Keterangan: B
= Lebar Total Kendaraan O
= Lebar Bukan Pintu L
= Panjang Total Kendaraan a1, a2 = Jarak Bebas Arah Longitudinal
R = Jarak Bebas Arah Lateral
Tabel 3. Ukuran Satuan Ruang Parkir Mobil Penumpang dalam meter
B = 1,70 a1 = 0,10
Bp = B + O + R Gol. I
O = 0,55 L = 4,70
Lp = L + a1 + a2 R = 0,05
a2 = 0,20 Bp = 2,30 Lp = 5,0
B = 1,70 a1 = 0,10
Gol. II O = 0,75
L = 4,70 R = 0,05
a2 = 0,20 Bp = 2,50 Lp = 5,0
B = 1,70 a1 = 0,10
Gol. III O = 0,80 L = 4,70
R = 0,05 a2 = 0,20
Bp = 3,0 Lp = 5,0 Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996
2. Satuan Ruang Parkir untuk Bus atau Truk
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996
Gambar 10. Satuan Ruang Parkir SRP Untuk Bus atau Truk.
Keterangan : B
: Lebar kendaraan L
: Panjang Kendaraan O
: Lebar bukaan pintu a1, a2
: Jarak bebas depanbelakang R
: Jarak bebas samping Bp
: Lebar minimum SRP Lp
: Panjang minimum SRP
SRP
L a1
a2 Bp
Lp B
O R
Tabel 4. Ukuran Satuan Ruang Parkir Bus atau Truk dalam meter
B = 1,70 a1 = 0,10
Bp = B + O + R Kecil
O = 0,80 L = 4,70
Lp = L + a1 + a2 R = 0,30
a2 = 0,20 Bp = 2,80 Lp = 5,00
B = 2,00 a1 = 0,20
Sedang O = 0,80
L = 8,00 R = 0,40
a2 = 0,20 Bp = 3,20 Lp = 8,40
B = 2,50 a1 = 0,30
Besar O = 0,80
L =12,00 R = 0,50
a2 = 0,20 Bp = 3,80 Lp = 12,50
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 3. Satuan Ruang Parkir untuk Sepeda Motor
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996
Gambar 11.
Satuan Ruang Parkir SRP Untuk Sepeda Motor
2.6 Kebutuhan Area Pejalan Kaki Pedestrian
Dalam pengembangan manajemen lalulintas wilayah perkotaan, salah satu hal penting yang harus dipertimbangkan adalah penyediaan dan pengaturan
fasilitas parkir dan fasilitas pejalan kaki. Umumnya di perkotaan kebutuhan terhadap ruang parkir cukup besar mengingat kebanyakan penduduk di kota
rata-rata mempunyai satu jenis kendaraan bermotor baik itu kendaraan roda 2 atau pun kendaraan roda 4. Ruang parkir yang besar terutama dibutuhkan
pada daerah-daerah perkantoran dan perdagangan dikarenakan daerah ini merupakan salah satu tarikan dari bangkitan perjalanan. Selain itu fasilitas
pejalan kaki yang tersedia di perkotaan masih belum memadai dalam arti bahwa area atau wilayah bagi pejalan kaki masih minim dan kebanykan
dimanfaatkan oleh pedagang kaki lima sebagai tempat berjualan. Melihat kondisi ini maka penting kiranya dilakukan penataan ulang terhadap fasilitas
parkir dan fasilitas pejalan kaki yang ada di wilayah perkotaan. 1. Kebutuhan Fasilitas Pejalan Kaki
Pedoman yang memberikan petunjuk kapan fasilitas pejalan kaki diperlukan beserta jenisnya akan disusun berdasarkan:
• kepadatan kegiatan, • hirarki.
Secara umum fasilitas pejalan kaki dapat digolongkan menjadi 3 yaitu fasilitas untuk:
• menyusuri jalan, • memotong atau menyeberang di ruas jalan,
• menyeberang di persimpangan jalan. 2. Fasilitas untuk Pejalan Kaki yang Menyusuri Jalan
Sebagian besar dari jalan-jalan di daerah perkotaan mempunyai volume pejalan kaki yang besar dan harus mempunyai trotoar, kecuali apabila
alternatif-alternatif sistem pengaturan yang lain telah dilakukan untuk mengalihkan pejalan kaki agar jauh dari sisi jalan, seperti pada jalan-
jalan tol. Pada beberapa daerah yang mempunyai aktivitas yang tinggi, seperti pada
jalan-jalan pusat pertokoanbisnis dan pasar, maka suatu pertimbangan harus diberikan untuk melarang kendaraan-kendaraan memasuki daerah
tersebut akan membuat suatu daerah khusus pejalan kaki pedestrian precints. Perlu tidaknya trotoar ditentukan oleh:
• volume pejalan kaki yang berjalan di jalan, • tingkat kecelakaan,
• pengaduanpermintaan. Lebar trotoar berdasarkan lokasi menurut Keputusan Menteri Perhubungan
No. KM 65 tahun 1993 adalah sesuai Tabel 5 :
Tabel 5. Lebar Trotoar Minimal Berdasarkan Wilayah
No. Loaksi Trotoar
Lebar Trotoar Minimal
1. 2.
3.
4. Jalan di daerah perkotaan atau kaki lima
Di wilayah perkantoran utama Di wilayah industri
a. pada jalan primer b. pada jalan akses
Di wilayah pemukiman a. pada jalan primer
b. pada jalan akses 4 meter
3 meter
3 meter 2 meter
2,75 meter 2 meter
Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan 1993 Bila jumlah pejalan kaki yang melalui suatu jalan tinggi, maka lebar
trotoar yang dianjurkan adalah menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 65 tahun 1993 seperti terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Lebar Trotoar Berdasarkan Volume Pejalan Kaki
No. Jumlah pejalan kakidtkmnt
Lebar Trotoar meter
1. 2.
3. 4.
6 orang 3 orang
2 orang 1 orang
2,3 – 5,0
1,5 – 2,3
0,9 – 1,5
0,6 – 0,9
Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan 1993 Ruang bebas di atasnya harus sekurang-kurangnya 2,5 meter. Trotoar
harus didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi penderita cacat yang memakai kursi roda untuk dapat menggunakannya, yaitu
dengan memberikan kelandaian pada setiap akses maupun di persimpangan.
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Umum
Metodologi penelitian merupakan suatu cara peneliti bekerja untuk memperoleh data yang dibutuhkan yang selanjutnya akan digunakan untuk
dianalisa sehingga memperoleh kesimpulan yang ingin dicapai dalam penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian
ini perlu diarahkan melalui survei lapangan guna mendapatkan data primer serta survei kepada instansi terkait guna mendapatkan data sekunder.
3.2 Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian adalah tahapan yang dilakukan sebelum peneliti melakukan penelitian langsung ke lapangan. Persiapan penelitian terdiri
dari : 1. Studi Literatur
Mengadakan studi literatur, baik pada buku-buku yang membahas tentang parkir dan pedestrian maupun pada jurnal dan penelitian
tentang parkir dan pedestrian yang telah dilakukan, guna memberikan pengetahuan yang berhubungan dengan penelitian ini.