Kompetensi dan keberdayaan peternak dalam pengembangan usaha peternakan sapi potong (kasus Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku)
KOMPETENSI DAN KEBERDAYAAN PETERNAK DALAM
PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG
(KASUS KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT PROVINSI MALUKU)
GEORGE SEMUEL JOHNY TOMATALA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Kompetensi dan
Keberdayaan Peternak dalam Pengembangan Usaha Peternakan Sapi
Potong (Kasus Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku) adalah
karya saya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun pada Perguruan Tinggi manapun. Bahan rujukan atau sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan ataupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Desember 2008
George S.J.Tomatala
P.061050061
ABSTRACTS
GEORGE S. J. TOMATALA, 2008. The Competence and Powerness of the
Cattle farmers to improving beef business (Case on West Seram, Mollucas).
Under supervision by BASITA GINTING SUGIHEN as a chief; DJOKO
SUSANTO and PANG S. ASNGARI as members.
The research objectives are: (1) To find out and describe the factors
related to the competencies and capabilities of farmers due to manage and
improving beef business, (2) To find out the level of cattle farmer competencies
and develop the product, and (3) To formulate or to design a strategy how to
improve cattle farmer powerness in West Seram. Structural Equation Model
(SEM) was used to analyze quantitative data. From the five variable used to
measure the cattle farmer competencies, it can be showed that only three of the
variables significantly effect the farmer’s competencies. Those variable were
human capital, physical capital and natural capital. The competencies level of the
farmers on semi intensive and intensive care system were higher than extensive
care system. The farmer entrepreneur competencies were higher than technical
competencies. There’re significant effects of the human capital, social capital,
physical capital and local government support to the powerness or capabilities of
the farmers.
Two aspects of the cattle farmer competencies, witch was surveyed, where
the level of cattle farmer technical competencies which they has mastered and,
such as: (1) The used of breed in open area has a high level category, (2) The use
of feed has a high level competencies, and (3) Marketing system has resulted
middle category. The entrepreneur competencies have been also achieved by the
farmers includes: (1) The ability to maintain purpose, (2) Self motivation,
(3) Taking risk, (4) Responsibility to the business, (5) Self management and
making commitment, (6) Making decision by using authority, and (7) Saving. The
condition of natural resources extremely supporte the farmers in increasing farm
business, especially cattle production. The management of natural resources as a
source to feed the cattle such as green grass or HMT has a high level category, the
affordable to manage for the business has a low level category.
The strategy design to empower the farmers in West Seram are: Improving
the technical competencies through human capital and natural capital, also
supported by physical capital. From the research results, it can be promoted that
cattle farmer empowerment in West Seram can be focused on technical
competencies as well as enhancing human and physical capitals. To do so,
government policy should focus on development program supported by farmer’s
behavior transformation trough achievement of motivation program training
based on the farmer’s needs.
Keywords: Competency, Powerness/Capability, Business development, Beef cattle
Farmer
RINGKASAN
GEORGE S.J. TOMATALA, 2008. Kompetensi dan Keberdayaan Peternak
dalam Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong (Kasus Kabupaten Seram
Bagian Barat Provinsi Maluku). Komisi Pembimbing: BASITA GINTING
SUGIHEN (Ketua), DJOKO SUSANTO dan PANG S. ASNGARI (Anggota).
Tujuan pembangunan peternakan, yakni: (1) meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan peternak, (2) terpenuhinya konsumsi pangan asal ternak, (3) tercukupinya
bahan baku industri dan ekspor, (4) tersedianya kesempatan kerja dan kesempatan
berusaha, (5) meningkatnya kelembagaan peternak, dan (6) tercapainya keseimbangan
antara pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam (SDA) peternakan.
Berbagai cara telah dilakukan dalam pengembangan produksi ternak sapi
potong, namun masih belum optimal, disebabkan keterbatasan sumber daya
manusia (SDM) peternak, peternak lebih banyak mengandalkan kemampuannya
secara tradisional dalam proses pengelolaan usahanya.
Tingkat kompetensi peternak perlu mendapat perhatian dalam implementasi
pengembangan usaha, karena dengan kompetensi yang tinggi dapat mempengaruhi usaha
peternakan tersebut. Rendahnya kompetensi peternak menyebabkan ketidakberdayaan
peternak dalam pengelolaan usaha peternakannya.
Tujuan penelitian: (1) mengkaji dan menjelaskan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kompetensi dan keberdayaan peternak dalam
pengembangan usaha peternakan sapi potong, (2) mengungkap kompetensi
peternak sapi potong dalam pengembangan usaha peternakan dan menjelaskan
pengembangan usaha peternakan dengan kondisi sumberdaya alam setempat guna
peningkatan produksi ternak sapi potong, dan (3) menghasilkan desain strategis
pemberdayaan peternak yang relevan guna pengembangan usaha peternakan sapi
potong di Kabupaten Seram Bagian Barat.
Hasil penelitian adalah: (1) terdapat pengaruh yang nyata antara modal
manusia, modal fisikal dan modal alami terhadap kompetensi peternak dalam
pengembangan usaha peternakan sapi potong: (2) tidak terdapat pengaruh yang
nyata antara kompetensi peternak terhadap keberdayaan peternak; (3) terdapat
pengaruh yang nyata modal manusia, modal sosial, modal fisikal dan
pemberdayaan melalui program pemerintah terhadap keberdayaan peternak dalam
pengembangan usaha peternakan sapi potong.
Bidang kompetensi peternak yang diteliti, tingkat kompetensi teknis dan
kewirausahaan yang dikuasai peternak, dijelaskan sebagai berikut: (1) pemilihan
bibit dan penggunaan lahan kategori tinggi, (2) pemanfaatan pakan berkategori
tinggi, dan (3) sistem pemasaran hasil berkategori sedang, sedangkan kompetensi
wirausaha seperti kemampuan: (1) menetapkan dan mempertahankan tujuan,
(2) memotivasi diri, (3) mengambil resiko, (4) bertanggung jawab dalam usaha,
(5) pengendalian diri dan berkomitmen, (6) mengambil keputusan dengan
menggunakan wewenang yang dimiliki, dan (7) menabung, semuanya pada
kategori tinggi. Keberdayaan peternak lebih dipengaruhi oleh aspek sikap mental
peternak, dibandingkan dengan aspek pengetahuan dan keterampilan peternak.
Kompetensi peternak (kompetensi teknis) berdasarkan sistem pemeliharaan
intensif, semi intensif berkategori tinggi, sistem pemeliharaan ekstensif
berkategori sedang. Keberdayaan peternak dipengaruhi oleh aspek sikap mental
peternak, dibandingkan aspek pengetahuan dan keterampilan peternak. Kondisi
sumberdaya alam (SDA) sangatlah mendukung untuk pengembangan ternak sapi
potong. Potensi SDA sudah dimanfaatkan dalam menunjang pengelolaan
pengembangan usaha peternakan. Pemanfaatan SDA sebagai sumber pakan
berupa hijauan makanan ternak (HMT) berkategori tinggi, kemampuan mengelola
untuk usaha tergolong sedang.
Desain strategik pemberdayaan peternak di Kabupaten Seram Barat adalah
dengan meningkatkan kompetensi teknis melalui modal manusia dan modal
alami, ditunjang oleh modal fisikal, sedangkan kompetensi wirausaha melalui
berbagai komponen yang berkaitan erat dengan kompetensi wirausaha terus
ditingkatkan. Keberdayaan peternak ditingkatkan melalui modal manusia, modal
sosial, modal fisikal dan pemeberdayaan melalui program pemerintah serta
perbaikan pengetahuan dan keterampilan peternak melalui peningkatan kualitas
sumberdaya manusia (SDM) didukung dengan potensi sikap mental yang tinggi
dari peternak berupa peningkatan pelatihan motivasi berprestasi peternak.
Dilakukan dengan adanya pemberian kompensasi atau penghargaan bagi peternak
berupa penyediaan bantuan sarana produksi (SAPRONAK).
@Hak cipta milik IPB, tahun 2008
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
(1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber:
(a) Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
(b) Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
(2) Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
KOMPETENSI DAN KEBERDAYAAN PETERNAK DALAM
PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG
(KASUS KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT PROVINSI MALUKU)
GEORGE SEMUEL JOHNY TOMATALA
DISERTASI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Penguji Luar Komisi
:
Penguji Ujian Tertutup
: Dr. Ir. Amirudin Saleh, MS.
(Staf Pengajar Fakultas Ekologi Manusia IPB)
Penguji Ujian Terbuka
: 1. Dr. Ir. Kartiarso, MSc.
(Staf Pengajar Fakultas Peternakan IPB)
2. Prof (Ris) Dr. Ir. Kusuma Diwyanto, MS.
(Staf PUSLITBANG PETERNAKAN
DEPTAN)
Judul Disertasi
: Kompetensi dan Keberdayaan Peternak dalam Pengembangan
Usaha Peternakan Sapi Potong (Sapi Bali)
(Kasus Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku)
Nama Mahasiswa : George Semuel Johny Tomatala
NRP
: P.061050061
Program Studi
: Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Disetujui:
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Basita Ginting Sugihen. MA.
K e t u a
Prof (Ris). Dr. Djoko Susanto, SKM.
Anggota
Prof. Dr. Pang S. Asngari
Anggota
Diketahui:
Ketua Program Studi/Mayor
Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc.
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.
Tanggal Ujian: 9 Desember 2008 Tanggal Lulus:
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ………………………………………………………………….
iii
RINGKASAN ………………………………………………………………..
iv
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………
viii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………
ix
PENDAHULUAN………………………………………….…………………
1
Latar Belakang …………………………………………………………..
Masalah Penelitian ………………………………………………………
Tujuan Penelitian ......................................................................................
Kegunaan Penelitian ………………………………….………………….
TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………
1
2
3
3
3
Faktor-faktor Internal dan Eksternal .........................................................
Kompetensi Peternak ................................................................................
Peranan Penyuluhan dalam Pembangunan ...............................................
Perilaku Peternak dalam Pengelolaan Usaha Peternakan .........................
Pengertian Pemberdayaan .........................................................................
Keberdayaan Peternak ...............................................................................
Pengembangan Peternakan di Suatu Daerah .............................................
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS..................................................
Kerangka Berpikir......................................................................................
Hipotesis Penelitian ...................................................................................
3
4
6
7
8
10
11
13
13
15
METODE PENELITIAN..................................................................................
15
Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................
Populasi dan Sampel..................................................................................
Teknik Pengumpulan Data.........................................................................
Analisis Data..............................................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................
15
15
15
16
16
Potensi Pengembangan Ternak Sapi Potong di Kabupaten
Seram Bagian Barat ..................................................................................
Pakan Ternak Sapi Potong........................................................................
Profil Sampel Peternak Sapi Potong ........................................................
Karakteristik Peternak Sapi Potong ...................................................
Keadaan Ternak Sapi Potong Sampel ................................................
Luas Lahan dan Status Kepemilikan .................................................
Modal Manusia .........................................................................................
Modal Sosial .............................................................................................
Modal Fisikal ...........................................................................................
Modal Finansial ........................................................................................
Modal Alami ............................................................................................
Pemberdayaan Peternak Melalui Program Pemerintah ............................
16
16
23
23
24
24
25
27
28
29
30
31
Kompetensi Peternak ...............................................................................
Keberdayaan Peternak .............................................................................
Pengaruh Peubah Modal Manusia, Modal Sosial, Modal Fisikal,
Modal Finansial, Modal Alami, Pemberdayaan Program
Pemerintah Terhadap Kompetensi Peternak dan Keberdayaan
Peternak serta Pengaruh Kopetensi Peternak Terhadap
Keberdayaan Peternak .............................................................................
Pengaruh Peubah Modal Manusia Terhadap Kompetensi Peternak ...
Pengaruh Peubah Modal Fisikal Terhadap Kompetensi Peternak ......
Pengaruh Peubah Modal Alami Terhadap Kompetensi Peternak ......
Pengaruh Peubah Modal Manusia Terhadap Keberdayaan Peternak .
Pengaruh Peubah Modal Sosial Terhadap Keberdayaan Peternak .....
Pengaruh Peubah Modal Fisikal Terhadap Keberdayaan Peternak ....
Pengaruh Peubah Pemberdayaan Melalui Program Pemerintah
Terhadap Keberdayaan Peternak ........................................................
Model Peningkatan Kopetensi Peternak dalam Pengembangan
Usaha Peternakan Sapi Potong Berdasarkan Peubah Pengaruh ..............
Peningkatan Kompetensi Peternak Melalui Modal Manusia .............
Peningkatan Kompetensi Peternak Melalui Modal Fiskal .................
Peningkatan Kompetensi Peternak Melalui Modal Alami .................
Model Peningkatan Keberdayaan Peternak dalam Pengembangan
Usaha Peternakan Sapi Potong Berdasarkan Peubah Pengaruh ..............
Peningkatan Keberdayaan Peternak Melalui Modal Manusia ...........
Peningkatan Keberdayaan Peternak Melalui Modal Sosial ...............
Peningkatan Keberdayaan Peternak Melalui Modal Fisikal ..............
Peningkatan Keberdayaan Peternak Melalui Pemberdayaan
Program Pemerintah ...........................................................................
Strategi Peningkatan Kompetensi dan Keberdayaan Peternak
dalam Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong ..........................
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................
33
36
38
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
46
46
50
Kesimpulan ..............................................................................................
50
Saran ........................................................................................................
50
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
51
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Ketersedian dan Kebutuhan Hijauan Rumput Lapangan dan
Limbah Pertanian Tanaman Pangan Berdasarkan
Bahan Kering (BK) Protein Kasar (PK)
Total Digestible Nutrients (TDN) Pada Ternak Sapi Potong ..............
2. Distribusi Karakteristik Sampel per Kecamatan
di Kabupaten Seram Bagian Barat .......................................................
3. Distribusi Persentase Jumlah Ternak Sapi Sampel
di Kabupaten SeramBagian Barat ........................................................
4. Distribusi Luas Lahan dan Status Kepemilikan Lahan Sampel
per Kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Barat ..............................
5. Distribusi Peubah Modal Manusia .......................................................
6. Nilai Rataan Skor Peubah Modal Sosial ..............................................
7. Nilai Rataan Skor Peubah Modal Fisikal .............................................
8. Nilai Rataan Skor Peubah Modal Finansial .........................................
9. Nilai Rataan Skor Peubah Modal Alami ..............................................
10. Nilai Rataan Skor Peubah Pemberdayaan Melalui
Program Pemerintah .............................................................................
11. Nilai Rataan Skor Peubah Kompetensi Peternak .................................
12. Nilai Rataan Skor Peubah Keberdayaan Peternak ...............................
21
23
24
25
26
27
28
29
31
31
33
36
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Berpikir dan Hipotesis.....................................................
2. Saluran Pemasaran Ternak Sapi Potong
di Kabupaten Seram Bagian Barat ..................................................
3. Nilai Pengaruh (t-value) Model Struktural
Peubah Laten Endogen Terhadap Peubah Laten Eksogen ..............
4. Model K3M Peningkatan Kopetensi Peternak dalam
Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong
di Kabupaten Seram Bagian Barat ...................................................
5. Model K3MP Peningkatan Keberdayaan Peternak
dalam Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong
14
18
37
41
44
di Kabupaten Seram Bagian Barat ...................................................
6. Model Alur Strategik Pemberdayaan Peternak dalam
Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong
di Kabupaten Seram Bagian Barat ...................................................
49
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta Pulau Seram dan Ambon dan Peta Kabupaten
Seram Bagian Barat ………............................................................
2. Hasil Analisis SEM Kovarians Matariks dan Hasil Analisis
Diagram Hasil SEM .........................................................................
3. Foto Sistem Pemeliharaan dan Kegiatan Peternak Sapi Potong
di Kabupaten Seram Bagian Barat .................................................
4. Foto Proses Pengangkutan Ternak Sapi Yang di Pasarkan
di Kota Ambon Provinsi Maluku .....................................................
5. Foto Sarana Pra Sarana Pendukung
di Kabupaten Seram Bagain Barat ..................................................
206
207
214
217
218
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih
dan karuniaNya sehingga tersusunnya disertasi yang berjudul ”Kompetensi dan
Keberdayaan Peternak dalam Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong
(Kasus Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku)” sesuai dengan waktu
yang direncanakan. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan
terima kasih yang mendalam dan terhormat kepada: Dr. Ir. Basita Ginting
Sugihen. MA. selaku Ketua Komisi Pembimbing, Prof. (Ris) Dr. Djoko Susanto,
SKM. dan Prof. Dr. Pang S. Asngari selaku anggota Komisi Pembimbing atas
kesabaran dan ketekunannya dalam membimbing dan mengarahkan penulis sejak
penyusunan rencana penelitian sampai dengan penyusunan disertasi ini. Terima
kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir Khairil Anwar Notodiputro, MS,
sebagai Dekan Sekolah Pascasarjana serta stafnya yang telah menerima penulis
untuk melakukan studi di IPB ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS. selaku Ketua Departemen Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat FEMA dan Dr.Ir. Siti Amanah, MSc. selaku Ketua
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan beserta stafnya dalam memberikan
pelayanan administrasi, serta terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh staf
dosen pada Program Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan yang telah
memberikan berbagai konstribusi dalam bentuk pelayanan kuliah selama penulis
melakukan proses belajar. Terima kasih penulis sampai kepada Dr. Ir. Amirudin
Saleh, MS. sebagai penguji luar komisi yang telah memberikan kritik dan saran
guna perbaikan disertasi ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir.
Kartiarso, MSc. dan Prof (Ris) Dr. Ir. Kusuma Diwiyanto, MS. sebagai penguji
luar komisi dalam Ujian Sidang Terbuka disertasi ini. Terima kasih penulis
sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS. yang turut memotivasi penulis
dengan memberikan rekomendasi sebagai salah satu syarat administrasi dalam
seleksi masuk Program SPs (S3) IPB.
Penghargaan dan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan kepada
orang tua Bapak Drs. L. Tomatala dan Ibu Dra. J. Tomatala/N, khusus kepada istri
tercinta Dra. D. Tomatala/M dan anak tercinta Jeanny Loura Tomatala yang turut
memberikan dorongan dan semangat serta senantiasa mendoakan penulis selama
menginjak kaki di bumi IPB baik S2 maupun S3 untuk proses belajar sampai saat
ini. Ucapan terima kasih yang sama juga penulis sampaikan kepada semua
saudara-saudara dari Keluarga Tomatala dan Keluarga Matulessy serta Keluarga
Bapak Stef. Siahaya yang turut mendoakan bahkan menunjang penulis dalam
penyelesaian studi ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Keluarga M.
Tuhenay, SP., B. Pesulima, P.M. Puttileihalat, SP. MSi., Dr. Ir. J. Salamena, MSi.,
A.R. Far Far, SP., Ir. J. Masrikat, MSi., A. Tuhenay yang turut membantu penulis
dalam proses penelitian. Terima kasih yang sama penulis sampaikan kepada yang
terhormat Bapak Pdt. O.G. Tiven dan Bapak Pdt. J. Talarima, S.Th. serta Ibu
Joice Kamerling yang turut mendoakan dan memberikan dorongan kepada penulis
dalam studi ini.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dikti DEPDIKNAS RI yang
telah memfasilitasi melalui dana beasiswa BPPS, juga terima kasih kepada
PEMDA Maluku yang telah menunjang penulis untuk proses penelitian, terima
kasih kepada PEMDA Kabupaten Seram Bagian Barat dan Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Seram Bagian Barat yang turut menunjang penulis dalam
proses penelitian. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada Rektor Unpatti
dan Dekan Faperta Unpatti serta Jurusan Peternakan Faperta Unpatti yang telah
mengizinkan dan memberikan kesempatan serta mendukung penulis dalam
melakukan studi di IPB. Terima kasih pula kepada semua pihak yang tak penulis
sebutkan satu persatu yang turut membantu penulis dalam penyelesaian penulisan
disertasi ini.
Akhirnya penulis perlu tuturkan ”berbuat baik untuk baik dan yang
terbaiklah yang dibuat” dengan rasa keterbatasan, penulis paparkan disertasi ini,
kiranya karya ini dapat membawa manfaat kepada semua pihak yang
membutuhkannya.
Bogor, Desember 2008
George S.J. Tomatala
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ambon pada tanggal 5 Maret 1964 sebagai anak
pertama dari enam bersaudara keluarga Bapak Lodewyk Tomatala dan Ibu Jacoba
Noija. Penulis memasuki pendidikan Sarjana (S1) tahun 1982 pada Fakultas
Peternakan dan Perikanan Universitas Pattimura Ambon, yang kemudian
di afiliasi menjadi Fakultas Pertanian Jurusan Peternakan Universitas Pattimura
Ambon, dan tamat pada tahun 1988. Selama mengkuti pendidikan S1, penulis
pernah menjadi Sekretaris Senat Mahasiswa Faperta Unpatti.
Pada tahun 2002 penulis mendapatkan izin belajar untuk menempuh
program Magister (S2) di Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan
Pedesaan IPB dengan beasiswa Dikti, dan tamat tahun 2004. Selanjutnya penulis
juga diberikan kesempatan (izin belajar) untuk melanjutkan pendidikan program
Doktor (S3) di IPB dengan beasiswa Dikti pada tahun 2005.
Penulis bekerja sebagai Dosen tetap di Fakultas Pertanian Universitas
Pattimura Ambon. Selain sebagai Dosen tetap penulis juga aktif sebagai Dosen
Luar Biasa di Akademi Keperawatan, Akademi Gizi, Akademi Kesehatan
Lingkungan dan Akademi Kebidanan (sekarang Politeknik Kesehatan – Ambon)
sejak tahun 1995 sampai tahun 2002. Selain itu juga penulis melakukan berbagai
aktivitas pada:
-
Ketua Yayasan/LSM Neo Vita Maluku pada tahun 2000 sampai sekarang.
-
Dewan Pendiri Yayasan Ebenhaezer – Ambon, pada tahun 2001 sampai
sekarang.
-
Ketua Dewan Pendiri/Pembina Yayasan Gramed Maluku tahun 2008.
Tulisan ilmiah yang pernah di publikasikan sejak lima tahun terkhir antara
lain: Analisis Hubungan Penggunaan Media Komunikasi terhadap Perilaku Usaha
Peternakan Sapi Potong pada Jurnal Pertanian Kepulauan, tahun 2003.
Pemanfaatan Media Komunikasi dan Perilaku Usaha Peternak Sapi Potong, pada
jurnal Pertanian Kepulauan, tahun 2004. Artikel yang diteliti berjudul Sistem
Pemeliharaan Intensif,
Semi Intensif
dan Kompetensi Peternak dalam
Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong: Kasus Kabupaten Seram Bagian
Barat Provinsi Maluku, Modal Sosial dan Keberdayaan Peternak (Kasus
Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku) yang merupakan bagian dari
disertasi ini.
Selama penulis menuntut pendidikan sejak S1 sampai sekarang berbagai
aktivitas pada organisasi Kemasyarakatan, organisasi Kemasyarakatan Pemuda
dan organisasi Politik pernah dijalaninya, organisasi tersebut antara lain:
-
Aktif pada organisasi Kemasyarakatan Pemuda, sebagai Ketua Angkatan
Muda GPM Ranting tahun 1983-1992, Ketua Angkatan Muda GPM
Cabang Ebenhaezer pada tahun 1992-1996, Ketua I Angkatan Muda GPM
Daerah Kota Ambon pada tahun 1994–2002, Sekretaris I Pengurus Besar
Angkatan Muda GPM sejak tahun 2000–2002.
-
Pernah aktif sebagai Pengurus GEMA Kosgoro, sejak tahun 1982–1988.
-
Pengurus Partai Golkar DPD II Kodya Ambon, sejak tahun 1998–2000.
-
Wakil Ketua Partai Buruh Nasional DPD II Kodya Ambon, sejak tahun
1997–1999.
Di samping itu berbagai pelatihan dan seminar nasional juga diikuti
selama mengikuti pendidikan S2 dan S3, yakni:
-
Seminar Pemanfaatan Teknologi dalam upaya Memantapkan Pertanian
Perkotaan, penyelenggara BPTP Jakarta, tahun 2002.
-
Seminar Fotografi Publikasi, Program Studi Komunikasi Pembangunan
Fakultas Peternakan IPB, tahun 2002.
-
Seminar and Research Grant Presentation”The Role of Bioscience in
Supporting the Sustainable Agriculture Development” Project IPB–JBOC
Loan IP-433–Bogor, tahun 2002.
-
Sosialisasi BCH Indonesia, penyelenggara Pusat Bioteknologi LIPI,
Cibinong, tahun 2004.
-
Seminar dalam Memperingati Hari Pangan Sedunia, penyelenggara Forum
Pertanian Organis Bogor Raya, tahun 2004.
-
Diskusi Publik Pertanian: Arah Pembangunan Pertanian Prospek
Perbaikan Ekonomi Indonesia, UKM Aspect IPB, tahun 2004.
-
Seminar Implikasi Kebijakan Gerbang Mina Bahari di Era Otonomi
daerah Bagi Perlindungan Wilayah Pesisir dan Laut, penyelenggara
Wacana Pesisir IPB, tahun 2004.
-
Seminar Nasional Penyuluhan Pembangunan: Mengembangkan Sumber
Daya Manusia Indonesia, penyelenggara PPN IPB, tahun 2005.
-
Success Entrepreneur Seminar, BEM Faperta IPB, tahun 2005.
-
Pekerti oleh Unpatti – Ambon, tahun 2006.
-
Sarasehan
Nasional
Pemberdayaan
Manusia
Pembangunan
yang
Bermartabat, penyelenggara PPN IPB, tahun 2008.
-
Seminar Kesehatan; Manfaat Produk-Produk Perlebahan bagi Kesehatan
Manusia dan Kajian Farmatologi, penyelenggara High Desert MalukuAmbon, tahun 2008.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mengacu dari Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan untuk
kurun waktu 2007–2009 dengan dasar INPRES No. 7 tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan sesuai dengan Peraturan Menteri
Pertanian No.394/Kpts/RC.120/11/2005 tentang Rencana Strategis Departemen
Pertanian 2005–2009, pembangunan subsektor peternakan diarahkan pada upaya
revitalisasi peternakan sebagai bagian dari revitalisasi pertanian nasional.
Subsektor peternakan memberikan konstribusi yang cukup nyata pada kinerja
pembangunan pertanian, baik sumbangan langsung berupa PDB, penyerapan
tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, perolehan devisa melalui
ekspor dan penekanan inflasi, maupun sumbangan tidak langsung seperti
penciptaan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan
sinergis dengan subsektor dan sektor lainnya.
Peran subsektor peternakan dalam pembangunan dapat diwujudkan
melalui tujuan pembangunan peternakan, yakni: (1) meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan peternak, (2) memenuhi konsumsi pangan asal ternak, (3)
bahan baku industri dan ekspor, (4) menyediakan kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha, (5) meningkatnya kelembagaan peternak, dan (6) mencapai
keseimbangan antara pemanfaatan dan pelestarian SDA peternakan.
Pembangunan produksi peternakan menjadi penting sebagai bagian dari
upaya-upaya untuk menciptakan suatu pembangunan yang baik dan perlu
mendapat perhatian yang serius dari berbagai unsur yang ada. Peran pemerintah,
swasta dan masyarakat secara bersama harus menjadi pemegang kendali. Peran
pemerintah lebih banyak kepada peran-peran stimulasi, dinamisasi, regulasi dan
fasilitasi bagi masyarakat dan pelaku usaha peternakan. Sedangkan partisipasi
masyarakat perlu terus didorong dan diberi tempat sejak perencanaan,
pelaksanaan hingga pengawasan untuk keberlanjutan pembangunan.
Guntoro (2006) mengungkapkan bahwa seluruh kebutuhan daging secara
nasional sebanyak 26,60 persen dipenuhi dari daging sapi. Pada tahun 2005
populasi sapi potong di Indonesia sebesar 10,7 juta ekor, produksi daging sebesar
335 ribu ton dan konsumsi daging sapi sebesar 1,71 kg/kapita/tahun.
Kebutuhan daging sapi di Indonesia terus meningkat guna mencukupi
kebutuhan
protein
hewani
dan
memenuhi
kebutuhan
gizi
masyarakat.
Oleh karena itu pengembangan usaha ternak sapi potong di daerah yang potensial
perlu ditingkatkan.
Provinsi Maluku merupakan Provinsi Kepulauan dengan luas 712.470,69
km2 yang terdiri dari 812 pulau yang bervariasi mulai dari yang pulau-pulau kecil
sampai pulau-pulau besar. Sebagai Provinsi Kepulauan, Maluku memiliki daratan
seluas 54.185 km2. Kabupaten Seram Bagian Barat adalah salah satu Kabupaten
baru berdasarkan pemekaran wilayah pada tahun 2004, sesuai UU No 40 Tahun
2003. Luas Wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat kurang lebih 53.148 km2 dan
terdapat 10 pulau, terbagi atas 4 Kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Barat,
dengan jumlah Desa sebanyak 89 buah, jumlah Dusun sebanyak 129 buah, jumlah
sungai sebanyak 29 buah, sehingga menyimpan potensi yang sangat berlimpah
untuk di dayagunakan (BPS, 2006).
Populasi ternak sapi potong di Maluku tahun 2003 sebanyak 62.727 ekor dan
tahun 2004 sebanyak 76.864 ekor. Sedangkan pemotongan sapi di Maluku di tahun
tahun 2004 sebanyak 9.114 ekor, tahun 2005 sebanyak 9.714 ekor. Produksi daging
sapi tahun 2003 sebanyak 1.450.600 kg, tahun 2004 sebanyak 1.458.500 kg, tahun
2005 sebanyak 1.526.392 kg, tahun 2006 sebanyak 1.543.270 kg diikuti dengan
konsumsi daging sapi tahun 2003 sebanyak 1,82 kg/kapita/tahun, tahun 2004
sebanyak 1,90 kg/kapita/tahun, tahun 2005 sebanyak 2,55 kg/kapita/tahun, tahun
2006 sebanyak 2,59 kg/kapita/tahun. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan
konsumsi daging sapi yang perlu diimbangi dengan peningkatan produksi. Sejalan
dengan itu prioritas program Dinas Pertanian Provinsi Maluku tahun 2008–2009
akan bertumpuh pada; (1) pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat, dan
(2) daya saing berkelanjutan yang salah satu targetnya adalah swasembada daging
tahun 2012.
Jumlah ternak sapi potong di Kabupaten Seram Bagian Barat tahun 2004
sebanyak 9.490 ekor, tahun 2005 sebanyak 9.014 ekor, sedangkan tahun 2006
sebanyak 9.579 ekor. Hal ini berarti terjadi ketidak stabilan perkembangan populasi
di tahun 2004 dan 2005, di tahun 2005 terjadi perkembangan yang signifikan.
Produksi daging sapi di Kabupaten Seram Bagian Barat tahun 2004 sebanyak
229.294 kg, tahun 2005 sebanyak 219.802 kg dan tahun 2006 sebanyak 224.458 kg.
Konsumsi daging tahun 2005 sebanyak 1,47 kg/kapita/tahun, tahun 2006 sebanyak
1,43 kg/kapita/tahun. Konsumsi daging asal ternak sapi potong terus meningkat,
namun tingkat produksi dibandingkan dengan konsumsi belum berimbang. Untuk
meningkatkan hal ini perlu diimbangi dengan meningkatkan produksi agar
menjawab kebutuhan konsumen di daerah maupun di luar daerah.
Sejarahnya perkembangan pemeliharaan ternak sapi di Kabupaten Seram
Bagian Barat sudah dilakukan sejak tahun 1960-an dan berkembang di tahun
1970-an dengan pemasukan bantuan bibit ternak dari Nusa Tenggara melalui
program bantuan Pemerintah, bahkan di tahun 1988–1990 ternak sapi potong ini
dipasok dari Maluku ke Provinsi Papua, salah satu sumber pemasokan adalah
wilayah Maluku Tengah yang juga termasuk wilayah Seram Bagian Barat.
Pengembangan usaha peternakan sapi potong di daerah ini perlu didukung
oleh berbagai faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal adalah
ketersediaan lahan, bibit, pakan serta manajemen dalam pengelolaan usahanya
dan modal. Sedangkan faktor eksternal adalah sarana dan prasarana produksi
usaha. Menurut Rahardi dan Hartono (2003), faktor internal dapat dipengaruhi
oleh lokasi usaha, modal, peternak, dan ternak. Faktor eksternal meliputi pasar,
teknologi, kondisi ekonomi nasional dan kebijakan pemerintah.
Potensi sumberdaya alam terkait dengan ketersediaan lahan dan potensi
hijauan sangatlah mendukung pengembangan usaha peternakan sapi potong
di daerah ini mengingat sumberdaya lahan dan padang penggembalaan
diperkirakan seluas 214.500 ha. Areal seluas ini dapat menampung 2.866.000 unit
ternak, selain itu potensi daerah transmigrasi juga dapat digunakan secara intensif
yang lahannya seluas 118.450 ha untuk daerah Maluku, yang di dalamnya
terdapat Kabupaten Seram Bagian Barat
(Dinas Pertanian, 2005). Program
pengembangan usaha di bidang peternakan khususnya untuk sapi potong dengan
menggunakan
teknologi
seperti
IB
(Inseminasi
Buatan),
penggemukan,
penggunaan pakan unggulan, dan sebagainya menjadi target untuk peningkatan
produksi, namun masih terkandas di tengah jalan, karena keterbatasan
sumberdaya manusia khususnya peternak. Peternak lebih mengandalkan
kemampuannya secara tradisonal dalam proses pengelolaan usahanya.
Sebagian besar usaha peternakan sapi potong yang dikelola peternak
di Kabupaten Seram Bagian Barat merupakan tipe cabang usaha. Sistem
pemeliharaan yang dilakukan umumnya tidak menggunakan kandang dan
peternak saat menggembalakan ternaknya dilepaskan begitu saja untuk merumput.
Setelah selesai penggembalaan, ternak itu diikat pada pohon-pohon dan dibiarkan
begitu saja. Bahkan dilepaskan begitu saja, pada sore hari ternak digiring
ke rumah dan dilepaskan pada halaman rumah, ada yang membiarkan ternaknya
berada di lahan perkebunan, ada yang membuat areal khusus yang tidak berjauhan
dari lokasi perumahan peternak, ada yang membiarkannya tertampung pada
lapangan rumput yang luas dan dibiarkan begitu saja di lokasi tersebut. Bahkan
ada ternak yang tidak dikontrol oleh peternak sehingga ternaknya merumput
di lokasi perkebunan orang yang dapat mengakibatkan ternak sapi memakan
tanaman perkebunan orang; ini perilaku yang tidak bertanggung jawab terhadap
usahanya, tetapi ada juga peternak yang melakukan pemberian makan bagi ternak
dengan memotong rumput setiap hari dan memberikan secara langsung bagi
ternaknya.
Peternak yang menggunakan kandang, biasanya memotong rumput pada
pagi dan sore hari kemudian diberikan secara langsung bagi ternaknya. Upaya
penanggulangan terhadap berbagai perilaku yang muncul dalam pengelolaan
usaha peternakan telah banyak dilakukan oleh dinas peternakan, yakni dengan
mencetuskan program-program pemberdayaan masyarakat, tetapi pola dan
strategi dalam pelaksanaan program masih belum berhasil, untuk itu perlu adanya
pengkajian lanjutan terhadap berbagai program yang telah dilakukan, perubahan
sistem pengelolaannya, terutama adalah bagaimana sistem kelembagaan yang ada
dapat mengubah cara pandang peternak (mind set), diharapkan adanya kesediaan
atau keterbukaan peternak untuk menerima sesuatu yang baru, menentukan
efektifnya dia belajar serta adanya sikap mental yang secara terbuka menerima
pengetahuan-pengetahuan baru dan menyesuaikan diri dengan perkembangan.
Bila di bandingkan dengan uraian data yang telah dipaparkan pada bagian
awal (data populasi, produksi daging dan konsumsi), maka masalahnya adalah
permintaan dan penyaluran ternak sapi potong belum berimbang dalam
pemenuhan kebutuhan daging, hal ini harus menjadi perhatian yang serius dalam
pengelolaan dan penanganannya oleh berbagai unsur terkait khusus peternak
sebagai pengelola usahanya. Indikasi ini memperlihatkan bahwa harus ada
penanganan baik dari segi teknis peternakan guna peningkatan produksi usahanya,
maupun membuka wawasan peternak untuk mampu berusaha secara strategik dan
profesional dengan jalan meningkatkan mutu peternak dalam berusaha, sehingga
kelak peternak mampu mengkombinasikan pengalaman yang dimiliki dengan
penyerapan inovasi terhadap teknologi yang ada sebagai upaya perubahan
perilaku peternak melalui proses pendidikan (pendidikan non formal) dan
pembelajaran.
Kajian secara teknis untuk perubahan perilaku peternak berorientasi pada
peningkatan kompetensi, kenyataannya kompetensi yang dimiliki peternak sapi
potong masih sangat rendah, buktinya masih terdapat pemahaman yang sempit
atau dangkal pada peternak dalam pengelolaan usahanya, misalnya; bibit yang
unggul peternak tahu, tetapi cara untuk mempertahankan dan memperbanyak bibit
unggul masih sangat terbatas, pakan yang unggul berupa hijauan makanan ternak
(rumput dan leguminosa) tersedia melimpah namun belum dimanfaatkan secara
baik, konsentrat (ampas tahu, bungkil kelapa, dedak padi) ternyata tersedia
melimpah, sistem pemeliharaan sangat bervariasi dan belum memenuhi syaratsyarat pemeliharaan yang baik bila disesuaikan dengan kondisi daerah yang ada,
sistem penggemukan umumnya belum dilakukan peternak dan teknis lainnya yang
harus menjadi prasyarat dalam pengelolaan usaha peternakan sapi potong belum
dilakukan dengan baik. Hal Ini berarti tingkat kompetensi teknis perlu mendapat
perhatian dalam implementasi pengembangan usaha.
Peternak belum mampu membaca peluang pasar, umumnya peternak
belum berani mengambil resiko dalam proses pengambilan keputusan,
kemampuan mandiri atau ketergantungan masih terus berlangsung, belum
berfungsi sebagai pendorong, dengan kata lain peternak belum mempunyai
kemampuan yang tinggi melihat dan menilai peluang bisnis, dan mengumpulkan
kemampuan sumberdaya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan darinya
dan bertindak tepat untuk memastikan sukses, orientasi individu (peternak) hanya
untuk target keuntungan serta memenuhi kebutuhan jangka pendek saja. Ini
berarti perlu adanya peningkatan kompetensi peternak dalam berwirausaha.
Hasil penelitian
Tim Peneliti UNPATTI kerjasama dengan BAPEDA
tahun 2006, di Kabupaten Seram Bagian Barat memperlihatkan bahwa sistem
pemeliharaan yang bervariasi (umumnya sistem eksternal tradisional–secara
lepas) dengan pola pemeliharaan ikat dan menggunakan kandang namun
konstruksinya sangat sederhana, daya dukung fisik dijumpai ketersediaan air,
hijauan dan leguminosa serta limbah pertanian sangat mendukung, karena tersedia
melimpah, peternak memiliki pengetahuan tentang penyakit, namun sebagian
besar peternak tidak pernah melakukan tindakan pencegahan penyakit tetapi
melakukan pengobatan terhadap ternak yang sakit, penjualan ternak dilakukan
langsung ke pedagang (pedagang membeli di lokasi peternak).
Peranan penyuluh sebagai agen pembaruan belum berjalan sebagaimana
yang diharapkan, penyebabnya adalah; (1) daerah kerja penyuluh sangat luas dan
tersebar, tanpa ditunjang oleh ketersediaan sarana yang memadai, (2) rasio
penyuluh dengan petani-peternak tidak seimbang, dan (3) kurangnya perhatian
dari instansi terkait dalam pemantauan petugasnya, kelompok tani-peternak
kurang efektif.
Kendala dalam pengembangan usaha peternakan sapi potong, di antaranya
adalah, (1) konsumsi masyarakat terhadap daging cukup tinggi, namun tidak
diimbangi produksi yang mencukupi, (2) perilaku peternak yang sangat erat
kaitannya dengan tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap mental, (3) SDM
peternak yang rendah (peternak tidak kreatif dan inovatif), (4) tingkat pendapatan
yang masih rendah, (5) pengelolaan SDA yang sangat terbatas dalam
pengembangan usaha khusus untuk pengadaan pakan ternak (6) pemanfaatan
lahan yang belum dilakukan sesuai dengan tujuan usaha, (7) peternak belum
mampu memilih dan membaca peluang, (8) peternak belum berani mengambil
resiko dengan pengambilan keputusan yang tepat (9) akses informasi yang masih
terbatas dan belum dimanfaatkan semaksimal mungkin, (10) tenaga penyuluh
yang belum berjalan secara efektif sesuai harapan, (11) sarana dan prasarana
produksi usaha belum memadai, dan (12) pengaruh nilai, sosial dan budaya.
Dari seluruh kendala yang telah diungkapkan dapat dikelompokkan
menjadi tiga komponen utama yang menjadi penyebab, yakni; (1) kompetensi
peternak rendah (kompetensi teknis dan kompetensi wirausaha), (2) keberdayaan
peternak rendah, dan (3) berbagai faktor internal maupun eksternal sebagai
pendukung utama dan penunjang dalam pengembangan usaha perlu mendapat
dukungan dari berbagai unsur terkait. Bila tingkat kompetensi peternak rendah
lebih memperburuk usaha peternakan sapi potong di masa mendatang, dari segi
teknis peternak tidak memiliki hasil produksi yang dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat dan kualitas ternak sapi potong rendah, misalnya bobot badan sapi
kecil serta peternak tidak akan mampu mengembangkan usahanya yang
mengakibatkan pendapatan peternak rendah. Selanjutnya peternak tidak mampu
bersaing dalam dunia usaha-bisnis di masa-masa yang akan datang.
Pola pembaharuan dalam pengelolaan usaha peternakan sapi potong dengan
cara meningkatkan kompetensi peternak berupa perbaikan sistem pemeliharaan
yang lebih kreatif dan inovatif, serta memadukan pengalaman peternak dengan
penggunaan teknologi tepat guna, misalnya; sistem pemeliharaan yang berpola
integratif, sistem penggemukan dengan perpaduan teknologi yang tepat.
Peternak harus mampu
melihat dan menilai peluang yang ada,
mengembangkan sumberdaya serta mampu mengambil resiko buruk, bekerja dan
berusaha keras, mampu mengambil keputusan yang tepat dan menguntungkan,
salah satu pilihan adalah polanya harus berorientasi pasar (market oriented)
bahkan mungkin ke orientasi masyarakat (societal oriented) agar menjadi
wirausaha yang kompeten.
Sesorang wirausaha yang handal dan sukses caranya adalah meningkatkan
kemampuan intelektualnya melalui pengetahuan dan skill
atau keterampilan
karena dengan memiliki pengetahuan yang luas, maka wawasan dan cara berpikir
akan berubah, belajar berupaya memperoleh berbagai informasi, belajar
memecahkan masalah, belajar mengambil keputusan sendiri dengan sikap mental
positif agar dapat memperkaya wawasan peternak guna meningkatkan
keterampilannya disertai dengan sikap motivasi untuk selalu berprestasi, kreatif,
inovatif membentuk kepribadian wirausaha.
Kemampuan dan wewenang harus menjadi kekuatan dalam pengembangan
usaha artinya wirausaha yang kompeten adalah wirausaha yang memiliki
kemampuan dan wewenang sendiri dalam pengelolaan usahanya (kemandirian).
Kompetensi dan komitmen, peternak harus memiliki pengetahuan yang tinggi
disertai dengan komitmen yang kuat agar mempunyai ketegaran, tahan uji dalam
pengelolaan usahanya (berhasil guna dan berdaya guna).
Upaya untuk mengubah perilaku manusia merupakan fokus kajian utama
dalam mempelajari faktor-faktor perilaku yang mempengaruhi seseorang setelah
melihat kejadian-kejadian yang menimpa diri orang itu serta tidak mengalami
perubahan, selanjutnya bagaimana pola pembentukan perilaku baru agar dapat
mengakibatkan kualitas kehidupan orang bersangkutan menjadi lebih baik. Isac
dan Michel (Asngari, 2001) mengemukakan ada tiga kawasan yang membentuk
perilaku seseorang, yaitu kawasan kognitif (pengetahuan) kawasan afektif (sikap)
dan kawasan psikomotorik (keterampilan). Hal ini dapat diwujudkan melalui
adanya pemberdayaan masyarakat yang strategik terkait dengan pengembangan
usaha peternakan sapi potong dengan dititik beratkan pada kompetensi peternak
(peningkatan kapasitas, pembinaan berupa penyuluhan dan pelatihan) agar
peternak mampu membangun dirinya sendiri (memperbaiki kehidupannya
sendiri).
Peternak harus mampu atau berdaya, tahu atau mengerti, paham,
termotivasi, berkesempatan, melihat peluang, dapat memanfaatkan peluang,
bersinergi, mampu bekerja sama, tahu berbagai alternatif, mampu mengambil
keputusan, berani menghadapi resiko, mampu mencari dan menangkap informasi,
mampu bertindak sesuai situasi.
Peternak
harus
diarahkan
untuk
pengembangan
dan
peningkatan
sumberdaya manusia guna meningkatkan kualitas hidupnya. Peternak harus diajak
untuk melakukan berbagai perencanaan yang matang, tahu tentang berbagai
program yang berdaya guna dan menguntungkan terhadap usahanya dari
penyuluh, tahu tentang teknologi, peternak harus melihat peluang yang ada
sebagai kesempatan berlatih agar peternak dapat keluar dari ketidak-berdayaan.
Menurut Slamet (2003), dengan penyuluhan pembangunan, masyarakat
sasaran mendapatkan alternatif dan mampu serta memiliki kebebasan untuk
memilih alternatif yang terbaik bagi dirinya. Selanjutnya program-program
penyuluhan sebagai program pendidikan luar sekolah bertujuan untuk
memberdayakan sasaran, meningkatkan kesejahteraan sasaran secara mandiri.
Menurutnya pendapat tersebut pemberdayaan itu akan menghasilkan masyarakat
yang dinamis dan progresif secara berkelanjutan, sebab disadari oleh adanya
motivasi intrinsik dan ekstrinsik sekaligus.
Kompetensi peternak dan keberdayaan peternak harus berorientasi bisnis
guna meningkatkan produksi ternak sapi potong, dicari dan diteliti lebih
mendalam berdasarkan faktor-faktor yang ada.
Dari seluruh uraian di atas, diteliti modal manusia, modal sosial, modal
fisikal, modal finansial, modal alami, program pemberdayaan yang terkait pada
kompetensi peternak (kompetensi teknik dan kompetensi wirausaha) dalam
mengelola usaha peternakannya. Atas dasar itulah, kami mencoba untuk
merancang penelitian guna mengungkap berbagai faktor terkait yang berhubungan
dengan kompetensi dan keberdayaan peternak dalam pengembangan usaha
peternakan sapi potong sehingga diharapkan adanya perubahan perilaku menuju
masa depan peternak yang lebih baik dan berkualitas.
Masalah Penelitian
Pertanyaan (research questions) penelitian ini adalah:
(1) Faktor-faktor determinan manakah yang mempengaruhi kompetensi dan
keberdayaan peternak dalam pengembangan usaha peternakan?
(2) Bagaimana kompetensi peternak sapi potong dalam pengembangan usaha
peternakan, dan apakah pengelolaan sumberdaya alam sudah dimanfaatkan
dalam menunjang pengembangan usaha peternakan?
(3) Desain strategis apakah yang tepat bagi peningkatan keberdayaan peternak
dalam pengembangan usaha peternakannya di Kabupaten Seram Bagian
Barat ?
Tujuan Penelitian
(1) Mengkaji dan menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kompetensi dan keberdayaan peternak dalam pengembangan usaha
peternakan sapi potong.
(2) Mengungkap kompetensi peternak sapi potong dalam pengembangan usaha
peternakan dan menjelaskan pengembangan usaha peternakan dengan
kondisi sumberdaya alam setempat guna peningkatan produksi ternak sapi
potong.
(3) Menghasilkan desain strategis pemberdayaan peternak yang relevan guna
pengembangan usaha peternakan sapi potong di Kabupaten Seram Bagian
Barat.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna sebagai suatu proses belajar (learning process) bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan praktis, antara lain:
(1) Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu penyuluhan
pembangunan dalam rangka mengukur keberdayaan peternak berdasarkan
perubahan perilaku.
(2) Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan metode penelitian ilmu
penyuluhan pembangunan dalam mengintegrasikan pendekatan deskriptif
kuantitatif.
(3) Sebagai masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Seram Bagian Barat
guna menyusun langkah-langkah strategi dalam meningkatkan pembangunan
peternakan dengan program-program yang dapat meningkatkan keberdayaan
masyarakat khususnya para peternak.
(4) Sebagai bahan pertimbangan guna meningkatkan wawasan masyarakat
khususnya para peternak, pelaku dunia usaha, penyuluh pembangunan atau
agen pembangunan lainnya sehubungan dengan pengelolaan pengembangan
usaha peternakan.
Definisi Istilah
Definisi istilah dimaksudkan sebagai batasan konsep dari lingkup
variabel/peubah yang diteliti.
(1) Modal manusia (human capital) adalah suatu aset berupa keterampilan dan
kemampuan yang dimiliki seseorang atau berhubungan intelektualitas dan
kondisi seseorang, seperti tingkat pendidikan dan pengalaman serta
kemampuannya untuk melakukan berbagai interaksi antar sesama.
(2) Modal sosial (social capital) adalah sejumlah kemampuan yang dimiliki dan
dibutuhkan oleh masyarakat melalui; kerjasama, kepercayaan antar sesama,
kepedulian bagi sesama, keterlibatan dalam kelompok dan kepatuhan
terhadap nilai, norma sosial budaya.
(3) Modal fisikal (physical capital) adalah suatu infrastruktur pokok yang dapat
menunjang dan memperlancar usaha-usaha yang dilakukan oleh masyarakat
guna memenuhi kebutuhannya, seperti sarana dan prasarana usaha, sarana
pendidikan, sarana kelembagaan, sarana kesehatan, sarana ekonomi, sarana
transportasi maupun sarana komunikasi.
(4) Modal finansial (financial capital) adalah suatu pemenuhan material melalui
kemampuan akses masyarakat dalam menunjang usaha-usaha sesuai
kebutuhan, seperti pendapatan, sumber pendapatan dan akses dengen
kelembagaan keuangan.
(5) Modal alami (natural capital) adalah suatu upay
PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG
(KASUS KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT PROVINSI MALUKU)
GEORGE SEMUEL JOHNY TOMATALA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Kompetensi dan
Keberdayaan Peternak dalam Pengembangan Usaha Peternakan Sapi
Potong (Kasus Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku) adalah
karya saya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun pada Perguruan Tinggi manapun. Bahan rujukan atau sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan ataupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Desember 2008
George S.J.Tomatala
P.061050061
ABSTRACTS
GEORGE S. J. TOMATALA, 2008. The Competence and Powerness of the
Cattle farmers to improving beef business (Case on West Seram, Mollucas).
Under supervision by BASITA GINTING SUGIHEN as a chief; DJOKO
SUSANTO and PANG S. ASNGARI as members.
The research objectives are: (1) To find out and describe the factors
related to the competencies and capabilities of farmers due to manage and
improving beef business, (2) To find out the level of cattle farmer competencies
and develop the product, and (3) To formulate or to design a strategy how to
improve cattle farmer powerness in West Seram. Structural Equation Model
(SEM) was used to analyze quantitative data. From the five variable used to
measure the cattle farmer competencies, it can be showed that only three of the
variables significantly effect the farmer’s competencies. Those variable were
human capital, physical capital and natural capital. The competencies level of the
farmers on semi intensive and intensive care system were higher than extensive
care system. The farmer entrepreneur competencies were higher than technical
competencies. There’re significant effects of the human capital, social capital,
physical capital and local government support to the powerness or capabilities of
the farmers.
Two aspects of the cattle farmer competencies, witch was surveyed, where
the level of cattle farmer technical competencies which they has mastered and,
such as: (1) The used of breed in open area has a high level category, (2) The use
of feed has a high level competencies, and (3) Marketing system has resulted
middle category. The entrepreneur competencies have been also achieved by the
farmers includes: (1) The ability to maintain purpose, (2) Self motivation,
(3) Taking risk, (4) Responsibility to the business, (5) Self management and
making commitment, (6) Making decision by using authority, and (7) Saving. The
condition of natural resources extremely supporte the farmers in increasing farm
business, especially cattle production. The management of natural resources as a
source to feed the cattle such as green grass or HMT has a high level category, the
affordable to manage for the business has a low level category.
The strategy design to empower the farmers in West Seram are: Improving
the technical competencies through human capital and natural capital, also
supported by physical capital. From the research results, it can be promoted that
cattle farmer empowerment in West Seram can be focused on technical
competencies as well as enhancing human and physical capitals. To do so,
government policy should focus on development program supported by farmer’s
behavior transformation trough achievement of motivation program training
based on the farmer’s needs.
Keywords: Competency, Powerness/Capability, Business development, Beef cattle
Farmer
RINGKASAN
GEORGE S.J. TOMATALA, 2008. Kompetensi dan Keberdayaan Peternak
dalam Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong (Kasus Kabupaten Seram
Bagian Barat Provinsi Maluku). Komisi Pembimbing: BASITA GINTING
SUGIHEN (Ketua), DJOKO SUSANTO dan PANG S. ASNGARI (Anggota).
Tujuan pembangunan peternakan, yakni: (1) meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan peternak, (2) terpenuhinya konsumsi pangan asal ternak, (3) tercukupinya
bahan baku industri dan ekspor, (4) tersedianya kesempatan kerja dan kesempatan
berusaha, (5) meningkatnya kelembagaan peternak, dan (6) tercapainya keseimbangan
antara pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam (SDA) peternakan.
Berbagai cara telah dilakukan dalam pengembangan produksi ternak sapi
potong, namun masih belum optimal, disebabkan keterbatasan sumber daya
manusia (SDM) peternak, peternak lebih banyak mengandalkan kemampuannya
secara tradisional dalam proses pengelolaan usahanya.
Tingkat kompetensi peternak perlu mendapat perhatian dalam implementasi
pengembangan usaha, karena dengan kompetensi yang tinggi dapat mempengaruhi usaha
peternakan tersebut. Rendahnya kompetensi peternak menyebabkan ketidakberdayaan
peternak dalam pengelolaan usaha peternakannya.
Tujuan penelitian: (1) mengkaji dan menjelaskan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kompetensi dan keberdayaan peternak dalam
pengembangan usaha peternakan sapi potong, (2) mengungkap kompetensi
peternak sapi potong dalam pengembangan usaha peternakan dan menjelaskan
pengembangan usaha peternakan dengan kondisi sumberdaya alam setempat guna
peningkatan produksi ternak sapi potong, dan (3) menghasilkan desain strategis
pemberdayaan peternak yang relevan guna pengembangan usaha peternakan sapi
potong di Kabupaten Seram Bagian Barat.
Hasil penelitian adalah: (1) terdapat pengaruh yang nyata antara modal
manusia, modal fisikal dan modal alami terhadap kompetensi peternak dalam
pengembangan usaha peternakan sapi potong: (2) tidak terdapat pengaruh yang
nyata antara kompetensi peternak terhadap keberdayaan peternak; (3) terdapat
pengaruh yang nyata modal manusia, modal sosial, modal fisikal dan
pemberdayaan melalui program pemerintah terhadap keberdayaan peternak dalam
pengembangan usaha peternakan sapi potong.
Bidang kompetensi peternak yang diteliti, tingkat kompetensi teknis dan
kewirausahaan yang dikuasai peternak, dijelaskan sebagai berikut: (1) pemilihan
bibit dan penggunaan lahan kategori tinggi, (2) pemanfaatan pakan berkategori
tinggi, dan (3) sistem pemasaran hasil berkategori sedang, sedangkan kompetensi
wirausaha seperti kemampuan: (1) menetapkan dan mempertahankan tujuan,
(2) memotivasi diri, (3) mengambil resiko, (4) bertanggung jawab dalam usaha,
(5) pengendalian diri dan berkomitmen, (6) mengambil keputusan dengan
menggunakan wewenang yang dimiliki, dan (7) menabung, semuanya pada
kategori tinggi. Keberdayaan peternak lebih dipengaruhi oleh aspek sikap mental
peternak, dibandingkan dengan aspek pengetahuan dan keterampilan peternak.
Kompetensi peternak (kompetensi teknis) berdasarkan sistem pemeliharaan
intensif, semi intensif berkategori tinggi, sistem pemeliharaan ekstensif
berkategori sedang. Keberdayaan peternak dipengaruhi oleh aspek sikap mental
peternak, dibandingkan aspek pengetahuan dan keterampilan peternak. Kondisi
sumberdaya alam (SDA) sangatlah mendukung untuk pengembangan ternak sapi
potong. Potensi SDA sudah dimanfaatkan dalam menunjang pengelolaan
pengembangan usaha peternakan. Pemanfaatan SDA sebagai sumber pakan
berupa hijauan makanan ternak (HMT) berkategori tinggi, kemampuan mengelola
untuk usaha tergolong sedang.
Desain strategik pemberdayaan peternak di Kabupaten Seram Barat adalah
dengan meningkatkan kompetensi teknis melalui modal manusia dan modal
alami, ditunjang oleh modal fisikal, sedangkan kompetensi wirausaha melalui
berbagai komponen yang berkaitan erat dengan kompetensi wirausaha terus
ditingkatkan. Keberdayaan peternak ditingkatkan melalui modal manusia, modal
sosial, modal fisikal dan pemeberdayaan melalui program pemerintah serta
perbaikan pengetahuan dan keterampilan peternak melalui peningkatan kualitas
sumberdaya manusia (SDM) didukung dengan potensi sikap mental yang tinggi
dari peternak berupa peningkatan pelatihan motivasi berprestasi peternak.
Dilakukan dengan adanya pemberian kompensasi atau penghargaan bagi peternak
berupa penyediaan bantuan sarana produksi (SAPRONAK).
@Hak cipta milik IPB, tahun 2008
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
(1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber:
(a) Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
(b) Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
(2) Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
KOMPETENSI DAN KEBERDAYAAN PETERNAK DALAM
PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG
(KASUS KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT PROVINSI MALUKU)
GEORGE SEMUEL JOHNY TOMATALA
DISERTASI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Penguji Luar Komisi
:
Penguji Ujian Tertutup
: Dr. Ir. Amirudin Saleh, MS.
(Staf Pengajar Fakultas Ekologi Manusia IPB)
Penguji Ujian Terbuka
: 1. Dr. Ir. Kartiarso, MSc.
(Staf Pengajar Fakultas Peternakan IPB)
2. Prof (Ris) Dr. Ir. Kusuma Diwyanto, MS.
(Staf PUSLITBANG PETERNAKAN
DEPTAN)
Judul Disertasi
: Kompetensi dan Keberdayaan Peternak dalam Pengembangan
Usaha Peternakan Sapi Potong (Sapi Bali)
(Kasus Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku)
Nama Mahasiswa : George Semuel Johny Tomatala
NRP
: P.061050061
Program Studi
: Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Disetujui:
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Basita Ginting Sugihen. MA.
K e t u a
Prof (Ris). Dr. Djoko Susanto, SKM.
Anggota
Prof. Dr. Pang S. Asngari
Anggota
Diketahui:
Ketua Program Studi/Mayor
Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc.
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.
Tanggal Ujian: 9 Desember 2008 Tanggal Lulus:
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ………………………………………………………………….
iii
RINGKASAN ………………………………………………………………..
iv
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………
viii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………
ix
PENDAHULUAN………………………………………….…………………
1
Latar Belakang …………………………………………………………..
Masalah Penelitian ………………………………………………………
Tujuan Penelitian ......................................................................................
Kegunaan Penelitian ………………………………….………………….
TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………
1
2
3
3
3
Faktor-faktor Internal dan Eksternal .........................................................
Kompetensi Peternak ................................................................................
Peranan Penyuluhan dalam Pembangunan ...............................................
Perilaku Peternak dalam Pengelolaan Usaha Peternakan .........................
Pengertian Pemberdayaan .........................................................................
Keberdayaan Peternak ...............................................................................
Pengembangan Peternakan di Suatu Daerah .............................................
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS..................................................
Kerangka Berpikir......................................................................................
Hipotesis Penelitian ...................................................................................
3
4
6
7
8
10
11
13
13
15
METODE PENELITIAN..................................................................................
15
Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................
Populasi dan Sampel..................................................................................
Teknik Pengumpulan Data.........................................................................
Analisis Data..............................................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................
15
15
15
16
16
Potensi Pengembangan Ternak Sapi Potong di Kabupaten
Seram Bagian Barat ..................................................................................
Pakan Ternak Sapi Potong........................................................................
Profil Sampel Peternak Sapi Potong ........................................................
Karakteristik Peternak Sapi Potong ...................................................
Keadaan Ternak Sapi Potong Sampel ................................................
Luas Lahan dan Status Kepemilikan .................................................
Modal Manusia .........................................................................................
Modal Sosial .............................................................................................
Modal Fisikal ...........................................................................................
Modal Finansial ........................................................................................
Modal Alami ............................................................................................
Pemberdayaan Peternak Melalui Program Pemerintah ............................
16
16
23
23
24
24
25
27
28
29
30
31
Kompetensi Peternak ...............................................................................
Keberdayaan Peternak .............................................................................
Pengaruh Peubah Modal Manusia, Modal Sosial, Modal Fisikal,
Modal Finansial, Modal Alami, Pemberdayaan Program
Pemerintah Terhadap Kompetensi Peternak dan Keberdayaan
Peternak serta Pengaruh Kopetensi Peternak Terhadap
Keberdayaan Peternak .............................................................................
Pengaruh Peubah Modal Manusia Terhadap Kompetensi Peternak ...
Pengaruh Peubah Modal Fisikal Terhadap Kompetensi Peternak ......
Pengaruh Peubah Modal Alami Terhadap Kompetensi Peternak ......
Pengaruh Peubah Modal Manusia Terhadap Keberdayaan Peternak .
Pengaruh Peubah Modal Sosial Terhadap Keberdayaan Peternak .....
Pengaruh Peubah Modal Fisikal Terhadap Keberdayaan Peternak ....
Pengaruh Peubah Pemberdayaan Melalui Program Pemerintah
Terhadap Keberdayaan Peternak ........................................................
Model Peningkatan Kopetensi Peternak dalam Pengembangan
Usaha Peternakan Sapi Potong Berdasarkan Peubah Pengaruh ..............
Peningkatan Kompetensi Peternak Melalui Modal Manusia .............
Peningkatan Kompetensi Peternak Melalui Modal Fiskal .................
Peningkatan Kompetensi Peternak Melalui Modal Alami .................
Model Peningkatan Keberdayaan Peternak dalam Pengembangan
Usaha Peternakan Sapi Potong Berdasarkan Peubah Pengaruh ..............
Peningkatan Keberdayaan Peternak Melalui Modal Manusia ...........
Peningkatan Keberdayaan Peternak Melalui Modal Sosial ...............
Peningkatan Keberdayaan Peternak Melalui Modal Fisikal ..............
Peningkatan Keberdayaan Peternak Melalui Pemberdayaan
Program Pemerintah ...........................................................................
Strategi Peningkatan Kompetensi dan Keberdayaan Peternak
dalam Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong ..........................
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................
33
36
38
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
46
46
50
Kesimpulan ..............................................................................................
50
Saran ........................................................................................................
50
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
51
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Ketersedian dan Kebutuhan Hijauan Rumput Lapangan dan
Limbah Pertanian Tanaman Pangan Berdasarkan
Bahan Kering (BK) Protein Kasar (PK)
Total Digestible Nutrients (TDN) Pada Ternak Sapi Potong ..............
2. Distribusi Karakteristik Sampel per Kecamatan
di Kabupaten Seram Bagian Barat .......................................................
3. Distribusi Persentase Jumlah Ternak Sapi Sampel
di Kabupaten SeramBagian Barat ........................................................
4. Distribusi Luas Lahan dan Status Kepemilikan Lahan Sampel
per Kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Barat ..............................
5. Distribusi Peubah Modal Manusia .......................................................
6. Nilai Rataan Skor Peubah Modal Sosial ..............................................
7. Nilai Rataan Skor Peubah Modal Fisikal .............................................
8. Nilai Rataan Skor Peubah Modal Finansial .........................................
9. Nilai Rataan Skor Peubah Modal Alami ..............................................
10. Nilai Rataan Skor Peubah Pemberdayaan Melalui
Program Pemerintah .............................................................................
11. Nilai Rataan Skor Peubah Kompetensi Peternak .................................
12. Nilai Rataan Skor Peubah Keberdayaan Peternak ...............................
21
23
24
25
26
27
28
29
31
31
33
36
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Berpikir dan Hipotesis.....................................................
2. Saluran Pemasaran Ternak Sapi Potong
di Kabupaten Seram Bagian Barat ..................................................
3. Nilai Pengaruh (t-value) Model Struktural
Peubah Laten Endogen Terhadap Peubah Laten Eksogen ..............
4. Model K3M Peningkatan Kopetensi Peternak dalam
Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong
di Kabupaten Seram Bagian Barat ...................................................
5. Model K3MP Peningkatan Keberdayaan Peternak
dalam Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong
14
18
37
41
44
di Kabupaten Seram Bagian Barat ...................................................
6. Model Alur Strategik Pemberdayaan Peternak dalam
Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong
di Kabupaten Seram Bagian Barat ...................................................
49
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta Pulau Seram dan Ambon dan Peta Kabupaten
Seram Bagian Barat ………............................................................
2. Hasil Analisis SEM Kovarians Matariks dan Hasil Analisis
Diagram Hasil SEM .........................................................................
3. Foto Sistem Pemeliharaan dan Kegiatan Peternak Sapi Potong
di Kabupaten Seram Bagian Barat .................................................
4. Foto Proses Pengangkutan Ternak Sapi Yang di Pasarkan
di Kota Ambon Provinsi Maluku .....................................................
5. Foto Sarana Pra Sarana Pendukung
di Kabupaten Seram Bagain Barat ..................................................
206
207
214
217
218
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih
dan karuniaNya sehingga tersusunnya disertasi yang berjudul ”Kompetensi dan
Keberdayaan Peternak dalam Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong
(Kasus Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku)” sesuai dengan waktu
yang direncanakan. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan
terima kasih yang mendalam dan terhormat kepada: Dr. Ir. Basita Ginting
Sugihen. MA. selaku Ketua Komisi Pembimbing, Prof. (Ris) Dr. Djoko Susanto,
SKM. dan Prof. Dr. Pang S. Asngari selaku anggota Komisi Pembimbing atas
kesabaran dan ketekunannya dalam membimbing dan mengarahkan penulis sejak
penyusunan rencana penelitian sampai dengan penyusunan disertasi ini. Terima
kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir Khairil Anwar Notodiputro, MS,
sebagai Dekan Sekolah Pascasarjana serta stafnya yang telah menerima penulis
untuk melakukan studi di IPB ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS. selaku Ketua Departemen Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat FEMA dan Dr.Ir. Siti Amanah, MSc. selaku Ketua
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan beserta stafnya dalam memberikan
pelayanan administrasi, serta terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh staf
dosen pada Program Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan yang telah
memberikan berbagai konstribusi dalam bentuk pelayanan kuliah selama penulis
melakukan proses belajar. Terima kasih penulis sampai kepada Dr. Ir. Amirudin
Saleh, MS. sebagai penguji luar komisi yang telah memberikan kritik dan saran
guna perbaikan disertasi ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir.
Kartiarso, MSc. dan Prof (Ris) Dr. Ir. Kusuma Diwiyanto, MS. sebagai penguji
luar komisi dalam Ujian Sidang Terbuka disertasi ini. Terima kasih penulis
sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS. yang turut memotivasi penulis
dengan memberikan rekomendasi sebagai salah satu syarat administrasi dalam
seleksi masuk Program SPs (S3) IPB.
Penghargaan dan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan kepada
orang tua Bapak Drs. L. Tomatala dan Ibu Dra. J. Tomatala/N, khusus kepada istri
tercinta Dra. D. Tomatala/M dan anak tercinta Jeanny Loura Tomatala yang turut
memberikan dorongan dan semangat serta senantiasa mendoakan penulis selama
menginjak kaki di bumi IPB baik S2 maupun S3 untuk proses belajar sampai saat
ini. Ucapan terima kasih yang sama juga penulis sampaikan kepada semua
saudara-saudara dari Keluarga Tomatala dan Keluarga Matulessy serta Keluarga
Bapak Stef. Siahaya yang turut mendoakan bahkan menunjang penulis dalam
penyelesaian studi ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Keluarga M.
Tuhenay, SP., B. Pesulima, P.M. Puttileihalat, SP. MSi., Dr. Ir. J. Salamena, MSi.,
A.R. Far Far, SP., Ir. J. Masrikat, MSi., A. Tuhenay yang turut membantu penulis
dalam proses penelitian. Terima kasih yang sama penulis sampaikan kepada yang
terhormat Bapak Pdt. O.G. Tiven dan Bapak Pdt. J. Talarima, S.Th. serta Ibu
Joice Kamerling yang turut mendoakan dan memberikan dorongan kepada penulis
dalam studi ini.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dikti DEPDIKNAS RI yang
telah memfasilitasi melalui dana beasiswa BPPS, juga terima kasih kepada
PEMDA Maluku yang telah menunjang penulis untuk proses penelitian, terima
kasih kepada PEMDA Kabupaten Seram Bagian Barat dan Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Seram Bagian Barat yang turut menunjang penulis dalam
proses penelitian. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada Rektor Unpatti
dan Dekan Faperta Unpatti serta Jurusan Peternakan Faperta Unpatti yang telah
mengizinkan dan memberikan kesempatan serta mendukung penulis dalam
melakukan studi di IPB. Terima kasih pula kepada semua pihak yang tak penulis
sebutkan satu persatu yang turut membantu penulis dalam penyelesaian penulisan
disertasi ini.
Akhirnya penulis perlu tuturkan ”berbuat baik untuk baik dan yang
terbaiklah yang dibuat” dengan rasa keterbatasan, penulis paparkan disertasi ini,
kiranya karya ini dapat membawa manfaat kepada semua pihak yang
membutuhkannya.
Bogor, Desember 2008
George S.J. Tomatala
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ambon pada tanggal 5 Maret 1964 sebagai anak
pertama dari enam bersaudara keluarga Bapak Lodewyk Tomatala dan Ibu Jacoba
Noija. Penulis memasuki pendidikan Sarjana (S1) tahun 1982 pada Fakultas
Peternakan dan Perikanan Universitas Pattimura Ambon, yang kemudian
di afiliasi menjadi Fakultas Pertanian Jurusan Peternakan Universitas Pattimura
Ambon, dan tamat pada tahun 1988. Selama mengkuti pendidikan S1, penulis
pernah menjadi Sekretaris Senat Mahasiswa Faperta Unpatti.
Pada tahun 2002 penulis mendapatkan izin belajar untuk menempuh
program Magister (S2) di Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan
Pedesaan IPB dengan beasiswa Dikti, dan tamat tahun 2004. Selanjutnya penulis
juga diberikan kesempatan (izin belajar) untuk melanjutkan pendidikan program
Doktor (S3) di IPB dengan beasiswa Dikti pada tahun 2005.
Penulis bekerja sebagai Dosen tetap di Fakultas Pertanian Universitas
Pattimura Ambon. Selain sebagai Dosen tetap penulis juga aktif sebagai Dosen
Luar Biasa di Akademi Keperawatan, Akademi Gizi, Akademi Kesehatan
Lingkungan dan Akademi Kebidanan (sekarang Politeknik Kesehatan – Ambon)
sejak tahun 1995 sampai tahun 2002. Selain itu juga penulis melakukan berbagai
aktivitas pada:
-
Ketua Yayasan/LSM Neo Vita Maluku pada tahun 2000 sampai sekarang.
-
Dewan Pendiri Yayasan Ebenhaezer – Ambon, pada tahun 2001 sampai
sekarang.
-
Ketua Dewan Pendiri/Pembina Yayasan Gramed Maluku tahun 2008.
Tulisan ilmiah yang pernah di publikasikan sejak lima tahun terkhir antara
lain: Analisis Hubungan Penggunaan Media Komunikasi terhadap Perilaku Usaha
Peternakan Sapi Potong pada Jurnal Pertanian Kepulauan, tahun 2003.
Pemanfaatan Media Komunikasi dan Perilaku Usaha Peternak Sapi Potong, pada
jurnal Pertanian Kepulauan, tahun 2004. Artikel yang diteliti berjudul Sistem
Pemeliharaan Intensif,
Semi Intensif
dan Kompetensi Peternak dalam
Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong: Kasus Kabupaten Seram Bagian
Barat Provinsi Maluku, Modal Sosial dan Keberdayaan Peternak (Kasus
Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku) yang merupakan bagian dari
disertasi ini.
Selama penulis menuntut pendidikan sejak S1 sampai sekarang berbagai
aktivitas pada organisasi Kemasyarakatan, organisasi Kemasyarakatan Pemuda
dan organisasi Politik pernah dijalaninya, organisasi tersebut antara lain:
-
Aktif pada organisasi Kemasyarakatan Pemuda, sebagai Ketua Angkatan
Muda GPM Ranting tahun 1983-1992, Ketua Angkatan Muda GPM
Cabang Ebenhaezer pada tahun 1992-1996, Ketua I Angkatan Muda GPM
Daerah Kota Ambon pada tahun 1994–2002, Sekretaris I Pengurus Besar
Angkatan Muda GPM sejak tahun 2000–2002.
-
Pernah aktif sebagai Pengurus GEMA Kosgoro, sejak tahun 1982–1988.
-
Pengurus Partai Golkar DPD II Kodya Ambon, sejak tahun 1998–2000.
-
Wakil Ketua Partai Buruh Nasional DPD II Kodya Ambon, sejak tahun
1997–1999.
Di samping itu berbagai pelatihan dan seminar nasional juga diikuti
selama mengikuti pendidikan S2 dan S3, yakni:
-
Seminar Pemanfaatan Teknologi dalam upaya Memantapkan Pertanian
Perkotaan, penyelenggara BPTP Jakarta, tahun 2002.
-
Seminar Fotografi Publikasi, Program Studi Komunikasi Pembangunan
Fakultas Peternakan IPB, tahun 2002.
-
Seminar and Research Grant Presentation”The Role of Bioscience in
Supporting the Sustainable Agriculture Development” Project IPB–JBOC
Loan IP-433–Bogor, tahun 2002.
-
Sosialisasi BCH Indonesia, penyelenggara Pusat Bioteknologi LIPI,
Cibinong, tahun 2004.
-
Seminar dalam Memperingati Hari Pangan Sedunia, penyelenggara Forum
Pertanian Organis Bogor Raya, tahun 2004.
-
Diskusi Publik Pertanian: Arah Pembangunan Pertanian Prospek
Perbaikan Ekonomi Indonesia, UKM Aspect IPB, tahun 2004.
-
Seminar Implikasi Kebijakan Gerbang Mina Bahari di Era Otonomi
daerah Bagi Perlindungan Wilayah Pesisir dan Laut, penyelenggara
Wacana Pesisir IPB, tahun 2004.
-
Seminar Nasional Penyuluhan Pembangunan: Mengembangkan Sumber
Daya Manusia Indonesia, penyelenggara PPN IPB, tahun 2005.
-
Success Entrepreneur Seminar, BEM Faperta IPB, tahun 2005.
-
Pekerti oleh Unpatti – Ambon, tahun 2006.
-
Sarasehan
Nasional
Pemberdayaan
Manusia
Pembangunan
yang
Bermartabat, penyelenggara PPN IPB, tahun 2008.
-
Seminar Kesehatan; Manfaat Produk-Produk Perlebahan bagi Kesehatan
Manusia dan Kajian Farmatologi, penyelenggara High Desert MalukuAmbon, tahun 2008.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mengacu dari Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan untuk
kurun waktu 2007–2009 dengan dasar INPRES No. 7 tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan sesuai dengan Peraturan Menteri
Pertanian No.394/Kpts/RC.120/11/2005 tentang Rencana Strategis Departemen
Pertanian 2005–2009, pembangunan subsektor peternakan diarahkan pada upaya
revitalisasi peternakan sebagai bagian dari revitalisasi pertanian nasional.
Subsektor peternakan memberikan konstribusi yang cukup nyata pada kinerja
pembangunan pertanian, baik sumbangan langsung berupa PDB, penyerapan
tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, perolehan devisa melalui
ekspor dan penekanan inflasi, maupun sumbangan tidak langsung seperti
penciptaan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan
sinergis dengan subsektor dan sektor lainnya.
Peran subsektor peternakan dalam pembangunan dapat diwujudkan
melalui tujuan pembangunan peternakan, yakni: (1) meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan peternak, (2) memenuhi konsumsi pangan asal ternak, (3)
bahan baku industri dan ekspor, (4) menyediakan kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha, (5) meningkatnya kelembagaan peternak, dan (6) mencapai
keseimbangan antara pemanfaatan dan pelestarian SDA peternakan.
Pembangunan produksi peternakan menjadi penting sebagai bagian dari
upaya-upaya untuk menciptakan suatu pembangunan yang baik dan perlu
mendapat perhatian yang serius dari berbagai unsur yang ada. Peran pemerintah,
swasta dan masyarakat secara bersama harus menjadi pemegang kendali. Peran
pemerintah lebih banyak kepada peran-peran stimulasi, dinamisasi, regulasi dan
fasilitasi bagi masyarakat dan pelaku usaha peternakan. Sedangkan partisipasi
masyarakat perlu terus didorong dan diberi tempat sejak perencanaan,
pelaksanaan hingga pengawasan untuk keberlanjutan pembangunan.
Guntoro (2006) mengungkapkan bahwa seluruh kebutuhan daging secara
nasional sebanyak 26,60 persen dipenuhi dari daging sapi. Pada tahun 2005
populasi sapi potong di Indonesia sebesar 10,7 juta ekor, produksi daging sebesar
335 ribu ton dan konsumsi daging sapi sebesar 1,71 kg/kapita/tahun.
Kebutuhan daging sapi di Indonesia terus meningkat guna mencukupi
kebutuhan
protein
hewani
dan
memenuhi
kebutuhan
gizi
masyarakat.
Oleh karena itu pengembangan usaha ternak sapi potong di daerah yang potensial
perlu ditingkatkan.
Provinsi Maluku merupakan Provinsi Kepulauan dengan luas 712.470,69
km2 yang terdiri dari 812 pulau yang bervariasi mulai dari yang pulau-pulau kecil
sampai pulau-pulau besar. Sebagai Provinsi Kepulauan, Maluku memiliki daratan
seluas 54.185 km2. Kabupaten Seram Bagian Barat adalah salah satu Kabupaten
baru berdasarkan pemekaran wilayah pada tahun 2004, sesuai UU No 40 Tahun
2003. Luas Wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat kurang lebih 53.148 km2 dan
terdapat 10 pulau, terbagi atas 4 Kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Barat,
dengan jumlah Desa sebanyak 89 buah, jumlah Dusun sebanyak 129 buah, jumlah
sungai sebanyak 29 buah, sehingga menyimpan potensi yang sangat berlimpah
untuk di dayagunakan (BPS, 2006).
Populasi ternak sapi potong di Maluku tahun 2003 sebanyak 62.727 ekor dan
tahun 2004 sebanyak 76.864 ekor. Sedangkan pemotongan sapi di Maluku di tahun
tahun 2004 sebanyak 9.114 ekor, tahun 2005 sebanyak 9.714 ekor. Produksi daging
sapi tahun 2003 sebanyak 1.450.600 kg, tahun 2004 sebanyak 1.458.500 kg, tahun
2005 sebanyak 1.526.392 kg, tahun 2006 sebanyak 1.543.270 kg diikuti dengan
konsumsi daging sapi tahun 2003 sebanyak 1,82 kg/kapita/tahun, tahun 2004
sebanyak 1,90 kg/kapita/tahun, tahun 2005 sebanyak 2,55 kg/kapita/tahun, tahun
2006 sebanyak 2,59 kg/kapita/tahun. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan
konsumsi daging sapi yang perlu diimbangi dengan peningkatan produksi. Sejalan
dengan itu prioritas program Dinas Pertanian Provinsi Maluku tahun 2008–2009
akan bertumpuh pada; (1) pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat, dan
(2) daya saing berkelanjutan yang salah satu targetnya adalah swasembada daging
tahun 2012.
Jumlah ternak sapi potong di Kabupaten Seram Bagian Barat tahun 2004
sebanyak 9.490 ekor, tahun 2005 sebanyak 9.014 ekor, sedangkan tahun 2006
sebanyak 9.579 ekor. Hal ini berarti terjadi ketidak stabilan perkembangan populasi
di tahun 2004 dan 2005, di tahun 2005 terjadi perkembangan yang signifikan.
Produksi daging sapi di Kabupaten Seram Bagian Barat tahun 2004 sebanyak
229.294 kg, tahun 2005 sebanyak 219.802 kg dan tahun 2006 sebanyak 224.458 kg.
Konsumsi daging tahun 2005 sebanyak 1,47 kg/kapita/tahun, tahun 2006 sebanyak
1,43 kg/kapita/tahun. Konsumsi daging asal ternak sapi potong terus meningkat,
namun tingkat produksi dibandingkan dengan konsumsi belum berimbang. Untuk
meningkatkan hal ini perlu diimbangi dengan meningkatkan produksi agar
menjawab kebutuhan konsumen di daerah maupun di luar daerah.
Sejarahnya perkembangan pemeliharaan ternak sapi di Kabupaten Seram
Bagian Barat sudah dilakukan sejak tahun 1960-an dan berkembang di tahun
1970-an dengan pemasukan bantuan bibit ternak dari Nusa Tenggara melalui
program bantuan Pemerintah, bahkan di tahun 1988–1990 ternak sapi potong ini
dipasok dari Maluku ke Provinsi Papua, salah satu sumber pemasokan adalah
wilayah Maluku Tengah yang juga termasuk wilayah Seram Bagian Barat.
Pengembangan usaha peternakan sapi potong di daerah ini perlu didukung
oleh berbagai faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal adalah
ketersediaan lahan, bibit, pakan serta manajemen dalam pengelolaan usahanya
dan modal. Sedangkan faktor eksternal adalah sarana dan prasarana produksi
usaha. Menurut Rahardi dan Hartono (2003), faktor internal dapat dipengaruhi
oleh lokasi usaha, modal, peternak, dan ternak. Faktor eksternal meliputi pasar,
teknologi, kondisi ekonomi nasional dan kebijakan pemerintah.
Potensi sumberdaya alam terkait dengan ketersediaan lahan dan potensi
hijauan sangatlah mendukung pengembangan usaha peternakan sapi potong
di daerah ini mengingat sumberdaya lahan dan padang penggembalaan
diperkirakan seluas 214.500 ha. Areal seluas ini dapat menampung 2.866.000 unit
ternak, selain itu potensi daerah transmigrasi juga dapat digunakan secara intensif
yang lahannya seluas 118.450 ha untuk daerah Maluku, yang di dalamnya
terdapat Kabupaten Seram Bagian Barat
(Dinas Pertanian, 2005). Program
pengembangan usaha di bidang peternakan khususnya untuk sapi potong dengan
menggunakan
teknologi
seperti
IB
(Inseminasi
Buatan),
penggemukan,
penggunaan pakan unggulan, dan sebagainya menjadi target untuk peningkatan
produksi, namun masih terkandas di tengah jalan, karena keterbatasan
sumberdaya manusia khususnya peternak. Peternak lebih mengandalkan
kemampuannya secara tradisonal dalam proses pengelolaan usahanya.
Sebagian besar usaha peternakan sapi potong yang dikelola peternak
di Kabupaten Seram Bagian Barat merupakan tipe cabang usaha. Sistem
pemeliharaan yang dilakukan umumnya tidak menggunakan kandang dan
peternak saat menggembalakan ternaknya dilepaskan begitu saja untuk merumput.
Setelah selesai penggembalaan, ternak itu diikat pada pohon-pohon dan dibiarkan
begitu saja. Bahkan dilepaskan begitu saja, pada sore hari ternak digiring
ke rumah dan dilepaskan pada halaman rumah, ada yang membiarkan ternaknya
berada di lahan perkebunan, ada yang membuat areal khusus yang tidak berjauhan
dari lokasi perumahan peternak, ada yang membiarkannya tertampung pada
lapangan rumput yang luas dan dibiarkan begitu saja di lokasi tersebut. Bahkan
ada ternak yang tidak dikontrol oleh peternak sehingga ternaknya merumput
di lokasi perkebunan orang yang dapat mengakibatkan ternak sapi memakan
tanaman perkebunan orang; ini perilaku yang tidak bertanggung jawab terhadap
usahanya, tetapi ada juga peternak yang melakukan pemberian makan bagi ternak
dengan memotong rumput setiap hari dan memberikan secara langsung bagi
ternaknya.
Peternak yang menggunakan kandang, biasanya memotong rumput pada
pagi dan sore hari kemudian diberikan secara langsung bagi ternaknya. Upaya
penanggulangan terhadap berbagai perilaku yang muncul dalam pengelolaan
usaha peternakan telah banyak dilakukan oleh dinas peternakan, yakni dengan
mencetuskan program-program pemberdayaan masyarakat, tetapi pola dan
strategi dalam pelaksanaan program masih belum berhasil, untuk itu perlu adanya
pengkajian lanjutan terhadap berbagai program yang telah dilakukan, perubahan
sistem pengelolaannya, terutama adalah bagaimana sistem kelembagaan yang ada
dapat mengubah cara pandang peternak (mind set), diharapkan adanya kesediaan
atau keterbukaan peternak untuk menerima sesuatu yang baru, menentukan
efektifnya dia belajar serta adanya sikap mental yang secara terbuka menerima
pengetahuan-pengetahuan baru dan menyesuaikan diri dengan perkembangan.
Bila di bandingkan dengan uraian data yang telah dipaparkan pada bagian
awal (data populasi, produksi daging dan konsumsi), maka masalahnya adalah
permintaan dan penyaluran ternak sapi potong belum berimbang dalam
pemenuhan kebutuhan daging, hal ini harus menjadi perhatian yang serius dalam
pengelolaan dan penanganannya oleh berbagai unsur terkait khusus peternak
sebagai pengelola usahanya. Indikasi ini memperlihatkan bahwa harus ada
penanganan baik dari segi teknis peternakan guna peningkatan produksi usahanya,
maupun membuka wawasan peternak untuk mampu berusaha secara strategik dan
profesional dengan jalan meningkatkan mutu peternak dalam berusaha, sehingga
kelak peternak mampu mengkombinasikan pengalaman yang dimiliki dengan
penyerapan inovasi terhadap teknologi yang ada sebagai upaya perubahan
perilaku peternak melalui proses pendidikan (pendidikan non formal) dan
pembelajaran.
Kajian secara teknis untuk perubahan perilaku peternak berorientasi pada
peningkatan kompetensi, kenyataannya kompetensi yang dimiliki peternak sapi
potong masih sangat rendah, buktinya masih terdapat pemahaman yang sempit
atau dangkal pada peternak dalam pengelolaan usahanya, misalnya; bibit yang
unggul peternak tahu, tetapi cara untuk mempertahankan dan memperbanyak bibit
unggul masih sangat terbatas, pakan yang unggul berupa hijauan makanan ternak
(rumput dan leguminosa) tersedia melimpah namun belum dimanfaatkan secara
baik, konsentrat (ampas tahu, bungkil kelapa, dedak padi) ternyata tersedia
melimpah, sistem pemeliharaan sangat bervariasi dan belum memenuhi syaratsyarat pemeliharaan yang baik bila disesuaikan dengan kondisi daerah yang ada,
sistem penggemukan umumnya belum dilakukan peternak dan teknis lainnya yang
harus menjadi prasyarat dalam pengelolaan usaha peternakan sapi potong belum
dilakukan dengan baik. Hal Ini berarti tingkat kompetensi teknis perlu mendapat
perhatian dalam implementasi pengembangan usaha.
Peternak belum mampu membaca peluang pasar, umumnya peternak
belum berani mengambil resiko dalam proses pengambilan keputusan,
kemampuan mandiri atau ketergantungan masih terus berlangsung, belum
berfungsi sebagai pendorong, dengan kata lain peternak belum mempunyai
kemampuan yang tinggi melihat dan menilai peluang bisnis, dan mengumpulkan
kemampuan sumberdaya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan darinya
dan bertindak tepat untuk memastikan sukses, orientasi individu (peternak) hanya
untuk target keuntungan serta memenuhi kebutuhan jangka pendek saja. Ini
berarti perlu adanya peningkatan kompetensi peternak dalam berwirausaha.
Hasil penelitian
Tim Peneliti UNPATTI kerjasama dengan BAPEDA
tahun 2006, di Kabupaten Seram Bagian Barat memperlihatkan bahwa sistem
pemeliharaan yang bervariasi (umumnya sistem eksternal tradisional–secara
lepas) dengan pola pemeliharaan ikat dan menggunakan kandang namun
konstruksinya sangat sederhana, daya dukung fisik dijumpai ketersediaan air,
hijauan dan leguminosa serta limbah pertanian sangat mendukung, karena tersedia
melimpah, peternak memiliki pengetahuan tentang penyakit, namun sebagian
besar peternak tidak pernah melakukan tindakan pencegahan penyakit tetapi
melakukan pengobatan terhadap ternak yang sakit, penjualan ternak dilakukan
langsung ke pedagang (pedagang membeli di lokasi peternak).
Peranan penyuluh sebagai agen pembaruan belum berjalan sebagaimana
yang diharapkan, penyebabnya adalah; (1) daerah kerja penyuluh sangat luas dan
tersebar, tanpa ditunjang oleh ketersediaan sarana yang memadai, (2) rasio
penyuluh dengan petani-peternak tidak seimbang, dan (3) kurangnya perhatian
dari instansi terkait dalam pemantauan petugasnya, kelompok tani-peternak
kurang efektif.
Kendala dalam pengembangan usaha peternakan sapi potong, di antaranya
adalah, (1) konsumsi masyarakat terhadap daging cukup tinggi, namun tidak
diimbangi produksi yang mencukupi, (2) perilaku peternak yang sangat erat
kaitannya dengan tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap mental, (3) SDM
peternak yang rendah (peternak tidak kreatif dan inovatif), (4) tingkat pendapatan
yang masih rendah, (5) pengelolaan SDA yang sangat terbatas dalam
pengembangan usaha khusus untuk pengadaan pakan ternak (6) pemanfaatan
lahan yang belum dilakukan sesuai dengan tujuan usaha, (7) peternak belum
mampu memilih dan membaca peluang, (8) peternak belum berani mengambil
resiko dengan pengambilan keputusan yang tepat (9) akses informasi yang masih
terbatas dan belum dimanfaatkan semaksimal mungkin, (10) tenaga penyuluh
yang belum berjalan secara efektif sesuai harapan, (11) sarana dan prasarana
produksi usaha belum memadai, dan (12) pengaruh nilai, sosial dan budaya.
Dari seluruh kendala yang telah diungkapkan dapat dikelompokkan
menjadi tiga komponen utama yang menjadi penyebab, yakni; (1) kompetensi
peternak rendah (kompetensi teknis dan kompetensi wirausaha), (2) keberdayaan
peternak rendah, dan (3) berbagai faktor internal maupun eksternal sebagai
pendukung utama dan penunjang dalam pengembangan usaha perlu mendapat
dukungan dari berbagai unsur terkait. Bila tingkat kompetensi peternak rendah
lebih memperburuk usaha peternakan sapi potong di masa mendatang, dari segi
teknis peternak tidak memiliki hasil produksi yang dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat dan kualitas ternak sapi potong rendah, misalnya bobot badan sapi
kecil serta peternak tidak akan mampu mengembangkan usahanya yang
mengakibatkan pendapatan peternak rendah. Selanjutnya peternak tidak mampu
bersaing dalam dunia usaha-bisnis di masa-masa yang akan datang.
Pola pembaharuan dalam pengelolaan usaha peternakan sapi potong dengan
cara meningkatkan kompetensi peternak berupa perbaikan sistem pemeliharaan
yang lebih kreatif dan inovatif, serta memadukan pengalaman peternak dengan
penggunaan teknologi tepat guna, misalnya; sistem pemeliharaan yang berpola
integratif, sistem penggemukan dengan perpaduan teknologi yang tepat.
Peternak harus mampu
melihat dan menilai peluang yang ada,
mengembangkan sumberdaya serta mampu mengambil resiko buruk, bekerja dan
berusaha keras, mampu mengambil keputusan yang tepat dan menguntungkan,
salah satu pilihan adalah polanya harus berorientasi pasar (market oriented)
bahkan mungkin ke orientasi masyarakat (societal oriented) agar menjadi
wirausaha yang kompeten.
Sesorang wirausaha yang handal dan sukses caranya adalah meningkatkan
kemampuan intelektualnya melalui pengetahuan dan skill
atau keterampilan
karena dengan memiliki pengetahuan yang luas, maka wawasan dan cara berpikir
akan berubah, belajar berupaya memperoleh berbagai informasi, belajar
memecahkan masalah, belajar mengambil keputusan sendiri dengan sikap mental
positif agar dapat memperkaya wawasan peternak guna meningkatkan
keterampilannya disertai dengan sikap motivasi untuk selalu berprestasi, kreatif,
inovatif membentuk kepribadian wirausaha.
Kemampuan dan wewenang harus menjadi kekuatan dalam pengembangan
usaha artinya wirausaha yang kompeten adalah wirausaha yang memiliki
kemampuan dan wewenang sendiri dalam pengelolaan usahanya (kemandirian).
Kompetensi dan komitmen, peternak harus memiliki pengetahuan yang tinggi
disertai dengan komitmen yang kuat agar mempunyai ketegaran, tahan uji dalam
pengelolaan usahanya (berhasil guna dan berdaya guna).
Upaya untuk mengubah perilaku manusia merupakan fokus kajian utama
dalam mempelajari faktor-faktor perilaku yang mempengaruhi seseorang setelah
melihat kejadian-kejadian yang menimpa diri orang itu serta tidak mengalami
perubahan, selanjutnya bagaimana pola pembentukan perilaku baru agar dapat
mengakibatkan kualitas kehidupan orang bersangkutan menjadi lebih baik. Isac
dan Michel (Asngari, 2001) mengemukakan ada tiga kawasan yang membentuk
perilaku seseorang, yaitu kawasan kognitif (pengetahuan) kawasan afektif (sikap)
dan kawasan psikomotorik (keterampilan). Hal ini dapat diwujudkan melalui
adanya pemberdayaan masyarakat yang strategik terkait dengan pengembangan
usaha peternakan sapi potong dengan dititik beratkan pada kompetensi peternak
(peningkatan kapasitas, pembinaan berupa penyuluhan dan pelatihan) agar
peternak mampu membangun dirinya sendiri (memperbaiki kehidupannya
sendiri).
Peternak harus mampu atau berdaya, tahu atau mengerti, paham,
termotivasi, berkesempatan, melihat peluang, dapat memanfaatkan peluang,
bersinergi, mampu bekerja sama, tahu berbagai alternatif, mampu mengambil
keputusan, berani menghadapi resiko, mampu mencari dan menangkap informasi,
mampu bertindak sesuai situasi.
Peternak
harus
diarahkan
untuk
pengembangan
dan
peningkatan
sumberdaya manusia guna meningkatkan kualitas hidupnya. Peternak harus diajak
untuk melakukan berbagai perencanaan yang matang, tahu tentang berbagai
program yang berdaya guna dan menguntungkan terhadap usahanya dari
penyuluh, tahu tentang teknologi, peternak harus melihat peluang yang ada
sebagai kesempatan berlatih agar peternak dapat keluar dari ketidak-berdayaan.
Menurut Slamet (2003), dengan penyuluhan pembangunan, masyarakat
sasaran mendapatkan alternatif dan mampu serta memiliki kebebasan untuk
memilih alternatif yang terbaik bagi dirinya. Selanjutnya program-program
penyuluhan sebagai program pendidikan luar sekolah bertujuan untuk
memberdayakan sasaran, meningkatkan kesejahteraan sasaran secara mandiri.
Menurutnya pendapat tersebut pemberdayaan itu akan menghasilkan masyarakat
yang dinamis dan progresif secara berkelanjutan, sebab disadari oleh adanya
motivasi intrinsik dan ekstrinsik sekaligus.
Kompetensi peternak dan keberdayaan peternak harus berorientasi bisnis
guna meningkatkan produksi ternak sapi potong, dicari dan diteliti lebih
mendalam berdasarkan faktor-faktor yang ada.
Dari seluruh uraian di atas, diteliti modal manusia, modal sosial, modal
fisikal, modal finansial, modal alami, program pemberdayaan yang terkait pada
kompetensi peternak (kompetensi teknik dan kompetensi wirausaha) dalam
mengelola usaha peternakannya. Atas dasar itulah, kami mencoba untuk
merancang penelitian guna mengungkap berbagai faktor terkait yang berhubungan
dengan kompetensi dan keberdayaan peternak dalam pengembangan usaha
peternakan sapi potong sehingga diharapkan adanya perubahan perilaku menuju
masa depan peternak yang lebih baik dan berkualitas.
Masalah Penelitian
Pertanyaan (research questions) penelitian ini adalah:
(1) Faktor-faktor determinan manakah yang mempengaruhi kompetensi dan
keberdayaan peternak dalam pengembangan usaha peternakan?
(2) Bagaimana kompetensi peternak sapi potong dalam pengembangan usaha
peternakan, dan apakah pengelolaan sumberdaya alam sudah dimanfaatkan
dalam menunjang pengembangan usaha peternakan?
(3) Desain strategis apakah yang tepat bagi peningkatan keberdayaan peternak
dalam pengembangan usaha peternakannya di Kabupaten Seram Bagian
Barat ?
Tujuan Penelitian
(1) Mengkaji dan menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kompetensi dan keberdayaan peternak dalam pengembangan usaha
peternakan sapi potong.
(2) Mengungkap kompetensi peternak sapi potong dalam pengembangan usaha
peternakan dan menjelaskan pengembangan usaha peternakan dengan
kondisi sumberdaya alam setempat guna peningkatan produksi ternak sapi
potong.
(3) Menghasilkan desain strategis pemberdayaan peternak yang relevan guna
pengembangan usaha peternakan sapi potong di Kabupaten Seram Bagian
Barat.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna sebagai suatu proses belajar (learning process) bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan praktis, antara lain:
(1) Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu penyuluhan
pembangunan dalam rangka mengukur keberdayaan peternak berdasarkan
perubahan perilaku.
(2) Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan metode penelitian ilmu
penyuluhan pembangunan dalam mengintegrasikan pendekatan deskriptif
kuantitatif.
(3) Sebagai masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Seram Bagian Barat
guna menyusun langkah-langkah strategi dalam meningkatkan pembangunan
peternakan dengan program-program yang dapat meningkatkan keberdayaan
masyarakat khususnya para peternak.
(4) Sebagai bahan pertimbangan guna meningkatkan wawasan masyarakat
khususnya para peternak, pelaku dunia usaha, penyuluh pembangunan atau
agen pembangunan lainnya sehubungan dengan pengelolaan pengembangan
usaha peternakan.
Definisi Istilah
Definisi istilah dimaksudkan sebagai batasan konsep dari lingkup
variabel/peubah yang diteliti.
(1) Modal manusia (human capital) adalah suatu aset berupa keterampilan dan
kemampuan yang dimiliki seseorang atau berhubungan intelektualitas dan
kondisi seseorang, seperti tingkat pendidikan dan pengalaman serta
kemampuannya untuk melakukan berbagai interaksi antar sesama.
(2) Modal sosial (social capital) adalah sejumlah kemampuan yang dimiliki dan
dibutuhkan oleh masyarakat melalui; kerjasama, kepercayaan antar sesama,
kepedulian bagi sesama, keterlibatan dalam kelompok dan kepatuhan
terhadap nilai, norma sosial budaya.
(3) Modal fisikal (physical capital) adalah suatu infrastruktur pokok yang dapat
menunjang dan memperlancar usaha-usaha yang dilakukan oleh masyarakat
guna memenuhi kebutuhannya, seperti sarana dan prasarana usaha, sarana
pendidikan, sarana kelembagaan, sarana kesehatan, sarana ekonomi, sarana
transportasi maupun sarana komunikasi.
(4) Modal finansial (financial capital) adalah suatu pemenuhan material melalui
kemampuan akses masyarakat dalam menunjang usaha-usaha sesuai
kebutuhan, seperti pendapatan, sumber pendapatan dan akses dengen
kelembagaan keuangan.
(5) Modal alami (natural capital) adalah suatu upay