Bikin Yayasan Alumni

Bikin Yayasan Alumni?
Reuni angkatan kampus baru saja berlalu. Banyak muka lama yang berubah dan tidak
sedikit yang tetap mempertahankan ciri-cirinya. Ada yang sukses secara materi sementara
ada juga yang kurang beruntung. Namun semuanya setuju untuk terus mempertahankan
solidaritas angkatan ini.
Wacana yang bergulir adalah dibentuknya satu yayasan yang dapat menjadi badan hukum
wadah berkumpul, berusaha dan saling menolong antar sesama anggota. Cari uang dan
menyalurkannya bisa lebih mudah dan formal jika telah dibentuk yayasan. Nanti orderan
proyek dapat dicarikan dari para anggota Yayasan tersebut.
Apakah benar begitu?
Di jaman kegelapan (baca: pemerintahan Order Baru), yayasan memang digunakan
sebagai wadah mencari uang dengan hak khusus yaitu menghindari pajak. Mendirikannya
mudah, pertanggung-jawabannya tidak rumit dan yang paling penting, relatif bebas pajak.
Tapi, jaman reformasi menjungkir-balikkan kenikmatan yayasan ini. Ribut-ribut di DPR
kemudian menghasilkan Undang Undang tentang Yayasan no. 16 tahun 2001 yang
kemudian disempurnakan dengan UU no. 28 tahun 2004. Intinya sangat sederhana:
Yayasan haruslah benar-benar untuk kegiatan non-profit. Tidak boleh ada kegiatan usaha
yang dilakukan langsung oleh Yayasan.
Lha, bagaimana Yayasan mendapatkan dana untuk menjalankan misi mulianya? Satu,
dari sumbangan (donasi, wakaf atau anggaran negara), dan, yang kedua dan paling
penting, dari badan usaha yang didirikan oleh Yayasan khusus untuk mencari laba. Dalam

hal ini Yayasan memainkan fungsi seperti Holding Investment Company.
Pasal 38 UU 28 tahun 2004 bahkan menegaskan bahwa Yayasan dilarang mengadakan
perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan yayasan, pembina, pengurus,
pengawas dan / atau seseorang yang bekerja pada yayasan.
Struktur organisasi Yayasan itu sendiri juga menjadi semakin rumit. Harus ada Pembina
yang sifat dan kewenangannya hampir menyerupai Pemegang Saham pada Perseroan
Terbatas biasa, ada Pengurus yang hampir setara dengan Direksi Perseroan dan Pengawas
yang bisa diistilahkan sebagai Komisaris Perseroan.
Hal yang paling rumit adalah kewenangan Pembina yang nyaris tanpa batas dan sulit
untuk digantikan. Dan untuk Pengurus dikenakan pasal 39 yang menyatakan kewajiban
tanggung renteng, yaitu harta Pengurus akan dilibatkan untuk menutup kerugian Yayasan
jika aset Yayasan tidak mampu untuk menutup hutang atau kerugian tersebut.
Jadi, berhati-hatilah dalam mengambil keputusan mendirikan Yayasan. Sebaiknya
langsung mendirikan Perseroan Terbatas atau menggunakan jalur persekutuan
perseorangan saja.
Sentot Baskoro
1871200213 – Matematika ITS

Sentot Baskoro
Lahir dan besar di Jakarta sampai dengan terjebak Sipenmaru yang mengirimnya ke

Matematika ITS tahun 1987. Setelah mengalami situasi nyaris DO beberapa kali,
akhirnya gelar Sarjana Matematika disandangnya pada tahun 1992.
Sambil bekerja, sekolah manajemen kelas malam juga dilakukannya. Gelas Magister
Manajemen dari Universitas Indonesia akhirnya digondolnya pada tahun 1995.
Pengalaman kerja sangat bervariasi, mulai dari bidang penjualan, SDM sampai dengan
bidang operasional. Bahkan sempat tercatat sebagai dosen favorit di Program Pasca
Sarjana STIE Nusantara dari tahun 2000 – 2003.
Persentuhannya dengan dunia manajemen SDM telah mengantarkan beberapa sertifikasi
keahlian seperti CBA (Certified Behavior Analyst), CHA (Certified Hand-writing
Analyst) dan CPHR (Certified Professional Human Resouce management).
Pada waktu tulisan ini dibuat, oknum ini sedang bekerja keras untuk menyelesaikan
tesisnya di program Magister Hukum UGM. Semoga tidak sampai DO sebagaimana
pernah dialaminya tatkala menempuh program Doktoral di University of Washington
beberapa tahun yang lampau.
Bagi para head hunter yang ingin memperdayakan oknum ini silahkan ambil sendiri
resume formalnya di www.baskoro.com.