keunggulan sumberdaya lokal dan memperhitungkan ekonomi yang rasional
(Saragih 2001).
Populasi ternak sapi potong di Indonesia pada tahun 1997 adalah
11.938.856 ekor, menurun (2,56%) pada tahun 1998 menjadi 11.633.876 ekor.
Penurunan ini akibat terjadinya krisis moneter yang menyebabkan menurunnya
volume impor sapi bakalan dari US$ 132,469,800 pada tahun 1997 menjadi
US$ 24,285, 000 pada tahun 1998. Penurunan jumlah impor sapi bakalan
tersebut menyebabkan terjadinya pemotongan sapi yang tidak seimbang dengan
produksi, sehingga terjadinya pengurasan populasi sapi potong di Indonesia.
Pada tahun 1998 ternak sapi dan kerbau menyumbangkan produksi daging
sebesar 398.000 ton atau 31,7% dari total produksi daging sebesar 1,2 juta ton.

Konsumsi daging sapi dan kerbau pada tahun yang sama berjumlah 419.000
ton, sehingga terdapat kekurangan produksi sebesar 30.000 ton (Dirjen
Peternakan 2000).
Populasi ternak sapi potong di provinsi Maluku Utara adalah 33.781
ekor. Pada umumnya ternak dipelihara secara tradisional, dengan jumlah
kepemilikan berkisar 3-5 ekor per keluarga, menggunakan tenaga kerja
keluarga, sebagai usaha sambilan dan pemberian pakan seadanya. Konsekwensi
dari sistem pemeliharaan yang bersifat tradisional tersebut adalah rendahnya
produktivitas ternak dan perkembangan peternakan sapi potong menjadi
terhambat, sehingga diperlukan upaya yang dapat meningkatkan sumberdaya
ternak, peternak dan lahan populasi ternak, pemotongan ternak, produksi
daging serta konsumsi hasil ternak

pada kabupaten Halmahera Barat

mengalami peningkatan dari tahun 2004 sampai 2005, yaitu: sapi potong
(16,661%), kambing (9,16%), babi (9,11%) dan (ayam buras (9,11%) (Bappeda
Provinsi Maluku Utara 2005).
Konsumsi hasil ternak berupa daging, telur dan susu di kabupaten
Halmahera Barat tahun 2004 adalah 5,28 kg perkapita pertahun, sementara
target produksi daging nasional yang mengacu pada kesepakatan widya karya
pangan dan gizi per orang adalah 10 kg per kapita per tahun. Hal ini
menunjukan bahwa kebutuhan gizi asal hewani masyarakat kabupaten
Halmahera Barat belum terpenuhi, sehingga perlu adanya upaya untuk
mencukupi kebutuhan tersebut melalui ketersediaan protein yang berasal dari
ternak sapi potong (Bappeda Halmahera Barat 2006).

Manajemen Peternakan Sapi Potong
Dasuki et al. (1981) menyatakan bahwa seseorang terlibat dalam
aktivitas usaha ternak akan mendapatkan intensif, dan intensif tersebut terletak
pada kesanggupan peternak untuk mendatangkan keuntungan dari usaha tani
ternaknya dengan jalan: 1) Memanfaatkan lahan yang tidak tergarap, 2)
memanfaatkan hasil ikutan limbah pertanian yang tidak bernilai menjadi lebih

bernilai (daging/kerja), 3) membantu kebutuhan protein hewani keluarga, 4)
memanfaatkan ternak sebagai tenaga kerja, dan 5) meningkatkan serta
memperbaiki kesuburan tanah.
Tujuan usaha pemeliharaan ternak sapi antara lain, menambah
pendapatan bagi petani penerimaan usaha tani keseluruhan. Beberapa faktor
yang mempengaruhi pendapatan usaha tani ternak yaitu: 1) skala kepemilikan
ternak, 2) kombinasi cabang usaha, 3) umur dan pengetahuan petani, dan 4)
efisiensi usaha (Wiyatna 2002). Pengertian efisiensi yaitu kemampuan
seseorang/individu untuk melakukan atau menghasilkan sesuatu tanpa
pemborosan waktu, tenaga, biaya dan sebagainya (Arifin 1986).

Karakteristik Produksi dan Reproduksi Sapi Potong
Produktivitas ternak diartikan sebagai perkembangan populasi ternak
dalam periode waktu tertentu (umumnya satu tahun) dan sering dinyatakan
dalam

persen (%), apabila dibandingkan dengan populasi ternak

secara keseluruhan

(Basuki 1998). Produktivitas ternak sapi dapat

dinilai melalui dua indikator, pertama performan produksi diantaranya
penampilan bobot hidup dan pertambahan bobot badan; kedua performan
reproduksi diantaranya produksi anak (calf crop) dalam satu tahun. Calf crop
adalah angka yang menggambarkan jumlah anak lepas sapih yang diproduksi
dalam satu tahun terhadap jumlah induk dalam persen. Calf crop dipengaruhi
oleh jumlah anak sekelahiran, persentase induk yang melahirkan dalam total
populasi induk, persentase kematian (mortalitas) pada saat anak belum disapih,
dan jarak beranak (Arrington & Kelley 1976). Jarak kelahiran dipengaruhi oleh
lama kebuntingan dan jarak antara melahirkan dan perkawinan berikutnya
(Service period) Service period dipengaruhi oleh ketrampilan peternak dalam
mengawinkan ternak yang ditunjukan oleh besarnya angka service per
conception dan waktu menyusui (Fraser 1979).
Pertumbuhan seekor ternak diartikan sebagai pertambahan bobot tubuh
persatuan waktu meliputi perubahan ukuran urat daging, tulang dan organ-

organ internal lainnya. Pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh bangsa ternak,
jenis kelamin, jumlah dan kualitas pakan serta fisiologi lingkungan ternak
(Soeparno 1998). Bangsa ternak yang besar bobot lahir lebih berat, tumbuh
lebih cepat dan bobot tumbuh lebih berat saat mencapai kedewasaan dari pada
bangsa ternak yang kecil (Tulloh 1978).
Kemampuan reproduksi seekor ternak akan berpengaruh terhadap
penampilan produksi dari ternak tersebut, terutama mengenai jumlah anak yang
dilahirkan. Terdapat empat hal yang menjadi kendala reproduksi ternak sapi
potong, yaitu : 1) lama bunting yang panjang, 2) panjangnya interval dari
melahirkan sampai estrus pertama, 3) tingkat konsepsi yang rendah dan 4)
kematian anak sampai umur sapih yang tinggi. Aktivitas reproduksi dan jarak
beranak, 95% dipengaruhi oleh faktor non genetik dan lingkungan, mencakup
tatalaksana pakan dan kesehatan. Adanya perbedaan penampilan reproduksi
bangsa ternak di suatu wilayah di pengaruhi oleh keragaman lingkungan yang
meliputi keragaman genetik, ketersediaan nutrisi, dan tatalaksana reproduksi
(Toelihere 1983).
Kendala dan peluang sapi potong di suatu wilayah, secara umum harus
memperhatikan tiga faktor, yaitu pertimbangan teknis, sosial dan ekonomis.
Pertimbangan teknis mengarah pada kesesuaian pada sistem produksi yang
berkesinambungan, ditunjang oleh kemampuan manusia, dan kondisi
agroekologis. Pertimbangan sosial mempunyai arti bahwa eksistensi teknis
ternak di suatu daerah dapat diterima oleh sistem sosial masyarakat dalam arti
tidak menimbulkan konflik sosial. Pertimbangan ekonomis mengandung arti
bahwa ternak yang dipelihara harus menghasilkan nilai tambah bagi
perekonomian daerah serta bagi pemeliharanya sendiri. Disamping ketiga
faktor tersebut terdapat faktor lain yang mempengaruhi perkembangan
peternakan secara eksternal di antaranya adalah infrstruktur, keterpaduan dan
terkoordinasi lintas sektoral, perkembangan penduduk serta kebijakan
pengembangan wilayah atau kebijakan pusat dan daerah (Santosa 2001).

Menurut

Atmadilaga

(1975)

hambatan-hambatan

dalam

usaha

meningkatkan produksi ternak pada umumnya disebabkan oleh masalah yang
kompleks dan bersifat biologis, ekologis serta sosioekonomis. Hal ini akan
berpengaruh terhadap produktivitas secara kuantitatif terutama usaha
peternakan yang bersifat trdisional. Dalam pembangunan peternakan nasional,
peternakan rakyat ternyata masih memegang peranan sebagai aset terbesar,
tetapi sampai saat ini tipologinya masih bersifat sambilan (tradisional) yang di
batasi oleh skala usaha kecil, teknologi sederhana dan produk berkualitas
rendah (Soehaji 1995).

Integrasi Tanaman Makanan Ternak dengan Tanaman Kelapa
Hijauan Makanan Ternak pada areal perkebunan kelapa di Halmahera
Barat berdasarkan komposisi botani terdiri dari jenis rumput dan leguminosa.
Jenis rumput meliputi rumput Teki (Kylinga monocephala), rumput Jaragua
(Hyparrhenia rufa), rumput Kolonjono (Pannicum muticum), rumput Alangalang (Imperata cylindrica), rumput Benggala (Pannicum maximum) dan jenis
leguminosa meliputi: putri malu (Mimosa pudica) Calopo (Colopogonium
mucunoides), Centro (Centrosema pubescens). Disamping rumput dan
leguminosa ada beberapa jenis hijauan lain dan limbah tanaman pangan yang
dapat dimanfaatkan oleh ternak (Hoda 2001)
Evaluasi terhadap spesies rumput dan 35 spesies leguminosa yang
ditanam pada perkebunan kelapa di Bali, dilakukan oleh Rika et al. (1991).
Spesies hijauan yang menunjukan pertumbuhan kembali dan daya tahan yang
baik, walaupun total produksi lebih rendah daripada spesies yang kurang tahan
adalah Arachis sp. CPI 29986, Arachis sp. CPI 12121, Paspalum notatum
CPI11864, P. notatum cv. competidor dan A. compressus (spesies lokal).
Menurut Wong (1991) Spesies tanaman makanan ternak yang ditanam
pada lahan perkebunan atau perkebunan kelapa adalah spesies yang tahan

terhadap naungan. Spesies yang cocok untuk tahan naungan sedang adalah
Brachiaria decumbens, P. maximum, C. pubescens, Desamodium intortum, Cv.
greenleaf, Leucaena leucocephala, Colopogonium caeruleum, Pueraria
phaseoloides dan D. ovalifolium. Pada naungan rapat (intensitas cahaya sinar
30%) spesies yang cocok adalah A. compressus, B. miliiformis, P. conjugatum
dan Stenotaphrum secundatum, walaupun kemampuan produksinya rendah,
namun adaptasinya terbaik karena mempunyai daya tahan yang tinggi.
Kaligis dan Sumolang (1991) melaporkan bahwa spesies yang memiliki
pertumbuhan kembali dan daya dukung lahan yang baik, tetapi produksi total
selama 10 panen sedikit lebih rendah pada perkebunan kelapa adalah A. pintoi,
A. repens, Arachis s. CPI 29986, D. ovalifolium, D. heterophyllum, P. notatum
cv. competidor, P. notatum CPI 11864, P. wettsteinni, A. compressus (lokal)
dan Digitaria milanjiana CPI 59721.
Produksi dan komposisi botani pastura pada perkebunan pohon kelapa
dipengaruhi oleh tekanan penggembalaan (stocking rate = SR) dan intensitas
sinar. Peningkatan SR dari 2,7 sampai 6,3 ekor/ ha menyebabkan komposisi
botani rumput dan leguminosa yang diintroduksi menurun secara nyata pada
pastura yang telah diperbaiki di bawah pohon kelapa. Setelah 3,5 tahun pada
SR 2,7 dan 3,6 ekor/ha dan 2,5 tahun pada 4,8 dan 6,3 ekor/ ha, komposisi
botani menurun secara serius pada pastura yang telah diperbaiki bersamaan
dengan menurunnya produksi hijauan

(Rika et al. 1981).

Menurut Smith dan Whiteman (1983) produksi B. decumbens pada areal
terbuka (sinar penuh) adalah 28 ton/ha/tahun, B. decumbens dan B. humidicola
cocok diintegrasikan pada areal perkebunan kelapa yang memiliki intensitas
sinar minimal 70%. Nitis dan Rika (1978) membuktikan bahwa pastura yang
telah diperbaiki menunjukan penampilan yang masih baik di bawah pohon
kelapa yang berumur 60 tahun (jarak tanam 10 x 10 m) dengan intensitas sinar
80% (jam 9.00) 85% (jam 12.00) dan 82% (jam 13.00). Pada percobaan dengan
padang penggembalaan buatan (B. mutica, B. decumbens, B. humidicola, C.
pubescens, P. phaseoloides) di pulau Solomon pada intensitas sinar 60% yang

digembalai ternak dengan SR 1,5 ; 2,5 dan 3,5 ekor/ha selama tiga tahun,
diperoleh hasil, semua rumput lenyap (berubah dari 28 sampai 0%) sementara
Centrosema menurun dari 14 sampi 8% dan Pueraria dari 20 sampai 16%
(Watson & Whiteman 1981).
Pertambahan bobot badan ternak sapi yang digembalakan pada
perkebunan kelapa adalah bervariasi dari yang terendah 45 kg/ha (Manidool
1983) sampai yang tertinggi 505 kg/ha (Rika at al. 1981). Variasi ini
berhubungan dengan manajemen dengan perbedaan lingkungan walaupun
pengaruhnya sulit diukur. Terdapat variasi pada intensitas sinar, spesies pastura
yang ditanam, tipe tanah, pemupukan dan tekanan penggembalaan. Produksi
ternak sapi potong yang dipelihara di bawah naungan pohon kelapa lebih
potensial dibandingkan dengan pemeliharaan di bawah tanaman perkebunan
lain. Namun beberapa penelitian menunjukan spesies rumput yang ditanam
tidak tahan atau komposisi botaninya menurun dalam pastura (Shelton 1991).
Rumput yang ditanam cenderung diganti/didesak oleh rumput yang tahan
terhadap penggembalaan seperti Cynodon dactylon di Bali (Rika et al. 1981).
Beberapa leguminosa yang ditanam mulanya lebih tahan daripada rumput
(misalnya C. pubescens) tetapi menurun daya tahan dalam waktu bersamaan
dengan meningkatnya leguminosa alam seperti mimosa pudica (Watson &
Whiteman 1981). Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa diperlukan
rumput yang tahan untuk menjamin sistem produksi hijauan yang dapat
menopang produksi ternak ruminansia (Shelton 1991).
Strategi Pengembangan Ternak Sapi Potong
Strategi merupakan rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang
menghubungkan keunggulan strategis dengan tantangan lingkungan dan
dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dapat dicapai melalui
pelaksanaan yang tepat (Glueck & Jauch 1994). Esensi strategi merupakan
keterpaduan dinamis faktor eksternal dan faktor internal yang berisikan strategi
itu sendiri. Strategi merupakan respon yang secara terus-menerus atau adaptif

terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal
(Rangkuti 2002).
Manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan
untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi suatu keputusan
sehingga mampu mencapai tujuan obyektifnya. Proses manajemen strategi
terdiri atas tiga tahap yaitu perumusan strategi, implementasi strategi dan
evaluasi strategi. Perumusan strategi adalah mengenali peluang dan ancaman
eksternal, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal dan memilih strategi
tertentu untuk dilaksanakan. Implementasi strategi sering disebut tahap
tindakan manajemen strategi dengan mengubah strategi yang telah dirumuskan
menjadi suatu tindakan. Evaluasi strategi adalah tahap akhir dari manajemen
strategi dengan melakukan tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi
strategi yaitu meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar
strategi, mengukur prestasi dan mengambil tindakan korektif (David 2001).
Menurut Wahyudi (1996) tahap perumusan atau pembuatan strategi
merupakan tahap yang paling menantang dan menarik dalam proses manajemen
strategi. Inti pokok dari tahapan ini adalah menghubungkan suatu organisasi
dengan lingkungannya dan menciptakan strategi-strategi yang cocok untuk
dilaksanakan. Proses pembuatan strategi terdiri dari empat elemen sebagai
berikut :
1. Identifikasi masalah-masalah strategik yang dihadapi meliputi lingkungan
eksternal dan internal.
2. Pengembangan

alternatif-alternatif

strategi

yang

ada

dengan

mempertimbangkan strategi yang lain.
3. Evaluasi tiap alternatif strategi.
4. Penentuan atau pemilihan strategi terbaik dari berbagai alternatif yang
tersedia.
Perumusan strategi digunakan alat formulasi yaitu analisis SWOT
(Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats). Analisis SWOT adalah analisis
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi yang

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang,
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman (Hax & Majluf
1991). Proses penggunaan analisis SWOT menghendaki adanya suatu survei
internal tentang strengths (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan), serta survei
eksternal atas opportunities (peluang/kesempatan) dan threats (ancaman)
(Subroto 2003).
Analisis SWOT secara sederhana dipahami sebagai pengujian terhadap
kekuatan dan kelemahan internal, serta kesempatan/peluang dan ancaman
lingkungan eksternal. SWOT adalah perangkat umum yang didesain dan
digunakan sebagai langkah awal dalam proses pembuatan keputusan dan
sebagai perencanaan strategis dalam berbagai terapan (Johnson et al. 1989).
Dilain pihak, Marimin (2004) menyatakan bahwa analisis SWOT adalah suatu
cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka
merumuskan suatu strategi yang didasarkan pada logika.
Sejak dikeluarkannya UU No. 24 Tahun 1992 tentang tata ruang, semua
kegiatan pembangunan yang menggunakan, memanfaatkan, dan mengelola
sumberdaya alam yang berada di darat, laut dan udara harus disesuaikan
dengan rencana penataan ruang sebagai suatu strategi nasional dalam
memanfaatkan, menggunakan kekayaan sumberdaya alam, mendorong
pembangunan, meningkatkan kesejahteraan