Senyawa yang Berperan sebagai Antioksidan

Struktur kimia melanoidin belum sepenuhnya dijelaskan dengan lengkap dalam publikasi-publikasi, untuk itu masih sulit menentukan dengan tepat, secara umum struktur melanoidin terdiri dari pengulangan gugus aromatik. Homma et al 1997 menjelaskan struktur melanoidin mirip dengan produk reaksi Amadori, dan juga merupakan unit pengulangan dari konyugasi ikatan rangkap karbon dan nitrogen tersier. Struktur ini sebagaimana halnya pada redukton, seperti enol dan enaminol. Kromatogram lengkap ada pada Lampiran 17, ringkasan dapat dilihat Tabel 4.6.

D. Senyawa yang Berperan sebagai Antioksidan

Secara keseluruhan fraksi-fraksi produk yang mempunyai aktivitas antioksidan paling kuat pada setiap metode untuk setiap produk dapat disimpulkan pada Tabel 4.7. Pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan terkuat terdapat pada produk KGP. Senyawa yang berperan sebagai antioksidan di dalam tiap produk diduga berdasarkan adanya senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan seperti: kadar protein terlarut, kadar total fenol, alfa-amino, disertai memprediksi senyawa yang dominan dalam tiap fraksi dengan melihat karakteristik spektrum uv-vis dan IR tiap fraksi. Tabel 4.7. Aktivitas antioksidan optimal pada tiap produk Metode Moromi Kecap manis Antioksidan sintetis BHTvit.C kontrol tanpa pemanasan dengan pemanasan dengan gula kelapa dengan gula pasir Rancimatjam 15.85 cF4 15.85 cF4 15 cF3 17.70 dF4 12.1 b 7.54 a DPPH 49.27 aF3 53.11 bF2 56.49 bF2 66.1 cF1 62.48 c TBA 2.16 aF2 1.26 aF2 5.01 bF2 1.38 aF2 7.53 c 11.74 d Tiosianat 83.33 dF1 50 bF2 66.67 cF3 61.11 cF4 40 a Keterangan: F1: fraksi dengan berat molekul 100 kDa; F2: fraksi dengan berat molekul 30-100 kDa; F3: fraksi dengan berat molekul 10-30 kDa; F4: fraksi dengan berat molekul 10 kDa Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada masing-masing pengamatan tiap produk menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 Secara keseluruhan maka fraksi dengan berat molekul besar 30 kDa sampai 100 kDa F1 dan F2 untuk produk M dan MP memiliki kemampuan menangkap radikal DPPH dan menghambat oksidasi minyak atau lemak lebih kuat dibandingkan fraksi yang lebih kecil berat molekulnya 30 kDa. Tabel 4.6. Gugus fungsional pada fraksi-fraksi produk M, MP, KGM dan KGP Gugus fungsional bilangan gelombang cm -1 Moromi Kecap manis tanpa pemanasan dengan pemanasan dengan gula kelapa dengan gula pasir F1 F2 F3 F4 F1 F2 F3 F4 F1 F2 F3 F4 F1 F2 F3 F4 OH..O atau 2060 w w - w w w w w w w w w w C=R=R -CH 600-900 w w w - w w w w w w w w sh w -COC 1020-1080 s m s m s w s w s s s w s s m w C=C 1240-1265 sh w m w m w sh w w w m w sh w m w C=N 1350-1415 sh w sh sh sh w s s w w sh w sh w sh w NH 1610-1650 s s m s s s s s s s s s s s s sh N+H 2300-2360 br br - w - br - w COO 2900-3500 m w w w br w br w w m s m sh m sh w S = strong; m = medium; w = weak; sh = sharp; br = broad 75 Kemampuan menghambat oksidasi lemak pada produk kecap manis KGM dan KGP terdapat pada fraksi dengan berat molekul 10 kDa sampai 30 kDa F3 dan F4, sedangkan kemampuan menangkap radikal DPPH lebih kuat terdapat pada fraksi dengan berat molekul 30 kDa sampai 100 kDa F1 dan F2. Beberapa karakteristik kimia fraksi-fraksi pada tiap produk M, MP, KGM dan KGP yang telah dijelaskan di atas diringkas sebagaimana dalam Tabel 4.8 dimana kadar protein, alfa-amino dan fenol terkonsentrasi pada faksi F4. Tabel 4.8. Karakteristik kimia dengan kadar tertinggi pada F4 fraksi dengan berat molekul 10 kDa dalam tiap produk Komponen Moromi Kecap manis tanpa pemanasan dengan pemanasan dengan gula kelapa dengan gula pasir Proteinmgml 2.37 a 1.99 a 1.44 a 1.54 a Alfa-aminomgml 2.67 c 1.94 b 1.90 b 1.35 a Fenol ppm 446.15 c 534.18 d 360.94 b 261.3 a Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada masing-masing pengamatan tiap produk menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 Kekuatan aktivitas antioksidan ini jika dihubungkan dengan kuantitas protein, alfa-amino dan fenol tidak berhubungan dengan kekuatan aktivitas fraksi-fraksi sebagai antioksidan. Untuk protein pada semua produk paling banyak terdapat pada fraksi F4 dan antar produk tidak berbeda nyata. Pada alfa-amino tertinggi terdapat pada produk moromi M dan fenol tertinggi terdapat produk MP dan M. Hasil spektrum uv-vis fraksi-fraksi tiap produk Tabel 4.9 dan IR Tabel 4.6 mengindikasikan bahwa senyawa-senyawa yang dominan dalam fraksi-fraksi produk M, MP, KGM dan KGP adalah senyawa produk reaksi Maillard. Telah banyak dibahas pada sub bab sebelumnya bahwa proses perubahan produk M menjadi bentuk produk MP, KGM dan KGP diduga banyak melibatkan proses reaksi Maillard. Pada KGP dan KGM banyak mengandung senyawa produk reaksi Maillard, produk MP lebih banyak mengandung produk reaksi Maillard dibandingkan produk M. Untuk itu diduga senyawa yang berperan sebagai antioksidan adalah produk reaksi Maillard. 76 Beberapa hasil spektrum uv-vis dari beberapa peneliti pada Tabel 4.10 mendapatkan spektrum uv-vis pada produk reaksi Maillard hasil dari model. Hasil spektrum uv-vis fraksi-fraksi tiap produk M, MP, KGM dan KGP dicocokkan pada Tabel 4.10 didapatkan fraksi-fraksi tiap produk M, MP, KGM dan KGP Tabel 4.9 mengindikasikan spektrum mengandung banyak senyawa produk reaksi Maillard. Tabel 4.9 Peak maksimum pada spektrum uv-vis fraksi-fraksi tiap produk nm Fraksi Moromi kecap manis tanpa pemanasan dengan pemanasan dengan gula kelapa dengan gula pasir F1 306; 348 350 306 306; 348 F2 306 306 306; 343 306; 342 F3 306; 345 365 380 397 F4 360 350 368 403 Keterangan: F1: fraksi dengan berat molekul 100 kDa; F2: fraksi dengan berat molekul 30-100 kDa; F3: fraksi dengan berat molekul 10-30 kDa; F4: fraksi dengan berat molekul 10 kDa Tabel 4.10 Spektrum uv-vis sistem model produk reaksi Maillard dari literatur sistem model serapan optimal reference arginin,glioksal,furan-2- karboksaldehid 314; 472 Hofmann 1998c glukosa-glisin 320 Terasawa et al 1991 asam dehidroaskorbatDHA-kasein dan DHA-ovalbumin 385; 512 Namiki et al 1983 kasein-glukosa glisin-xilosa glukosa-glisin 280 320 326; 347 Hofmann 1998b Motai Inoue 1974 Yaylayan Kaminsky 1998 Spektrum uv-vis fraksi-fraksi tiap produk M, MP, KGM dan KGP diduga bukan spektrum dari senyawa fenol atau asam amino karena senyawa aromatik golongan fenol memiliki puncak serapan sekunder pada panjang gelombang 270 nm dan peptida pada 214 nm Pavia et al 1996. Serapan senyawa aromatik pada panjang 77 gelombang 240 nm, asam amino tirosin, phenilalanin, triptofan pada 280 nm dan asam glutamat 185 nm Bollag Edelstein 1991. Kemampuan senyawa produk reaksi Maillard dapat lebih unggul aktivitas antioksidannya daripada senyawa fenol dapat dilihat dari hasil penelitian Supriyanto et al 2006 yang mendapatkan aktivitas penghambatan oksidasi asam lemak linoleat oleh ekstrak polifenol dari kakao yang disangrai lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak disangrai. Telah disebutkan di atas bahwa pada fraksi F3 dan F4 khususnya pada produk KGP dan KGM mempunyai aktivitas antioksidan cukup kuat terutama dalam menghambat oksidasi lemak atau asam lemak terutama dengan metode rancimat dan linoleat-tiosianat, pada awalnya diduga penyebab utama disebabkan oleh senyawa fenol karena senyawa fenol banyak terkonsentrasi pada fraksi F3 dan F4 tetapi dari pendapat Hammerschmidt dan Pratt 1978 flavonoid potensial sebagai antioksidan pada sistem aqueous tetapi kurang efektif mencegah autooksidasi pada minyak kedelai, sedangkan dengan metode rancimat media yang digunakan adalah minyak kedelai dan metode-tiosianat adalah asam linoleat sehingga diduga tetap yang berperan adalah senyawa produk reaksi Maillard sebagai antioksidan atau ada efek sinergis senyawa produk reaksi Maillard dengan fenol atau asam amino atau peptida. Aktivitas antioksidan kecap manis diduga juga tetap mendapat sumbangan dari senyawa fenolik. Kurang kuatnya peran senyawa fenolik sebagai antioksidan dalam penelitian ini diduga karena banyak yang rusak atau bergabung dengan senyawa produk reaksi Maillard untuk memberikan aktivitas sebagai antioksidan. Senyawa fenolik mendonorkan residu dari gugus karbonilnya untuk fase awal reaksi Maillard Morales Babbel 2002. Hasil penelitian dari Misnawi et al 2002 didapakan bahwa dengan adanya proses pemanasanpenyangraian pada suhu 120 o C selama 45 menit menyebabkan penurunan total polifenol sebesar 3. Ada beberapa senyawa fenolik yang memiliki potensi aktivitas antioksidan, salah satunya adalah flavonoid. Flavonoid kedelai kebanyakan berupa isoflavon. Isoflavon untuk produk-produk kedelai yang difermentasi berupa 6,7,4’ – trihidroksiisoflavon Pratt 1992. Menurut Shahidi dan Naczk 1995, selain isoflavon, produk kedelai merupakan sumber berbagai macam senyawa antioksidan yang 78 merupakan golongan dari turunan asam sinamat, fosfolipida, tokoferol, asam amino dan peptida. Untuk lebih menguatkan dugaan bahwa senyawa yang dominan dalam fraksi- fraksi produk maka dilanjutkan dengan melewatkan fraksi-fraksi produk M, MP, KGM dan KGP pada TLC thin layer chromatografi dan HPLC high performance liquid chromatografi. Hasil analisis dengan TLC yang memberikan pemisahan cukup baik dengan menggunakan komposisi pelarut: khloroform:etil asetat:etanol:air 1:2:2:2. Hasil TLC pada fraksi F1 dari produk M, KGM dan KGP memberikan nilai Rf yang hampir sama, yaitu 0.3, hanya pada produk MP yang mempunyai nilai Rf 0.4. Sedangkan pada fraksi F4, nilai Rf produk M dan MP hampir sama 0.4, pada produk KGM 0.3 dengan KGP 0.5 sangat berbeda nilai Rf nya Tabel 4.11. Hasil spot-spot dari TLC ini dilanjutkan dengan menginjeksikan pada HPLC dan hasilnya fraksi-fraksi relatif dapat terpisah cukup baik. Nilai Rf yang didapatkan dari tiap fraksi-fraksi produk M, MP, KGM dan KGP mendekati hasil yang didapatkan oleh Arnoldi et al 1997 yang mereaksikan antara silosa dan lisin dan dipanaskan selama 1 jam pada suhu 100 o C dan pH 2.66 untuk mendapatkan senyawa produk reaksi Maillard dengan komposisi pelarut yang dipergunakan untuk melewatkan pada plat TLC adalah khloroform:etil asetat:etanol 15:2:2. Band dapat terpisah cukup baik dengan nilai Rf sebesar 0.28 dan 0.38. Sedangkan Kurata 1973 mendapatkan hasil reaksi DHA dehidro-L-ascorbic acid dengan leusin menghasilkan pigmen merah yang dengan TLC didapatkan nilai Rf sebesar 0.12 dengan sistem solven n-butanol-etanol-air 4:1:4. Tabel 4.11 Nilai Rf dari fraksi BM100 kDa dan BM 10 kDa tiap produk Fraksi Moromi kecap manis tanpa pemanasan dengan pemanasan dengan gula kelapa dengan gula pasir F1 0.38 0.41 0.34 0.36 F4 0.41 0.47 0.32 0.58 Keterangan: F1: fraksi dengan berat molekul 100 kDa; F4: fraksi dengan berat molekul 10 kDa; 79 Hasil yang didapatkan dengan HPLC, pada fraksi F4, produk M mempunyai waktu retensi 2.63 dengan persen luas area 90 pada panjang gelombang maksimal 307 nm, produk MP dengan waktu retensi 2.51 26.52 dan 2.81 73.48 pada panjang gelombang 420 nm, produk KGM waktu retensinya 15.04 100 pada panjang gelombang 460 nm dan produk KGP waktu retensinya 2.1 100 pada panjang gelombang 403 nm. Pada fraksi dengan berat molekul yang lebih besar, F3M mempunyai waktu retensi 2.68 15.58 dan 2.93 7.57 pada panjang gelombang 307 nm dan F1 pada produk MP waktu retensinya 1.81 94.57 dan 2.5 5.43 pada panjang gelombang 420 nm, produk KGM waktu retensinya 2.79 menit 100 pada panjang gelombang 460 nm dan produk KGP waktu retensinya 1.77 9.5 dan 2.203 56.78 pada panjang gelombang 420 nm. Jadi Hasil yang didapatkan dengan HPLC, pada fraksi F4 dan F3 peak yang cukup intens muncul dengan menggunakan panjang gelombang 307 nm, 403 nm dan 420 dengan waktu retensi pada kisaran 2 – 3 menit Beberapa hasil penelitian berikut memberikan kontribusi bahwa pada kecap banyak mengandung senyawa produk reaksi Maillard dan mempunyai kecenderungan kuat sebagai antioksidan. Senyawa nitrogen merupakan salah satu komponen penting pada sifat antioksidan kecap, komponen utama warna coklat dari kecap seperti melanoidin sebagai produk akhir reaksi Maillard juga memegang peranan penting terhadap kekuatan aktivitas antioksidannya Moon et al 2002. Hasil analisis warna kecap manis profilnya mirip dengan komponen berwarna yang dihasilkan dari reaksi model glisin dan xilosa Apriyantono et al 1997. Penelitian sebelumnya dari Wiratma 1995 diketahui bahwa sebagian besar komponen volatil yang terdapat dalam kecap manis adalah hasil reaksi Maillard. Terjadinya reaksi Maillard ini melibatkan asam-asam amino dan gula pereduksi dimana sebagian besar gula pereduksi disumbangkan oleh gula yang ditambahkan. Menurut Nurhayati 1996 kecap manis dan gula merah gula kelapa mengandung komponen volatil: aldehid, keton, alkohol, asam, furan, pirazin, pirol, tiazol, turunan benzen, ester, hidrokarbon, piran dan fenol. Nurhayati menyimpulkan bahwa sebagian besar komponen volatil gula merah merupakan penyusun komposisi komponen volatil kecap manis. Penambahan senyawa volatil pada kecap manis dibandingkan dengan jenis komponen volatil gula merah terdapat pada senyawa 80 aldehid, asam, furan, pirol, turunan benzen dan ester. Adanya penambahan senyawa volatil ini disebabkan karena pengaruh proses pemasakan kecap manis dan dari moromi. Proses yang terjadi selama pemasakan kecap manis yaitu reaksi Maillard. Senyawa aldehid atau keton dapat dihasilkan dari senyawa -dkarbonil dari reaksi Maillard yang mengalami degradasi strecker Yokotsuka 1986. Senyawa furan yang teidentifikasi dalam kecap manis dengan gula merah adalah 5- hidroksimetil-2-furaldehid Nurhayati 1996. Senyawa furan juga merupakan hasil degradasi gula Shibamoto 1983 dan dapat dihasilkan dari interaksi antara gula dan asam amino Vermin Parkanyi 1982. Senyawa pirazin berasal dari degradasi panas protein dan asam amino atau berasal dari reaksi kimia gula dan protein Yokotsuka 1986. Senyawa pirol dapat dihasilkan dari reaksi degradasi strecker yang melibatkan asam amino prolin dan hidroksi prolin Maga 1981. Selain itu juga dapat dihasilkan dari interaksi antara hasil fragmentasi gula pada suhu tinggi dengan hasil degradasi asam amino selain prolin dan hidroksi prolin Shibamoto1983. Senyawa tiazol terdapat pada makanan yang mengalami proses pemanasan sehingga terjadi reaksi Maillard.

E. Mekanisme Senyawa Produk Reaksi Maillard sebagai Antioksidan